Anda di halaman 1dari 13

PERAN PERAWAT (PENDEKATAN PROSES KEPERAWATAN) PADA

LANSIA YANG MENGALAMI OBESITAS

OLEH :

TINGKAT 1.5

NI WAYAN ARNING PUSPITAWATI P07120017 198

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

D-III KEPERAWATAN

2018
Hal utama yang dapat memicu terjadinya obesitas pada lansia adalah
sebagai berikut :

1. Gaya Hidup
Salah satu pemicu obesitas yang paling umum yaitu gaya hidup yang tidak
sehat. Biasanya banyak orang yang tidak memperhatikan kesehatannya ,
misalnya saja  saat kita makan diluar kita tidak memperhatikan
kebersihannya dan kita tidak mempertimbangkan porsi atau pun
kandungan yang ada di dalam makanan tersebut, contohnya juga sering
mengkonsumsi mie instan, makanan junk food dan lain sebagainya . Serta
pola tidur yang tidak teratur, juga merupakan pola hidup yang tidak baik.

Selain itu , seseorang yang cenderung malas melakukan gerak pada


kesehariannya juga akan lebih beresiko terkena obesitas , mereka
cenderung menghabiskan waktunya menonton TV atau pun bermain
gadget. Pola hidup yang tidak baik tersebutlah yang menyebabkan terkena
resiko penyakit obesitas.

2. Pola Makan
Makanan tidak bisa terlepas dari kehidupan kita , karena dari makanan
tersebutlah kita mendapatkan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Akan tetapi , seringkali kita tidak memperhatikan pola makan kita .
Biasanya seseorang yang makan secara berlebihan , dan sering
mengkonsumsi makanan junk food seperti mie instan, kue , snack , coklat
dan lain sebagainya.
Makanan junk food dapat menyebabkan obesitas karena didalam makanan
tersebut mengandung bahan pengawet , pemanis buatan dan kandungan
yang tidak baik lainnya. Mereka sering kali tidak memperhatikan asupan
nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh yaitu komponen dari karbohidrat,
lemak , protein , vitamin dan mineral . Masyarakat kita hanya berasumsi
makan sampai perut kenyang , mereka tidak memikirkan kandungan
nutrisi yang dibutuhkan.
3. Kurang Gerak atau Jarang Berolahraga
Kebiasaan buruk yang sering kita lakukan yaitu tidak pernah melakukan
gerak apapun atau tidak melakukan aktivitas yang akan menjadi Penyebab
Obesitas. Jika kita bermalas-malasan untuk melakukan aktivitas hal yang
terjadi yaitu penumpukan lemak yang berlebih di dalam tubuh . Untuk
mengurangi lemak tubuh dapat dilakukan dengan cara melakukan gerak
atau aktivitas , maka dianjurkan untuk selalu melakukan gerak atau
aktivitas minimal 2 jam selama 1 hari.

Faktor Resiko Kesehatan Obesitas Pada Lansia

Benar adanya jika bahaya dari obesitas akan semakin meningkat seiring
bertambahnya umur seseorang. Ada cara untuk menentukan seseorang memiliki
resiko terhadap obesitas, biasanya melalui ukuran BMI (Body Mass Index).
Berikut ini adalah cara melihatnya:

1. Beresiko rendah: Jika angka BMI menunjukkan angka dibawah 27.


2. Beresiko sedang: Jika angka BMI menunjukkan angka diantara 27-30.
3. Beresiko tinggi: Jika angka BMI menunjukkan angka diantara 30-35.
4. Beresiko sangat tinggi: Jika angka BMI menunjukkan angka diantara 35-
40.
5. Beresiko paling tinggi: Jika angka BMI menunjukkan angka diatas 40.

Mungkin Anda bertanya-tanya darimana angka-angka ini bisa di dapatkan?


Jawabannya adalah dengan melakukan pemeriksaan ke dokter. Namun, sekarang
ini juga ada BMI calculator yang bisa Anda gunakan secara cuma-cuma.
Perhitungan BMI biasanya didasarkan oleh umur, jenis kelamin, tinggi badan, dan
berat badan.

Meski begitu, beberapa ahli mengatakan jika pengukuran BMI dianggap kurang
tepat untuk mendeteksi obesitas pada lansia. Dianjurkan jika pendiagnosaan
sebaiknya menggunakan ukuran lingkar pinggang dan panggul. Ini diakibatkan
perubahan ukuran dan bentuk tubuh yang signifikan pada lansia. Patokan yang
digunakan adalah seseorang dikatakan mengalami obesitas jika lingkar
pinggangnya melebihi 80 cm (untuk wanita) dan 90 cm (untuk pria).

Selain itu, resiko obesitas pada lansia juga dapat meningkat karena sejumlah
faktor seperti:

 Memiliki penyakit hipotiroidisme.


 Masih merokok secara aktif.
 Jarang bergerak aktif.
 Efek samping dari obat-obatan (steroid dan beberapa obat anti-depresi).
 Pemilihan makanan yang salah.
 Gangguan secara emosi.
 Faktor lingkungan sekitar.

Bahaya Obesitas Pada Lansia

Ketika terjadi pada mereka yang sudah berusia lanjut, obesitas dapat membawa
banyak sekali masalah yang dapat mengancam kualitas hidup seseorang. Beberapa
kecenderungan bahayanya adalah:

1. Diabetes: Kerja insulin dapat terganggu oleh jaringan lemak tubuh yang
berada di bagian dalam rongga perut. Hal ini lah yang mengakibatkan
lansia dengan obesitas dapat meningkatkan resiko diabetes melitus tipe 2.
2. Hipertensi: Orang lanjut usia yang punya berat badan berlebih cenderung
sulit untuk bergerak. Bahkan jantung penderita obesitas pada lansia saja
memerlukan tenaga ekstra untuk bekerja. Hal ini lah yang dapat
menyebabkan darah tinggi bisa terjadi pada orang-orang obesitas.
3. Aterosklerosis: Penyempitan pembuluh darah adalah nama lain untuk
penyakit yang terjadi akibat obesitas pada lansia satu ini. Ini terjadi ketika
kolesterol dan lemak banyak menumpuk di arteri yang bisa menyebabkan
serangan jantung mendadak dan stroke.
4. Kanker: Obesitas pada lansia yang berkelamin wanita dapat memicu
risiko tinggi kanker payudara, 37% lebih tinggi dibanding dengan mereka
yang memiliki berat badan normal. Sedangkan bagi pria, obesitas juga
dapat menyebabkan kanker prostat jika jaringan lemak sudah mencapai
organ reporduksi tersebut.

Kebutuhan Gizi dan Nutrisi pada Lansia

Khususnya pada Lansia adalah hal yang harus diperhatikan.


Biarpun begitu, semua orang dari beragam umur dan juga jenis kelamin
tetap harus selalu memperhatikan asupan gizinya. Kebutuhan gizi dan
nutrisi harian pada Lansia ini wajib kita kontrol dan kita atur dengan ketat.
Masa Lansia (Lanjut Usia) adalah masa dimana kemampuan dan kesehatan
tubuh akan menurun dari berbagai hal. Dengan penurunan fungsi dari
berbagai organ tubuh Lansia, asupan gizi dan nutrisi pada Lansia perlu
menjadi perhatian utama. Dengan asupan gizi dan nutrisi yang
seimbang, akan membantu para Lansia untuk menjaga tubuhnya tetap
bugar dan sehat setiap hari.

Ada beberapa faktor pentingnya memperhatikan/menjaga asupan


gizi dan nutrisi pada Lansia, karena pada Masa Lansia biasanya akan
mengalami hal-hal berikut:

1) Berkurangnya kemampuan Lansia dalam mencerna makanan,


karena kerusakan gigi dan juga menurunnya fungsi kerja lambung.
2) Berkurangnya indera pengecapan yang mengakibatkan penurunan
fungsi lidah untuk merasakan rasa manis, asin, asam, dan pahit.
3) Rasa lapar yang menurun pada Lansia.
4) Penyerapan sari-sari makanan di usus akan menurun pada Lansia.
5) Organ kerongkongan mengalami pelebaran.
6) Melemahnya gerakan otot dinding usus pada Lansia biasanya akan
menimbulkan keluhan konstipasi/sembelit.

Dengan mengetahui faktor-faktor ini, tubuh Lansia akan menurun


kondisinya, sehingga sangat mudah terserang berbagai penyakit. Asupan
gizi dan nutrisi pada Lansia yang terpenuhi akan membantu mengatasi hal-
hal tadi.

Kebutuhan Gizi Lansia

Masalah gizi yang dihadapi lansia berkaitan erat dengan menurunnya


aktivitas biologis tubuhnya. Konsumsi pangan yang kurang seimbang akan
memperburuk kondisi lansia yang secara alami memang sudah menurun.

Kalori

Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan metabolisme basal


pada orang-orang berusia lanjut menurun sekitar 15-20%, disebabkan
berkurangnya massa otot dan aktivitas. Kalori (energi) diperoleh dari
lemak 9,4 kal, karbohidrat 4 kal, dan protein 4 kal per gramnya. Bagi
lansia komposisi energi sebaiknya 20-25% berasal dari protein, 20% dari
lemak, dan sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan  kalori untuk lansia laki-
laki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila
jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi akan
disimpan berupa lemak, sehingga akan timbul obesitas. Sebaliknya, bila
terlalu sedikit, maka cadangan energi tubuh akan digunakan, sehingga
tubuh akan menjadi kurus.

Protein

Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa per
hari adalah 1 gram per kg berat badan. Pada lansia, masa ototnya
berkurang. Tetapi ternyata kebutuhan tubuhnya akan protein tidak
berkurang, bahkan harus lebih tinggi dari orang dewasa, karena pada
lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh tubuh telah
berkurang (disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang efisien).
Beberapa penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya konsumsi
proteinnya ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang dewasa.
Sumber protein yang baik diantaranya adalah pangan hewani dan kacang-
kacangan.

Lemak

Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori
yang dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40%
dari konsumsi energi) dapat menimbulkan penyakit atherosclerosis
(penyumbatan pembuluh darah ke jantung). Juga dianjurkan 20% dari
konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak jenuh (PUFA = poly
unsaturated faty acid). Minyak nabati merupakan sumber asam lemak
tidak jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan banyak mengandung asam
lemak jenuh.

Karbohidrat dan serat makanan

Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau
konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus.
Serat makanan telah terbukti dapat menyembuhkan kesulitan tersebut.
Sumber serat yang baik bagi lansia adalah sayuran, buah-buahan segar dan
biji-bijian utuh. Manula tidak dianjurkan mengkonsumsi suplemen serat
(yang dijual secara komersial), karena dikuatirkan konsumsi seratnya
terlalu banyak, yang dapat menyebabkan mineral dan zat gizi lain terserap
oleh serat sehingga tidak dapat diserap tubuh. Lansia dianjurkan untuk
mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan menggantinya dengan
karbohidrat kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian
yang berfungsi sebagai sumber energi dan sumber serat.

Vitamin dan mineral


Hasil p enelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang
mengkonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D,
dan E umumnya kekurangan ini terutama disebabkan dibatasinya
konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan sayuran, kekurangan
mineral yang paling banyak diderita lansia adalah kurang mineral kalsium
yang menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi
menyebabkan anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia menjadi
penting untuk membantu metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan
buah hendaknya dikonsumsi secara teratur sebagai sumber vitamin,
mineral dan serat.

Air

Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan
tubuh untuk mengganti yang hilang (dalam bentuk keringat dan urine),
membantu pencernaan makanan dan membersihkan ginjal (membantu
fungsi kerja ginjal). Pada lansia dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per
hari.

Merencanakan Kebutuhan Gizi dan Nutrisi untuk Lansia

Untuk memenuhi asupan gizi dan nutrisi pada Lansia, bisa dilakukan dengan
merencanakan apa yang akan mereka konsumsi/makan setiap harinya.
Perencaan kebutuhan makanan bagi Lansia secara umum adalah:

1) Makanan yang akan diberikan kepada Lansia harus mengandung zat


gizi yaitu zat tenaga, zat pembangun, dan juga zat pengatur.
2) Aturlah porsi makanan Lansia, jangan terlalu membuat mereka
kenyang. Selain itu, daya tampung makanan pada Lambung di usia
Lansia ini sangatlah terbatas, sehingga porsi makanannya juga akan
berbeda dengan ketika mereka belum memasuki usia Lansia. Untuk
memberi makan kepada mereka bisa dilakukan dengan ritme: pagi hari
diberikan bubur ayam, pukul 10.00 pagi diberikan roti, siang hari
makan nasi, telur, sup dan buah pepaya, pukul 16.00 makanan ringan
seperti nagasari, dan malam hari bisa diberikan nasi, sayur bayam,
tempe goreng dan juga buah pisang.
3) Perbanyak minum air putih untuk Lansia.
4) Hindarkan Lansia dari makanan yang terlalu manis, mengandung
minyak, dan juga makanan berlemak.
5) Batasi minum kopi dan teh.
6) Berikan makanan yang bertekstur halus, karena kondisi lambung
mereka sudah sulit untuk mencerna makanan dengan tekstur keras.

Memperhatikan kebutuhan asupan gizi dan nutrisi seimbang pada lansia


adalah salah satu cara untuk menjaga kesehatan mereka. Asupan gizi dan porsi
makanan yang sesuai, akan membantu mereka selalu bugar dan tidak mudah
terserang penyakit.
Identitas Pasien :

Nama : I Ketut Sutakeg

Umur : 69 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Ds.Tengkudak, Kec.Penebel, Kab.Tabanan

Pendidikan : SD

Setelah melakukan wawancara, pasien mengatakan bahwa pasien mengalami


kesulitan untuk mengatur pola makan yang baik untuk tetap menjaga
kesehatannya seperti pasien susah untuk makan teratur seperti makan tiga kali
sehari, mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang serta pasien
juga mengatakan susah untuk mengatur pola istirahatnya yaitu tidur tepat
waktu dan teratur. Dimana pola makan pasien yang tidak teratur yaitu makan
yang tidak teraur yakni terkadang makan hanya 2 kali sehari atau bahkan
pasien bisa makan samapai 5 kali dalam sehari, pasien juga mengatakan jarang
untuk berolahraga dimana kegiatan sehari-hari pasien hanyalah duduk dan
tidur di kamar saja. Pasien juga tidak memperhatikan makanan yang ia
konsusmi yakni pasien hanya tau mengkonsumsi saja dibandingkan dengan
mengetahui kandungan yang ada pada makanan tersebut. Akibat dari pada itu
pasien memiliki beberapa masalah dalam kesehatannya yaitu memiliki berat
badan yang melebihi normal, cepat merasa lelah, lesu, pasien juga memiliki
riwayat hipertensi.

Merujuk kepada masalah pasien, tenaga kesehatan khususnya perawat


memiliki peran yang sangat penting untuk membantu mengatasi masalah yang
dialami pasien di atas. Berikut peran perawat yang dapat dijadikan pedoman
untuk membantu mengatasi masalah penyakit yakni :

1. Peran Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan.


Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan
kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat
ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar
manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.peran ini
umumnya dilaksanakan oleh para pelaksana keperawatan, baik itu dari
puskesmas sampai dengan tingkat rumah sakit.
2. Peran Perawat sebagai Konsultan.
Dimana peran ini adalah sebagai tempat konsultasi bagai pasien terhadap
masalah atau tindakan keperawatan yang tepat diberikan kepada pasien.
Peran ini dilakukan atas permintaan pasien terhadap informasi tentang
tujuan dari adanyana pelayanan keperawatan yang diberikan kepada
pasien. Dalam masalah ini saya selaku tenaga kesehatan yaitu dalam
bidang keperawatan akan memberikan pelayanan dimana pasien dapat
berkonsultasi dengan saya untuk menceritakan bagaimana keluhan dan
masalah yang dialami oleh pasien sehingga akan didapatkan solusi untuk
mengatasi masalah yang dimiliki oleh pasien dimana masalah tersebut
berhubungan dengan kesehatan bio-psiko-sosial-spiritualnya.
3. Peran Perawat sebagai Educator.
Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan
pengetahuan kesehatan pasien, gejala penyakit yang dialami oleh pasien
dan tindakan apa saja yang harus diberikan kepada pasien tersebut,
sehingga diharapkan akan terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah
diberikan pengetahuan yang lebuh banyak lagi oleh tenaga kesehatan.
Dimana saya selaku tenaga kesehatan yaitu memberikan pengetahuan
kepada pasien bagaimana pentingnya hidup sehat. Saya memberikan
pengetahuan yaitu bagaimana cara mengatur diet dengan baik tanpa
merugikan diri sendiri, mengatur pola makan dengan baik, melakukan
olahraga yang teratur serta istirahat yang cukup. Cara tersebut yakni :
1) Makan makanan yang mengandung gizi seimbang diusia lansia
sangatlah penting dimana pada usia lansia saat ini sangat rentang
akan terkena penyakit maka dari itu lansia sangat diperhatikan
asupan makanan yang dikonsumsinya.
2) Makan secara teratur sangat penting. Seperti halnya jangan terlalu
banyak makan ketika sedang lapar, namun jangan juga terlalu
sedikit dimana kita makan secara teratur. Jika tidak ingin makan
janganlah tidak makan sama sekali justru itu yang dapat
mengakibatkan sakit dimana lansia dipaksakan sedikit untuk
memakan makanan agar terdapat sumber energi di dalam tubuhnya
dan jika ketika sedang lapar janganlah terlalu banyak karena terlalu
berlebuhan juga berdampak tidak baik bagi tubuh.
3) Olah raga yang teratur adalah hal yang baik untuk dilakukan oleh
lansia dimana untuk mencegah terjadinya obesitas lansia juga
wajib melakukan olah raga meskipun olahraga dalam gerak yang
cukup sederhana dibandingkan tidak bergerak sama sekali, karena
jika lansia sudah melakukan olah raga tubuh lansia akan terasa
lebih segar dan bugar.
Hasil Dokumentasi :

Melakukan tindakan pengukuran tanda-tanda vital

Anda mungkin juga menyukai