Anda di halaman 1dari 13

1

KONSEP KEGAWATDARURATAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kegawatdaruratan

Disusun Oleh :

1. Aghnia Sholikah (P27224020046)


2. Andhika Setya N. E (P27224020047)
3. Lutfi Nur Farida (P27224020047)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI ALIH JENJANG D.4 KEBIDANAN
TAHUN 2020

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah indikator yang penting untuk
menentukan status kesehatan ibu di suatu wilayah, khususnya berkaitan dengan
2

resiko kematian ibu hamil dan bersalin. Pada saat ini Angka Kematian Ibu dan
Angka Kematian Bayi di Indonesia masih sangat tinggi. Menurut Survei
Demografi Dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012 Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tetap tinggi. AKI
mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB mencapai 32 per 1000
kelahiran hidup.
Penyebab Angka Kematian Ibu sangat kompleks namun penyebab
langsung seperti perdarahan, infeksi dan komplikasi aborsi, harus segera
ditangani oleh tenaga kesehatan. Sebenarnya sebagian besar kematian ibu bisa
dicegah jika para ibu ini memperoleh pertolongan dari tenaga kesehatan yang
kompeten yang didukung fasilitas kesehatan. Penyebab utama kematian ibu
melahirkan seperti yang disebutkan diatas sebenarnya bisa dicegah, apabila
seorang ibu hamil tidak mengalami 3 terlambat dan 4 terlalu.
Penyebab kematian yang paling cepat pada neonatus adalah asfiksia.
Asfiksia perinatal merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas yang penting.
Akibat jangka panjang, asfiksia perinatal dapat diperbaiki secara bermakna jika
gangguan ini diketahui sebelum kelahiran (mis; pada keadaan gawat janin)
sehingga dapat diusahakan memperbaiki sirkulasi/oksigenasi janin intrauterine
atau segera melahirkan janin untuk mempersingkat masa hipoksemia janin yang
terjadi.
Dari berbagai faktor yang berperan pada kematian ibu dan bayi,
kemampuan kinerja petugas kesehatan berdampak langsung pada peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan maternal dan neonatal terutama kemampuan
dalam mengatasi masalah yang bersifat kegawatdaruratan. Semua penyulit
kehamilan atau komplikasi yang terjadi
1 dapat dihindari apabila kehamilan dan
persalinan direncanakan, diasuh dan dikelola secara benar. Untuk dapat
memberikan asuhan kehamilan dan persalinan yang cepat tepat dan benar
diperlukan tenaga kesehatan yang terampil dan profesional dalam menanganan
kondisi kegawatdaruratan.
1
3

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian kegawatdaruratan ?
2. Apa saja tanda dan gejala kegawatdaruratan ?
3. Apa saja penyebab kegawatdaruratan ?
C. TUJUAN
1. Mengerti dan memahami pengertian kegawatdaruratan.
2. Mengerti dan memahami tanda dan gejala kegawatdaruratan.
3. Mengerti dan memahami penyebab kegawatdaruratan.

BAB II
TINJAUAN KASUS

A. KONSEP KEGAWATDARURATAN
1. Pengertian Kegawatdaruratan
Gawat adalah kondisi pasien dengan ancaman jiwa atau ancaman
kematian. Sedangkat darurat adalah kondisi penderita yang memerlukan
4

pertolongan segera. Gawat darurat adalah keadaan yang menimpa


seseorang dengan tiba-tiba dapat membahayakan jiwa, memerlukan
tindakan medis segera dan tepat. Penderita gawat darurat adalah
penderitaan yang memerlukan pertolongan segera karena berada dalam
keadaan yang mengancam nyawa. Pertolongan yang diberikan dilakukan
secara cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian maupun
kecacatan. Ukuran keberhasilan dari pertolongan ini adalah waktu tanggap
(respon time) dari penolong.
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan
kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan
membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan jiwa/nyawa (Campbell
S, Lee C, 2010).
Kegawatan atau kegawatdaruratan dalam kebidanan adalah kegawatan
atau kegawatdaruratan yang terjadi pada wanita hamil, melahirkan atau
nifas. Kegawatdaruratan dapat terjadi baik pada penanganan obstetric
maupun neonatal. Penatalaksanaan kegawatdaruratan meliputi pengenalan
segera kondisi gawat darurat, stabilisasi keadaan penderita, pemberian
oksigen, infuse, terapi cairan, transfuse darah, dan pemberian
medikamentosa (antibiotika, sedatif, anestesi, dan serum anti tetanus).
Kegawatdaruratan dapat terjadi tiba-tiba, dapat disertai kejang, atau dapat
timbul sebagai akibat dari suatu komplikasi yang tidak ditangani atau
dipantau dengan semestinya.
Pertolongan pertama gawat darurat dapat terjadi dimana saja baik
dirumah, lingkungan masyarakat, puskesmas, dan atau rumah sakit.
Penatalaksanaan kegawat daruratan3kebidanan tidak dibatasi oleh bantuan
medis tetapi juga non medis. Pada pertolongan pertama yang cepat dan
tepat akan menyebabkan pasien dapat bertahan hidup untuk mendapatkan
pertolongan yang lebih lanjut. Adapun keberhasilan penanganan gawat
darurat ditentukan oleh tersedianya sumber daya yang terstandar.
5

Pelayanan kebidanan dibedakan menjadi 3 jenis pelayanan, yaitu:


a. Layanan primer, sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan.
b. Layanan sekunder, sebagai anggota tim yang kegiatannya
dilakukan secara bersamaan sebagai salah satu dari sebuah proses
kegiatan pelayanan kesehatan.
c. Layanan rujukan, rujukan ke system pelayanan yang lebih tinggi,
atau sebaliknya.

Peran dan fungsi bidan dalam kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal


diorientasikan pada kemampuan memberikan asuhan meliputi upaya
pencegahan (preventif), promosi terhadap pelaksanaan asuhan kebidanan
normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak serta akses bantuan medis
atau bantuan lain yang sesuai serta kemampuan dalam penatalaksanaan
kegawatdaruratan.
Standar kompetensi bidan berdasarkan KEPMENKES RI
no.369/MENKES/III/2007 menyatakan bahwa bidan memberikan asuhan
yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama
persalinan, memimpin persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi
kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan
bayinya yang baru lahir. Kompetensi pengetahuan dasar yang perlu
dimiliki seorang bidan meliputi:
a. Indikasi tindakan kegawatdaruratan kebidanan (distosia bahu, asfiksia,
retensio plasenta, pendarahan, atonia uteri dan mengatasi renjatan).
b. Indikasi tindakan operatif pada persalinan ( gawat janin, CPD) .
c. Indikator komplikasi persalinan: perdarahan, partus macet,
malpresentasi, eklampsi, gawat janin, infeksi KPD tanpa infeksi,
distosia karena inersia uteri primer, postterm, preterm serta tali pusat
menumbung.
Adapun kompetensi keterampilan dasar yang perlu dimiliki seorang
bidan meliputi:
a. Mengidentifikasi secara dini persalinan abnormal dan
kegawatdaruratan dengan intervensi yang sesuai dan atau melakukan
rujukan dengan tepat waktu.
b. Melakukan pengeluaran plasenta secara manual
6

c. Mengelola perdarahan postpartum.


d. Memindahkan ibu untuk tindakan tambahan atau kegawatdaruratan
dengan tepat waktu sesuai indikasi.

Keterampilan tambahan :
a. Menolong kelahiran presentasi muka dengan penempatan dan gerakan
tangan yang tepat.
b. Memberikan suntikan anastesi lokal jika diperlukan
c. Melakukan ekstraksi forsep rendah dan vakum jika diperlukan sesuai
kewenangan
d. Mengidentifikasi dan mengelola malpresentasi, distosia bahu, gawat
janin dan IUFD dengan tepat
e. Mengidentifikasi dan mengelola tali pusat menumbung
f. Mengidentifikasi dan menjahit robekan serviks.
2. Tanda dan gejala kegawatdaruratan

Tanda dan gejala kegawatdaruratan yaitu:


a. Sianosis sentral
Sianosis adalah warna kebiru-biruan pada kulit dan selaput lendir yang
terjadi akibat peningkatan jumlah absolut Hb tereduksi (Hb yang tidak
berkaitan dengan O2).
b. Apnea
Menurut American Academy of Sleep Medicine, penentuan periode
apnea dikategorikan berdasarkan hasil indeks rata-rata jumlah henti
nafas dalam 1 jam atau Apnea Hypopnea Indeks (AHI). Klasifikasi
periode dengan kriteria sebagai berikut :
1) Ringan, apabila 5-15 kali/jam.
2) Sedang, apabila 15-30 kali/jam.
3) Berat, apabila >30 kali/jam.
c. Kejang
1) Kejang umum dengan gejala:
a) Gerakan wajah dan ekstremitas yang teratur dan berulang
7

b) Ekstensi atau fleksi tonik lengan atau tungkai, baik sinkron


maupun tidak sinkron
c) Perubahan status kesadaran (bayi mungkin tidak sadar atau
tetap bangun tetapi responsif/apatis)
d) Apnea (napas spontan berhenti lebih 20 detik).
2) Kejang subtle dengan gejala :
(1) Gerakan mata berkedip berputar dan juling yang berulang.
(2) Gerakan mulut dan lidah berulang.
(3) Gerakan tungkai tidak terkendali, gerakan seperti mengayuh
sepeda.
(4) Apnea.
(5) Bayi bisa masih tetap sadar.
d. Spasme dengan gejala :
1) Kontraksi otot tidak terkendali paling tidak beberapa detik sampai
beberapa menit
2) Dipicu oleh sentuhan, suara maupun cahaya
3) Bayi tetap sadar, sering menangis kesakitan
4) Trismus (rahang kaku, mulut tidak dapat dibuka, bibir mencucu
seperti mulut ikan)
5) Opistotonus
e. Perdarahan
Setiap perdarahan pada neonatus harus segera dirujuk, perdarahan
dapat disebabkan kekurangan faktor pembekuan darah dan faktor
fungsi pembekuan darah atau menurun.
f. Sangat kuning.
g. Berat badan < 1500 gram
3. Penyebab Kegawatdaruratan
a. Kegawatdaruratan Maternal
1) Abortus
8

a) Abortus Iminens
b) Abortus Insipien
c) Abortus Incomplit
2) Mola Hidatidosa
3) Kehamilan Ektopik
4) hiperemesis gravidarum
5) hamil dengan syok
6) hamil kembar
7) hidramniom
8) ketuban pecah dini
9) Perdarahan
a) perdarahan post partum
b) atonia uteri
c) laserasi jalan lahir
d) Solusio Plasenta
e) Retensio sisa Plasenta (Plasenta Inkompletus)
f) hematoma
g) Preeklamsi berat
b. Kegawatdaruratan Neonatal
1) definisi neonatal
Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai
dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar
dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim. Pada masa ini
terjadi pematangan organ hampir pada semua system. Neonatus
bukanlah miniatur orang dewasa, bahkan bukan pula miniatur
anak. Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan
didalam rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan
diluar rahim yang serba mandiri.
2) Kondisi yang menyebabkan kegawatdaruratan neonates
9

a) Hipotermi
b) prematur
c) asfiksia
d) BBLR
e) hipoglikemi
f) hiperbilirubin
g) kejang
h) infeksi neonatus
3) Faktor-faktor yang menyebabkan kegawatdaruratan pada neonates
a) Faktor kehamilan: Kehamilan kurang bulan, kehamilan
dengan penyakit DM, Kehamilan dengn gawat janin,
kehamilan dengan penyakit kronis ibu, kehamilan dengan
pertumbuhan janin terhambat, infertilitas.
b) Faktor pada partus: Partus dengan infeksi intrapartum dan
partus dengan penggunaan obat sedative.
c) Faktor pada bayi: Skor apgar yang rendah, BBLR, bayi
kurang bulan, berat lahir lebih dari 4000gr, cacat bawaancdan
frekuensi pernafasan dengan 2x observasi lebih dari 60/menit.
10

BAB III
PEMBAHASAN
11

Pada teori konsep dasar kegawatdaruratan dengan jurnal yang berjudul


”Hubungan Ketepatan Penilaian Triase Dengan Tingkat Keberhasilan Penanganan
Pasien” menunjukkan bahwa teori pada jurnal berkesesuaian dengan teori lama yang
menyatakan bahwa pelayanan pasien disesuaikan dengan tingkat kegawatdaruratan
yang harus segera ditangani supaya lebih mudah untuk melakukan pelayanan yang
mana yang akan didahulukan.

BAB IV
PENUTUP

10
A. Kesimpulan
Kegawatan atau kegawatdaruratan dalam kebidanan adalah kegawatan atau
kegawatdaruratan yang terjadi pada wanita hamil, melahirkan atau nifas.
Kegawatdaruratan dapat terjadi baik pada penanganan maternal maupun
neonatal.
Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup
bulan meliputi perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan (abortus,
mola hidatidosa, kista vasikuler, kehamilan ekstrauteri/ ektopik) dan perdarahan
pada minggu akhir kehamilan dan mendekati cukup bulan (plasenta previa,
solusio plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per vagina setelah seksio
sesarea, retensio plasentae/plasenta inkomplet), perdarahan pasca persalinan,
hematoma, dan koagulopati obstetri.
Situasi yang membutuhkan evaluasi dan manajemen
yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis ( ≤ usia
12

28 hari) membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali


perubahan psikologis dan kondisi patologis yang
mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu. Penyebab
kematian yang paling cepat pada neonatus adalah asfiksia.
Asfiksia perinatal merupakan penyebab mortalitas dan
morbiditas yang penting. Akibat jangka panjang, asfiksia
perinatal dapat diperbaiki secara bermakna jika gangguan
ini diketahui sebelum kelahiran (misal, pada keadaan
gawat janin) sehingga dapat diusahakan memperbaiki
sirkulasi / oksigenasi janin intrauterin atau segera
melahirkan janin untuk mempersingkat masa hipoksemia
janin yang terjadi.
B. Saran
Mengingat tingginya AKI dan AKB di Indonesia, maka kegawatdaruratan
maternal dan neonatal haruslah ditangani dengan cepat dan tepat. Penanganan
yang tepat dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga di Indonesia. Maka,
dengan mempelajari dan memahami kegawatdaruratan maternal dan neonatal,
diharapkan bidan dapat memberikan penanganan yang maksimal dan sesuai
standar demi kesehatan ibu dan anak
11
13

DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin, Abdul Bari dkk. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Maryunani, Anik dan Yulianingsi. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam


Kebidanan. Jakarta: CV.Trans Info Medika

Lisnawati, Lilis. 2013. Asuhan Kebidanan Terkini Kegawatdaruratan Maternal dan


Neonatal. Jakarta : TIM

Maryunani, Anik. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta :


Trans Info Media.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP

Rukiyah, Ai Yeyeh. 2010. Asuhan Kebidanan IV Patologi Kebidanan. Jakarta:


Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai