Kelompok 6
Senin, Pukul 07.00 – 10.00 WIB
Asisten Laboratorium
1. Annisa Lazuardi Larasati
2. Zahra Dzakirah Abnaz
LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2019
I. Tujuan
1. 1. Menganalisis kualitatif karbohidrat menggunakan pereaksi fehling.
1. 2. Menganalisis kadar karbohidrat total menggunakan metode Luff-
Schrool.
II. Prinsip
2. 1. Pengendapan
Merupakan reaksi terbentuknya produk yang tidak larut atau
endapan (Chang, 2005).
2. 2. Reduksi-Oksidasi
Reaksi redoks adalah suatu reaksi yang mengaitkan transfer
electron antar senyawa atau juga suatu reaksi yang tempat
terjadinya pada perubahan bilangan oksidasi (Barke, et. al, 2009).
III. Reaksi
3. 1. Reaksi Fehling
VI. Prosedur
6. 1. Preparasi sampel
Dilakukan ekstraksi pada sampel yang akan digunakan (25 mg
sampel) setelah sebelumnya diblender, ditambahkan 50 mL aquades,
kemudian disaring dengan kertas saring. Lalu, filtrat sampel
dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi dan dimasukkan ke dalam
setrifugator selama 15 menit dengan kecepatan 3000 Rpm.
Kemudian digunakan supernatan dari sampel.
6. 2. Pembuatan pereaksi fehling
Fehling A dibuat dengan CuSO4.5H2O ditimbang sebanyak 2.5 g
kemudian dilarutkan dalam aquades 25 mL lalu didiamkan dan
disaring. Fehling B dibuat dengan menimbang KOH 6,25 g dan Na
K-Tatrat 8,65 g kemudian dilarutkan dalam 25 mL aquades.
Kemudian fehling A dan fehling B dicampur dengan perbandingan
1:1.
6. 3. Pembuatan pereaksi luff school
CuSO4.5H2O sebanyak 21,625 g dan 143,75 g asam sitrat
monohidrat dilarutkan dengan 250 mL aquades dalam gelas A.
Kemudian 25 mL Na-K Karbonat anhidrat dilarutkan dengan 100
mL dalam gelas B lalu keduanya dicampurkan dengan perlahan.
6. 4. Pembuatan Larutan Na-tiosulfat 0,1 N
Ditimbang 2,5 g kristal Na2S2O3 lalu dimasukkan ke dalam beaker
glass. Setelah itu 20 mg Na2CO3 ditambahkan dan dilarutkan
aquades bebas CO2 sebanyak 100 ml
6. 5. Pembuatan Larutan Indikator Amilum 10%
Amilum sebanyak 2,5 g serbuk amilum dan dilarutkan dengan 25 mL
aquades yang telah dipanaskan di atas penangas.
6. 6. Pembuatan Larutan KI 20%
Ditimbang kristal kalium iodida sebanyak 5 g, lalu dilarutkan dalam
aquades sampai 25 mL kemudian dihomogenkan
6. 7. Pembakuan Larutan Na-tiosulfat
KIO3 sebanyak 100 mg ditimbang lalu dicampurkan 10 mL H2SO4
dan 300 mg KI. Kemudian dilarutkan dalam aquades 100 mL lalu
dititrasi dengan Na2S2O3 dengan indikator amilum
6. 8. Pembuatan larutan NaOH 45%
NaOH sebanyak 90 gr ditimbang lalu dididihkan air dengan pemanas
air. Kemudian ditambahkan 200 ml air yang sudah didinginkan
dengan 90 gram NaOH.
6. 9. Uji Fehling
Sebanyak 3 ml larutan uji ditambahkan dengan pereaksi fehling yang
telah dicampur. Sampel tersebut dipanaskan di dalam penangas air
lalu diamati perubahannya
6. 10.Uji Luff-Schoorl sampel dan blanko
Sebanyak 25 mL sampel yang telah disetrifugasi ditambahkan 10m
mL HCl 30% lalu dipanaskan selama 10 menit kemudian
didinginkan. Kemudian sampel dinetralkan dengan NaOH 45% dan
diencerkan hingga volume 50 mL lalu dimasukkan 25 mL larutan ke
dalam erlenmeyer dan ditambahkan reagen Luff-Schoorl sebanyak
25 mL. Selanjutnya dibuat blanko dengaan mencampurkan 25 mL
aquades dengan 25 reagen Luff-Schoorl. Labu erlenmeyer ditutup
dengan kapas lalu didihkan kurang lebih satu menit. Kemudian
menambahkan 15 mL KI 20% dan 25 mL H2SO4 6 N dan dititrasi
dengan Na2S2O3 0,1 N dengan indikator berupa amilum.
4. Aduk hinggaa larut seutuhnya Diperoleh larutan NaOH 45% yang keruh
dan hangat
E. Preparasi sampel
Penyaringan sampel
Sampel di dalam tabung sentrifugasi
Sampel disentrifugasi
8. Menambahkan 15 mL KI
20% dan 25 mL H2SO4 6 N
VIII. Perhitungan
8. 1. Pembuatan Fehling A
3,5 g CuSO4 dalam 50 mL aquadest (Didiamkan 2 hari)
8. 2. Pembuatan Fehling B
17,3 g Natrium Kalium Tartrat dalam 50 mL aquades
8. 3. Pembuatan Luff-Schrool
a. HCl 30%
30 mL HCl pekat dalam 100 mL aquadest
b. NaOH 45%
45 g NaOH dalam 100 mL aquades
c. Luff-Schrool
CuSO4·5H2O
25 gram dalam 100 mL aquades
Asam sitrat
50 gram dalam 50 mL aquades
Na2CO3·10H2O
388 gram dalam 400 mL aquades
V1 = 10 mL
V2 = 10 mL
Vrata-rata = 10 mL
c. Tabel Konversi
Perhitungan angka tabel
Volume Na2S2O3 = Na2S2O3
= 8,6 mL
Antara 8 dan 9
22,4 – 19,8 = 2,6
FP =
= 6,25
% Kadar = x FP x 100%
= x 6,25 x 100%
= 1,33%
IX. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan uji untuk mengidentifikasi
karbohidrat serta kadar karbohidrat yang terdapat pada sampel. Sampel
yang digunakan pada praktikum kali ini ialah buncis. Buncis atau yang
memiliki nama lain Phaseolus vulgaris merupakan sayuran yang memiliki
kandungan protein yang tinggi. Tak hanya itu, buncis pun memiliki
kandungan vitamin yang dapat membantu menurunkan tekanan darah dan
juga mengawal suatu metabolisme gula yang ada di dalam darah. Buncis
sangat bermanfaat bagi sesorang yang mengidap penyakit diabetes ataupun
hipertensi. Serat yang terkandung di dalam buncis pun dapat membantu
menurunkan berat badan.
Berikut adalah komposisi kimiawi yang terdapat dalam 100 gram
buncis.
Persen
Kadar dari
Senyawa
Nutrisi Kebutuha
n Harian
Energi (kalori) 31,00 1,5
Karbohidrat
7,13 5,5
(g)
Protein (g) 1,82 3,0
Lemak Total
0,34 1,0
(g)
Kolesterol
0,00 0,0
(mg)
Serat (g) 3,40 9,0
Folat (µg) 37,00 9,0
Niasin (mg) 0,752 5,0
Asam
Pentotenat 0,094 2,0
(mg)
Piridoksin
0,074 5,5
(mg)
Riboflavin
1,105 8,0
(mg)
Tiamin (mg) 0,084 7,0
Vitamin A (IU) 690,00 23,0
Vitamin C
16,30 27,0
(mg)
Vitamin K (µg) 14,40 12,0
Natrium (mg) 6,00 0,4
Kalium (mg) 209,00 5,5
Kalsium (mg) 37,00 3,7
Besi (mg) 1,04 13,0
Magnesium
25,00 13,0
(mg)
Magan (mg) 0,214 9,0
Fosfor (mg) 38,00 6,0
Seng (mg) 0,24 2,0
a-karoten (µg) 69,00 –
Β-karoten (µg) 379,00 379,00
Lutein +
640,00 640,00
zeasantin (µg)
X. Simpulan
10. 1. Karbohidrat dapat diidentifikasi secara kualitatif menggunakan
pereaksi fehling yang menunjukkan hasil positif pada sampel
buncis.
10. 2. Kadar gula pereduksi pada sampel buncis dapat diketahui sebesar
1,33% menggunakan metode Luff-Schoorl.
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan, N. 2011. Analisis Pangan. Jakarta: Dian Rakyat.
Barke, Hans-Dieter, Al Hazari dan Sileshi Yitbarek. 2009. Misconceptions in
Chemistry: Adressing Preceptions in Chemical Education. Heidelberg:
Springer
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Jilid Dua. Edisi 3. Jakarta: Erlangga.
Jiang, Z., Yujuan H., Aihui L., Hongchen P., dan Qingye L. Resonance Scattering
Detection of Trace Microalbumin Using Immunonanogold Probe as the
Catalyst of Fehling Reagent-Glucose Reaction. Biosensors and
Bioelectronics. Vol. 24 (6) : 1674-1678.
Juwita, D., N. S. Ayu, dan R. Rasyid. 2013. Isolasi Jamur Pengurai Pati dari
Tanah Limbah Sagu. Jurnal Farmasi Andalas. Vol. 1(1): 35—41.
Moreno, J. dan Rafael P. 2012. Enological Chemistry. USA : Elsevier.
Pine, S. H. 1988. Kimia Organik 2. Bandung: ITB Press.
Pradnyana. 2014. Penentuan Kadar Sukrosa pada Nira Kelapa dan Nira Aren
dengan Menggunakan Metode Luff-Schoorl. Journal Chemistry
Laboratory. Vol.(1): 37---41.
Rahayu. 2005. Analisis Karbohidrat, Protein, dan Lemak pada Pembuatan Kecap
Ramsden, E. 1994. Chemistry. Chelienham: Stanley Thomes Ltd.
Lamtoro Gung. (Leucaena Leucephala) Terfermentasi Aspergillus Oryzae.
Jurnal Biotek. Vol 2 (1). Hal 14-20.
Rukmana, R. 1994. Buncis. Yogyakarta: Kanisius.
Siregar, N. S. 2014. Karbohidrat. Jurnal Ilmu Keolahragaan. Vol. 13(2): 38—44.
Sudarmadji, S., Bambang H., dan Suhardi. 1989. Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Yogyakarta : PAU Pangan dan Gizi UGM
dan Penerbit Liberty.
Sunarya dan Setiabudi. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Jakarta : Setia
Putra Inversi
Ulfa, A. M. 2015. Penetapan Kadar Klorin (Cl2) pada Beras Menggunakan
Metode Iodometri. Jurnal Kesehatan Holistik. Vol. 9(4):197—200.
Wijayati, N. S. dan M. Lukitasari. 2016. Analisis Kandungan Formalin dan Uji
Organoleptik Ikan Ain yang Beredar di Pasar Besar Madiun. Jurnal
Florea. Vol. 3(1): 59—64.