Anda di halaman 1dari 22

Asuhan Kegawatdaruratan TM III

Dosen Pembimbing : R.D. Rahayu, S. Si.T,S.Psi.,M.Si

Disusun Oleh :
1. Anisa Aswin Kirana (P27224020048)
2. Firda Nuri Helmiati (P27224020057)
3. Qonitah Dhaimahwati (P27224020077)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
AKI di Jawa Tengah sejak Januari-Mei 2016 ini sudah ada 251
kasus. Angka terbesar kematian ibu justru di rumah sakit sebanyak
85,71%. Kematian ibu di Rumah Sakit disebabkan oleh kasus
kegawatdaruratan pada kehamilan, persalinan dan nifas ( Dinkes Jateng
2016).
Penyebab kematian maternal tersebut disebabkan oleh perdarahan
sebesar (21,14%), hipertensi (24,22%), infeksi (2,76%), gangguan system
perdarahan (8,52%), dan lain-lain (40,49) (Dinkes Jateng, 2017).
Kematian maternal pada waktu hamil sebesar 27,00%, waktu persalinan
sebesar 15,05%, dan pada waktu nifas sebesar 57,95% (Dinkes Jateng,
2017).
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi
secara tiba-tiba, seringkali merupakan kejadian yang berbahaya (Dorlan,
2011). Kegawatdaruratan dapat juga didefinisikan sebagai situasi serius
dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga
dan membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan jiwa/nyawa
(Campbell, 2000).
Dengan menganggap semua ibu memiliki resiko tinggi maka
dilakukan pengawasan kehamilan atau yang dikenal dengan ANC
(Antenatal Care).Dengan usaha ini ternyata angka mortalitas serta
morbiditas ibu dan bayi jelas menurun.Sedapat mungkin wanita tersebut
diberi pengertian sedikit tentang kehamilannya serta menyelamatkan ibu
dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas (Sulistyawati,
2012).
Sehingga makalah ini dibuat untuk mencegah bertambahnya angka
kematian ibu dalam masa kehamilan dan mengetahui penatalaksanaan
kebidanan dalam kasus kegawatdaruratan kehamilan trimester III.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi kegawatdaruratan kehamilan ?
2. Apa saja macam – macam kegawatdaruratan kehamilan trimester III ?
3. Apa saja tanda gejala kegawatdaruratan kehamilan TM III ?
4. Bagaimana komplikasi yang terjadi pada kegawatdaruratan kehamilan
TM III ?
5. Bagaimanakah penatalaksanaan kegawatdaruratan kehamilan trimester
III ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang
kegawatdaruratan kehamilan dan penatalaksanaan dari kasus
kegawatdaruratan kehamilan.
2. Tujuan Khusus
a) Menjelaskan definisi kegawatdaruratan kehamilan
b) Menyebutkan macam-macam kegawatdaruratan kehamilan TM III
c) Menyebutkan tanda gejala kegawatdaruratan kehamilan TM III
d) Menjelaskan penatalaksanaan kegawatdaruratan kehamilan TM III
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kegawatdaruratan Kehamilan
Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang
mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah
persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan
dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya
(Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999). Kasus gawat darurat
obstetric adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani akan
berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama
kematian ibu janin dan bayi baru lahir (Saifuddin, 2002). Masalah
kedaruratan selama kehamilan dapat disebabkan oleh komplikasi
kehamilan spesifik atau penyakit medis atau bedah yang timbul secara
bersamaan.
B. Macam – Macam Kegawatdaruratan Kehamilan Trimester III
1. Hamil Kembar (Gemelli)
a. Definisi
Kehamilan kembar atau kehamilan multiple adalah suatu
kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan multiple dapat
berupa kehamilan ganda/gemelli (2 janin), triplet (3 janin),
kuadruplet (4 janin), quintuplet (5 janin) dan seterusnya.
Kehamilan multiple terjadi jika dua atau lebih ovum dilepaskan
dan dibuahi (dizigotik) atau jika satu ovum yang dibuahi
membelah secara dini hingga membentuk dua embrio
(monozigotik).
b. Kategori Kehamilan Kembar
1) Kehamilan kembar monozigotik.
Kehamilan kembar yang terjadi dari satu telur disebut
kembarmonozigotik atau disebut juga identik, homolog, atau
uniovuler. Jenis kehamilan kedua anak sama, rupanya sama
atau bayangan cermin; mata, kuping, gigi, rambut, kulit dan
ukuran antropologik sama. Sidik jari dan telapak sama, atau
terbalik satu terhadap lainnya. Satu bayi kembar mungkin kidal
dan yang lainnya biasa karena lokasi daerah motorik di korteks
serebri pada kedua bayi berlawanan. Kira-kira satu per tiga
kehamilan kembar monozigotik mempunyai 2 amnion, 2
korion, dan 2 plasenta. Kadang-kadang 2 plasenta tersebut
menjadi satu. Keadaan ini tidak dapat dibedakan dengan
kembar dizigotik. Dua pertiga mempunyai 1 plasenta, I korion,
dan 2 amnion. Pada kehamilan monoamniotik, kematian bayi
sangat tinggi karena lilitan tali pusat.

Gambar 1. Pembuahan monozigot dan dizigot


2) Kehamilan Kembar Dizigotik
Kira-kira dua pertiga kehamilan kembar dizigotik yang
berasal dari 2 telur; disebut juga heterolog, binovuler, atau
fratenal. Jenis kelamin sama atau berbeda, berbeda seperti
anak-anak lain dalam keluarga. Kembar dizigotik mempunyai 2
plasenta 2 korion dan 2 amnion. Kadang-kadang 2 plasenta
menjadi satu.
Gambar 2. Korion dan amnion pada gemelli

c. Tanda dan Gejala


Gangguan yang biasanya muncul pada kehamilan akan
meningkat pada kehamilan kembar. Efek kehamilan kembar, yaitu:
tekanan pada pelvis yang lebih berat dan lebih awal, nausea, sakit
punggung,varises, konstipasi, hemoroid, distensi abdominal dan
kesulitan bernafas. Aktivitas fetus lebih banyak dan persisten.
Diagnosis kehamilan kembar 75% ditemukan secara fisik.
Tanda-tanda yang harus diperhatikan pada kehamilan kembar
antara lain :
1) Anamnesis
a) Perut lebih buncit dari semestinya sesuai dengan umur tua
kehamilan.
b) Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil.
c) Uterus terasa lebih cepat membesar.
d) Pernah hamil kembar atau ada riwayat keturunan kembar.
2) Inspeksi dan palpasi
a) Uterus lebih besar (>4cm) dibandingkan usia
kehamilannya.
b) Gerakan janin terasa lebih sering.
c) Berat badan ibu bertambah secara signifikan, namun bukan
disebabkan oleh edema atau obesitas.
d) Polihidramnion.
e) Ballotement lebih dari satu fetus.
f) Banyak bagian kecil yang teraba.
g) Uterus terdiri dari tiga bagian besar janin.
3) Auskultasi
a) Terdengarnya denyut jantung janin yang letaknya berjauhan
dengan perbedaan kecepatan setidaknya 10 dpm.
b) Palpasi satu atau lebih fetus pada fundus setelah melahirkan
satu bayi.

4) Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium
Nilai hematokrit dan hemoglobin serta jumlah sel darah
merah menurun, berhubungan dengan peningkatan volume
darah. Anemia mikrositik hipokrom sering kali muncul
pada kehamilan kembar. Pada trimester kedua, kebutuhan
fetus terhadap besi (Fe) melebihi kemampuan maternal
untuk mensuplai Fe.
Pada tes toleransi glukosa sering kali didapat
gestasional DM dan gestasional hipoglikemi. Pada
kehamilan kembar, chorionic gonadotropin pada urin,
estriol dan pregnanendiol meningkat. Kehamilan kembar
juga dapat didiagnosis dengan pemeriksaan peningkatan
serum alfa fetoprotein ibu, meskipun pemerisaan ini tidak
berdiri sendiri.
b) Ultrasonografi
Sonografi dapat dilakukanpada awal minggu 6 – 7
postmenstrual dengan vaginal probe. Dengan pemeriksaan
USG yang teliti, kantung gestasional yang terpisah dapat
diidentifikasi pada awal kehamilan kembar. Identifikasi
masing-masing kepala fetus harus dapat dilakukan dalam
bidang tegak lurus sehingga tidak tertukar dengan potongan
lintang badan janin dengan kepala janin yang kedua.
Scanning sonograf harus mampu mendeteksi semua bagian
janin.
c) Elektrokardiogram fetal (EKG)
Diperoleh dua EKG yang berbeda di kedua janin.
d. Komplikasi
Komplikasi pada ibu dan janin pada keadaan hamil kembar
lebih besar dibandingkan dengan kehamilan tunggal. Pada
trimester pertama kehamilan reabsorbsi satu janin atau keduanya
mungkin terjadi. Anemia sering kali ditemukan pada kehamilan
kembar karena kebutuhan nutrisi yang tinggi serta peningkatan
volume plasma yang tidak sebanding dengan peningkatan sel darah
merah mengakibatkan kadar hemoglobin menjadi turun.
Frekuensi terjadinya hipertensi, preklamsia dan eklamsia
meningkat pada kehamilan kembar. Perdarahan antepartum karena
permukaan plasenta yang jelek pada kehamilan kembar sehingga
plasenta mudah terlepas. Kematian yang paling umum terjadi pada
salah satu janin adalah membelitnya tali pusar.
Berat badan lahir rendah lebih sering ditemukan pada
kehamilan kembar dari pada kehamilan tunggal. Hal ini disebabkan
oleh pertumbuhan janin yang terbatas serta persalinan preterm.
Pada kehamilan kembar juga memungkinkan terjadi hambatan
pertumbuhan intra urin. Pada kehamilan dizigotik, perbedaan
ukuran yang mencolok biasanya disebabkan oleh plasentasi yang
tidak sama. Satu tempat plasenta menerimasuplai darah yang lebih
baik dibandingkan yang lainnya. Perbedaan ukuran juga bisa
disebabkan oleh abnormalitas umbilicius.
e. Penatalaksanaan
1) Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan
kembar dan mencegah komplikasi yang timbul, dan bila
diagnosis telah ditegakkan pemeriksaan ulangan harus lebih
sering (1× seminggu pada kehamilan lebih dari 32 minggu.
2) Setelah kehamilan 30 minggu, koitus dan perjalanan jauh
sebaiknya dihindari,karena akan merangsang partus
prematurus.
3) Pemakaian korset gurita yang tidak terlalu ketat diperbolehkan,
supaya terasa lebih ringan.
4) Periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah.
5) Pengamatan ketat akan adanya tanda-tanda persalinan preterm.
6) Bekerjasama dengan seorang dokter konsultan yang dapat
segera dihubungi untuk melakukan rujukan.

2. Hidramnion
a. Definisi
Hidramnion didefinisikan sebagai cairan ketuban yang
berlebihan, jika diukur dengan USG didapati Indeks Cairan
Amnion (ICA) melebihi 95 persentil pada usia kehamilan atau
lebih dari 8 cm/ lebih.
Cairan ketuban yang paling banyak ditemukan pada usia
kehamilan 38 minggu adalah 1030 ml, sedangkan pada akhir
kehamilan tinggal 790 ml. Air ketuban akan terus berkurang
hingga usia kehamilan 43 minggu. Pada usia kehamilan ini air
ketuban yang tertinggal hanya sekitar 240 ml. Jika lebih dari 2000
ml disebut polihidramnion atau dapat disingkat hidramnion.
Menurut Mughal dkk (2010), cairan ketuban yang berlebihan jika
diukur dari 4 kuadran yang disebut Indeks Cairan amnion (ICA) /
Amniotic Fluid Index (AFI) lebih dari 25 disebut polihidramnion.
b. Kategori Hidramnion
1) Hidramnion kronis : penambahan air ketuban perlahan-lahan
atau secara berangsur-angsur. Kasus seperti ini jarang
ditemukan.
2) Hidramnion akut : penambahan air ketuban terjadi dalam
beberapa hari. Biasanya terjadi pada kehamilan muda pada usia
kehamilan 16-20 minggu. Sumber lain mengatakan dapat
terjadi pada usia 18-20 minggu, dengan lingkar perut ibu yang
meningkat pesat.
c. Tanda dan Gejala
1) Secara Umum :
a) Pembesaran uterus, lingkar abdomen dan tinggi fundusuteri
jauh melebihi ukuran perkiraan usia kehamilan
b) Dinding uterus tegang sehingga auskultasi DJJ sulit
/tidakterdengar dan saat palpasi bagian kecil dan besar
tubuhjanin sulit ditentukan
c) Ada thrill pada cairan uterus
d) Bila polihidramnion berat akan timbul dyspnea, edemapada
vulvadan ekterimitas bawah, nyeri tekan ulu hati,mual dan
muntah
e) Letak janin sering berubah (letak tidak stabil)
2) Anamnesis
a) Perut terasa lebih besar dan lebih berat dari biasanya
b) Sesak nafas, beberapa ibu mengalami sesak nafas berat,
pada kasus ekstrim ibu hanya bisa bernafas bila berdiri
tegak
c) Nyeri perut karena tegangnya uterus
d) Oliguria
e) Kasus sangat jarang terjadi. Hal ini terjadi karena uretra
mengalami obstruksi akibatuterus yang membesar melebihi
kehamilan normal.
3) Inspeksi
a) Perut terlihat sangat buncit dan tegang, kulit perut
mengkilat, retak-retakkulit jelas dan kadang-kadang
umbilikus mendatar
b) Ibu terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah karena
kehamilannya
d. Komplikasi
1) Persalinan preterm (akibat destensi uterus berlebihan)
2) Dispnea pada ibu dan sesak nafas
3) Malpresentasi janin
4) Abrupsio plasenta (lepasnya plasenta sebelum waktunya)
5) Prolaps tali pusat
6) Disfungsi uterus selama persalinan (akibat destensi uterus yang
berlebihan)
7) Perdarahan pascapartum segera yang disebabkan atoni uterus
akibat distensiberlebihan.
e. Penatalaksanaan
Jika pasien datang dan dicurigai adanya hidramnion seperti
sesak napas, adanya edema di labia, palpasi yang sulit dilakukan
atau gejala lainnya seperti yang telah dipaparkan diatas, maka
tindakan yang harus dilakukan bidan adalah :
1) Berikan asuhan atau tindakan sesuai dengan kebutuhan seperti
jika terlihat sesak, respirasi lebih dari normal dan terlihat akut,
berikan oksigen pada ibu
2) Hidramnion yang ringan tidak perlu dapat pengobatan khusus,
konselingdengan diet pantang garam.
3) Jika melakukan palpasi yang sulit dilakuan dan tidak terdengan
denyut jantung janin, segera informasikan kepada keluarga
untuk dirujuk
4) Jika tidak terlihat akut, keadaan umum ibu masih baik, lakukan
rujukan untuk diagnosis seperti rujukan ke tenaga ahli untuk
melakukan pemeriksaan USG.
3. KPD
a. Definisi
Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) atau ketuban
pecah dini (KPD) atau ketuban pecah prematur (KPP) adalah
keluarnya cairan dari jalan lahir/vagina sebelum proses persalinan
atau disebut juga Premature Rupture of Membrane = Prelabour
Rupture Of Membrane = PROM.
b. Tanda dan Gejala
1) Adanya cairan yang berisi mekonium (kotoran janin), verniks
kaseosa (lemak putih) rambut lanugo atau (bulu-bulu halus)
bila telah terinfeksi bau.
2) Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatikan apakah memang
air ketuban keluar dari kanalis servikalis pada bagian yang
sudah pecah, atau terdapat cairan ketuban pada forniks
posterior.
3) USG : volume cairan amnion berkurang/oligohidramnion
4) Terdapat infeksi genital (sistemik)
5) Gejala chorioamnionitis yaitu kondisi di mana cairan ketuban
terkena infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri
menginfeksi lapisan chorion (membran luar), amnion (kantung
cairan), dan cairan ketuban yang mengelilingi janin.
c. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi KPD
Menurut Morgan (2009), Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat
disebabkan oleh beberapa faktor meliputi :
1) Usia
Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat
berpengaruh terhadap kesiapan ibu selama kehamilan maupun
menghadapi persalinan(Julianti, 2001). Usia untuk reproduksi
optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun.
Dibawah atau diatas usia tersebut akan meningkatkan resiko
kehamilan dan persalinan (Depkes, 2003). Usia seseorang
sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem reproduksi,
karena organ-organ reproduksinya sudah mulai berkurang
kemampuannya dan keelastisannya dalam menerima
kehamilan.
2) Sosial ekonomi (Pendapatan)
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas
dan kuantitas kesehatan di suatu keluarga. Pendapatan biasanya
berupauang yang mempengaruhi seseorang dalam memenuhi
kehidupan hidupnya. Pendapatan yang meningkat tidak
merupakan kondisi yang menunjang bagi terlaksananya status
kesehatan seseorang. Rendahnyapendapatan merupakan
rintangan yang menyebabkanseseorang tidak mampu
memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan (BPS, 2005).
3) Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu
dari anak pertama sampai dengan anak terakhir. Adapun
pembagian paritas yaitu primipara, multipara, dan grande
multipara. Primipara adalah seorang wanita yang baru pertama
kali melahirkan dimana janin mancapai usia kehamilan 28
minggu atau lebih. Multipara adalah seorang wanita yang telah
mengalami kehamilan dengan usia kehamilan minimal 28
minggu dan telah melahirkanbuah kehamilanya 2 kali atau
lebih. Sedangkan grande multipara adalah seorang wanita yang
telah mengalami hamil dengan usia kehamilan minimal 28
minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya lebih dari 5
kali (Wikjosastro, 2007). Wanita yang telah melahirkan
beberapa kali dan pernah mengalami KPD pada kehamilan
sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau dekat diyakini
lebih beresiko akan mengalami KPD pada kehamilan
berikutnya (Helen, 2008).
4) Perilaku Merokok
Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang
intensitas tinggi dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil.
Rokok mengandung lebih dari 2.500 zat kimia yang
teridentifikasi termasuk karbonmonoksida, amonia, aseton,
sianida hidrogen, dan lain-lain. Merokok pada masa kehamilan
dapat menyebabkan gangguan-gangguan seperti kehamilan
ektopik, ketuban pecah dini, dan resiko lahir mati yang lebih
tinggi (Sinclair, 2003).
5) Riwayat KPD
Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin
dengan kejadian KPD dapat berpengaruh besar pada ibu jika
menghadapi kondisi kehamilan. Riwayat KPD sebelumnya
beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali.
Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah akibat
penurunan kandungan kolagen dalam membran sehingga
memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah
preterm. Wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan
atau menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya
akan lebih beresiko dari pada wanita yang tidak pernah
mengalami KPD sebelumnya karena komposisi membran yang
menjadi rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun
pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008).
d. Komplikasi
Pengaruh Ketuban Pecah Dini pada ibu dan janin :

Pada Janin
1) Persalinan Prematuritas
2) Prolaps funiculli/penurunan tali pusat
3) Hipoksia dan Asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada
bayi)
Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry
labour/partus lama, apgar score rendah, ensefalopaty,
cerebralpalsy, perdarahan intrakranial, renal failure, respiratory
distress.

Pada Ibu
1) Infeksi intrapartal dalam persalinan
2) Jika terjadi infeksi dan kontraksi ketuban pecah maka bisa
menyebabkan sepsis yang selanjutnya dapat mengakibatkan
meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas
3) Infeksi puerperalis/masa nifas
4) Dry labour/Partus lama
5) Perdarahan post partum
6) Meningkatkan tindakan operatif obstetric (khususnya SC)
7) Morbiditas dan mortalitas maternal

e. Penatalaksanaan
1) Rawat di Rumah Sakit
2) Berikan antibiotik (ampicillin 4 x 500 mg selama 7 hari)
3) Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air
ketuban masihkeluar, atau sampai air ketuban tidak lagi keluar.
4) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak
infeksi, tes busa negatif : beri dexamethason, observasi tanda-
tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada
kehamilan 37 minggu.
5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada
infeksi, berikantokolitik (salbutamol), dexamethason, dan
induksi sesudah 24 jam.
6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik
dan lakukaninduksi.
7) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leokosit, tanda-tanda infeksi
intrauterin).
8) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk
memacukematangan paru janin, dan kalau memungkinkan
periksa kadar lesitin danspingomielin tiap minggu. Dosis
betametason 12 mg dosis tunggal selama 2hari, dexamethason
IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Komplikasi Kehamilan Ganda dengan Kejadian BBLR
Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD Arifin Achmad Provinsi
Riau diperoleh data persalinan pada tahun 2011 bayi yang lahir dengan
BBLR tercatat sebesar 46 kasus (1,62%) dari 2833 persalinan, tahun
2012 tercatat sebesar 179 kasus (5,44%) dari 3290 persalinan dan tahun
2013 tercatat sebesar 130 kasus(4,56%) dari 2848 persalinan dan BBLR
masih termasuk ke dalam 3 besar dari 15 penyakit penyebab kematian
Neonatal. (RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau, 2013).
Pada penelitian ini ditemukan bahwa ibu dengan kehamilan ganda
berisiko 15 kali menyebabkan BBLR dibandingkan ibu
dengankehamilan tunggal (OR 14,804 CI 95% (4,856-45,131)). Hal ini
sesuai dengan pendapat Fadlun (2012), bahwa pertumbuhan janin pada
kehamilan kembar rentan mengalami hambatan, karena penegangan
uterus yang berlebihan oleh karena besarnya janin, 2 plasenta dan air
ketuban yang lebih banyak menyebabkan terjadinya partus prematurus.
Berat badan janin kembar berselisih antara 50 – 100 gram. Berat badan 1
janin pada pada kelahiran kembar rata-rata lebih ringan dari pada janin
tunggal yaitu kurang dari 2500 gram. Penelitian ini diperkuat olehhasil
penelitian Merzalia (2012), dengan hasil ujiststistik diperoleh nilap p
value = 0,002 maka dapat disimpulkan ada hubungan bermakna antara
kehamilan ganda dengan bayi berat lahir rendah. PenelitianAltuncu
(2006) juga menunjukkan hasil yang sama dengan hasil penelitian
sekarang, yaitu ada hubungan yang signifikan antara kehamilan ganda
dengan kejadian BBLR dengan nilai p value= 0,0001 dimana ibu dengan
kehamilan ganda memiliki resiko melahirkan BBLR 5 kali dibandingkan
ibu yang tidakhamil ganda.
Pada penelitian ini kehamilan ganda mengalami confounding
dengan paritas, hal ini disebabkan karena bayi kembar merancukan
jumlah paritas. Perlu diketahui bahwa kehamilan ganda bisa melebihi 2
orang janin yang dikandung sehinggajumlah paritas akan mengalami
perbedaan dengan ibu yang hamil tunggal yang hanya 1 kali melahirkan
dengan jumlah paritas hanya 1. Berdasarkan hasil penelitian ini perlu
disarankan kepada tenaga kesehatan untuk segera melakukan rujukan
atau kalaborasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan,
karena kehamilan ganda termasuk kedalam kehamilan berisiko dan perlu
pemantauan yang ketat terutama berat badan bayi.
Hal ini telah sesuai dengan teori komplikasi kehamilan ganda yaitu
salah satunya berat badan lahir rendah lebih sering ditemukan pada
kehamilan kembar dari pada kehamilan tunggal.
B. Faktor yang Mempengaruhi Ketuban Pecah Dini (KPD)

Dari hasil pengolahan data yang dilakukan dapat diketahui bahwa


distribusi frekuensi paritas ibu bersalin di RSUD Jendral A. Yani kota
Metro tahun 2016 dari 251 ibu bersalin terdapat 36 kasus (53.7%) ibu
yang pernah melahirkan 2-5 kali yaitu multipara yang mengalami KPD
dari 172 ibu multipara. Berdasarkan hasil chi square dengan tingkat
kepercayaan 95 % α 0.05 dan dk = 2 didapatkan nilai Þ- value sebesar
0,001 < α 0,05 , sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak Ha
diterima yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara paritas ibu
bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Jendral A. Yani
kota Metro tahun 2016. Dengan nilai OR yaitu 0.360 sehingga ibu
memiliki peluang beresiko terjadinya KPD pada paritas multipara sangat
kecil yaitu 0.360 kali lebih besar dari ibu pada paritas primipara dan
grandemultipara.
Dalam hal ini menurut peneliti sesuai teori jumlah anak yang aman
adalah 2-3 sedangkan hasil penelitian didapatkan ialah multipara dengan
riwayat melahirkan 2-5 kali, maka keelastisitasan vagina semakin
berkurang akibat trauma jalan lahir yang sering dengan kondisi tubuh yang
didukung presdiposisi lain dan mengakibatkan membran selaput ketuban
yang mudah rupture saat bersamaannya dengan dilatasi seviks sehingga
meningkatkan kejadian KPD. Solusi kepada ibu untuk mencegah
terjadinya KPD menurut peneliti ibu harus tanggap dan memantau berkala
terhadap perkembangan kehamilan dalam semua paritas dengan kolaborasi
suami dan tenaga kesehatan dan tidak menyepelekan kebutuhan dari
kehamilan.
Sehingga penelitian ini sesuai dengan teori yaitu factor yang
mempengaruhi kejadian KPD salah satunya adalah paritas. Wanita yang
telah melahirkan beberapa kali dan pernah mengalami KPD pada
kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau dekat diyakini
lebih beresiko akan mengalami KPD pada kehamilan berikutnya.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dengan dua janin atau
lebih. Kehamilan ganda/gemelli (2 janin), triplet (3 janin), kuadruplet (4
janin), quintuplet (5 janin) dan seterusnya. Kategori kehamilan kembar
yaitu kehamilan kembar monozigotik, kehamilan kembar dizigotik. Tanda-
tandanya yaitu perut lebih buncit, gerakan janin lebih banyak dirasakan,
pernah hamil kembar, uterus lebih besar, gerakan janin sering dan lain-
lain. Komplikasi pada pada kehamilan kembar yaitu anemia, hipertensi,
preklamsia dan eklamsia, perdarahan antepartum, kematian.
Hidramnion adalah cairan ketuban yang berlebihan, jika diukur
dengan USG didapati Indeks Cairan Amnion (ICA) melebihi 95 persentil
pada usia kehamilan atau lebih dari 8 cm/ lebih. Cairan ketuban yang
paling banyak ditemukan pada usia kehamilan 38 minggu adalah 1030 ml,
sedangkan pada akhir kehamilan tinggal 790 ml. Air ketuban akan terus
berkurang hingga usia kehamilan 43 minggu. Ada dua macam hidramnion
yaitu Hidramnion kronis dan Hidramnion.
Ketuban Pecah Dini (KPD) atau ketuban pecah prematur (KPP)
adalah keluarnya cairan dari jalan lahir/vagina sebelum proses persalinan
atau disebut juga Premature Rupture of Membrane = Prelabour Rupture Of
Membrane = PROM. Tanda dan gejala yaitu adanya cairan yang berisi
mekonium (kotoran janin), verniks kaseosa (lemak putih) rambut lanugo
atau (bulu-bulu halus) bila telah terinfeksi bau. Pemeriksaan inspekulo
apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servikalis pada bagian
yang sudah pecah, atau terdapat cairan ketuban pada forniks posterior, saat
di USG volume cairan amnion berkurang / oligohidramnion, terdapat
infeksi genital (sistemik), gejala chorioamnionitis.
Komplikasi ketuban pecah dini pada janin yaitu persalinan
prematuritas, prolaps funiculli/penurunan tali pusat, hipoksia dan asfiksia
sekunder (kekurangan oksigen pada bayi). Sedangkan komplikasi pada ibu
yaitu infeksi intrapartal dalam persalinan, jika terjadi infeksi dan kontraksi
ketuban pecah maka bisa menyebabkan sepsis yang selanjutnya dapat
mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas, infeksi
puerperalis/masa nifas, dry labour/partus lama, perdarahan post partum,
meningkatkan tindakan operatif obstetric (khususnya sc), morbiditas dan
mortalitas maternal

B. Saran
1. Bagi Ibu hamil
Sebaiknya ibu hamil trimester 3 memeriksakan kehamilannya
secara teratur agar dapat mengetahui perkembangan kehamiannya.
Karena jika teradi komplikasi pada kehamilannya bisa di tangani
secara cepat dan tepat.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai tenaga kesehatan lebih memahami tentang macam-
macam kegawatdaruratan pada ibu hamil trimester tiga yaitu ehamilan
kembar, ketuban pecah dini dan hydramnion. Serta bagaimana cara
penatalaksanaanya.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan seluruh mahasiswa harus benar –benar mempelajari
dan memahami asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal pada
ibu hamil trimester tiga.

C. Daftar Pustaka

Fawad A, Shamshad, Danish N. Frequences, causes and outcome of


polyhidramnions. Gomal Journal of Medical Sciences.
2008;6(2):106-9. Epub July 2008.

Buku Ajar Kegawatdaruratan Maternitas Pada Ibu Hamil, Bersalin, Nifas.


2017

Asuahan Kebidanan Maternal Neonatal. 2016

Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF. Kelainan Telur, Plasenta, Air


Ketuban, Cacat, dan Gangguan Janin. In: Sastrawinata S,
Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF, editors. Obstetri Patologi,
Ilmu Kesehatan Reproduksi. 2 ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2003.

Mughal AI, Ashraf M, Andrabi SAH, Latif A, Chiragh M. Fetal anomalies


in ultrasonographically detected polyhydramnions. Journal of
Rawalpindi Medical College. 2010;14(1):28-30.

Denton J, Davies M. Multiple Pregnancy. In: Henderson C, Macdonald S,


editors. Mayes’ Midwifery, A Textbook for Midwives. Thirteenth
ed. London: Bailliere Tindal; 2004.

Orhan A, Kurzel RB, Istwan NB, Rhea D, Burgess E, Stanziano G. The


Impact of hydramnions on pregnancy outcome in twin pregnancy
Journal of Perinatalogy. 2005;25:8-10.

Boyle M. Antenatal Investigations. In: Henderson C, Macdonald S,


editors. Mayes’ Midwifery, A book for Midwives. Thirteenth ed.
London: Bailliere Tindal; 2004.
Abdul-Karim R, Iskandar G. Acute Hydramnions, Report of Five Cases.
Obstettrics anf Gynecology. 1962;20(4):486-9.

Eid SM, Al-Shiemy RI, Khattab KA-EO. Fetal middle cerebral artery and
renal artery doppler indices in prediction of fetal outcome in cases
with idiopathic hydramnions. Journal of American Science.
2014;10(8):51-8.

Mazor M, Ghezzi F, Mymon E, Shoham-Vardi I, Vardi H, Hershkowitz R,


et al. Polyhidramnion is an independent risk factor for perinatal
mortality and intrapartum morbidity in preterm delivery. European
Journal of Obstetrics & Gynecology. 1996;70:41-7.

Anda mungkin juga menyukai