Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puskesmas Jepara terletak di Jl. Brigjen Katamso no 7 Jepara. Memiliki wilayah
kerja 5 desa dan 11 kelurahan dengan luas wilayah adalah 889.7480 Ha.
Secara umum Puskesmas merupakan satuan organisasi yang memberikan
kewenangan kemandirian oleh dinas kesehatan untuk melaksanakan satuan tugas
operasional pembangunan di wilayah kerja. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, pada
Pasal 4 disebutkan bahwasanya puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan
kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam
rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
Adapun fungsi puskesmas sebagaimana tertuang pada Pasal 5 Permenkes RI
No 75/2014 meliputi:
1. Penyelenggaraan UKM (upaya kesehatan masyarakat) tingkat pertama di wilayah
kerjanya
2. Penyelenggaraan UKP (upaya kesehatan perorangan) tingkat pertama di wilayah
kerjanya
Selain dua fungsi yang terdapat pada pasal 5, selanjutnya pasal 8 menyebutkan
bahwa puskesmas juga dapat berfungsi sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan.
Puskesmas sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional, khususnya
subsistem upaya kesehatan; Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional
diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan
terpadu. Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama di Puskesmas Jepara
meliputi:
a. Rawat jalan
b. Pelayanan gawat darurat

B. Tujuan Pedoman
Pedoman pelayanan klinis bertujuan untuk menjadi acuan bagi seluruh aktifitas
pelayanan klinis yang dilaksanakan di Puskesmas Jepara, sehingga pada akhirnya
pelayanan klinis dapat meningkatkan kepuasan pelanggan yang pada akhirnya dapat
mendukung pencapaian standar pelayanan minimal (SPM).

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan klinis di Puskesmas Jepara meliputi:
1. Pendaftaran pasien
Sebelum mendapatkan pelayanan pemeriksaan atau konsultasi kesehatan,
pasien terlebih dahulu mendaftarkan diri di bagian pendafaran untuk dicatatkan

1
data sosialnya dan dibuatkan rekam mediknya. Selanjutnya pasien akan
diarahkan ke poli yang dituju.
2. Pemeriksaan pasien
Pemeriksaan pasien dilakukan di poliklinik sesuai dengan keluhan dan kondisi
pasien. Pemeriksaan dilakukan di BP umum, BP gigi, KIA atau ruang tindakan
3. Pemeriksaan penunjang
Apabila dianggap perlu maka dokter yang memeriksa kondisi pasien dapat
merujuk pasien ke unit penunjang (laboratorium) untuk mendapatkan
pemeriksaan penunjang yang sesuai demi mendapatkan informasi lebih lengkap
mengenai kondisi pasien.
4. Pelayanan kefarmasian
Apabila pasien sudah selesai diperiksa dan membutuhkan obat, maka pasien
akan diberi resep yang akan dibawa ke bagian farmasi untuk mendapatkan obat
sesuai dengan yang tertera dalam resep
5. Konsultasi pasien
Pasien yang membutuhkan penjelasan mengenai kondisi kesehatan yang lebih
rinci akan dirujuk ke unit terkait, misalnya konsultasi Gizi, konsultasi sanitasi.

D. Batasan Operasional
1. Rawat jalan adalah pelayanan medis yang diberikan kepada pasien untuk tujuan
pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan pelayanan kesehatan
lainnya tanpa mengharuskan rawat inap.
2. Pelayanan gawat darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus diberikan
secepatnya untuk mencegah terjadinya kematian, keparahan dan kecacatan
sesuai dengan kemampuan puskesmas.
3. Pasien rawat jalan
Pasien puskesmas yang setelah mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kondisinya dapat pulang ke rumah.

4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tambahan terhadap pemeriksaan kesehatan yang dilakukan dokter
untuk mendapatkan kepastian diagnosa dan ketepatan terapi terhadap pasien.
5. Konsultasi
Upaya memberikan pengertian dan pengetahuan kepada pasien mengenai hal
hal yang harus diketahui berhubungan dengan kondisi kesehatannya.

E. Landasan Hukum
1. Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
3. Peraturan menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat

2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia pelayanan klinis


Berikut ini tenaga kesehatan pada pelayanan klinis yang ada di Puskesmas
Jepara:

Pelayanan Profesi Petugas


dr. RB Prasodjo,
Dokter umum dr. Desi Dwi Wahyuni,

 Sri Dwi Wahyuni, AMK,

Pengobatan umum  Sutirto, S.Kep,


Perawat  Siswati, AMK,
 Iwan Rifai, AMK,
 Ali safuan, AMK,
 Mudhofiroh, AMK,
 Dwi Maulida, AMK,
 Siti Mukarromah, AMK
 Riswati Setyorini, S.kep
Dokter gigi drg. M.Anggiasari

Perawat gigi  Puji widiastuti


Pengobatan gigi
 Nur Rachmawati, S.SiT
 Tri Wahyuningsih, S.SiT
Kesehatan ibu dan anak Bidan  Suliswati Amd.Keb
 Marwiyah, Amd.Keb
Gizi Klinis Ahli Gizi Retno yulianawati. S.ST
Laboratorium Analis lab
 Ari ardianti, Amd.AK
Ruang obat Asisten  Niken anggraini
apoteker  Yayuk probowati
 Ernawati
Pelayanan Gawat Dokter  dr Desi Dwi Wahyuni
Darurat  dr RB Prasodjo
Perawat  Mudhofiroh , AMK
 Dwi maulida Amaliasari,
AMK

B. Distribusi Ketenagaan dan pengaturan jadwal kegiatan

3
Puskesmas Jepara memiliki 1 puskesmas pembantu, dan 16 puskesmas desa,
sehingga tidak ada kegiatan puskesmas keliling karena lokasi puskesmas mudah
dijangkau oleh masyarakat
 Dokter setiap hari bertugas di BP umum atau di ruang MTBS sesuai jadwal
yang sudah ada. Saat di ruang MTBS dokter dibantu oleh bidan koorinator
anak dan 1 bidan desa yang piket dipuskesmas. Dokter yang ada di BP Umum
dibantu oleh 2 perawat. Bila ada pertemuan yang menyangkut upaya klinis
yang menjadi tugas keseharian dokter atau yang berkaitan dengan tugas
integrasinya, maka akan didisposisi untuk melakukan pertemuan, untuk 1
dokter bertugas di poli umum dan sebagai konsulan juga apabila ada dari unit
lain yang membutuhkan konsulan
 Dokter gigi setiap hari bertugas di poli gigi. Jumlah dokter gigi ada satu dan
dibantu oleh satu perawat gigi dalam melakukan tugasnya.
 Bidan setiap hari melakukan pelayanan diruangan KIA. Jumlah bidan ada 16
bidan desa, bidan koordinator ibu 3, dan bidan koordinator anak 1. Masing-
masing bidan mempunyai spesifikasi ketugasan yang berbeda, misalnya
sebagai koordinator KIA, penanggung jawab kesehatan anak atau
penanggung jawab pelayanan KB (Keluarga Berencana). Jika ada undangan
pertemuan untuk bidan maka yang ditugasi adalah disesuaikan dengan
ketugasannya, sedangkan untuk kegiatan di puskesmas Jepara setiap harinya
dibantu oleh 3 bidan desa yang piket dipuskesmas sesuai jadwal yang ada.
Untuk melakukan kegiatan luar gedung, misalnya kunjungan ibu hamil risiko
tinggi, maka bidan akan menyesuaikan dengan kondisi pelayanan yang ada di
puskesmas.
 Perawat setiap hari melakukan ketugasan sesuai jadwal yang ada. Ada 2 jenis
pelayanan dalam gedung yang dilakukan perawat yaitu di poli umum, dan
ruang tindakan. Jumlah perawat ada 9. Setiap perawat mempunyai tugas
integrasi atau tugas lain yang diberikan kepala puskesmas, misalnya
penanggung jawab TB, penanggung jawab P2, penanggung jawab promkes,
bendahara JKN, Bendahara puskesmas, bendahara barang . Sehingga jika
ada undangan yang menyangkut ketugasanya perawat yang bersangkutan
akan didisposisi mengikuti kegiatan tersebut. Untuk kegiatan pelayanan
dipuskesmas sesuai jadwal yang ada atau perawat yang sedang tidak dinas
luar keliling,
 Perawat gigi setiap hari bertugas di poli gigi bersama dokter gigi. Jumlah
perawat gigi ada 1 (satu) yang masing-masing memiliki tugas integrasi yang
berbeda, seperti penanggung jawab UKS
 Nutrisionis setiap hari bertugas di poli gizi. Jumlah nutrisionis ada 1 . Jadwal
pelayanan di puskesmas sesuai dengan jadwal yang ada
 Analis laboratorium setiap hari bertugas di ruang laboratorium. Jumlah analis
ada 2 (dua) dan masing-masing memiliki tugas integrasi.

4
 Asisten apoteker (AA) setiap hari bertugas di pelayanan farmasi. Jumlah AA
ada 3 (tiga) jika petugas AA, yang masing-masing memiliki tugas tersendiri
misal penanggung jawab gudang obat, penanggung jawab SIMO
 Radiografer setiap hari bertugas dipelayanan radiologi dan melakukan tugas
integrasi sebagai bendahara pengeluaran. Jumlah radiografer ada 1.

5
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

A Keterangan:
B A= R. kapus
C B= R. Ka TU
D
C= R. Yanmas
D= R. Obat
G E= R. Selasar
F E F= R. Void
H G= R. vaksin
H= tangga
as/la
R.at

ntai
2

I= Aula
J= Musholla
K= dapur
M I
L= toilet
M= gudang
J
L K

Keterangan:
4 1= R. tunggu
3
2= R. pendaf
5 3= R. RM
2 4= R. Klinkep
6 5= R. Laktasi
6= R. KIA/KB
awa
h/la
ntai
R.b

7= tangga
1

1 7
8= poli umum
9= laborat
10= R. UGD
8

10
9

B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan sarana
Ruang pelayanan pasien dibedakan menjadi 2 jalur yaitu untuk kasus infeksius
dan non infeksius dengan tujuan untuk meminimalisir penularan penyakit. Poli umum
(BP umum) terdapat bed/tempat tidur pasien, dan terdapat 3 meja untuk melakukan
pemeriksaan pasien. Ruangan ini ber-AC. Di bagian depan ruangan ini/di sisi pintu
masuk terdapat meja untuk pemeriksaan lansia
Ruangan ini memiliki wastafel sebagai sarana cuci tangan bagi petugas. Selain
itu ruangan ini memiliki seperangkat komputer sebagai bagian dari sistem informasi
puskesmas yang terhubung dengan server untuk memasukkan data pasien pada sistem
informasi puskesmas, sedangkan ruang tindakan bersebelahan dengan ruang BP
Umum.

6
Ruang KIA terhubung langsung dengan ruang KB/Imunisasi. Keduanya saling
terkait, sehingga memudahkan pemberian pelayanan KIA, seperti pemeriksaan ibu
hamil, pelayanan KB, pemeriksaan calon pengantin serta pemberian imunisasi pada
balita. Ruangan KIA,dilengkapi dengan kipas angin meja administrasi, bed
pemeriksaan, bed ginekologi, wastafel, lemari administrasi.
Ruang pelayanan Gigi terdiri dari 2 dental unit dan pemeriksaan dilakukan oleh 1
dokter gigi dan 1 perawat gigi. Ruangan ini ber-AC, dilengkapi alat sterilisator, almari
alat dan meja administrasi serta komputer untuk memasukkan data pasien.
Ruang Konsultasi Gizi bersama dengan ruang pemeriksaan mata. Ruang ini
terdiri dari meja kerja untuk konsultasi, timbangan dan seperangkat alat bantu peraga
seperti food models.
Ruang laboratorium terdiri dari 1 ruangan, ber-AC. Dilengkapi dengan meja kerja,
almari, wastafel dan beberapa peralatan pemeriksaan laboratorium serta komputer
Ruang farmasi terdiri dari 2 ruangan, yaitu ruang untuk pelayanan obat dan ruang
tempat penyimpanan obat. Ruang pelayanan obat terletak dibagian depan dilengkapi
dengan almari obat, meja peracikan obat dan almari es, sedangkan ruang penyimpanan
obat terletak dibelakang, dilengkapi dengan AC dan rak-rak penyimpanan obat.

2. Peralatan
Ruang Alat
BP Umum  tensimeter
 stetoskop
 termometer
 hammer
 senter
 timbangan
 pengukur tinggi badan

7
BP Gigi  tang rahang dewasa
 tang rahang anak
 bor gigi
 scaling set
 spuit
Ruang KIA  tensimeter
 stetoskop
 stetoskop laennec
 termometer
 doppler
 KB set
 Partus set
 Kulkas vaksin
 Spuit
 Pita pengukur
Ruang laboratorium  Centrifuge darah
 Centrifuge urine
 Box fiksasi
 Lampu spiritus
 Objek glass
 Deck galass
 Tabung
 Mikroskop
 Spuit
Ruang farmasi
 Blender
 Laminator
 Kalkulator
 Plastik obat
 Mesin puyer
 Kertas puyer
 Label obat
 Sendok obat
 Pengeras suara
Pendaftaran  alat tulis
 kartu CM
 Pengeras suara
 rak status
 komputer
 nomor antrian
Radologi  alat rontgen
Pelayanan gawat darurat  Alat tulis
 Formulir informed consent
 Alat pelindung diri
 Hecting set
 Alat nebulezer
 Tabung oksigen
 Tensimeter
 Alat pengambil benda asing
8
 Senter
 Lampu halogen
 Obat sedasi : lidokain
 Obat emergensi : epineprin ( tersedia di
setiap ruang tindakan), dexametason,

9
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. BP Umum
A. Petugas Penanggung jawab
 Dokter
 Perawat sesuai dengan pendelegasian wewenang
yang ada
B. Perangkat Kerja
 Tensimeter
 Stetoskop
 Termometer
C. Tatalaksana
 Petugas melakukan pemanggilan pasien dengan mendahulukan pasieeen
lansia, pasien dengan disabilitas atau ada gangguan mental
 Petugas melakukan anamnese dan pemeriksaan untuk mengetahui
keluhan dan kondisi pasien lebih lanjut dan memeriksa tanda vital pasien,
kemudian mencatatkannya di rekam medis apabila kondisi pasien tidak
sesuai kewenangannya maka dikonsultasikan kepada dokter, apabilan
sesuai dengan kewenangan petugas memberikan resep
 Dokter melakukan anamnese dan pemeriksaan untuk mengetahui keluhan
dan kondisi pasien lebih lanjut dan memeriksa tanda vital pasien,
kemudian mencatatkannya di rekam medis. . Bila dokter merasa pasien
perlu mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut, maka dokter akan membuat
surat rujukan baik internal atau eksternal dan memberikannya kepada
pasien. Bila tidak, maka pasien mendapatkan resep sesuai kondisi
penyakitnya.

B. BP Gigi
A. Petugas Penanggung jawab
 Dokter gigi
 Perawat gigi
B. Perangkat kerja
 Dental unit
C. Tatalaksana
 Petugas memanggil pasien sesuai nomor antrian
 Petugas melakukan anamnese dan mencatatkannya di rekam medis dan
melakukan pemeriksaan di dental unit dan akan melakukan tindakan jika
pasien memerlukan tindakan perawat gigi sesuai dengan kewenangannya dan
memberikan resep, bila tidak sesuai kewenangan akan dikonsulkan kepada
dokter gigi
10
 Dokter melakukan anamnese dan mencatatkannya di rekam medis dan
melakukan pemeriksaan di dental unit dan akan melakukan tindakan jika
pasien memerlukan tindakan perawat gigi sesuai dengan kewenangannya dan
memberikan resep anamnesa dan memeriksa kondisi kesehatan mulut pasien
dan mencatatkannya di rekam medis. Bila pasien memerlukan tindakan
perawatan gigi, maka dokter gigi akan melakukan tindakan. Bila tidak dan
pasien membutuhan obat, maka dokter akan menuliskan resep untuk
pengambilan obat di farmasi.

D. KIA
A. Petugas Penanggung jawab
 Bidan
B. Perangkat Kerja
 Tensi meter
 Stetoskop
 Doppler
 Spuit
C. Tatalaksana
 Petugas memanggil pasien
 Petugas akan melakukan anamnese dan pemeriksaan tanda vital serta
mencatatakannya di rekam medis.
 Pasien ibu hamil yang akan memeriksakan kehamilannya akan dipersilakan
naik ke bed periksa untuk dilakukan pemeriksaan kondisi kehamilannya. Hasil
pemeriksaan akan dicatat di rekam medis.
 Bila memerlukan pemeriksaan penunjang yang lain, ibu hamil akan dirujuk
internal. Bila memerlukan imunisasi akan diberi immunisasi.
 Bila sudah selesai ibu hamil diberi resep untuk pengambilan vitamin atau obat
lainnya.
 Pasien bayi yang akan immunisasi akan diperiksa dulu apakah cukup sehat
untuk mendapatkan immunisasi hari ini.
 Bila kondisi bayi sehat, maka bayi akan diberi jenis immunisasi sesuai
jadwalnya. Untuk jenis immunisasi yang dapat menimbulkan demam, kepada
orang tua bayi akan deberi resep pengambilan obat penurun panas.
 Pasien peserta KB akan dilakukan pemeriksaan dan konsultasi, kemudian
akan diberikan pelayanan KB sesuai keinginan pasien.
 Pasien calon pengantin akan dilakukan pemeriksaan dan konsultasi. Bila
memerlukan immunisasi, maka calon pengantin akan diberi immunisasi.

D. Laboratorium

1. Petugas Penanggung jawab

11
 Analis laboratorium
2. Perangkat Kerja
 Alat pelindung Diri
 Microscope
 Centrifuge
 Hematologi analizer
3. Tatalaksana
 Petugas memanggil pasien sesuai dengan nomor urutnya dan menerima
surat permintaan laboratorium yang dibawa dari perujuk.
 Petugas menyiapkan peralatan dan bahan reagen yang sesuai dengan
pemeriksaan yang akan dilakukan.
 Petugas menerima spesimen yang akan diperiksa, atau petugas sendiri
yang melakukan pengambilan spesimen dari pasien.
 Petugas mempersilakan pasien menunggu diluar sementara petugas
melakukan pemeriksaan terhadap specimen .
 Petugas mempersilahkan pasien untuk melakukan pembayaran biaya
laborat sesuai perda
 Bila hasil pemeriksaan sudah keluar, petugas memanggil pasien dan
menyerahkan hasil pemeriksaan laboratorium untuk diserahkan ke unit
perujuk.

E. Farmasi
A. Petugas Penanggung jawab
 Dokter
 Asisten Apoteker
B. Perangkat Kerja
 Alat tulis
 Obat
 Blender obat
 Kertas pembungkus obat
 Plastik pembungkus obat
C. Tatalaksana
 Pasien meletakkan lembar resep di kerangjang yang telah disediakan dan
menunggu obat disiapkan.
 Petugas mengambil lembar resep dan membacanya untuk memastikan
resep dapat dibaca dengan jelas dan obat-obat yang tertulis di dalam
lembar resep tersedia.
 Apabila resep obat termasuk obat psikotropika( codein, diazepam),
petugas akan meneliti kelengkapan resep dan peresapan harus dilakukan
oleh dokter

12
 Petugas mengambilkan obat psikotropika yang disimpan secara tersendiri
 Apabila ada keraguan atau kekurangjelasan, maka petugas akan
menanyakan kepada petugas yang menulis resep.
 Petugas kemudian menyiapkan obat yang tertera di resep dan
memasukkannya ke dalam bungkus plastik, menuliskan informasi
penggunaan obat di bungkusnya dan kemudian menyerahkannya kepada
pasien.
D. Sambil menyerahkan obat, petugas juga menyampaikan informasi yang perlu
diketahui pasien atau keluarganya sehubungan dengan penggunaan obat.
F. Pelayanan gawat darurat
A. Petugas Penanggung jawab
 Dokter
 Perawat
 Bidan
G. Perangkat Kerja
 Alat tulis
 Formulir informed consent
 Alat pelindung diri
 Hecting set
 Alat nebulezer
 Tabung oksigen
 Tensimeter
 Alat pengambil benda asing
 Senter
 Lampu halogen
 Obat sedasi : lidokain
 Obat emergensi : epineprin ( tersedia di setiap ruang tindakan),
dexametason,
H. Tatalaksana
 Petugas mempersilahkan pasien mauk ke ruang gawat darurat apabila
kondisi pasien membutuhkan penanganan segera
 Petugas melaukan pemeriksaan vital sign, anamnesa dan pemeriksaan
fisik
 Petugas melakukan triase apabila pasien yang di pelayanan gawat
darurat lebih dari satu
 Petugas meminta informed consent bila akan melakukan tindakan
 Petugas akan melakukan tindakan setelah mendapatkan persetujuan
 Petugas setelah melakukan tindakan memantau kondisi pasien dan vital
sign
 Petugas memberikan resep dan menanyakan ada alergi obat atau tidak
13
 Petugas mempersilahkan pasien mengambil resep diruang apotek dan
memberikan informasi kepada pasien untuk kembali kontrol

14
BAB V
LOGISTIK

Untuk menunjang terselenggaranya pelayanan klinis yang bermutu, maka perlu


didukung oleh penyediaan logistik yang memadai dan optimal, melalui perencanaan
yang baik dan berdasarkan kebutuhan masyarakat dan usulan pemegang program yang
sudah berdasarkan hasil pemetaan masalah. Ketersediaan logistik harus dijamin
kecukupannya dan pemeliharaan yang sudah dianggarkan dan dijadwalkan. Pengadaan
alat dan bahan dalam pelaksanaan upaya klinis Puskesmas diselenggarakan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

15
Ada enam sasaran keselamatan pasien, yaitu:
1. IDENTIFIKASI PASIEN SECARA BENAR
Indikator melakukan identifikasi pasien secara benar adalah:
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, seperti nama pasien dan
tanggal lahir pasien, tidak termasuk nomor dan lokasi kamar.
b. Pasien diidentifikasi sebelum  melakukan pemberian obat, tranfusi darah atau
produk lainnya.
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah, dan specimen lain untuk keperluan
pemeriksaan.
d. Pasien diidentifikasi sebelum memberikan perawatan atau prosedur lainnya.

Prosedur dalam Identifikasi Pasien


Ada 2 identitas yaitu menggunakan NAMA dan TANGGAL LAHIR yang
disesuaikan dengan tanda pengenal resmi. Pengecualian prosedur identifikasi dapat
dilakukan pada kondisi kegawatdaruratan pasien di UGD.
Beberapa hal yang dapat dilakukan petugas adalah:
 Petugas meminta pasien untuk menyebutkan nama dan tanggal  lahir sebelum
melakukan prosedur, dengan pertanyaan terbuka, contoh :” Nama bapak siapa?”
“Tolong sebutkan tanggal lahir Bapak”.
 Bila pasien tidak dapat menyebutkan nama, identitas pasien dapat ditanyakan
kepada penunggu/ pengantar pasien.

2. MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF


    Cara komunikasi yang efektif di puskesmas:
a. Menggunakan teknik SBAR (Situation – Background – Assessment –
Recomendation) dalam melaporkan kondisi pasien untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi antar pemberi layanan.
 Situation : Kondisi terkini yang terjadi pada pasien.
 Background : Informasi penting apa yang berhubungan dengan   kondisi pasien
terkini.
 Assessment : Hasil pengkajian kondisi pasien terkini
 Recommendation : Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien
saat ini.

b.   Komunikasi Verbal (Write down/tulis, Read back/baca kembali


 Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon ditulis oleh penerima instruksi/
laporan.
 Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon dibacakan kembali oleh
penerima instruksi/ laporan.

16
 Instruksi/ laporan yang dibacakan tersebut, dikonfirmasikan oleh individu pemberi
instruksi/ laporan.
 Untuk istilah yang sulit atau obat – obatan kategori LASA (Look Alike Sound Alike)
diminta penerima pesan mengeja kata tersebut perhurup  misalnya : UBRETID
S Situasi
Saya menelepon tentang (nama pasien,
umur, dan lokasi)………….
Masalah yang ingin disampaikan…..
Tanda- tanda vital :
B Background/ latar belakang
Status mental pasien :
Kulit:…
Alat Bantu…
A Assesment/ Penilaian
Sampaikan masalah yang sedang terjadi dan
katakan penilaian anda.
R Rekomendasi
Apakah (katakan apa yang ingin disarankan)
Apakah diperlukan pemeriksaan tambahan?
Jika ada perubahan tatalaksana, tanyakan…

3. MENINGKATKAN KESELAMATAN PENGGUNAAN OBAT YANG PERLU


DIWASPADAI (HIGH ALERT)
Obat- obatan yang perlu diwaspadai adalah :
1. Elektrolit pekat : KCl, MgSO4, Natrium Bikarbonat, NaCl 0,3%
2. NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip) / LASA (Look Alike Sound
     Alike) yaitu obat-obat yang terlihat mirip dan  kedengarannya mirip.
Pengelolaan obat yang perlu diwaspadai:
 Penyimpanan di lokasi khusus dengan akses terbatas dan diberi penandaan
yang jelas berupa stiker berwarna merah bertuliskan “High Alert”
 NaCl 0,3% dan KCl tidak boleh disimpan di ruang perawatan kecuali  diUnit
Perawatan Intensif (ICU).
 Ruang perawatan yang boleh menyimpan elektrolit pekat harus memastikan
bahwa elektrolit pekat disimpan di lokasi dengan akses terbatas bagi petugas
yang diberi wewenang.
 Obat diberi penandaan yang jelas berupa stiker berwarna merah bertuliskan
“High Alert” dan khusus untuk elektrolit pekat, harus ditempelkan stiker yang
dituliskan “Elektrolit pekat, harus diencerkan sebelum diberikan”
 Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori LASA.
 Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat pasien tanpa
pengawasan.

17
 Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA saat menerima / memberi
instruksi
Obat-obatan yang memerlukan kewaspadaan tinggi:
a. Elektrolit Pekat
- KCL 7,46%
- Meylon 8,4%
- MgSO4 20%
- NaCl 3 %
b. Golongan Opioid
- Fentanil
- Kodein HCL
- Morfin HCl
- Morfin Sulfat
- Petidin HCl
- Sufentanil
c. Antikoagulan
- Heparin Natrium
- Enoksaparin Natrium
d. Trombolitik
- Streptokinase

e. Antiaritmia
- Lidokain
- Amiodaron
f. Insulin
g. Obat Hipoglikemia Oral
h. Obat Agonis Adrenergik
- Efinefrin
- Norefineprin
i. Anestetik Umum
- Propofol
- Ketamin
j. Kemoterapi
k. Obat Kontras
l. Pelemas Otot
- Suksinilkolin
- Rokuronium
- Vekuronium

18
m. Larutan Kardioplegia
n. Sound Alike Look Alike Drugs
  

4. KEPASTIAN KETEPATAN: TEPAT LOKASI, TEPAT PROSEDUR, TEPAT PASIEN


OPERASI
Indikator Keselamatan Operasi:
a. menggunakan tanda yang mudah di kenali untuk identifikasi lokasi operasi dan
mengikutsertakan pasien dalam proses penandaan.
b. Menggunakan checklist atau proses lain untuk verifikasi lokasi yg tepat, dan pasien
yang tepat sebelum operasi, serta seluruh peralatan yang dibutuhkan tersedia benar
dan berfungsi.
c. Seluruh tim operasi membuat dan mendokumentasikan prosedur time out sesaat
sebelum prosedur tim out sesaat sebelum prosedur operasi dimulai.

Prosedur penandaan lokasi yang akan dioperasI :


a. Orang yang bertanggung jawab untuk membuat tanda pada pasien adalah
Operator/orang yang akan melakukan tindakan.
b. Operator yang membuat tanda itu harus hadir pada operasi tersebut.

c. Penandaan titik yang akan dioperasi adalah sebelum pasien dipindahkan ke ruang
di mana operasi akan dilakukan. Pasien ikut dilibatkan, terjaga dan sadar;
sebaiknya dilakukan sebelum pemberian obat pre-medikasi.
d. Tanda berupa “X” dititik yang akan dioperasi.
e. Tanda itu harus dibuat dengan pena atau spidol permanen berwarna hitam dan jika
memungkinkan, harus terlihat sampai pasien disiapkan dan diselimuti.
f. Lokasi untuk semua prosedur yang melibatkan sayatan, tusukan perkutan, atau
penyisipan instrumen harus ditandai.
g. Semua penandaan harus dilakukan bersamaan saat pengecekkan hasil pencitraan
pasien diagnosis misalnya sinar-X, scan, pencitraan elektronik atau hasil test
lainnya dan pastikan dengan  catatan medis pasien dan gelang identitas pasien.
h. Lokasi operasi ditandai pada semua kasus termasuk sisi (laterality), struktur
multipel (jari tangan, jari kaki, lesi) atau multiple level (tulang belakang).

Beberapa prosedur yang tidak memerlukan penandaan:


 Kasus organ tunggal (misalnya operasi jantung, operasi caesar)
 Kasus intervensi seperti kateter jantung
 Kasus yang melibatkan gigi
 Prosedur yang melibatkan bayi prematur di mana penandaan akan menyebabkan
tato permanen

19
Dalam kasus-kasus di mana tidak dilakukan penandaan, alasan harus dapat
dijelaskan dan dipertanggungjawabkan. Untuk pasien dengan warna kulit gelap, boleh
digunakan warna selain hitam atau biru gelap (biru tua) agar penandaan jelas terlihat,
misalnya warna merah.
Check list keselamatan pasien operasi
Proses check list ini merupakan standar operasi yang meliputi pembacaan dan
pengisian formulir sign in yang dilakukan sebelum pasien dianestesi di holding area,
time out yang dilakukan di ruang operasi sesaat sebelum incise pasien operasi dan sign
out setelah operasi selesai (dapat dilakukan di recovery room). Proses sign in, time out
dan sign out ini dipandu oleh perawat sirkuler dan diikuti oleh operator, dokter anestesi,
perawat.

5. PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN


Indikator Usaha Menurunkan Infeksi Nosokomial:
a. Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui umum.
b. Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.
Semua petugas di rumah sakit termasuk dokter melakukan kebersihan tangan pada 5
MOMEN yang telah ditentukan, yakni:
 Sebelum kontak dengan pasien
 Sesudah kontak dengan pasien
 Sebelum tindakan asepsis
 Sesudah terkena cairan tubuh pasien
 Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

Ada 2 cara cuci tangan yaitu :


1. HANDWASH – dengan air mengalir, waktunya : 40 – 60 detik
2. HANDRUB – dengan gel berbasis alcohol, waktunya : 20 – 30 detik

Alat Pelindung Diri


Alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari pajanan darah, cairan tubuh,
ekskreta, dan selaput lendir pasien seperti sarung tangan, masker, tutup kepala,
kacamata pelindung, apron/ jas, dan sepatu pelindung.

6. PENGURANGAN RISIKO CEDERA AKIBAT PASIEN JATUH


Indikator usaha menurunkan risiko cedera karena jatuh :
1. Semua pasien baru dinilai rIsiko jatuhnya dan penilaian diulang jika diindikasikan
oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan lainnya.
2. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat rIsiko jatuh pasien
guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.

20
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh


masyarakat maka tuntutan pengelolaan program Keselamatan Kerja di puskesmas
semakin tinggi, karena Sumber Daya Manusia (SDM) puskesmas,
pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar puskesmas ingin
mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik
sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana
dan prasarana yang ada di puskesmas yang tidak memenuhi standar.
Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus
tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal
165 :”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui
upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”.
Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di puskesmas mempunyai
kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui
upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Puskesmas harus menjamin
kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja
maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di puskesmas.
Program keselamatan kerja di puskesmas merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan puskesmas, khususnya dalam hal kesehatan dan
keselamatan bagi SDM puskesmas, pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat
sekita.

Tujuan umum

21
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM puskesmas,
aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan lingkungan
sekitar sehingga proses pelayanan puskesmas berjalan baik dan lancar.

2. Tujuan khusus
a. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat Kerja) dan
KAK (Kecelakaan Akibat Kerja).
b. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas puskesmas.

Alat Keselamatan Kerja


1. Pemadam kebakaran (hidrant)
2. Jas
3. Peralatan pembersih
4. Obat-obatan
5. Kapas
6. Plaster pembalut

Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
b. Pakailah jas (dokter, dokter gigi, analis) saat bekerja
c. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam kebakaran, eye
shower, respirator, dan alat keselamatan kerja yang lainnya.
d. Buanglah sampah pada tempatnya.
e. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik.
f. Dilarang merokok

22
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu   (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu sistem
kegiatan  teknis yang bersifat rutin yang dirancang  untuk mengukur dan menilai mutu
produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan.  Pengendalian mutu pada
pelayanan klinis diperlukan agar produk layanan klinis terjaga kualitasnya sehingga
memuaskan masyarakat sebagai pelanggan.
Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah pelaksanaan langkah-
langkah yang telah direncanakan secara terkendali agar semuanya berlangsung
sebagaimana mestinya, sehingga mutu produk yang direncanakan dapat tercapai dan
terjamin. Dalam pengertian Ishikawa tersirat pula bahwa pengendalian mutu itu
dilakukan dengan orientasi pada kepuasan konsumen. Dalam bahasa layanan
kesehatan keseluruhan proses yang diselenggarakan oleh puskesmas ditujukan pada
pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai konsumen.

BAB IX
PENUTUP

23
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas kesehatan kabupaten/ kota.
Sedangkan Puskesmas bertanggungjawab hanya untuk sebagian upaya
pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota
sesuai dengan kemampuannya. Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan
oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan
nasional. Yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas, agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.

24

Anda mungkin juga menyukai