Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN PENDIDIKAN

(Tugas Kelompok)

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Siti Raihan, S.Pd., M.Pd.

Mahasiswi :
Adrianni (1947041037)
M. Yusril Muslimin (1947042031)
Sitti Khadijah (1947242023)

Kelompok 3/Kelas M84

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
1. Peranan Manajemen Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Di Sekolah Dasar Dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan Berdasarkan Pencasila.
A. Peranan manajemen pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan
Manajemen pendidikan adalah penataan bidang pendidikan yang
dilakukan melalui kegiatan perencanaan, pengorganisasian, kepegawaian,
pembinaan, koordinasi, komunikasi, motivasi, penganggaran, pengendalian,
pemantauan, evaluasi, dan pengelolaan, pelaporan secara sistematis untuk
mencapai sasaran mutu pendidikan.
Manajemen pendidikan berperan dalam penyelenggaraan pendidikan
yaitu memfasilitasi terselenggaranya kegiatan pendidikan dan menempatkan
jabatan pribadi sesuai dengan kompetensinya, sehingga tercapai tujuan
pendidikan secara optimal. dan tujuan pendidikan yang baik, sehingga mudah
untuk menerapkan manajemen pendidikan yang baik.
Tujuan dan manfaat manajemen pendidikan adalah:
a. Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang Aktif, Inovatif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM);
b. Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
c. Pemenuhan salah satu dari 4 keterampilan pendidik dan tenaga
kependidikan (penunjang keterampilan profesional sebagai pendidik dan
tenaga kependidikan sebagai pengelola);
d. Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien; dan. membekali
tenaga kependidikan dengan teori-teori tentang proses dan tugas
administrasi pendidikan (mendukung profesi sebagai manajer atau
konsultan manajemen pendidikan);
e. Masalah kualitas pendidikan terpecahkan.
f. Hakikat dari tujuan dan manfaat manajemen dalam penyelenggaraan
pendidikan adalah untuk mencapai dan meningkatkan efektivitas, efisiensi
dan produktivitas kerja dalam mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
B. Peranan manajemen berbasis sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah dasar

Manajemen pendidikan dalam jenjang pendidikan sekolah dasar berbasis MBS


menjadi tuntutan dalam pengelolaan aspek material maupun pembelajaran. Dari
berbagai aktivitas disekolah yang ada, diperlukan manajemen sekolah dasar yang
baik sehingga antara aktivitas pembelajaran satu dan lainnya tidak tumpang
tindih serta fasilitas sekolah dapat didayagunakan secara maksimal. Selain itu,
diperlukan sumber daya manusia yang memiliki tugas dan peran masing-masing,
Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kapasitas dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang layak dalam rangka pendidikan bagi kehidupan bangsa dan negara.
pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik. menjadi
orang yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan. Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik agar
dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, terutama agar menjadi
manusia. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
MBS diharapkan dapat memberikan kesempatan dan kesempatan kepada
pimpinan sekolah, guru dan siswa untuk berinovasi dalam pendidikan. Beberapa
manfaat MBS dalam pendidikan adalah kebijakan dan otoritas sekolah berbicara
langsung kepada siswa, orang tua, dan guru. Sumber daya yang ada dapat
dimanfaatkan secara optimal. Pembinaan peserta didik dapat dilakukan secara
efektif dan dapat mengajak semua pihak untuk memajukan dan meningkatkan
penyelenggaraan pendidikan. Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan yang
ditetapkan di satuan studi, tugas utama yang harus dicapai adalah
terselenggaranya manajemen pendidikan yang dianggap paling efektif dan
efisien di 'satuan studi'.
Untuk dapat memainkan peran yang tepat dan efektif, ada langkah-langkah atau
strategi yang dapat digunakan untuk melakukan pengelolaan sampah. Veithzal
& Murni (2010) menyatakan bahwa strategi penerapan MBS dalam konsep
peningkatan kualitas harus menghasilkan langkah-langkah kegiatan sebagai
berikut.
a. Mengembangkan database profil sekolah yang akurat, akurat, valid dan
bertahap terkait dengan berbagai aspek akademik, administrasi (siswa, guru,
staf) dan keuangan.
b. Melakukan penilaian diri (self-assessment) untuk menganalisis keuangan
dan sumber daya sekolah, kinerja organisasi, dan pencapaian program dan
hasil siswa terkait aspek intelektual dan keterampilan, serta aspek lainnya.
bab.
c. Sekolah harus membaca kebutuhan sekolah dan mengikuti visi, misi dan
tujuannya dalam rangka pendidikan yang berkualitas. hal.
d. Berdasarkan visi, misi dan tujuan pendidikan pendidikan yang berkualitas,
sekolah dan masyarakat bersama-sama merencanakan program jangka
panjang atau jangka pendek (tahunan, termasuk anggaran).
e. Sekolah harus menetapkan serangkaian prioritas dan rencana pembangunan
jangka panjang. Perencanaan jangka panjang, dinyatakan sebagai strategi,
harus menentukan tujuan implementasi utama.
f. Melakukan monitoring dan evaluasi untuk memastikan rencana yang telah
direncanakan dapat berjalan dengan baik. Dengan menitikberatkan pada
kualitas pendidikan peserta didik, maka pelaksanaan monitoring dan
evaluasi harus memenuhi kebutuhan peserta.

Educational management processes involve the arrangement and


deployment of systems that ensure the implementation of policies, strategies,
and action plans throughout a set of integrated practices in order to achieve
educational goals. Process performance can only be optimised through a clear
understanding of how different units of work fit into the whole. Process
performance ensures that a fit for purpose management system of the education
is developed, implemented and constantly improved. It looks at how
management gathers information to inform educational policy and strategy and
involves the application of systems standards covering quality management
systems (Lewis, Goodman & Fandt, 1995). Maksud dari pernyataan tersebut
adalah Proses manajemen pendidikan melibatkan pengaturan dan penyebaran
sistem yang memastikan implementasi kebijakan, strategi, dan rencana aksi
melalui serangkaian praktik terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kinerja proses hanya dapat dioptimalkan melalui pemahaman yang jelas
tentang betapa berbedanya unit kerja sesuai dengan keseluruhan. Kinerja
proses memastikan bahwa sistem manajemen pendidikan yang sesuai dengan
tujuan adalah dikembangkan, diimplementasikan, dan terus ditingkatkan. Itu
terlihat bagaimana manajemen mengumpulkan informasi untuk
menginformasikan pendidikan kebijakan dan strategi dan melibatkan
penerapan sistem standar yang mencakup sistem manajemen mutu (Lewis,
Goodman & Fandt, 1995). Kinerja proses, ketika didokumentasikan dan
dianalisis secara ilmiah dan dibandingkan dengan hasil yang diinginkan,
menghasilkan fakta atas dasar yang proses tersebut dapat dikelola secara efektif
dan terus ditingkatkan. Informasi faktual ini mendukung keputusan di semua
tingkatan yang pada gilirannya meningkatkan pendidikan kinerja proses lebih
lanjut (Schoderbek, Cozier & Aplin,1988)
Oleh karena itu, pentingnya manajemen dalam organisasi suatu organisasi
sangatlah penting, begitu juga dengan pendidikan manajemen.
Lembaga/perusahaan yang terlibat dalam pengelolaan aset membutuhkan tata
kelola yang baik. Lembaga pendidikan adalah lembaga yang memimpin
masyarakat dan berusaha untuk menciptakan manusia yang berkualitas, hal ini
jelas membutuhkan pemikiran yang lebih dari lembaga manajemen real estate.
Menurut Sallis (2005:12), sekolah yang bermutu harus:
1) Memiliki nilai moral/karakter yang tinggi;
2) Hasil tes yang sangat baik;
3) Dukungan dari orang tua, dunia usaha dan masyarakat sekitar;
4) Sumber daya yang melimpah;
5) Penggunaan teknologi terkini;
6) Kepemimpinan dan tekad yang kuat (visi);
7) Kepedulian dan kepedulian terhadap siswa;
8) Kurikulum yang seimbang dan relevan.
Buruknya kualitas pendidikan di Indonesia harus segera diatasi.
Peningkatan mutu pendidikan memerlukan upaya serius dan sungguh-sungguh
dari semua pihak, mulai dari pemerintah pusat dan daerah, kepala sekolah, guru,
siswa, orang tua, masyarakat, serta dunia usaha dan industri. Kehadiran
manajemen dalam upaya peningkatan mutu pendidikan tidak dapat dipungkiri.
Manajemen merupakan bagian penting dari kegiatan peningkatan dan relevansi
mutu pendidikan. Atas dasar ini, semua pelaku dalam dunia pendidikan
diharapkan memahami bahkan mampu memainkan perannya.

2. Kepeminpinan dalam manajemen pendidikan, subtantsi manajemen sekolah dasar,


dan hubungan sekolah dengan stakeholder
A. Kepemimpinan dalam manajemen pendidikan

Recently, Hunt (2004) set out to answer the question, What is Leadership? He
concluded that the answer depends on the ontological (the nature or essence of
phenomenon being studied) and epistemological (how one goes about
understanding the phenomenon and communicating such knowledge to others)
assumptions one makes about the definition and purpose of leadership. Maksud
dari pernyataan tersebut bahwasa semuanya tergantung pada sifat atau esensi
yang dari fenomena yang dipelajari dan epistemologis (bagaimana seseorang
memahami fenomena dan menkomunikasikan pengetahuannya kepada orang
lain ) yang asumsi dibuat seseorang tentang defenisi dan tujuan kepemimpinan.
Adapun kepemimpinan dalam manajemen pendidikan adalah :
1. Kepemimpinan otokratik
Tipe kepemimpinan otokratis didasarkan pada perintah, paksaan, dan
tindakan agak otoriter dalam hubungan antara pemimpin dan bawahan.18
Tipe kepemimpinan otokratis memiliki sejumlah karakteristik yang
dianggap karakteristik negatif. Karakteristik ini meliputi: a) menganggap
organisasi sebagai milik pribadi; b) mengidentifikasi tujuan pribadi dengan
tujuan perusahaan; c) melihat bawahan hanya sebagai alat; d) menolak
kritik, saran dan pendapat; e) tergantung pada otoritas formal mereka; dan
f) dalam aksi geraknya sering menggunakan pendekatan yang mengandung
unsur paksaan dan hukuman.
2. Kepemimpinan laissez faire (kendali bebas)
Pemimpin Laissez-faire adalah kebalikan dari pemimpin otokratis. Jika, di
sisi lain, seorang pemimpin otokratis mengendalikan organisasi, seorang
pemimpin laissez-faire menyerahkan semua kekuasaannya kepada
bawahannya. Hal ini dilakukan karena pemimpin laissez-faire percaya
bahwa semua masalah akan diselesaikan dengan cepat jika bawahan diberi
kebebasan sebanyak mungkin. Pemimpin hanya bertindak sebagai penasihat
dan bukan sebagai satu-satunya pemegang kekuasaan.
3. Kepemimpinan demokratis
Berbeda dengan pemimpin otokratis dan pemimpin laissez-faire yang
bertindak otoriter dan menyerahkan segalanya kepada bawahannya.
Gagasan bahwa kegiatan dalam suatu organisasi atau lembaga berkembang
dengan lancar dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan jika masalah
yang ada diselesaikan bersama antara manajer dan bawahan. Pemimpin
yang demokratis menyadari bahwa organisasi harus disusun sedemikian
rupa sehingga dapat menggambarkan dengan jelas berbagai tugas dan
kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi atau
lembaga.
4. Kepemimpinan transformasional
Kemampuan seorang pemimpin untuk bekerja dengan atau melalui orang
lain untuk secara optimal mentransformasikan sumber daya organisasi
untuk mencapai tujuan yang berarti sesuai dengan tujuan kinerja yang telah
ditentukan. Sumber daya yang dimaksud dapat berupa personel, fasilitas,
dana, dan faktor eksternal organisasi. Tipe pemimpin transformasional
berusaha menginspirasi motivasi bawahannya untuk bekerja secara optimal
agar menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
B. Subtansi manajemen sekolah dasar
Jika kita melihat lebih dekat pada praktik pendidikan sekolah, setidaknya ada
beberapa substansi manajemen pendidikan, yaitu:
1. Manajemen kurikulum dan pembelajaran siswa
2. Manajemen Kesiswaan
3. Manajemen sarana prasarana (Sarpras)
4. Manajemen Humas
5. Manajemen Sumberdaya Manusia atau Manajemen Tenaga Kependidikan
(Pendidik dan Non Pendidik)
6. Manajemen Pembiayaan
7. Manajemen Tata Usaha
8. Manajemen Bimbingan dan Konseling

Selain itu, dalam praktik pendidikan di sekolah atau madrasah juga terdapat
substansi manajemen pendidikan yang mempengaruhi pelaksanaan substansi
manajemen pendidikan tersebut, yaitu:
1. Manajemen Konflik
2. Manajemen Waktu
3. Manajemen Perubahan dan pengembangan sekolah
4. Manajemen Budaya Sekolah
5. Manajemen Kewirausahaan
6. Manajemen Komunikasi
7. Manajemen Dinamika Kelompok
8. Sistem Informasi Manajemen
Selain substansi manajemen pendidikan yang telah disebutkan, dari pandang
fungsi manajemen, berdasarkan visi Terry (1968: 36), dapat dinyatakan sudut
bahwa substansi manajemen pendidikan terdiri dari empat substansi umum yang
mewujudkan bagaimana seorang manajer pendidikan mengarahkan
pekerjaannya untuk mencapai tujuan sekolah atau madrasah secara efektif dan
efisien. Keempat substansi tersebut adalah: perencanaan, pengorganisasian,
mobilisasi dan pengendalian
C. Hubungan sekolah dengan stakeholder
Stakeholder pendidikan dapat diartikan sebagai orang yang menjadi
pemberi dan sekaligus pendukung pendidikan atau lembaga pendidikan. Pelaku
pendidikan terbagi dalam 3 kategori utama,
1. Sekolah, meliputi guru, kepala sekolah, siswa, dan administrator sekolah.
2. Pemerintah yang diwakili oleh pengawas, pengawas, dinas pendidikan,
walikota, di hadapan Menteri Pendidikan Nasional.
3. Masyarakat sedangkan yang berkepentingan dengan pendidikan adalah
orang tua siswa, pemerhati dan tenaga kependidikan, LSM, perusahaan atau
lembaga yang membutuhkan tenaga terlatih (DUDI), toko buku, pembina
sekolah, penerbit buku, pemasok bahan ajar, dan lain-lain.

Peran stakeholder adalah mengembangkan sekolah bermutu yang tidak


hanya berkaitan dengan aspek outputnya saja tetapi juga aspek proses yang
di lakukan dan/atau dikembangkan oleh sekolah. Maka, tanpa melibatkan para
pemegang kepentingan ini secara utuh, niscaya dunia pendidikan tidak akan
berjalan dengan baik sebab di dalam dunia pendidikan ada hal yang disebut
dengan aksi dan refleksi. Seseorang akan melakukan aksi setelah mempelajari
dulu apa yang dilakukan oleh orang-orang sebelumnya dalam merespons
rangsangan yang sama atau biasa disebut coping behavior. Untuk menanamkan
aspek afektif seperti akhlak mulia, seseorang perlu meniru atau mencontoh
ketauladanan lingkungan di sekitarnya.
Oleh karena itu, semua pelaku pendidikan harus memiliki visi yang
sama, platform yang sama, rasa hormat yang sama, sehingga kesadaran
akan tantangan dan peluang di tahun-tahun mendatang dilakukan secara
kompak dan mendukung. Yang dibutuhkan adalah sistem yang
memungkinkan sekolah menyerap aspirasi para pemangku kepentingannya atau
stakeholders. Perusahaan dan industri di daerah tidak perlu merekrut tenaga
kerja dari luar daerah jika dunia pendidikan kita menarik bagi mereka.
Identifikasi mata pelajaran inti di suatu sekolah harus didasarkan pada studi
kelayakan yang terukur sehingga pemetaan kebutuhan kerja dapat dijawab
dengan mempersiapkan sekolah untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Pemimpin sekolah, seperti kepala sekolah dan guru, perlu menyegarkan diri
untuk menghidupkan kembali peran pendidikan di dunia nyata. Jadi dapat
dilihat bahwasanya sekolah tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa adanya
stakholder sebab stakeholder memiliki peran penting dalam dunia
pendidikan.
KELOMPOK PENANGGAP

Klp : Sita Qadarsih


Pertanyaan : buruknya kulitas pendidikan di indonesia harus segera di atasi. Peningkatan mutu
pendidikan memerlukan upaya serius dan sungguh-sungguh dari semua pihak, mulai dari pemerintyah
pisat dan daerah, kepala sekolah, guru, siswa, orang tua, masyarakat serta dunia usaha dan industri.
Nah nagaimana upaya yang anda maksuid untuk mengatasi permasalahan tersebut sesuaidengan
manajemen pendidikan.

Menjawab : Ibu Raihan

Klp : Darmiati
Pertanyaan : berikan contoh peranan manajemen dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar
dalam meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan pancasila sudah terlaksana dengan baik.

Menjawab : Ibu Raihan

Moderator : Tidak ada


Penyanggah : Tidak ada
DAFTAR PUSTAKA

Rusmiati, R. A., Mulyadi, D., Widyasari, & Kolik, A. (2019). Manajemen Lembaga
Pendidikan. Jagakarsa, Jakarta Selatan: Polimedia Publishing.

Wahyudiana, S. (2018). Manajemen Pendidikan. Ngaglik, Sleman Yogyakarta:


Aswaja Preswindo.

Hidayat, A. (2009). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Kaukaba.

Karnama, M. M., & Prihamdani, D. (2019). Peranan Manajemen Berbasis Sekolah


(MBS). Jurnal Sekolah Dasar, 4(2), 68-73.

Hartanto, S. B. (2016). Kepemimpinan Dalam Manajemen


Pendidikan. Intelegensia: Jurnal Pendidikan Islam, 4(2), 68-77.

Trihantoyo, S. (2015). Manajemen Sekolah Dasar Berbasis Akuntabilitas Kinerja.


Widyagogik: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar,
3(1), 93.

Winoto, H. S. (2020). Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Bildung.

Pasaribu, A. (2017). Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Dalam


Pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional Di Madrasah. EduTech:
Jurnal Ilmu Pendidikan dan Ilmu Sosial, 3(1).

Avolio, B. J., & Gardner, W. L. (2005). Authentic leadership development: Getting


to the root of positive forms of leadership. The leadership
quarterly, 16(3), 331.

Amanchukwu, R. N., Stanley, G. J., & Ololube, N. P. (2015). A review of leadership


theories, principles and styles and their relevance to educational
management. Management, 5(1), 6-14.
Kholis, N., Zamroni, Z., & Sumarno, S. (2014). Mutu sekolah dan budaya
partisipasi stakeholders. Jurnal pembangunan pendidikan:
fondasi dan aplikasi, 2(2)

Anda mungkin juga menyukai