Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SEDEKAH, INFAQ, WAKAF, DAN WASIAT


Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Fiqih Ibadah
Kelas : 1 A

Disusun Oleh:
1. Aria Sofi (20621007)
2. Muhammad Bintang Ramadhan (20621029)

i
KATA PENGANTAR

uji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam
yang senantiasa memberikan kemudahan, kelancaran beserta limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya yang tiada terhingga. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang telah memberikan suri tauladan bagi
kita semua.
Alhamdulillah berkat kehendak dan ridha-Nya, penulis dapat menyelesaikan
pembuatan makalah yang berjudul “Sedekah, infaq, wakaf, dan
wasiat”. Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas salah satu mata kuliah
Fiqih Ibadah di IAIN Curup, Rejang Lebong.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya terutama
bagi penulis dan pembaca. Begitu pula makalah ini tidak luput dari kekurangan
dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang
bersifat membangun.

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................1
C. Tujuan .............................................................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN
A. Sedekah ...........................................................................................................2
B. Infaq ................................................................................................................3
C.Wakaf ...............................................................................................................4
D. Wasiat .............................................................................................................7
E. Persamaan Dan Perbedaan Dari Zakat, Sedekah, Infaq, Wakaf, Dan Wasia...8

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan .....................................................................................................9
B. Daftar Pustaka ...............................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam adalah agama yang diridhoi oleh Allah subhanahu wata’ala dan sebagai rahmat
bagi seluruh alam. Karena itu tolong menolong dalam kebaikan yang diperintahkan dalam
agama Islam yang mulia ini sebagai bukti bahwa Islam benar-benar rahmatan lil ‘alamin.
“Dan tolong menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan
tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. A Maidah: 2)
“Dari Abu Hurairah, Abdullah Ibn Umar, dan Siti Aisyah Rodhiyallohu’anhuma bahwa
RasulullahSholallohu’alaihi Wasallam bersabda, saling memberi hadiahlah kamu semua
(maka) kamu akan saling mencintai.” (HR. Bukhori). Banyak sekali istilah yang digunakan
ketika seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain dalam bentuk apapun, seperti wakaf,
sedekah, infaq, wasiat atau yang lainnya sesuai dengan kondisi, situasi, momen, dan evennya.
Dalam makalah ini insyaAlloh akan dibahas secara singkat namun padat tentang
permasalahan infaq, waqaf, sedekah, dan wasiat yang termasuk bagian dari perkara penting
dalam urusan fiqih.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Itu Sedekah ?
2. Apa Itu Infaq ?
3. Apa Itu Wakaf ?
4. Apa Itu Wasiat ?
5. Jelaskan Persamaan Dan Perbedaan Dari Zakat, Sedekah, Infaq, Wakaf, Dan Wasiat ?

C. TUJUAN

1. Untuk Mengetahui Apa Itu Sedekah


2. Untuk mengetahui Apa Itu Infaq
3. Untuk Mengetahui Apaitu Wakaf
4. Untuk Mengetahui Apa Itu Wasiat
5. Untuk Mengetahui Persamaan Dan Perbedaan Dari Zakat, Sedekah, Infaq, Wakaf, Dan
Wasiat

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEDEKAH
Secara etimologi, kata shodaqoh berasal dari bahasa Arab ash- shadaqah. Pada awal
pertumbuhan islam, shodaqoh diartikan dengan pemberian yang disunahkan (sedekah sunah).
Sedangkan secara terminologi shadaqah adalah memberikan sesuatu tanpa ada tukarannya
karena mengharapkan pahala dari Allah Swt.
Dari pengertian tadi, dapat diartikan bahwa shodaqoh merupakan ibadah yang sifatnya
lentur. Ia tidak dibatasi oleh waktu ataupun batasan tertentu. Dengan demikian tidak ada
waktu khusus untuk bersedekah. Begitu juga, dalam sedekah tidak ada batasan minimal. Nabi
saw. Bersabda: ”bersedekahlah walaupun dengan sebutir kurma, karena hal itu dapat
menutup dari kelaparan dan dapat menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan
api.”(HR. Ibnu Mubarak).
Dengan demikian, sedekah dapat dibedakan dari zakat dalam tiga hal. Pertama, sedekah
hukumnya sunah, sedangkan hukum zakat adalah wajib. Kedua, zakat hanya berhubungan
dengan harta tertentu, seperti hasil pertanian, emas dan perak, serta binatang ternak,
sementara sedekah boleh berbentuk harta apa saja asalkan bukan benda yang haram. Ketiga,
zakat hanya boleh diberikan kepada golongan tertentu, yaitu delapan kelompok mustahik
zakat, sedangkan sedekah dapat diberikan kepada siapa pun.
Shadaqah merupakan salah satu amal shaleh yang tidak akan terputus pahalanya, seperti
sabda Rasulullah SAW : "Apabila seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah semua
amalnya kecuali tiga perkara, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak shaleh yang
selalu mendo'akan kedua orang tuanya". (HR. Muslim)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Bersedekah.
1. Harta yang disedekahkan bukan berupa barang yang haram, baik haram karena zat
barangnya, seperti daging babi dan minuman keras, maupun haram karena diperoleh dengan
cara yang tidak halal. Bersedekah dengan barang yang haram juga haram.
2. Barang yang akan disedekahkan hendaknya berkualitas baik. Sengaja memilih barang-
barang yang jelek atau rusak untuk disedekahkan hukumnya makhruh.
3. Hendaknya menghindari hal-hal yang dapat membatalkan sedekah. Hal–hal tersebut
dijelaskan dalam surah Al-baqarah ayat 264, ”wahai orang-orang yang beriman janganlah
kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaaan
penerima)”.
4. Memberikan sedekah dengan ikhlas semata-mata mengharap pahala dan keridaan Allah.
bersedekah karena pamer dan ingin mendapat pujian dari orang lain akan menjadikan
sedekah itu sia-sia dan tidak berpahal
5. Harta yang disedekahkan hendaknya berupa barang-barang yang tidak mudah rusak dan
dapat terus bermanfaat untuk waktu yang lama. Hal yang demikian disebut sadaqah jariyyah
(sedekah yang pahalanya mengalir terus). Artinya, selama benda tersebut masih memberikan

2
manfaat kepada orang lain, selama itu pula orang yang bersedekah akan terus mendapatkan
pahala.

3
B. INFAQ
Infaq berarti pembelanjaan, ada pula yang disebut nafqah yang berarti belanja. Kata
kerjanya ialah anfaqa yang berarti menafkahkan atau membelanjakan. Maksudnya adalah
belanja berupa pemberian uang aatau harta benda kepada yang membutuhkan, baik kepada
keluarga, tetangga maupun masyarakat dalam suatu negara., adapun hukumnya ada yang
wajib (termasuk zakat, nadzar),ada infaq sunnah, mubah bahkan ada yang haram. Dalam hal
ini infaq hanya berkaitan dengan materi. Menurut kamus bahasa Indonesia Infaq adalah
mengeluarkan harta yang mencakup zakat dan non zakat Sedangkan menurut terminologi
syariat, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk
suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam.
Macam-Macam Infaq
Infaq secara hukum terbagi menjadi empat macam antara lain sebagai berikut:
1. Infaq Mubah, Mengeluarkan harta untuk perkara mubah seperti berdagang, bercocok
tanam.
2. Infaq Wajib, Mengeluarkan harta untuk perkara wajib seperti:Membayar mahar
(maskawin), Menafkahi istri, Menafkahi istri yang ditalak dan masih dalam keadaan
iddah
3. Infaq Haram, Mengeluarkan harta dengan tujuan yang diharamkan oleh Allah yaitu:
Infaqnya orang kafir untuk menghalangi syiar Islam, Sesuai dengan firmal allah
Pْ ‫ص ُّد‬
ً‫ َرة‬P‫ونُ َعلَ ْي ِه ْم َح ْس‬PP‫وا عَن َسبِي ِل هَّللا ِ فَ َسيُنفِقُونَهَا ثُ َّم تَ ُك‬ ُ َ‫ُوا يُنفِقُونَ أَ ْم َوالَهُ ْم لِي‬
ْ ‫ إِ َّن الَّ ِذينَ آَفَر‬Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi
(orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi
sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam Jahannamlah orang-
orang yang kafir itu dikumpulkan.,Kemudian Infaq-nya orang Islam kepada fakir
miskin tapi tidak karena Allah namun karena ingin di beri Pujian.
 Hikmah dari berinfaq
1. Untuk mengangakat kehidupan orang-orang yang fakir untuk hidup yang layak
2. Supaya tidak nampak perbedaan yang terlalu mencolok antara si kaya dan si miskin dan
ternyata kemiskinan itu sangat berbahaya, karena agama juga bisa terjual.
3. Kehidupan dalam masyarakat tanpa ada yang berinfaq yang kaya boros yang miskin
hampir menjual agamanya, akan ada revolusi kelaparan yaitu orang-orang yang miskin akan
berontak, harta bukan hanya keliling kepada orang-orang yang kaya saja (kriminalisasi).
Dasar Berinfak
al-Baqarah (2) : 195. "Dan berinfaklah kamu (bersedekah atau nafakah) di jalan Allah dan
janganlah kamu mencampakkan diri kamu ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah kerana
sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik".
al-Baqarah (2) : 215. "Mereka bertanya kepada engkau tentang apa yang mereka infakkan,
Jawablah! Apa sahaja harta yang kamu infakkan hendaklah diberikan kepada ibu bapa, kaum
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam

4
perjalanan. Dan apa sahaja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui".

C. WAKAF
Ditinjau dari segi bahasa wakaf berarti menahan. Sedangkan menurut istilah syara’, ialah
menahan sesuatu benda yang kekal zatnya, untuk diambil manfaatnya untuk kebaikan dan
kemajuanIslam. Menahan suatu benda yang kekal zatnya, artinya tidak dijual dan tidak
diberikan serta tidak pula diwariskan, tetapi hanya disedekahkan untuk diambil manfaatnya
saja.
Ada beberapa pengertian tentang wakaf antara lain:
1. Pengertian wakaf menurut mazhab hanafi adalah menahan harta-benda sehingga menjadi
hukum milik Allah ta’alaa, maka seseorang yang mewakafkan sesuatu berarti ia melepaskan
kepemilikan harta tersebut dan memberikannya kepada Allah untuk bisa memberikan
manfaatnya kepada manusia secara tetap dan kontinyu, tidak boleh dijual, dihibahkan,
ataupun diwariskan
2. Pengertian wakaf menurut imam Abu Hanafi adalah menahan harta-benda atas
kepemilikan orang yang berwakaf dan bershadaqah dari hasilnya atau menyalurkan manfaat
dari harta tersebut kepada orang-orang yang dicintainya. Berdasarkan definisi dari Abu
Hanifahini, maka harta tersebut ada dalam pengawasan orang yang berwakaf (wakif) selama
ia masih hidup, dan bisa diwariskan kepada ahli warisnya jika ia sudah meninggal baik untuk
dijual ayau dihibahkan. Definisi ini berbeda dengan definisi yang dikeluarkan oleh Abu
Yusuf dan Muhammad, sahabat Imam Abu Hanifah itu sendiri
3. Pengertian wakaf menurut peraturan pemerintah no. 28 tahun 1977 adalah perbuatan
hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian harta kekayaannya yang
berupa tanah milik dan melembagakannya untuk selama-lamanya. Bagi kepentingan
peribadatan atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran agama Islam.
Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa wakaf itu termasuk salah satu
diantara macam pemberian, akan tetapi hanya boleh diambil manfaatnya, dan bendanya harus
tetap utuh. Oleh karena itu, harta yang layak untuk diwakafkan adalah harta yang tidak habis
dipakai dan umumnya tidak dapat dipindahkan, mislanya tanah, bangunan dan sejenisnya.
Utamanya untuk kepentingan umum, misalnya untuk masjid, mushala, pondok pesantren,
panti asuhan, jalan umum, dan sebagainya.
Hukum wakaf sama dengan amal jariyah. Sesuai dengan jenis amalnya maka berwakaf bukan
sekedar berderma (sedekah) biasa, tetapi lebih besar pahala dan manfaatnya terhadap orang
yang berwakaf. Pahala yang diterima mengalir terus menerus selama barang atau benda yang
diwakafkan itu masih berguna dan bermanfaat. Hukum wakaf adalah sunah. Ditegaskan
dalam hadits:
0( ‫ح يَ ْدع ُْولَهُ )رواه مسل م‬ َ ‫ص َدقَ ٍة َجا ِريَ ٍة اَ ْو ِع ْل ٍم يَ ْنتَفَ ُع بِ ِه اَ ْو َولَ ِد‬
ٍ ِ‫صال‬ ٍ َ‫اِ َذا َماتَ ابْنَ ا َد َم اِ ْنقَطَ َع َع َملُهُ اِالَّ ِمنْ ثَال‬
َ :‫ث‬
Artinya:
“Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga
(macam), yaitu sedekah jariyah (yang mengalir terus), ilmu yang dimanfaatkan, atu anak
shaleh yang mendoakannya.” (HR Muslim)

5
Harta yang diwakafkan tidak boleh dijual, dihibahkan atau diwariskan. Akan tetapi, harta
wakaf tersebut harus secara terus menerus dapat dimanfaatkan untuk kepentingan umum
sebagaimana maksud orang yang mewakafkan. Hadits Nabi yang artinya: “Sesungguhnya
Umar telah mendapatkan sebidang tanah diKhaibar. Umar bertanya kepada Rasulullah SAW;
Wahai Rasulullah apakah perintahmu kepadaku sehubungan dengan tanah tersebut? Beliau
menjawab: Jika engkau suka tahanlah tanah itu dan sedekahkan manfaatnya! Maka dengan
petunjuk beliau itu, Umar menyedekahkan tanahnya dengan perjanjian tidak akan dijual
tanahnya, tidak dihibahkan dan tidak pula diwariskan.” (HR Bukhari dan Muslim)
Syarat dan Rukun Wakaf
A. Syarat Wakaf
  Syarat-syarat harta yang diwakafkan sebagai berikut:
1.Diwakafkan untuk selama-lamanya, tidak terbatas waktu tertentu (disebut takbid).
2.Tunai tanpa menggantungkan pada suatu peristiwa di masa yang akan datang. Misalnya,
“Saya 
3.wakafkan bila dapat keuntungan yang lebih besar dari usaha yang akan datang”. Hal ini
disebut tanjiz
4.Jelas mauquf alaih nya (orang yang diberi wakaf) dan bisa dimiliki barang yang
diwakafkan  (mauquf) itu
B. Rukun Wakaf
1. Orang yang berwakaf (wakif), syaratnya;
·         kehendak sendiri
·         berhak berbuat baik walaupun non Islam
2.  Sesuatu (harta) yang diwakafkan (mauquf), syartanya;
- barang yang dimilki dapat dipindahkan dan tetap zaknya, berfaedah saat diberikan maupun
dikemudian hari
- milki sendiri walaupun hanya sebagian yang diwakafkan ataumusya (bercampur dan tidak
dapat dipindahkan dengan bagian yang lain
- Tempat berwakaf (yang berhaka menerima hasil wakaf itu), yakni orang yang memilki
sesuatu, anak dalam kandungan tidak syah.
- Akad, misalnya: “Saya wakafkan ini kepada masjid, sekolah orang yang tidak mampu dan
sebagainya” tidak perlu qabul (jawab) kecuali yang bersifat pribadi (bukan bersifat umum)
Harta yang Diwakafkan
Wakaf meskipun tergolong pemberian sunah, namun tidak bisa dikatakan sebagai sedekah
biasa. Sebab harta yang diserahkan haruslah harta yang tidak habis dipakai, tapi bermanfaat
secara terus menerus dan tidak boleh pula dimiliki secara perseorangan sebagai hak milik
penuh. Oleh karena itu, harta yang diwakafkan harus berwujud barang yang tahan lama dan
bermanfaat untuk orang banyak, misalnya:

6
a. Sebidang tanah
b.Pepohonan untuk diambil manfaat atau hasilnya
c. Bangunan masjid, madrasah, atau jembatan
Dalam Islam, pemberian semacam ini termasuk sedekah jariyah atau amal jariyah, yaitu
sedekah yang pahalanya akan terus menerus mengalir kepada orang yang bersedekah. Bahkan
setelah meninggal sekalipun, selama harta yang diwakafkan itu tetap bermanfaat. Hadits nabi
SAW:
)‫مسلم‬ ‫ح يَ ْدع ُْولَهُ (رواه‬ َ ‫ص َدقَ ٍة َجا ِريَ ٍة اَ ْو ِع ْل ٍم يَ ْنتَفَ ُع ِب ِه اَ ْو َولَ ِد‬
ٍ ِ‫صال‬ ٍ َ‫اِ َذا َماتَ ابْنَ ا َد َم اِ ْنقَطَ َع َع َملُهُ اِالَّ ِمنْ ثَال‬
َ :‫ث‬
Artinya: “Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah semua amalnya, kecuali
tiga (macam), yaitu sedekah jariyah (yang mengalir terus), ilmu yang dimanfaatkan, atu
anak shaleh yang mendoakannya.” (HR Muslim)
Berkembangnya agama Islam seperti yang kita lihatsekarang ini diantaranya adalah karena
hasil wakaf dari kaum muslimin. Bangunan-bangunan masjid, mushala (surau), madrasah,
pondok pesantren, panti asuhan dan sebaginya hampir semuanya berdiri diatas tanah wakaf.
Bahkan banyak pula lembaga-lembaga pendidikan Islam, majelis taklim, madrasah, dan
pondok-pondok pesantren yang kegiatan operasionalnya dibiayai dari hasil tanah wakaf.
Karena itulah, maka Islam sangat menganjurkan bagi orang-orang yang kaya agar mau
mewariskan sebagian harta atau tanahnya guna kepentingan Islam. Hal ini dilakukan atas
persetujuan bersama serta atas pertimbangan kemaslahatan umat dan dana yang lebih
bermanfaat bagi perkembangan umat.
Hikmah Wakaf
Hikmah wakaf adalah sebagai berikut:
b. Memanfaatkan harta atau barang tempo yang tidak terbatas
Kepentingan diri sendiri sebagai pahala sedekah jariah dan untuk kepentingan masyarakat
Islam sebagai upaya dan tanggung jawab kaum muslimin. Mengenai hal ini, rasulullad SAW
bersabda dalam salah satu haditsnya:
َ ‫سلِ ِميْنَ فَلَ ْي‬
)‫س ْمنِّى (الحديث‬ ْ ‫ َمنْ الَ يَ ْهتَ َّم بِا َ ْم ِر ا ْل ُم‬                                  
Artinya: “Barangsiap yang tidak memperhatikan urusan dan kepentingan kaum muslimin
maka tidaklah ia dari golonganku.” (Al Hadits)
c.Mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi
Wakaf biasanya diberikan kepada badan hukum yang bergerak dalam bidang sosial
kemasyarakatan. Hal ini sesuai dengan kaidah usul fiqih berikut ini.
ِّ ‫ح ا ْل َج‬
‫اص‬ َ ‫ح ا ْل َعا ِّم ُمقَ َّد ُم عَلى َم‬
ِ ِ‫صال‬ ِ ِ‫صال‬
َ ‫َم‬
Artinya: “Kemaslahatan umum harus didahulukan daripada kemaslahatan yang khusus.”

7
Adapun manfaat wakaf bagi orang yang menerima atau masyarakat adalah: dapat
menghilangkan kebodohan
1.dapat menghilangkan atau mengurangi kemiskinan.
2.dapat menghilangkan atau mengurangi kesenjangan sosial.
3.dapat memajukan atau menyejahterakan umat.
[ CITATION kar07 \l 1057 ]

D. WASIAT
wasiat berasal dari bahasa Arab, yaitu wasiat yang berarti “suatu ucapan atau pernyataan
dimulainya suatu perbuatan”. Biasanya perbuatan itu dimulai setelah  orang yang
mengucapkan atau menyatakan itu meninggal dunia.
Para ulama pada umumnya sepakat bahwa pengertian wasiat ialah : pernyataan atau
perkataan seseorang kepada orang lain bahwa ia memberikan kepada orang lain itu hartanya
tertentu atau membebaskan hutang orang itu atau memberikan manfaat sesuatu barang
kepunyaan setelah ia meninggal dunia. Seperti si A berwasiat kepada si B bahwa ia
memberikan B, sehingga B memiliki separuh harta A yang terletak di kota C bila ia telah
meninggal dunia. Setelah A meninggal dunia, B memiliki separuh tanah A yang terletak
dikota C
DASAR WASIAT

َ ‫ين ِب ْٱل َمعْ رُوفِ ۖ َح ًّق ا َعلَى ْٱل ُم َّتق‬


‫ِين‬ َ ‫ْن َوٱأْل َ ْق َر ِب‬ ُ ‫ض َر أَ َحدَ ُك ُم ْٱل َم ْو‬
ِ ‫ت إِن َت َر َك َخيْرً ا ْٱل َوصِ َّي ُة ل ِْل ٰ َولِ دَ ي‬ َ ‫ِب َعلَ ْي ُك ْم إِ َذا َح‬
َ ‫ُكت‬

Allah berfirman: ”diwajibkan atas kamu apabila salah seorang diantara kamu kedatangan
(tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak berwasiatlah untuk ibu, bapak
dan para kerabat” Surat Al-Baqarah Ayat 180
Hadist-hadist yang berhubungan dengan wasiat di antaranya :
a. Dari Abdullah bin Umar, ia berkata : Bahwasanya Rasullullah SAW. Bersabda : Tidak
pantas seorang muslim yang mempunyai suatu harta yang harus di wasiatkannya
membiarkannya dua malam, kecuali wasiatnya itu telah tertulis. (H.R Bukhari)
b. Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata : (Alangkah baiknya), andai kata orang mau menurunkan
wasiatnya ke seperempat, karena sesungguhnya Rasullullah bersabda :Sepertiga itu banyak
atau besar . (Muttafaqun’alaih).

8
E. Persamaan Dan Perbedaan Dari Zakat, Sedekah, Infaq, Wakaf, Dan Wasiat
Perbedaan antara zakat, sedekah, infak, wakaf, Dan Wasiat

1. Zakat itu hukumnya wajib dan adanya ketentuan terhadap harta yang harus dizakati dan
siapa saja yang boleh menerimanya. Sedangkan sedekah, infak, wakaf, Dan Wasiat boleh
diterima oleh mukmin siapa saja baik anak-anak maupun orang tua, Baik si kaya maupun
simiskin, Lain halnya dengan Wasiat Yg diberikan Wasiat Harus dekat Atau Mengenal
Pengwasiat.
2. Zakat hukumnya adalah wajib dikeluarkan. Sedangkan sedekah, infak, wakaf, Dan Wasiat
itu sunnah namun perbuatan tersebut sangat dianjurkan oleh Allah SWT.
3. Dalam mengeluarkan zakat adanya ketentuan dan nisab. Sedangkan sedekah, infak, wakaf,
Dan Wasiat tidak adanya ketentuan dan nisab. Boleh kita keluarkan semau dan semampu
kita. jikalau lebih banyak kita berikan maka akan lebih baik tergantung niat dan ketulusan
hati kita.
4. Kalau zakat itu ditentukan apa yang harus dikeluarkan, sedangkan sedekah, infak, wakaf,
Dan Wasiat tidak ditentukan. Boleh kita melakukan infak atau sedekah dengan uang,
makanan bahkan dengan tenaga pun diperbolehkan. Dan boleh kita mewakafkan tanah kita
untuk dijadikan sebagai tempat pengajian dan lain-lain. Makanya berbeda dengan zakat
karena zakat tidak boleh dibayar dengan tanah dan tenaga,

Persamaan antara zakat, sedekah, infak, wakaf, Dan Wasiat

1. Zakat, sedekah, infak, wakaf, Dan Wasiat sama-sama merupakan bentuk pemberian harta
yang kita miliki untuk diberikan kepada orang lain.
2. Zakat, sedekah, infak, wakaf, Dan Wasiat sama-sama merupakan perbuatan terpuji  yang
diridhai oleh Allah SWT.
3. Zakat, sedekah, infak, wakaf, Dan Wasiat sama-sama merupakan wujud kedermawanan
yang dimiliki oleh seseorang atau suatu kelompok dalam organisasi.
4. Zakat, sedekah, infak, wakaf, Dan Wasiat sama-sama diberikan dengan ikhlas tanpa
mengharapkan balasan dari sipenerima.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari atas dapat kita tarik :
1. Sedakah adalah memberikan sesuatu tanpa ada tukarannya karena mengharapkan pahala
2. Infaq berarti pembelanjaan, ada pula yang disebut nafqah yang berarti belanja. Kata
kerjanya ialah anfaqa yang berarti menafkahkan atau membelanjakan. Maksudnya adalah
belanja berupa pemberian uang aatau harta benda kepada yang membutuhkan, baik kepada
keluarga, tetangga maupun masyarakat dalam suatu negara.
3. Ditinjau dari segi bahasa wakaf berarti menahan. Sedangkan menurut istilah syara’, ialah
menahan sesuatu benda yang kekal zatnya, untuk diambil manfaatnya untuk kebaikan dan
kemajuan Islam. Menahan suatu benda yang kekal zatnya, artinya tidak dijual dan tidak
diberikan serta tidak pula diwariskan, tetapi hanya disedekahkan untuk diambil manfaatnya
saja.
4. Kata wasiat berasal dari bahasa Arab, yaitu wasiat yang berarti “suatu ucapan atau
pernyataan dimulainya suatu perbuatan”. Biasanya perbuatan itu dimulai setelah  orang yang
mengucapkan atau menyatakan itu meninggal dunia.

10
B. Daftar Pustaka
Al-habsyi, muhammad baqir. 1999. Fiqih Praktis. Bandung: Mizan
Aunullah, Indi. 2008. Ensiklopedi Fiqih untuk Remaja Jilid 2. Yogyakarta:Pustaka Insan
Madani
Departemen Agama RI. 2007. Fiqih Wakaf. Jakarta: Direktorat Pemberdayaaan Wakaf
Sholikhin, Muhammad. 2008. Mukjizat dan Misteri Lima Rukun Islam. Yogyakarta: Mutiara
Media
Sunarto, Achmad.1416 H. Dasar-dasar Fiqih Islam. Bandung: Husaini
Kartika, Elsi. 2007. Pengantar Hukum Zakat & wakaf. Jakarta: Gramedia Widiasarana

11

Anda mungkin juga menyukai