Anda di halaman 1dari 18

TREND MASALAH KESEHATAN DAN MODEL

PERAWATAN LANSIA

OLEH :
KELOMPOK 5
Tingkat 3.1

Ni Putu Yuni Astari (P07120017005)


Ni Wayan Dila Damayanti (P07120017024)
Ni Wayan Sintya Putri (P07120017036)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Adapun judul dari makalah yang akan dibahas adalah “Trend Masalah
Kesehatan Dan Model Perawatan Lansia” dan penulis sangat berharap semoga
dengan adanya makalah ini penulis dapat memberikan sedikit gambaran dan
memperluas wawasan ilmu yang penulis miliki.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya makalah ini, baik
secara langsung maupun tidak langsung, terutama kepada yang terhormat :
1. Bapak, selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Gerontik
yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah ini.
2. Semua teman – teman yang telah membantu menyelesaikan makalah
ini yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
3. Serta kepada lain – lain seperti perpustakaan dan media internet yang
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan dari
semua pihak demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi semua pihak yang berkepentingan.

Denpasar, 24 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Masalah Kesehatan Pada Lansia.................................................................3
2.2 Model Perawatan Pada Lansia....................................................................8

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan...................................................................................................14
3.2 Saran.........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lanjut usia merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat
dihindari dan akan dialami oleh setiap manusia. Pada tahap ini manusia
mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, dimana terjadi
kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya.
Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Sebagai
dampak keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia salah satunya adalah
meningkatnya angka harapan hidup di Indonesia sehingga populasi lansia juga
meningkat. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik tahun 2014, umur Harapan
Hidup (UHH) di Indonesia untuk wanita adalah 73 tahun dan untuk pria adalah 69
tahun. Menurut Bureau of the Cencus USA (1993), Indonesia pada tahun 1990-
2025 akan mempunyai kenaikan jumlah lanjut usia sebesar 414%. Pasien lanjut
usia mempunyai ciri-ciri: memiliki beberapa penyakit kronis/menahun, gejala
penyakitnya tidak khas, fungsi organ yang menurun, tingkat kemandirian
berkurang, sering disertai masalah nutrisi, karena alasan tersebut perawatan
pasien geriatri berbeda dengan pasien yang lain.
Mengingat proyeksi penduduk lansia akan meningkat, maka keperawatan
gerontik memiliki potensi kerja yang cukup besar di masa mendatang. Banyaknya
masalah-masalah yang di derita oleh sebagian besar lansia maka dari itu dalam
hal ini penulis akan membahas mengenai tren masalah keperawatan pada lansia
yang nantinya dapat menentukan model perawatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah masalah keperawatan pada lansia ?
2. Bagaimanakah model keperawatan pada lansia ?

1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui masalah keperawatan pada lansia
2. Mengetahui model keperawatan pada lansia

1.4 Manfaat
1. Manfaat teoretis
Secara teoretis diharapkan mahasiswa dapat memperluas wawasan
ilmu pengetahuannya mengenai trend masalah kesehatan dan model
perawatan lansia.
2. Manfaat praktis
Makalah ini secara praktis diharapkan dapat meyumbangkan
pemikiran terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan trend masalah
kesehatan dan model perawatan lansia serta menjadi pedoman
mengaplikasikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien lansia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Masalah Kesehatan Pada Lansia


Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari
orang dewasa, yang sering disebut dengan sindroma geriatri yaitu kumpulan
gejala-gejala mengenai kesehatan yang sering dikeluhkan oleh para lanjut usia
dan atau keluarganya, menurut Artikel Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2018 yaitu :
1. Immobility (kurang bergerak)
Keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih. Penyebab
utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot, ketidak
seimbangan,masalah psikologis, depresi atau demensia.
Komplikasi yang timbul adalah luka di bagian yang mengalami penekanan
terus menerus timbul lecet bahkan infeksi, kelemahan otot,
kontraktur/kekakuan otot dan sendi, infeksi paru-paru dan saluran kemih,
konstipasi dan lain-lain.
Penanganan : latihan fisik, perubahan posisi secara teratur, menggunakan
kasur anti dekubitus, monitor asupan cairan dan makanan yang berserat.
2. Instability (mudah jatuh)
Penyebab jatuh misalnya kecelakaan seperti terpeleset,
sinkop/kehilangan kesadaran mendadak, dizzines/vertigo, hipotensi
orthostatik, proses penyakit dan lain-lain. Dipengaruhi oleh faktor intrinsik
(faktor risiko yang ada pada pasien misalnya kekakuan sendi, kelemahan otot,
gangguan pendengaran,penglihatan, gangguan keseimbangan, penyakit
misalnya hipertensi, DM, jantung,dll ) dan faktor risiko ekstrinsik (faktor
yang terdapat di lingkungan misalnya alas kaki tidak sesuai, lantai licin, jalan
tidak rata, penerangan kurang, benda-benda dilantai yang membuat terpeleset
dll). Akibat yang ditimbulkan akibat jatuh berupa cedera kepala, cedera

3
jaringan lunak, sampai patah tulang yang bisa menimbulkan imobilisasi.
Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan riwayat
jatuh adalah: mengobati berbagai kondisi yang mendasari instabilitas dan
jatuh, memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara berjalan,
penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang sesuai, serta mengubah
lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan yang cukup, pegangan, lantai
yang tidak licin.
3. Incontinence (beser BAB/BAK)
Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak
dikehendaki dalam jumlah dan frekuensi tertentu sehingga menimbulkan
masalah sosial dan atau kesehatan.
Inkontinensia urin akut terjadi secara mendadak dapat diobati bila
penyakit yang mendasarinya diatasi misalnya infeksisaluran kemih, gangguan
kesadaran, obat-obatan, masalah psikologik dan skibala.
Inkontinesia urin yang menetap di bedakan atas: tipe urgensi yaitu
keinginan berkemih yang tidak bisa ditahan penyebanya  overaktifitas/kerja
otot detrusor karena hilangnya kontrol neurologis, terapi dengan obat-obatan
antimuskarinik prognosis baik, tipe stres kerena kegagalan mekanisme
sfingter/katup saluran kencing untuk menutup ketika ada peningkatan tekanan
intra abdomen mendadak seperti bersin, batuk, tertawa terapi dengan latihan
otot dasar panggul prognosis baik, tipe overflow yaitu menggelembungnya
kandung kemih melebihi volume normal, post void residu > 100 cc terapi
tergantung penyebab misalnya atasi sumbatan/retensi urin..
Inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan spontan atau
ketidakmampuan untuk mengendalikan pembuangan feses melalui anus,
penyebab cedera panggul, operasi anus/rektum, prolaps rektum, tumor dll.
Pada inkontinensia urin ntuk menghindari sering mengompol pasien
sering mengurangi minum yang menyebabkan terjadi dehidrasi.

4
4. Intellectual impairment (gangguan intelektual/ demensia)
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang
disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan
tingkat kesadaran sehingga mempengaruhi aktifitas kerja dan sosial secara
bermakna.
Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia mencakup
berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau
mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh, pasien
menjadi perasa, dan terganggunya aktivitas. Faktor risiko : hipertensi, DM,
gangguan jantung, PPOK dan obesitas.
Sindroma derilium akut adalah sindroma mental organik yang ditandai
dengan gangguan kesadaran dan atensi serta perubahan kognitif atau
gangguan persepsi yang timbul dalam jangka pendek dan berfluktuasi.
Gejalanya: gangguan kognitif global berupa gangguan memori jangka
pendek, gangguan persepsi (halusinasi, ilusi), gangguan proses pikir
(diorientasi waktu, tempat, orang), komunikasi tidak relevan, pasien
mengomel, ide pembicaraan melompat-lompat, gangguan siklus tidur.
5. Infection (infeksi)
Pada lanjut usia terdapat  beberapa penyakit sekaligus, menurunnya
daya tahan/imunitas terhadap infeksi, menurunnya daya komunikasi pada
lanjut usia sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi
secara dini.
Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan
meningkatnya temperatur badan, dan hal ini sering tidak dijumpai pada usia
lanjut, malah suhu badan yang rendah lebih sering dijumpai.
Keluhan dan gejala infeksi semakin tidak khas antara lain berupa
konfusi/delirium sampai koma, adanya penurunan nafsu makan tiba-tiba,
badan menjadi lemas, dan adanya perubahan tingkah laku sering terjadi pada
pasien usia lanjut.

5
6. Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran,
penglihatan dan penciuman)
Gangguan pendengaran sangat umum ditemui pada lanjut usia dan
menyebabkan pasien sulit untuk diajak komunikasi
Penatalaksanaan untuk gangguan pendengaran pada geriatri adalah dengan
cara memasangkan alat bantu dengar atau dengan tindakan bedah berupa
implantasi koklea.
Gangguan penglihatan bisa disebabkan gangguan refraksi, katarak atau
komplikasi dari penyakit lain misalnya DM, HT dll, penatalaksanaan dengan
memakai alat bantu kacamata atan dengan operasi pada katarak.
7. Isolation (Depression)
Isolation (terisolasi) / depresi, penyebab utama depresi pada lanjut usia
adalah kehilangan seseorang yang disayangi, pasangan hidup, anak, bahkan
binatang peliharaan.
Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan,
menyebabkan dirinya terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang mulai
mengacuhkan karena merasa direpotkan menyebabkan pasien akan merasa
hidup sendiri dan menjadi depresi. Beberapa orang dapat melakukan usaha
bunuh diri akibat depresi yang berkepajangan.
8. Inanition (malnutrisi)
Asupan makanan berkurang  sekitar 25% pada usia 40-70 tahun.
Anoreksia dipengaruhi oleh faktor fisiologis (perubahan rasa kecap,
pembauan, sulit mengunyah, gangguan usus dll), psikologis (depresi dan
demensia) dan sosial (hidup dan makan sendiri) yang berpengaruh pada nafsu
makan dan asupan makanan.
9. Impecunity (kemiskinan/tidak ada penghasilan)
Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental
akan berkurang secara berlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan
tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaan sehingga tidak dapat
memberikan penghasilan.

6
Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya mengandalkan hidup dari
tunjangan hari tuanya. Selain masalah finansial, pensiun juga berarti
kehilangan teman sejawat, berarti interaksi sosial pun berkurang memudahkan
seorang lansia mengalami depresi.
10. Iatrogenic (menderita penyakit pengaruh obat-obatan)
Lansia sering menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga
membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia sering
menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter
sehingga dapat menimbulkan penyakit. Akibat yang ditimbulkan antara lain
efek samping dan efek dari interaksi obat-obat tersebut yang dapat
mengancam jiwa.
11. Insomnia (sulit tidur)
Dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang menyebabkan
seorang lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga dapat
menyebabkan insomnia seperti diabetes melitus dan gangguan kelenjar
thyroid, gangguan di otak juga dapat menyebabkan insomnia. Jam tidur yang
sudah berubah juga dapat menjadi penyebabnya.
Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh lansia
yaitu sulit untuk masuk kedalam proses tidur, tidurnya tidak dalam dan mudah
terbangun, jika terbangun sulit untuk tidur kembali, terbangun dini hari, lesu
setelah bangun di pagi hari.
Agar bisa tidur :  hindari olahraga 3-4 jam sebelum tidur, santai
mendekati waktu tidur, hindari rokok waktu tidur, hindari minum minuman
berkafein saat sore hari, batasi asupan cairan setelah jam makan malam ada
nokturia, batasi tidur siang 30 menit atau kurang, hindari menggunakan
tempat tidur untuk menonton tv, menulis dan membaca.
12. Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh)
Daya tahan tubuh menurun bisa disebabkan oleh proses menua disertai
penurunan fungsi organ tubuh,  juga disebabkan penyakit yang diderita,
penggunaan obat-obatan,keadaan gizi yang menurun.

7
13. Impotence(Gangguan seksual)
Impotensi/ ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual pada usia
lanjut terutama disebabkan oleh gangguan organik seperti gangguan hormon,
syaraf, dan pembuluh darah dan juga depresi
14. Impaction (sulit buang air besar)
Faktor yang mempengaruhi: kurangnya gerak fisik, makanan yang
kurang mengandung serat, kurang minum, akibat obat-obat tertentu dan lain-
lain. Akibatnya pengosongan usus menjadi sulit atau isi usus menjadi
tertahan, kotoran dalam usus menjadi keras dan kering dan pada keadaan yang
berat dapat terjadi penyumbatan didalam usus dan perut menjadi sakit.

2.2 Model Perawatan Pada Lansia


1. Model Keperawatan Gerontik Menurut Ahli
a. Model Konseptual Adaptasi Callista Roy
Model adaptasi Roy merupakan salah satu teori keperawatan
yang berfokus pada kemampuan adaptasi klien terhadap stressor yang
dihadapinya.Dalam penerapannya Roy menegaskan bahwa individu
adalah makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan utuh yang
memiliki mekanisme koping untuk beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan.Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua yang ada
di sekeliling kita dan berpengaruh pada perkembangan manusia.
Sehat adalah suatu keadaan atau proses dalam menjaga integritas diri,
respon yang menyebabkan penurunan integritas tubuh menimbulkan
adanya suatu kebutuhan dan menyebabkan individu berespon
terhadap kebutuhan tersebut melalui upaya atau prilaku tertentu.
Menurutnya peran perawat adalah membantu pasien beradaptasi
terhadap perubahan yang ada.

8
b. Model Konseptual Human Being Rogers
Marta Rogers (1992) mengungkapkan metaparadigma lansia.
Dia menyajikan lima asumsi tentang manusia. Setiap manusia
diasumsikan sebagai kesatuan yang dengan individualitas.Manusia
secara kontinyu mengalami pertukaran energi dengan
lingkungan.Manusia mampu abstraksi, citra, bahasa, pikiran, sensasi,
dan emosi.Manusia diidentifikasi dengan pola dan mewujudkan
karakteristik dan perilaku yang berbeda dari bagian dan yang tidak
dapat diprediksi dengan pengetahuan tentang bagian-bagiannya.
1) Lingkungan
Terdiri dari semua pola yang ada di luar individu. Keduanya,
individu dan lingkungan dianggap sistem terbuka. Lingkungan
merupakan, tereduksi terpisahkan, energi lapangan pandimensional
diidentifikasi dengan pola dan integral dengan bidang manusia
(Rogers, 1992).
2) Perawatan
Utamanya adalah seni dan ilmu dan humanistik kemanusiaan.
Ditujukan terhadap semua manusia dan berkaitandengan sifat dan
arah pembangunan manusia. Tujuannya untuk berpartisipasi dalam
proses perubahan sehingga orang dapat mengambil manfaat
(Rogers, 1992).
3) Kesehatan
Tidak secara khusus diatur, Malinski (1986) dikutip dari
komunikasi pribadi dengan Rogers di mana di negara bagian
Rogers bahwa ia memandang kesehatan sebagai sebuah nilai.
Komunikasi ini menegaskan kesimpulan sebelumnya bahwa
penyakit, patologi dan kesehatan adalah sebuah nilai.

9
c. Model Konseptual Keperawatan Neuman
Neuman menyatakan bahwa keperawatan memperhatikan
manusia secara utuh dan keperawatan adalah sebuah profesi yang
unik yang mempertahankan semua variabel yang mempengaruhi
respon klien terhadap stressor. Melalui penggunaan model
keperawatan dapat membantu individu, keluarga dan kelompok untuk
mencapai dan mempertahankan level maksimum dari total wellness.
Keunikan keperawatan adalah berhubungan dengan integrasi dari
semua variabel yang mana mendapat perhatian dari
keperawatan.Neuman (1981) menyatakan bahwa dia memandang
model sebagai sesuatu yang berguna untuk semua profesi kesehatan
dimana mereka dan keperawatan mungkin berbagi bahasa umum dari
suatu pengertian.Neuman juga percaya bahwa keperawatan dengan
perspektif yang luas dapat dan seharusnya mengkoordinasi pelayanan
kesehatan untuk pasien supaya fragmentasi pelayanan dapat dicegah.
d. Model Konseptual Keperawatan Henderson
Fokus keperawatan pada teori Henderson adalah klien yang
memiliki keterikatan hidup secar individual selama daur kehidupan,
dari fase ketergantungan hingga kemandirian sesuai dengan usia,
keadaan, dan lingkungan. Perawat merupakan penolong utama klien
dalam melaksanakan aktivitas penting guna memelihara dan
memulihkankesehatan klien atau mencapai kematian yang
damai.Bantuan ini diberikan oleh perawat karena kurangnya
pengetahuan kekeuatan, atau kemauan klien dalam melaksanakan 14
komponen kebutuhan dasar.
e. Model Konseptual Budaya Leininger
Model konseptual Leininger sering disebut sebagai
Trancultural Nursing Theory atau teori perawatan
transkultural.Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai
budaya klien, baik individu, keluarga, kelompok, maupun

10
masyarakat, dapat mencegah terjadinya culture shock atau culture
imposition.Culture shock terjadi saat pihak luar (perawat) mencoba
mempelajari atau beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya
tertentu (klien). Klien akan merasakan perasaan tidak nyaman,
gelisah dan disorientasi karena perbedaan nilai budaya, keyakinan,
dan kebiasaan. Sedangkan culture imposition adalah kecenderungan
tenaga kesehatan (perawat), baik secara diam-diam maupun terang-
terangan, memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan, dan
kebiasaan/perilaku yang dimilikinya kepada individu, keluarga, atau
kelompok dari budaya lain karena mereka meyakini bahwa
budayanya lebih tinggi daripada budaya kelompok lain.
f. Model Konseptual Perilaku Johnson
Teori Dorothy Johnson tentang keperawatan (1968) berfokus
pada bagaimana klien beradaptasi terhadap kondisi sakitnya dan
bagaimana stress actual atau potensial dapat mempengaruhi
kemampuan beradaptasi. Tujuan dari keperawatan adalah
menurunkan stress sehingga klien dapat bergerak lebih mudah
melewati masa penyembuhannya (Johnson, 1968). Teori Johnson
berfokus pada kebutuhan dasar yang mengacu pada pengelompokkan
perilaku berikut:
1) Perilaku mencari keamanan
2) Perilaku mencari perawatan
3) Menguasai diri sendiri dan lingkungan sesuai dengan standar
internalisasi prestasi
4) Mengakomodasi diet dengan cara yang diterima secar sosial dan
cultural
5) Mengeluarkan sampah tubuh dengan cara yang diterima secara
sosial dan cultural
6) Perilaku seksual dan identitas peran
7) Perilaku melindungi diri sendiri

11
Menurut Johnson, perawat mengkaji kebutuhan klien
berdasarkan kategori perilaku diatas, yang disebut subsistem perilaku.
Dalam kondisi normal klien berfungsi secara efektif didalam
lingkungannya.Akan tetapi ketika stres mengganggu adaptasi normal,
perilaku klien menjadi tidak dapat diduga dan tidak jelas.Perawat
mengidentikasi ketidakmampuan beradaptasi seperti ini dan
memberikan asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah dalam
memenuhi kebutuhan tersebut.
g. Model Konseptual Self Care Orem
Konsep keperawatan Orem mendasari peran perawat dalam
memenuhi kebutuhan klien untuk mencapai kemandirian dan
kesehatan yang optimal.
1) Teori Self care deficit
Inti dari teori ini menggambarkan manusia sebagai penerima
perawatan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan
dirinya dan memiliki berbagai keterbatasan-keterbatasan dalam
mencapai taraf kesehatannya.
2) Teori Self care
Ketika klien tidak mampu melakukan perawatan dirinya
sendiri maka deficit perawatan diri terjadi dan perawat akan
membantu klien untuk melakukan tugas perawatan dirinya.
3) Teori nursing system
Perawat menentukan, mendesain, dan menyediakan
perawatan yang mengatur kemampuan individu dan
memberikannya secara terapeutik sesuai dengan tiga tingkatan.

12
2. Model Sifat Perawatan pada Lansia
Sifat Pelayanan Askep Gerontik:
a. Independent (layanan tidak tergantung pada profesi lain/mandiri)
Artinya: asuhan keperawatan dilakukan secara mandiri oleh profesi
keperawatan dalam membantu lansia dalam pemenuhan kebutuhan
dasar lansia.
b. Dependent atau kolaboratif
Artinya: saling menunjang dengan disiplin dalam mengatasi masalah
kesehatan lansia.
c. Humanistik (secara manusiawi)
Artinya: didasarkan pada nilai-nilai kemanusian dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap lansia.
d. Holistik (secara keseluruhan)
Lansia merupakan bagian masyarakat dan keluarga, sehingga asuhan
keperawatan gerontik harus memperhatikan aspek social budaya
keluarga dan masyarakat.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang
dewasa. Berbagai masalah kesehatan yang sering muncul pada lansia antara
lain : immobility (kurang bergerak), instability (mudah jatuh), incontinence
(beser bab/bak), intellectual impairment (gangguan intelektual/ demensia),
infection (infeksi), impairement of hearing, vision and smell (gangguan
pendengaran, penglihatan dan penciuman), isolation (depression), inanition
(malnutrisi), impecunity (kemiskinan), iatrogenic (menderita penyakit
pengaruh obat-obatan), insomnia(sulit tidur), immuno-defficiency (penurunan
sistem kekebalan tubuh), impotence(gangguan seksual), impaction (sulit
buang air besar). Keperawatan gerontik bertujuan memberikan asuhan
keperawatan yang efektif terhadap klien yaitu lanjut usia. Asuhan diberikan
agar klien mendapatkan kenyamanan dalam hidup. Peran perawat dalam
gerontik adalah memberikan asuhan keperawatan dan membantu klien dalam
mengahadapi masalahnya dan membantu memenuhi kebutuhan yang tidak
bisa dipenuhi sendiri oleh klien. 

3.2 Saran
Sebaiknya makalah ini dimanfaatkan sebagai pedoman dalam mendalami
materi trend masalah kesehatan dan model perawatan pada lansia sehingga
dapat menjadi bahan acuan pembelajaran dan dalam pemberian asuhan
keperwatan pada lansia.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ali. 2012. Konsep Dasar Keperawatan Gerontik. Available : http://s1-


keperawatan.umm.ac.id/files/file/KONSEP%20DASAR%20KEPERAWATAN
%20GERONTIK.pdf
Arba, Bhakti. 2013. Keperawatan Gerontik. Available :
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-bakhtiarba-5206-2-
bab2.pdf
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Masalah Kesehatan Pada Lansia.
Available : http//www.yankes.kemkes.go.id/read-masalah-kesehatan-pada-lansia-
4884.html.
Maryam, R siti. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan
Perawatanya. Jakatra: Salemba medika
Sahar juniati (2001) keperawatan gerontik, coordinator keperawatan
komunitas, fakultas ilmu keperawatan UI, Jakarta

15

Anda mungkin juga menyukai