Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KASUS KEGAWATDARURATAN

PADA KEHAMILAN TRIMESTER I

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kegawatdaruratan

Dosen pengampu : R D Rahayu, SST, SPsi, MSi

Disusun oleh :

1. Evita Priyastuti P27224020056


2. Prawesthi Arum Palupi P27224020076
3. Widhea Ainun Nufa P27224020087

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG SARJANA TERAPAN

DAN PROFESI KEBIDANAN

POLITEKKES KEMENKES SURAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat Rahmat dan Karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah ini dengan judul “Kegawatdaruratan pada kehamilan


trimester I” disajikan untuk memenuhi pembelajaran pada kasus
kegawatdaruratan.

Terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang menjadi


sumberreferensi bagi kami. Terimakasih kami ucapkan kepada dosen
pembimbing dan semua pihak yang terkait dalam pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Kami


menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra
uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan.
Kehamilan trimester satu yaitu pada usia kehamilan 0-12 minggu,
adapun kegawatdaruratan kehamilan pada trimester satu antara lain
kehamilan ektopik terganggu, molahidatidosa, dan
hiperemesisgravidarum.
Kehamilan secara normal akan berada di kavumuteri, kehamilan
ektopik terganggu ialah kehamilan di tempat yang luar kavumuteri
terjadi saat penanaman blastosit berlangsung dimanapun. Tempat
yang mungkin untuk kehamilan ektopik adalah serviks, tuba fallopi,
ovarium dan abdomen.
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak
wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh
villikorialismegalami perubahan berupa degenerasi hidropik. Secara
mikroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-
gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan
ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm.
Hiperemesisgravidarum atau disebut dengan mual dan muntah
pada masa kehamilan. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu
setelah hari pertama haid terakhir. Mual dan muntah terjadi pada 60 –
80% primigravida dan 40 – 60% multigravida. Perasaan mual dan
muntah disebabkan karena meningkatnya hormonestrogen dan HCG
(Human ChorionicGonadrotropin). Gejala mual dan muntah yang
berat dapat berlangsung sampai 4 bulan, pekerjaan sehari-hari
menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk.
1.2 Rumusan Masalah
1. Kehamilan Ektopik
a. Apa yang dimaksud dengan Kehamilan Ektopik ?
b. Apa saja faktor risiko Kehamilan Ektopik ?
c. Bagaimana perjalanan klinik Kehamilan Ektopik ?
d. Apa saja diagnosis Kehamilan Ektopik ?
e. Bagaimana penatalaksanaan Kehamilan Ektopik ?
2. Mola Hidatidosa
a. Apa yang dimaksud dengan Mola Hidatidosa?
b. Apa penyebab terjadinya Mola Hidatidosa?
c. Apa saja faktor risiko terjadinya Mola Hidatidosa?
d. Bagaimana gambaran klinik kehamilan Mola Hidatidosa?
e. Bagaimana penatalaksanaan kehamilan Mola Hidatidosa?
3. HiperemesisGravidarum
a. Apa yang dimaksud dengan HiperemesisGravidarum?
b. Apa etiologi terjadinya HiperemesisGravidarum?
c. Bagaimana manifestasi klinis HiperemesisGravidarum?
d. Bagaimana patofisiologiHiperemesisGravidarum?
e. Apa komplikasi yang terjadi ?
f. Bagaimana penanganan kasus HiperemesisGravidarum?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui secara menyeluruh teori-teori tentang
kehamilan ektopik serta peran bidan untuk kehamilan ektopik
2. Untuk mengetahui secara menyeluruh teori-teori tentang
kehamilan Mola Hidatidosa serta peran bidan dalam
penatalaksanaan kehamilan Mola Hidatidosa
3. Untuk mengetahui secara menyeluruh teori-teori tentang kasus
HiperemesisGravidarum dan penanganan masalah
HiperemesisGravidarum
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kehamilan Ektopik


Kehamilan ektopik yaitu kehamilan dimana tempat implantasi
blastosit berada di area manapun selain endometrium. Lokasi
implantasi biasanya terletak pada bagian paling distal tuba falopi (Geri
&Carole, 2009)
Kehamilan ektopik adalah implantasi ovum yang telah dibuahi
diluarkavumuteri.Kehamilan ektopik dapat muncul dengan nyeri
abdomen dengan atau tanpa perdarahan pervaginam. Pada kelompok
pasien tertentu beresiko tinggi, mereka dengan patologi atau
pembedahan tuba sebelumnya dan mereka dengan alat kontrasepsi
dalam rahim.
Kelainan tempat kehamilan adalah kehamilan yang berada
diluarkavumuteri.Kehamilan disebut ektopik bila berada ditempat yang
luar biasa, seperti dalam tuba, ovarium atau rongga perut atau juga
ditempat yang luar biasa walaupun masih dalam rahim misalnya
serviks, parsinterstialis tuba atau tanduk rudimenter rahim.
2.2 Faktor risiko Kehamilan Ektopik
Beberapa faktor terjadinya kehamilan ektopik yaitu :
1. Bedah tuba
2. Sterilisasi
3. Kehamilan ektopik sebelumnya
4. Penggunaan AKDR
5. Kelainan tuba
6. Infeksi saluran genital sebelumnya
7. Pasangan seksual lebih dari satu
8. Merokok
9. Pertama kali berhubungan seks saat usia dini
10. Usia ibu sudah lanjut
11. Endometriosis
2.3 Perjalanan klinik Kehamilan Ektopik
Bila tidak didiagnosis dan diangkat, akhirnya akan rupture. Tanda dan
gejalanya adalah sebagai berikut :
1. Sebelum ruptur
a. Amenorea, lalu dilanjutkan dengan perdarahan bercak yang
intermiten. Mungkin hampir tidak terlihat sehingga perdarahn
bercak tampak seperti menstruasi normal.
b. Nyeri panggul, abdomen, kadang nyeri leher/bahu
c. Masa lunak teraba pada adneksa. Massa mungkin berbatas
tegas bila terdistensi darah
d. Uterus membesar karena hormon plasenta, mungkin
berukuran normal sesuai gestasi
e. Mual, muntah lebih jarang terjadi biasanya. Diare menjadi
lebih sering dan biasa
f. Uji kehamjilan posistif, tetapi mungkin negatif sampai 50% dari
keseluruhan waktu karena fungsi plasenta yang masih kurang
optimal.
g. Nyeri abdomen akut mungkin ditemukan dimana saja di
abdomen.
2. Setelah ruptur
a. Nyeri abdomen bagian bawah yang tiba-tiba, hebat dan tajam.
b. Hipotensi dan tanda-tanda syok, bergantung pada jumlah
perdarahan internal, perdarahan dapat hilang dalam jumlah
besar dengan cepat.
c. Nyeri abdomen dan nyeri tekan saat serviks bergerak.
d. Darah berkumpul tanpa dapat keluar.
e. Nyeri pada leher dan bahu, khususnya saat inspirasi karena
iritasi diafragma akibat darah yang ada dirongga peritoneum.
(Geri &Carole, 2009)
2.4 Diagnosis
Menegakkan diagnosis kehamilan ektopik tentunya dengan
melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang, yaitu sebagai berikut :
1. Amannesa tentang trias kehamilan ektopik terganggu
a. Terdapat amenorhea (terlambat datang bulan)
b. Terdapat rasa nyeri mendadak disertai rasa nyeri di daerah
bahu dan seluruh abdomen
c. Terdapat perdarahan melalui vagina atau spoting/bercak
1) Perdarahan pervaginam berasal dari pelepasan desidua
dan dari abortus tuba
2) Umunya perdarahan tidak benyak dan berwarna coklat tua
3) Gejala perdarahan dan/atau perdarahan
4) Bercak ini timbul pada 75% kasus yang timbul satu hingga
dua minggu setelah keterlambatan haid.

2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum dan tanda-tanda vital dapat baik sampai buruk
seperti:
a. Keadaan umum
1) Ibu tampak anemis, sakit, lemah, dan pucat
2) Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma- tidak sadar.
3) Terdapat tanda-tanda syok: hipotensi (tekanan darah
menurun), tekhikardia (nadi meningkat), pucat, ekstremitas
dingin.
4) Pada pemeriksaan abdomen: ditemukan tanda-tanda
rangsangan peritoneal (nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri
lepas) ini disebabkan karena darah yang masuk kedalam
rongga abdomen akan merangsang peritoneum
b. Pemeriksaan khusus melalui vagina (pemeriksaan ginekologi)
1) Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
2) Serviks terlalu lunak dan nyeri tekan
3) Korpus uteri normal atau sedikit membesar, kadang-
kadang sakit diketahui karena nyeri abdomen yang hebat.
4) Kavumdouglas menonjol oleh karena terisi darah dan nyeri
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Kadar hemoglobin meningkat dan eritrosit menurun atau
leukosit meningkat.
2) Tes kehamilan (urine dan HCG)
b. Pemeriksaan ultrasonograsi (USG)
c. Pemeriksaan kuldosintesis
Untuk mengetahui adanya cairan darah dalam kavumdouglass
d. Pemeriksaa yang ditegakkan secara bedah
2.5 Penatalaksanaan Kehamilan Ektopik
1. Kehamilan ektopik terganggu merupakan masalah klinis yang
memerlukan penanganan spesialis
a. Dalam hal ini rujukan merupakan langkah yang sangat
penting.
b. Dengan gambaran klinis kehamilan ektopik terganggu. Kiranya
bidan dapat menegakkan diagnosis kemungkinannya
sehingga sikap yang paling baik diambil adalah segera
merujuk penderita (ibu) ke fasilitas yang lengkap seperti
puskesmas, dokter atau langsung ke rumah sakit.
2. Sebagai gambaran penanganan spesialistis yang akan dilakukan
adalah penatalaksanaan kehamilan ektopik tergantung pada
beberapa hal, antara lain lokasi dan tampilan klinis.

Prinsip umum penatalaksanaan kehamilan ektopik

Adapun prinsip umum penatalaksanaan kehamilan ektopik adalah


sebagai berikut:

a. Segera merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap/rumah sakit


b. Optimalisasi keadaan umum ibu dengan pemberian carian dan
tranfusi darah, pemberian oksigen atau bila dicurigai infeksi
diberikan juga antibiotik
c. Pada keadaan syok segera berikan infus cairan seperti dextrose
5%, glukosa 5% garam fisiologis dan oksigen sambil menunggu
darah (kondisi pasien harus diperbaiki, kontrol tekanan darah, nadi
dan pernafasan)
d. Penatalaksanaan yang ideal adalah menghentikan sumber
perdarahan segara dengan penatalaksanaan bedah
operasi/laparotomi setelah diagnosis dipastikan.
3.1 Definisi kehamilan Mola Hidatidosa
Molahidatidosaadalahkehamilan di mana
setelahterjadifertilisasihasilkonsepsitidakberkembangmenjadiembrio,
tetapiterjadiproliferasitrofoblastdanditemukanvilikorialis yang
mengalamiperubahandegenerasi hidropik dan stroma yang
hipovaskuleratauavaskuler.
Umumnyapadakasusinijaninmeninggalsedangkanvilus-vilus yang
membesardanedematusituhidupdantumbuhsubur, gambaran yang
diberikanadalahsegugusbuahanggur (Nugroho, 2010).
3.2 Penyebab terjadinya kehamilan Mola Hidatidosa
Penyebab terjadinya mola hidatidosa belum diketahui secara pasti,
faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab adalah :
1. Faktor ovum
Spermatozoa memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya
atau dua serum memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi
kelainan atau gangguan dalam pembuahan.
2. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
Dalam masa kehamilan diperlukan zat-zat gizi meningkat. Hal ini
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangan janin, dengan keadaan sosial ekonomi yang
rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan tubuh
kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan
dan perkembangan janinnya.
3. Paritas tinggi
Ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola
hidatidosa karena trauma kelahian atau penyimpangan transmisi
secara genetik yang dapat diidentifikasikan dan penggunaan
stimulan drulasi seperti klomifen atau menotropiris (pergonal)
4. Kekurangan protein
Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian
tubuh sehubungan dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan
rahim, dan buah dada ibu, keperluan akan zat protein pada waktu
hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam
makanan mengakibatkan bayi akan lahir lebih kecil dari normal.
5. Infeksi virus
Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita
hamil. Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak
selalu akan menimbulkan penyakit. Hal ini sangat tergantung dari
jumlah mikroba (kuman atau virus) yang masuk virulensinya serta
daya tahan tubuh.
3.3 Faktor risiko terjadinya kehamilan Mola Hidatidosa
1. Usia ibu 35-40 tahun memiliki risiko 2 kali lipat dan ibu yang
berusia > 40 tahun beresiko hingga 10 kali lipat.
2. Riwayat kehamilan mola dapat beresiko mencapai 10 kali lipat
3. Pemakaian kontrasepsi oral jangka panjang
4. Defisiensi beta karoten atau vitamin A
3.4 Gambaran klinik kehamilan Mola Hidatidosa
1. Amenorhea dan tanda-tanda kehamilan seperti mual, muntah,
dan pusing yang umunya lebih hebat dari keluhan hamil fisiologis
2. Peningkatan kadar β-hCG (>100.000 mIU/mL) merupakan tanda
yang khas
3. Kurang dari 10% ibu dengan kehamilan mola mengalami anemia
dan hyperemesisgravidarum
4. Pada penderita 85% terjadi perdarahan pervaginam
5. Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan
6. Tidak teraba ballottement atau bagian janin pada palpasi dan
tidak terdengar DJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi
pusat atau lebih
7. Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24
minggu
3.5 Penatalaksanaan kehamilan Mola Hidatidosa
Terdapat dua hal pokok yang penting dalam penatalaksanaan
semua kehamilan mola. Pertama adalah evakuasi mola dan kedua
adalah tindak lanjut (followup) teratur untuk mendeteksi trofoblas
persisten. Berikut uraian penatalaksanaan kehamilan mola di Bidan
Praktik dan di Rumah Sakit
1. Di Bidan Praktik
a. Salah satu tanda kehamilan mola adalah terjadinya
perdarahnpervaginam. Bagi bidan yang bekerja secara
mandiri antisipasi memburuknya keadaan ibu harus dilakukan.
Memberikan cairan intravena RL atau NaCl 0,9% perlu
dilakukan untuk memperbaiki keadaan ibu dan mencegah
terjadinya perdarahan.
b. Kehamilam mola perlu segera dilakukan evakuali jaringan
mola. Maka bidan harus melakukan rujukan ke tingkat
pelayanan kesehatan memadai dengan BAKSOKU (Bidan,
Alat, Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan, Uang)
2. Di Rumah Sakit
a. Jika diagnose kehamilanmolasudahditegakkan,
lakukanevakuasi uterus. Evakuasimerupakanpengobatanawal
paling umumuntukkehamilanmola.
b. Histerektomimerupakan alternative bagipasien-pasientertentu
yang menginginkansterilisasimelaluipembedahan.
c. Selama proses evakuasiberlangsungberikaninfus 10 unit
oksitosindalam 500 ml cairan IV (NaCLatau Ringer Laktat)
dengankecepatan 40-60 tetespermenit). Hal
inidilakukansebagaitindakanpreventifterhadapperdarahanheba
tdanefektifitaskontraksiterhadappengosongan uterus
secaracepat.
d. Profilaksis: immunoglobulin anti-D
harusdiberikankepadapasien Rh negative yang sesuai
e. Surveilans: setelahkadar basal β-hCG serum diperolehdalam
48 jam setelahevakuasi, kadardipantausetiap 1 sampai 2
mingguselagimasihtinggi. Hal
inipentinguntukmendeteksipenyakittrofoblastikpersisten.
Bahkanjaringantrofoblastikdalamjumlahkecildapatdideteksiden
ganpemeriksaanini.
f. Kontrasepsi hormonal: menekanpembentukan LH
olehhipofisis, yang dapatmempengaruhikadarhCG yang
dapatmengaburkan follow up kadarhCGtersebut. Pasien-
pasien yang
tidakditerapidenganhisterktomiharusmenggunakankontrasepsi
selama follow up kadar β-hCG. Hal
inibertujuanuntukmenghindaripeningkatankadar β-
hCGdarikehamilanataudariperkembanganmolahiatidosake
tumor trofoblasgestasional.
g. Kehamilanselanjutnya: mencegahkehamilanselama minimal 6
bulanatauhinggakadarhCG normal (Rauf, dkk, 2014)
h. Kemoterapitidakdiindikasikanselamakadar serum
terusmenurun. Peningkatankadarataukadar yang
terusmendatarmenunjukkanperlunyaevaluasiuntukpenyakittrof
oblastikgestasionalpersistendanbiasanyapengobatan.
Peningkatanmenunjukkanproliferasitrofoblastik yang
kemungkinanbesarganas, kecualijikawanita yang
bersangkutankembalihamil (Cunningham, 2013)
4.1 Definisi HiperemesisGravidarum
HiperemesisGravidarum adalah mual dan muntah yang hebat
dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan,
penurunan berat badan atau gangguan elektrolit sehingga
mengganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin didalam
kandungan. Pada umumnya terjadi pada minggu ke 6 – 12 masa
kehamilan yang dapat berlanjut hingga minggu ke 16 – 20 masa
kehamilan.
HiperemesisGravidarum adalah bertambahnya emesis yang dapat
mengakibatkan gangguan kehidupannya sehari-hari.
Hiperemesisgravidarum yang berlangsung lama hingga dapat
mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin.
HiperemesisGravidarum adalah mual dan muntah berlebihan
selama masa hamil. Mual yang membahayakan ini disebabkan dari
morningsicknes normal yang umum dialami wanita hamil karena
intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama
trimester pertama kehamilan.
4.2 Etiologi terjadinya HiperemesisGravidarum
Kejadian HiperemesisGravidarum belum diketahui dengan pasti.
Tetapi beberapa faktor presdiposisi dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Faktor adaptasi dan hormonal
Pada ibu hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi
hiperemesisgravidarum. Yang termasuk dalam ruang lingkup
faktir adaptasi adalah ibu hamil dengan anemia, wanita
primigravida, dan over distensi rahim pada kehamilan ganda dan
kehamilan mola hidatidosa
Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi
terhadap hormon estrogen dan gonadortopinkorionik, sedangkan
pada kehamilan ganda dan mola hidatidosa, jumlah hormon yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan hiperemesisgravidarum.
2. Faktor psikologis
Hubungan faktor psikologis dengan kejadian
hiperemesisgravidarum belum jelas. Besar kemungkinan bahwa
wanita yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaan,
keretakan hubungan dengan suami dapat menjadi faktor kejadian
hiperemesisgravidarum.
3. Faktor alergi
Pada kehamilan, dimana diduga terjadi invasi jaringan koriolis
yang masuk ke dalam peredaran darah ibu maka faktor alergi
dianggap dapat menyebabkan kejadian hiperemesisgravidarum.

4.3 Manifestasi klinis HiperemesisGravidarum


Sekalipun batas antara muntah yang fisiologis dan patologis tidak
jelas, tetapi muntah yang menimbulkan gangguan kehidupan sehari-
hari dan dehidrasi memberikan petunjuk bahwa wanita telah
memerlukan perawatan yang intensif.
Gambaran gejala hiperemesisgravidarum secara klinis dapat dibagi
menjadi 3 tingkat.
1. Hiperemesisgravidarum tingkat pertama
- Muntah berlangsung terus menerus
- Nafsu makan berkurang
- Berat badan menurun
- Kulit menunjukkan adanya dehidrasi, tonusnya lemah
- Nyeri didaerah epigastrium
- Tekanan daran menurun dan nadi meningkat
- Lidah kering
- Mata tampak cekung
2. Hiperemesisgravidarum tingkat kedua
- Penderita tampak lemah
- Gejala dehidrasi makin tampak, mata cekung, turgor kulit
makin kurang, lidah kering dan kotor
- Tekanan darah turun, nadi meningkat
- Berat badan makin menurun
- Mata ikterik
- Gejala hemokonsentrasi makin tampak : urin berkurang,
aseton dalam urin meningkat
- Terjadi gangguan buang air besar
- Mulai tampak gajala gangguan kesadaran, menjadi apatis
- Nafas berbau aseton
3. Hiperemesisgravidarumtingkt ketiga
- Muntah berkurang
- Keadaan umum wanita hamil makin menurun: tekanan darah
menurun, nadi meningkat, suhu naik, dan keadaan dehidrasi
makin jelas
- Gangguan fatal hati terjadi dengan menifestasiikterus
- Gangguan kesadaran dalam bentuk somnolen sampai koma,
komplikasi susunan saraf pusat, perubahan arah bola mata,
dan perubahan mental.

4.4 PatofisioligiHiperemesisGravidarum
Patofisiologihiperemesisgravidarum dapat disebabkan karena
peningkatan Hormon ChorionicGonadhotropin (HCG) dapat menjadi
faktor mual dan muntah. Peningkatan kadar hormon progesteron
menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami
relaksasi sehingga motilitas menurun dan kadang lambung menjadi
kosong. Hiperemesisgravidarum yang merupakan komplikasi ibu
hamil muda bila terjadi terus menerus dapat mengakibatkan
cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan
energi.
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan
dengan malnutrisi dan dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya
non-protein, nitrogen, asan urat, dan penurunan klorida dalam darah,
kekurangan vitamin B1, B6, B12 dapat mengakibatkan terjadinya
anemia, gangguan alat-alat vital sampai meninmbulkan kematian
(Mitayani, 2009 hal 56).
4.5 Komplikasi pada kasus HiperemesisGravidarum
1. Komplikasi yang terjadi pada ibu
a. Hiperemesis dapat menyebabkan dehidrasi sehingga cairan
ekstraseluler dam plasma berkurang.
b. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan
bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi
muntah-muntah lebih banyak, dapat merusak hati.
c. Terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung
dengan akibat perdarahan gastrointestinal.
2. Komplikasi yang terjadi pada janin
Hiperemesis tak hanya mengancam kehidupan klien, namun
dapat menyebabkan efek samping pada janin sperti abortus,
berat badan lahir rendah, kelahiran prematur dan malformasi
pada bayi baru lahir.
4.6 Penanganan HiperemesisGravidarum
1. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, terapi cerah
dan peredaran darah yang baik. Catat cairan yang keluar dan
masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk kedalam
kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau
makan. Tidak diberikan makan/minum selama 24 jam. Kadang-
kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau
hilang tanpa pengobatan.
2. Terapi psikologi
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan,
kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik yang
kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
3. Cairan
Berikan cairan parental yang cukup elektrolit, karbohidrat dan
protein dengan glukose 5% dalam cairan garam fisiologik
sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan
vitamin khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada
kekurangan protein dapat diberikan pula asam amino secara
intravena.
4. Obat
Pemberian obat pada hiperemesisgravidarum sebaiknya
berkonsultasi dengan dokter sehingga dapat dipilih obat yang
tidak bersifat teratogenik atau dapat menyebabkan kelainan
kongenital pada bayi.
5. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan
mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan
psikistrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takhikardi,
ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi
organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk
mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus
terapeutik sering sulit diambil, oleh karena itu di satu pihak tidak
boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh
menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.
BAB III

PEMBAHASAN
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan
a. Kehamilan Ektopik Terganggu
Diagnosis pada pasien ini adalah kehamilan ektopik terganggu.
Perawatan
yang dilakukan sejak pasien datang adalah segera mencari tahu
kepastian
diagnosis kehamilan ektopik terganggu dengan mengambil data
lengkap dari
anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan ginekologis,
pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan darah, tes kehamilan dan USG.
Setelah
didapatkan diagnosis kerja kehamilan ektopik terganggu, segera
dilakukan
intervensi pembedahan laparotomi. Dengan kondisi pasien yang
stabil setelah
dioperasi, luka operasi terawat dengan baik, pada perawatan hari ke
sembilan
diminta kontrol luka operasi.
Hal yang dapat dilakukan sekarang adalah memberi edukasi pada
pasien ini
untuk lebih jeli dalam menghadapi tanda-tanda kemungkinan hamil
lagi, seperti
langsung ke dokter untuk memastikan apakah dirinya benar-benar
hamil dan
mendapat perawatan yang lebih ketat. Dijelaskan juga faktor-faktor
risiko sperti
infeksi pelvik, penyakit menular seksual, usia dan larangan merokok
untuk
mencegah bertambah besarnya risiko terjadinya kehamilan ektopik
terganggu,
karena pada pasien yang pernah mengalami penyakit ini, jelas
sebelumnya sudah
ada faktor risiko untuk memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik
terganggu
lagi.
b. Mola Hidatidosa
Mola hidatidosa merupakan penyakit wanita dalam masa
reproduksi antara
umur 15 tahun sampai umur 45 tahun. Umumnya pada kasus ini janin
meninggal
sedangkan vilus-vilus yang membesar dan edematus itu hidup dan
tumbuh subur,
gambaran yang diberikan adalah segugus buah anggur.
Sebagai bidan dapat memberikan penatalaksanaan kasus mola
hidatidosa
dengan mengantisipasi memburuknya keadaan ibu harus
memberikan cairan
intravena RL atau NaCl 0,9% dan mencegah terjadinya perdarahan.
Setelah itu
bidan harus melakukan rujukan ke tingkat pelayanan kesehatan
memadi dengan
BAKSOKU.

c. HiperemesisGravidarum
Hiperemesisgravidarum adalah mual dan muntah yang hebat dalam
masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan,
penurunan berat badan atau gangguan elektrolit sehingga
mengganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin didalam
kandungan. Pada umumnya terjadi pada minggu ke 6-12 masa
kehamilan dan dapat berlanjut hingga minggu ke 16-20 masa
kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA

Fadlun& Ahmad Feryanto. 2011. AsuhanKebidananPatologis.

Jakarta: SalembaMedika

Rauf, Syahrul, dkk. 2014. IlmuKandunganEdisiKetiga. Jakarta: PT

Bina PustakaSarwonoPrawirohardjo.

Kemenkes RI. 2013. PelayananKesehatanIbu di

FasilitasKesehatanDasardanRujukan.

Nugroho, Taufan. 2010. Kasus Emergency

KebidananUntukKebidanandanKeperawatan. Yogyakarta:

NuhaMedika.

Norwitz, Errol & John Schorge. 2010. At A Glance

Obstetri&GinekologiEdisiKedua. Jakarta: PenerbitErlangga

Robson, S. Elizabeth & Jason Waugh. 2012.

PatologiPadaKehamilan: Manajemen&AsuhanKebidanan.

Jakarta: EGC

Anik, M. (2016). Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan.

Jakarta: CV. Trans Info Media.

Anik, M. (2016). Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan.

Jakarta: CV. Trans Info Media.

Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, &Spong. (2013).

Obstetri Williams. Jakarta: EGC.


Djamhoer, M, Firman, F. W., & Jusuf, S. E. (2013). Obstetri Patologi

Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.

Geri, M, &Carole, H. (2009). Obstetri dan Ginekologi Panduan

Praktik. Jakarta: EGC.

Lauren A, D., Jessica E, D., &Meredith B, T. (2012). Rujukan Cepat

Kebidanan. Jakarta: EGC.


Soal Kegawatdaruratan

1. Kehamilan yang dapat muncul dengan nyeri abdomen dengan atau tanpa
perdarahan pervaginam, yaitu ?
a. kehamilan anggur (molahidatidosa)
b. kehamilan ektopik
c. kehamilan
d. kehamilan Abnormal
e. kehamilan normal
2. Menegakkan diagnosis kehamilan ektopik tentunya dengan melakukan
anamnesa tentang trias kehamilan ektopik terganggudiantaranya yaitu
(kecuali) :
a. Terdapat amenorhea (terlambat datang bulan)
b. Terdapat rasa nyeri mendadak disertai rasa nyeri di daerah bahu dan
seluruh abdomen
c. Terdapat perdarahan melalui vagina atau spoting/bercak
d. Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma- tidak sadar.
e. Umunya perdarahan tidak benyak dan berwarna coklat tua
3. Penyebab terjadinya mola hidatidosa belum diketahui secara pasti, faktor-
faktor yang mungkin menjadi penyebab adalah (kecuali):
a. Faktor ovum
b. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
c. Paritas tinggi
d. Kekurangan protein
e. Kelebihan protein
4. Faktor risiko terjadinya kehamilan Mola Hidatidosa yaitu :
a. Usia ibu 35-40 tahun memiliki risiko 2 kali lipat dan ibu yang berusia > 40
tahun beresiko hingga 10 kali lipat.
b. Riwayat kehamilan mola sebelumnya tidak beresiko
c. Pemakaian kontrasepsi oral jangka pendek
d. Defisiensi beta karoten atau vitamin K

5. Mual dan muntah berlebihan selama masa hamil yang disebabkan dari
morningsicknes normal yang umum dialami wanita hamil karena intensitasnya
melebihi muntah normal dan berlangsung selama trimester pertama kehamilan
yaitu?

a. Mola Hidatidosa
b. HiperemesisGravidarum
c. Morningsicknes
d. EmesisGravidarum
e. KET

SOAL ESSAY

1. Adapun prinsip umum penatalaksanaan kehamilan ektopik,sebutkan!


Jawab :
a. Segera merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap/rumah sakit
e. Optimalisasi keadaan umum ibu dengan pemberian carian dan tranfusi
darah, pemberian oksigen atau bila dicurigai infeksi diberikan juga
antibiotik
f. Pada keadaan syok segera berikan infus cairan seperti dextrose 5%,
glukosa 5% garam fisiologis dan oksigen sambil menunggu darah (kondisi
pasien harus diperbaiki, kontrol tekanan darah, nadi dan pernafasan)
g. Penatalaksanaan yang ideal adalah menghentikan sumber perdarahan
segara dengan penatalaksanaan bedah operasi/laparotomi setelah
diagnosis dipastikan
2. Terdapat dua hal pokok yang penting dalam penatalaksanaan semua
kehamilan mola. Pertama adalah evakuasi mola dan kedua adalah tindak
lanjut (followup) teratur untuk mendeteksi trofoblas persisten. Berikut uraian
penatalaksanaan kehamilan mola di Bidan Praktik adalah ?
Jawab :
a. Salah satu tanda kehamilan mola adalah terjadinya
perdarahnpervaginam. Bagi bidan yang bekerja secara mandiri antisipasi
memburuknya keadaan ibu harus dilakukan. Memberikan cairan intravena
RL atau NaCl 0,9% perlu dilakukan untuk memperbaiki keadaan ibu dan
mencegah terjadinya perdarahan.
b. Kehamilam mola perlu segera dilakukan evakuali jaringan mola. Maka
bidan harus melakukan rujukan ke tingkat pelayanan kesehatan memadai
dengan BAKSOKU (Bidan, Alat, Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan,
Uang)
3. Etiologi terjadinya HiperemesisGravidarum belum diketahui dengan pasti.
Tetapi beberapa faktor presdiposisi dapat dijabarkan sebagai berikut yaitu:
Jawab :
a. Faktor adaptasi dan hormonal
Pada ibu hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi
hiperemesisgravidarum. Yang termasuk dalam ruang lingkup faktir
adaptasi adalah ibu hamil dengan anemia, wanita primigravida, dan over
distensi rahim pada kehamilan ganda dan kehamilan mola hidatidosa
Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap
hormon estrogen dan gonadortopinkorionik, sedangkan pada kehamilan
ganda dan mola hidatidosa, jumlah hormon yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan hiperemesisgravidarum.
b. Faktor psikologis
Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesisgravidarum
belum jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil, takut
kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami dapat menjadi
faktor kejadian hiperemesisgravidarum.
c. Faktor alergi
Pada kehamilan, dimana diduga terjadi invasi jaringan koriolis yang
masuk ke dalam peredaran darah ibu maka faktor alergi dianggap dapat
menyebabkan kejadian hiperemesisgravidarum.
4. Komplikasi pada kasus HiperemesisGravidarum bisa terjadi pada ibu dan
janinnya, yaitu ?
Jawab :
a. Komplikasi yang terjadi pada ibu
d. Hiperemesis dapat menyebabkan dehidrasi sehingga cairan
ekstraseluler dam plasma berkurang.
e. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya
ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah-muntah lebih
banyak, dapat merusak hati.
f. Terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung dengan
akibat perdarahan gastrointestinal.
b. Komplikasi yang terjadi pada janin
Hiperemesis tak hanya mengancam kehidupan klien, namun dapat
menyebabkan efek samping pada janin sperti abortus, berat badan lahir
rendah, kelahiran prematur dan malformasi pada bayi baru lahir.
5. Salah satu penanganan HiperemesisGravidarum adalahpenghentian
kehamilan jelaskan bagaimana penatalaksanaannya?
Jawab :
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikistrik bila keadaan
memburuk. Delirium, kebutaan, takhikardi, ikterus, anuria dan perdarahan
merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan
abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena itu di satu pihak tidak
boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu
sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.

Anda mungkin juga menyukai