Anda di halaman 1dari 10

PEMBELAJARAN PKn di SD

“RESUME MODUL 7 DAN MODUL 8”

OLEH :
KELOMPOK 4
1. Ida Ayu Putu Wida Septiari (859016094)
2. Ni Made Bukti Puspa Sari (859015963)
3. Ni Luh Putu Suaniasih (859015956)
MODUL 7
Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi

Kegiatan Belajar 1
Konsep Demokrasi
Konsep demokrasi secara etimologi berarti rakyat berkuasa atau “government or rule by the
people” . Demokrasi adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa
Inggris “democracy” yang diserap dari dua kata bahasa yunani “demos” dan “kratos” atau
“kratein”. Demos berarti rakyat, kratos/kratein berarti kekuasaan, jadi demokrasi berarti
rakyat berkuasa.
Artinya, demokrasi adalah Negara dengan prinsip pemerintahannya yang ditandai oleh
adanya partisipasi warga Negara yang sudah dewasa ikut berpartisipasi dalam pemerintahan
melalui wakilnya yang dipilih. Negara dengan pemerintahannya menjamin kemerdekaan
berbicara, beragama, berpendapat, berserikat, dan menegakkan “rule of law”, masyarakat
yang kelompok mayoritas menghargai kelompok minoritas dan saling memberi perlakuan
yang sama. Sehingga demokrasi merupakan pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk
rakyat.
Menurut Sanusi (1998) sebagai sistem sosial diidentifikasi sepuluh pilar demokrasi
konstitusional menurut UUD 1945, yaitu :
1. Demokrasi yang berKetuhanan Yang Maha Esa
2. Demokrasi dengan Kecerdasan
3. Demokrasi yang berkedaulatan Rakyat
4. Demokrasi dengan Rule of Law
5. Demokrasi dengan Pembagian Kekuasaan Negara
6. Demokrasi dengan Hak Asasi Manusia
7. Demokrasi dengan Pengadilan Yang Merdeka
8. Demokrasi dengan Otonomi Daerah
9. Demokrasi dengan Kemakmuran
10. Demokrasi yang Berkeadilan Sosial
Menurut Torres dapat disimpulkan bahwa demokrasi sebagai salah satu bentuk
pemerintahan, demokrasi sebagai suatu landasan pelaksanaan kekuasaan tertinggi di tangan
rakyat, dan demokrasi adalah konsep republik sebagai bentuk pemerintahan yang murni.
Namun demikian, Torres membagi demokrasi dalam dua aspek, yaitu
1. Aspek formal democracy
Menunjuk pada demokrasi dalam artian sistem pemerintahan.
2. Aspek substantive democracy
Menunjuk pada proses demokrasi yang diidentifikasi dalam 4 bentuk :
a. Protective democracy
b. Developmental democracy
c. Equilibrium democracy
d. Participatory democracy
Dengan kata lain bahwa demokrasi di samping sebagai sistem pemerintahan, juga
diperlukan proses demokrasi yang meliputi 4 hal, yaitu
1. Mengutamakan kepentingan khalayak (pasar)
2. Manusia sebagai makhluk memiliki potensi untuk mengembangkan kekuasaan dan
kemampuan.
3. Memperhatikan keseimbangan antara partisipasi dan apatisme.
4. Untuk mencapai partisipasi perlu ada perubahan terlebih dahulu serta perubahan itu
sendiri akan terwujud jika adanya partisipasi.

Kegiatan Belajar 2
Pendidikan Demokrasi sebagai Esensi PKn
Suatu Negara yang menerapkan sistem demokrasi dimanapun berada, pada dasarnya
untuk melindungi hak-hak warga negaranya, dan secara tidak langsung menginginkan warga
negaranya memiliki wawasan, menyadari akan keharusannya serta menampakkan
partisipasinya sesuai dengan status dan perannya dalam masyarakat. Sebaliknya jika praktika
sistem politik dalam Negara demokrasi mengabaikan nilai-nilai demokrasi maka terjadilah
konflik, krisis, dan lemahnya pemahaman politik.
Winataputra (2001) dalam disertasinya memberikan penjelasan bahwa pendidikan
demokrasi adalah upaya sistematis yang dilakukan Negara dan masyarakat untuk
memfasilitasi individu warga Negara agar memahami, menghayati, mengamalkan dan
mengembangkan konsep, prinsip, dan nilai demokrasi sesuai dengan status perannya dalam
masyarakat.
Demokrasi tidak dapat mengajarkan sendiri, pemahaman ini dipaparkan oleh beberapa
ahli, diantaranya
1. Gandal dan Finn (1992) menegaskan bahwa “democracy does not teach itself. If the
strengts, benefits, and responsibilities of democracy are not made clear to citizens,
they will be ill-equipped to defend on it”. Demokrasi tidak bisa mengajarkannya
sendiri, jika kekuatan, kemanfaatan dan tanggung jawab demokrasi tidak dipahami
dna dihayati dengan baik oleh warga Negara, sukar diharapkan mereka mau
berjuang untuk mempertahankannya.
2. Thomas Jefferson sebagai penulis Deklarasi Kemerdekaan Amerika, dalam Wahab
(2001), menyatakan bahwa :”that the knowledge, skills, behaviors of democratic
citizenship do not just occur naturality in oneself-but rather they must be taught
consciously through schooling to teach new generation, i.e. they are learned
behaviors”, maksudnya pengetahuan, skill, perilaku warga Negara yang demokratis
tidak akan terjadi dengan sendirinya, tetapi harus diajarkan kepada generasi
penerus.
3. Ahmad Sanusi (1998:3) menjelaskan dalam memahami demokrasi harus memaknai
aspek-aspek demokrasi secara menyeluruh diperlukan :
a. Kecerdasan ruhaniyah
b. Kecerdasan naqliyah
c. Kecerdasan aqliyah (otak logis-rasional)
d. Kecerdasan emosional (nafsiyah)
e. Kecerdasan menimbang (judgment)
f. Kecerdasan membuat keputusan
g. Memecahkan masalah (decision making and problem solving)
h. Kecerdasan membahasakan serta mengkomunikasikan
4. Shierly H. Engle dan Anna S. Ochoa (1988) dari Indiana University dalam bukunya
yang berjudul Education for Democratic Citizenship mengemukakan
pengembangan kurikulum dalam pembelajaran mengunggulkan keterampilan
pengambilan keputusan (decision making process) sebagai arah pengembangan
pembelajaran.
5. Pendidikan kewarganegaraan yang disusun melalui hierarki tingkat pengetahuan
ilmu sosial yaitu fakta, konsep, generalisasi dan teori hukum sehingga membentuk
ide fundamental Ilmu Kewarganegaraan (IKN).
Pendidikan demokrasi yang baik adalah bagian dari pendidikan yang baik secara
umum. Berkenaan dengan hal tersebut disarankan oleh Gandal dan Finn pada tahun 1992
bahwa perlu dikembangkan model, dimana paling tidak dalam bentuk 4 alternatif, yaitu :
1) Landasan dan bentuk-bentuk demokrasi
2) Bagaimana ide demokrasi
3) Adanya kurikulum yang dapat menjawab persoalan apakah kekuatan dan
kelemahan demokrasi
4) Tersedianya kesempatan untuk memahami kondisi demokrasi dalam berbagai
konteks, serta kegiatan ekstra kurikuler yang bernuansa demokrasi dan menjadikan
sekolah sebagai lingkungan yang demokratis, dan pelibatan siswa dalam kegiatan
masyarakat.

Kegiatan Belajar 3
Sekolah sebagai Laboratorium Demokrasi
Dalam proses pembelajaran di kelas dan di luar kelas dalam lingkungan sekolah harus
menggambarkan suasana demokratis. Dalam konteks itulah maka perlu dilakukan upaya
sistematis dan sistemik untuk menjadikan sekolah sebagai wahana pengembangan warga
negara yang demokratis melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Undang-undang RI No. 20
tahun 2003 tentang Sisdiknas, Pasal 3 menekankan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan
untuk menjadikan warga negara yang demokratis dan Pasal 4 Pendidikan diselenggarakan
secara demokratis.
Paradigma pendidikan demokratis yang perlu dikembangkan dalam lingkungan
sekolah adalah Pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensional atau bersisi jamak.
Sifat multidimensional tersebut antara lain terletak pada :
1. Pandangannya yang pluralistic-uniter (bermacam-macam, tetapi menyatu dalam
pengertian Bhineka Tunggal Ika.
2. Sikapnya dalam menempatkan individu, negara, dan masyarakat global secara
harmonis.
3. Tujuannya yang diarahkan pada semua dimensi kecerdasan (spiritual, rasional,
emosional, dan sosial).
4. Konteks (setting) yang menghasilakan pengalaman belajarnya yang terbuka,
fleksibel/luwes, dan bervariasi merujuk kepada dimensi tujuannya.
Situasi sekolah dan kelas dikembangkan demikian rupa sebagai democratic laboratory
atau lab demokrasi dengan lingkungan sekolah/kampus yang diperlakukan sebagai micro
cosmos of democrasi atau lingkungan kehidupan yang demokratis yang bersifat mikro, dan
memperlakukan masyarakat luas sebagai open global classroom atau sebagai kelas global
terbuka. Dengan car aitu akan memungkinkan siswa dapat belajar demokrasi dalam situasi
demokratis dan untuk tujuan melatih diri sebagai warga negara yang demokratis dan
membangun kehidupan yang lebih demokratis. Itulah makna dari konsep “learning
democracy, in democracy, and for democracy” -belajar tentang demokrasi, dalam situasi yang
demokratis, dan untuk membangun kehidupan demokratis.

MODUL 8
Hubungan Konsep, Nilai, Moral, dan
Norma dengan Tuntutan Perilaku
Warga Negara

Kegiatan Belajar 1
Konsep, Nilai, Moral, dan Norma (KNMN)
Dalam Hubungan Warga Negara dengan
Negara
Pengenalan nilai dengan pengalaman nilai tidak sama pengertiannya. Kaitan konsep nilai,
moral, dan norma dalam hubungan antara warga negara dengan negara sangat erat dan
mempunyai pengaruh timbal balik.
Mengubah sikap seseorang tidak mudah, namun memerlaukan proses dan kebiasaan-
kebiasaan yang mendukung arah itu pula. Mengenai hal tersebut ada beberapa pendekatan
yang kita kenal:
1. Pendekatan emosional
2. Pendekatan rasional
Keikutsertaan rakyat di dalam kehidupan bernegara merupakan hal yang mutlak, dalam
Pemerintahan Demokrasi Pancasila terutama dalam Pembangunan. Di bidang ekonomi
berdasarkan pada Pasal 33 UUD 1945. Bahwa cara pandang Integralistik Indonesia di bidang
perekonomian ini menurut beberapa unsur yaitu:
1. Perekonomian disusun sebagai usaha Bersama, maksudnya dikerjakan oleh semua
untuk semua di bawah pimpinan anggota masyarakat.
2. Perekonomian disusun arats kekeluargaan, maksudnya kemakmuran masyarakat yang
diutamakan, bukan kemakmuran orang-orang.
Hakikat Pembangunan Nasional adalah Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan seluruh masyarakat Indonesia yang mengandung sebagai berikut.
1. Adanya keselarasan, keserasian, dan kebulatan yang utuh dalam seluruh kegiatan
Pembangunan.
2. Pembangunan merata untuk seluruh masyarakat dan seluruh wilayah tanah air.
3. Hal yang ingin dibangun manusia dan masyarakat Indonesia sehingga Pembangunan
harus berkepribadian Indonesia dan menghasilkan manusia dan masyarakat maju yang
tetap berkepribadian Indonesia pula.
Demikian pula di bidang -bidang lainnya (sosial budaya dan pertahanan keamanan) peran
serta aktif warga negara sangat diperlukan. Melihat aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara begitu luas dan kompak dalam proses pelaksanaan pembangunan tentu menjadi
tanggung jawab dan kewajiban warga negara.

Kegiatan Belajar 2
Konsep, Nilai, Moral, dan Norma (KNMN)
Dalam Hubungannya dengan Sesama
Warga Negara
Kegiatan belajar ini kita masih membahas prilaku Warga Negara. Tentu Anda masih ingat
tentang kegiatan belajar terdahulu, sebenarnya yang dimaksud Warga Negara. Pelajari
sepintas dalam Undang – Undang Dasar 1945 mengatur tentang hal berikut ini:
1. Siapa yang dimaksud Warga Negara.
2. Siapa yang dimaksud orsng asing atau bukan Warga Negara.
3. Perilaku yang bagaimana yang diharapkan dari Warga Negara.
Pengertian Warga Negara dan Konsep Umum Warga Negara yang dalam baik. Seperti pada
urian berikut dijelaskan bahwa manusia dilahirkan ke bumi ini sebagai mahluk sosial.
Senantiasa berhubungan dengan manusia lain dan lingkungannyan dalam kebutuhan
memenuhi kebutuhan hidupnya itu. Oleh karena itu, salah satu upaya yang dilakukan dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidupnya manusia adalah membangun suatu wadah tempat
mereka berlindung yang dinamakan Negara. Menurut Rustandi (1988;60) “Warga Negara
ialah mereka yang berdasarkan hukum merupakan anggota dari suatu negara.
Dari rumusan tersebut diperoleh suatu pengertian untuk dapat dilakukan sebagai Warga
Negara maka Seseorang harus dinyatakan secara legal (sah) menjadi Warga Negara.
Pasal 26 ayat (11) menyatakan bahwa “yang menjadi Warga Negara Indonesia ialah
orang-orang bangsa Indonesia asli dang orang-orang bangsalain yang disahkan dengan
Undang-Undang sebagai Wrga Negara”,ayat (2) menyatakan bahwa “Syarat-syarat yang
mengenai kewarganegaraan Negara ditetapkan dengan Undang-undang”. Dengan demikian,
yang menjadi WNI adalah sebagai berikut.
1. Orang-orang bangsa Indonesia asli.
2. Orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara
Indonesia
Orang-orang bangsa Indonesia asli adalah orang-orang yang dilahirkan oleh orang tua yang
berasal dari seluruh wilayah Indonesi yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Orang-
orang bangsa lain adalah orang-orang peranakan (Belanda, Tionghoa, Arab) yang bertempat
kedudukan di Indonesia mengakui Indonesia sebagai tanah airnya dan setia kepada negara
Republik Indonesia. Di samping hal-hal tersebutdi atas yang lebih dan perlu kita sadari
bahwa Warga Negara Indonesia yang beraneka ragam, suku, bangsa, agama dan keyakinan,
budaya, adat istiadat, dan mereka itu tinggal di satu wilayah negara Republik Indonesia yang
mendiami di berbagai pula-pulau pula. Hali ini akan nampak lebih jelas apabila Anda kaitkan
dengan tujuan pendidikan nasional ditinjau dari dimensi sosial.
Penanaman dari membiasakan sikap yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari sangat perlu dari usia dini dalam rangkan Pembinaan dan Pembentukan
Pribadi Warga Negara. Nilai-nilai tersebut, seperti tenggang rasa, tanggung jawab
pengendalian diri, tolong-menolong, harga menghargai. Melihat kenyatan tersebut apa pun
yang terjadi, guru (sekolah) selalu dijadikan tumpuan kesalahn. Sementasrs faktor-faktor
yang mempengaruhi terhadap kenakalan pelajar sangat kompleks anatara lain:
1. Faktor-faktor pengaruh selama pelajar berada di lingkungan sekolah;
2. Faktor-faktor pengaruh selama pelajar berada di antara sekolah dan rumah tempat
tinggal;
3. Faktor-faktor yang berpengaruh selama pelajar berada di lingkungan rumah tempat
tinggal;
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa lembaga pendidikan dalam hal ini sekolah
sesungguhnya telah berupaya membekali dalam rangka pembentukan sikap melalui
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan bidang studi pendukung lainya, seperti
agama,paramuka. Penanam nilai dalam rangka pembentukan sikap warga negara perlu
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari karena kecerdasan yang tinggi tanpa dibarengi
moralitas yang baik.
Adapun yang menjadi pertimbangan selain dari manusia-manusia Indonesia secara pribadi-
pribadi, yang memiliki nilai-nilai tersebut, landasan utamanya adalah sebagai berikut:
1. Landasan Idiil Pancasila
Dalam hal ini, Pancasila mengajarkan dalam bekerja sama dengan bangsa lain untuk
menciptakan perdaiman dilandasi pertanggungjawaban Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pada Pembukaan UUD 1945 Pada alinia IV menyebutkan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
2. Landasan Struktural
Dalam hal ini bidang luar Negeri UUD 1945 menyebutkan Pasal 11 sebagai berikut:
Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian
dengan negara lain.
1. Landasan Oprasional
Sebagai realisasi dan apa yang tercantum dalam Pancasila. Pembukaan UUD 1945
diatas untuk politik luar negeri Republik Indonesia bebas aktif intinya agar bangsa
Indonesia berkawan baik dengan semua bangsa di dunia dan tidak pilih kasih.

Kegiatan Belajar 3
Konsep Nilai, Moral, dan Norma (KNMN)
Dalam Pengembangan Komitmen
Bela Negara
Sebagai awal pembahasan kita dalam kegiatan belajar ini bahwa beta Negara merupakan
tuntunan prilaku keikutsertaan bahkan menjadi hak dan kewajiban bagi setiap warga negara.
Bela Negara dapat terwujud bila dilandasi oleh adanya tekad, sikap dan tindakan Warga
Negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut didasari oleh:
1. Kecintaan pada tanh air
2. Kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia
3. Keyakian akan kesaktian Pancasila Sebagai Idologi Negara dan kerelaan
berkorban.
Guna meniadakan setiap ancaman dari luar maupun dari dalam negeri yang
membahayakan kemerdekaan dan kedaulatan negara. Kesatuan negara, keutuhan wilayah
yuridiksi nasional serta nilai-nilai Pancasila UUD1945.
Wawasan Nusantara ialah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya
berdasarkan ide nasionalnya, yaitu Pancasila dan Undang – Udang Dasar 1945. Negara
kepulauan yang dapat dinamakan NUSA, yang terletak 2 benua dan 2 samudra atau
singkatnya : NUSANTARA. Kepulauan Indonesia dengan semua perarirannya berdasarkan
falsafah Pancasila, dipandang oleh Bangsa Indonesia sebagai satu kesatuanyang utuh, tidak
terpisah-pisah satu dengan yang lainnya.Dalam kehidupan sehari-hari, yaitu istilah TANAH
AIR. Tanah air ini merupakan tempat kelahiran/tempat tinggal, yang digunakan sebagai
tempat untuk menyelenggarakan dan menjamin kelangsungan hidup. Letak geografisnya
diantara 2 benua dan 2 samudra, memang lebih tepat dinamakan NUSANTARA.
Wawasan Nusantara merupakan suatu pandangan, sikap pendidikan dan keyakinan
bangsa Indonesia yang telah dikenal dan dianutnya, telah mempunyai legalitas dalam
kehidupan kita sebagai Bangsa dan Negara.
Bagaiman upaya pemerintah untuk menggalang dan mempertahankan baik dari aspek
alamiah maupun aspek sosial dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara dalam usahanya
mewujudkan Tujuan Negara melalui Pembangunan Nasional.
Upaya-upaya tersebut antara lain menciptakan Ketahanan Nasional, yang meliputui:
1. Untuk tetap memungkinkan berjalannya pembangunan nasional yang harus menuju ke
tujuan yang ingin dicapai dan agar dapat secara efektif dihindarkan dari hambatan,
ancaman dan gangguan yang timbal balik dari luar maupun dalam.
2. Ketahanan Nasional adalah kondiisi dinamis yang merupakan integrasi dari kondisi
tiap aspek kehidupan bangsa dan negara.
HANKAMNAS adalah upaya rakyat semesta yang merupakan salah satu fungsi
utama Pemerintah Negara dalam rangka Penegakan Ketahanan Nasional, dengan tujuan
mencapai keamanan Bangsa dan Negara serta Keamanan Perjuangan Nasional. Untuk
mewujudkan cita-cita perjuangan Bangsa tersebut di atas perlu adanya Pemeliharaan
Kepentingan Nasional. Adalah tetap Tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia serta
terwujudnya Tujuan Nasional melalui Pembangunan Nasional. BAB XII PERTAHANAN
NEGARA ( UUD 1945 ) Pasal 30 ayat (1) Tiap Warga Negara Berhak dan Wajib ikut serta
dalam usaha Pembelaan Negara.

Anda mungkin juga menyukai