Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA

ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF KARBOHIDRAT

Kelompok 6
Senin, Pukul 07.00 – 10.00 WIB

Asisten Laboratorium
1. Annisa Lazuardi Larasati
2. Zahra Dzakirah Abnaz

Nama NPM Tugas

Aliya Nurlaila 260110180126 Pembahasan

Amabel Odelia Samuel 260110180138 Pembahasan

Ishmat Jati Prayugo 260110180142 Alat bahan, Prosedur, Data


pengamatan

Ratu Hanifa F. D. 260110180148 Teori dasar dan Kesimpulan

Zahra Ganesya C. 260110180158 Tujuan, Prinsip, Reaksi,


Perhitungan, Editor

LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2019
I. Tujuan
1. 1. Menganalisis kualitatif karbohidrat menggunakan pereaksi fehling.
1. 2. Menganalisis kadar karbohidrat total menggunakan metode Luff-
Schrool.

II. Prinsip
2. 1. Pengendapan
Merupakan reaksi terbentuknya produk yang tidak larut atau
endapan (Chang, 2005).
2. 2. Reduksi-Oksidasi
Reaksi redoks adalah suatu reaksi yang mengaitkan transfer
electron antar senyawa atau juga suatu reaksi yang tempat
terjadinya pada perubahan bilangan oksidasi (Barke, et. al, 2009).

III. Reaksi
3. 1. Reaksi Fehling

(Jiang, et al, 2009)


3. 2. Reaksi Luff-Schoorl
C6H12O6(aq) + 2Cu2+(aq)  CH2OH-(CHOH)4-COOH(aq) + Cu+ + Cu2+
exc

Reaction 1: formation of I2.


Cu2+ exc + 2KI  I2 + Cu+
Reaction 2: measurement of I2.
I2 + S2O32+  2I- + S4O62-
(Moreno dan Peinado, 2012)

IV. Teori Dasar


Sakarida atau yang lebih dikenal sebagai karbohidrat merupakan
sumber energy utama bagi tubuh manusia (Ramsden, 1994). Karbohidrat
merupakan senyawa dengan rumus molekul Cn(H2O)n. Karbohidrat terdiri
dari dua monosakarida dengan ikatan glikosida yang digolongkan ke
dalam oligosakarida dan polipeptida (Pine, 1988).
Karbohidrat merupakan senyawa yang sangat penting dan dibutuhkan
oleh manusia, yaitu sebagai sumber energy. Karbohidrat memiliki peranan
untuk menghasilkan energy bagi tubuh manusia. Fungsi lain dari
karbohidrat yang dimakan oleh manusia adalah sebagai pemberi rasa
manis pada makanan, mengatur metabolism lemak, dan membantu
pengeluaran feses (Siregar, 2014).
Karbohidrat secara garis besar dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu
karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana
terdiri dari monosakarida, disakarida, dan oligosakarida, sedangkan
karbohidrat kompleks terdiri dari polisakarida pati dan non pati (Siregar,
2014). Terdapat tiga jenis monosakarida yang mempunyai arti gizi yaitu
glukosa, laktosa, dan galaktosa. Glukosa yang disebut juga dengan
dekstrosa atau gula anggur terdapat luas di alam dalam jumlah sedikit,
yaitu di dalam sayur, buah, sirup jagung, sari pohon dan bersamaan
dengan fruktosa di dalam madu. Fruktosa yang dinamakan dengan
levulosa atau gula buah adalah gula paling manis yang terdapat dalam
madu bersama glukosa, dalam buah, bunga dan juga di dalam sayur. Di
dalam tubuh, fruktosa merupakan hasil pencernaan sukrosa. Terakhir,
galaktosa tidak terdapat bebas di alam seperti halnya glukosa dan fruktosa,
tetapi terdapat dalam tubuh sebagai hasil pencernaan laktosa. (Rahayu,
2005).
Karbohidrat sederhana selanjutnya adalah disakarida. Disakarida
merupakan karbohidrat yang lebih tinggi daripada monosakarida. Terdapar
tiga jenis disakarida yang mempunyai arti gizi yaitu sukrosa, dan laktosa.
Sukrosa yang sering disebut sebagai gula tebu atau gula bit terdapat pada
gula pasir, buah, sayuran, dan madu. Apabila dicerna atau dihidrolisis,
sukrosa pecah menjadi satu unit glukosa dan satu unit fruktosa.
Selanjutnya, maltosa tidak terdapat bebas di alam. Maltosa terbentuk pada
setiap pemecahan pati, seperti yang terjadi pada tumbuh-tumbuhan bila
benih atau bijian berkecambah dan di dalam. Apabila dihidrolisis, maltosa
akan membentuk dua unit glukosa. Terakhir, laktosa yang terdiri dari satu
unit glukosa dan satu unit galaktosa merupakan gula yang rasanya paling
tidak manis dan lebih sukar larut dalam disakarida lainnya. Maltosa ini
hanya terdapat dalam susu (Rahayu, 2005).
Analisis keberadaan suatu karbohidrat dalam sampel atau yang
disebut sebagai analisis kualitatif umumnya didasarkan pada reaksi- reaksi
warna yang dipengaruhi oleh produk-produk hasil penguraian gula dalam
asam-asam kuat dengan berbagai senyawa organik. Selain itu, didasarkan
pula pada sifat mereduksi dari gugus karbonil dan sifat oksidasi dari
gugusan hidroksil yang berdekatan. Reaksi dengan asam-asam kuat seperti
asam sulfat, hidroklorat dan fosfat pada karbohidrat menghasilkan
pembentukan produk terurai yang berwarna. Beberapa analisis kualitatif
karbohidrat yang sering dilakukan di antaranya adalah uji Molish, uji
Seliwanof, uji Fehling, uji Antrone, dan uji Fenol (Andarwulan, 2011).
Untuk menguji keberadaan karbohidrat dalam suatu zat, dapat
dilakukan uji Fehling. Uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi ada atau
tidaknya gugus aldehid dalam suatu sampel. Pereaksi Fehling terdiri dari
campuran dua larutan, yaitu fehling A dan fehling B. Fehling A
merupakan larutan CuSO4 dalam air, sedangkan fehling B terdiri dari Na
K tartrat dalam NaOH (Marhusari, 2009). Ciri yang dihasilkan dari dari uji
ini kepada gula pereduksi adalah terbentuknya endapan berwarna merah
bata (Juwita et al., 2013). Sementara itu, hasil negative ditandai dengan
tidak berubahnya warna meskipun telah dipanaskan, yaitu warna larutan
tetap biru (Wijayanti, 2016).
Selain dengan uji fehling, karbohidrat juga dapat dianalisis secara
kuantitatif maupun kualitatif dengan uji Luff-Schoorl. Uji Luff-Schoorl
didasarkan pada reaksi antara monosakarida dengan larutan Copper.
Monosakarida akan mereduksi CuO dalam larutan Luff-Schoorl menjadi
Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih sehingga
dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan akan dititrasi dengan larutan Na2S2O3
(Pradnyana, 2014).
Proses titrasi dalam pengujian Luff-Schoorl menggunakan prinsip
titrasi iodometri. Titrasi ini melibatkan iodium dan amilum sebagai
indikator. Titrasi iodometri merupakan salah satu metode titrasi tidak
langsung. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari biru
menjadi tidak berwarna (Ulfa, 2015).
Pada penentuan karbohidrat metode Luff-Schoorl, yang ditentukan
bukanlah kuprioksida yang mengendap tetapi menentukan kuprioksida
dalam larutan sebelum direaksikan dengan sampel gula pereduksi (titrasi
blanko) dan sesudah direaksikan dengan sampel gula pereduksi (titrasi
sampel) menggunakan titran Na2S2O3. Selisih titrasi blanko dengan titrasi
sampel ekivalen dengan jumlah gula pereduksi yang ada di dalam
bahan/larutan (Sunarya dan Setiabudi, 2007).
Reaksi yang terjadi selama penentuan karbohidrat cara ini ialah, pada
mulanya kuprioksida yang ada dalam reagen akan membebaskan iod dari
garam K-iodida. Banyaknya iod dapat diketahui dengan titrasi
menggunakan Na-Thiosulfat. Untuk mengetahui bahwa titrasi sudah cukup
maka diperlukan amilum. Apabila larutan berubah warna dari biru menjadi
bening, hal tersebut menandakan bahwa titrasi telah selesai (Sunarya dan
Setiabudi, 2007).
Pada pengujian ini, sampel yang digunakan adalah buncis. Buncis
(Phaseolus vulgaris L.) merupakan spesies tanaman dari famili
Leguminosae. Kacang buncis umumnya merambat dan dipanen polong-
polong mudanya saja. Tanaman buncis ini memiliki akar tunggang yang
dapat menembus tanah sampai kedalaman kurang lebih 1 meter. Sebagian
akar-akarnya membentuk bintil-bintil (nodula) yang merupakan sumber
nitrogen, sedangkan sebagian akar lainnya yang tanpa nodula berfungsi
menyerap air dan zat hara. Tanaman buncis ini memiliki berbagai
kandungan gizi, di antaranya 34 kalori, 2 gram protein, 0,10 gram lemak,
dan 6,8 gram karbohidrat dalam 100 gram bahan (Rukmana, 1994).

V. Alat dan Bahan


5. 1. Alat
1. Batang pengaduk
2. Buret
3. Erlenmeyer
4. Gelas ukur
5. Kaca arloji
6. Kertas perkamen
7. Kertas saring
8. Labu ukur
9. Neraca analitik
10. Pembakar spirtus
11. Penjepit tabung
12. Pipet tetes
13. Pipet volume
14. Plastik hitam
15. Plat tetes
16. Sentrifugator
17. Spatel
18. Spirtus
19. Statif
20. Tabung reaksi
21. Tabung sentrifugasi
22. Termometer
5. 2. Bahan
1. Aquades
2. Asam sitrat
3. Batu didih
4. CuSO4.5H2O
5. Larutan CH3COOH
6. Larutan HCl pekat
7. Larutan H2SO4
8. Larutan NaOH
9. Na-K tartrat
10. Padatan Kalium dikromat
11. Padatan KI
12. Padatan KOH
13. Padatan Kupri sulfat
14. Padatan Na2CO3 anhidrat
15. Padatan Na-tiosulfat
16. Sampel (buncis)
17. Serbuk amilum

VI. Prosedur
6. 1. Preparasi sampel
Dilakukan ekstraksi pada sampel yang akan digunakan (25 mg
sampel) setelah sebelumnya diblender, ditambahkan 50 mL aquades,
kemudian disaring dengan kertas saring. Lalu, filtrat sampel
dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi dan dimasukkan ke dalam
setrifugator selama 15 menit dengan kecepatan 3000 Rpm.
Kemudian digunakan supernatan dari sampel.
6. 2. Pembuatan pereaksi fehling
Fehling A dibuat dengan CuSO4.5H2O ditimbang sebanyak 2.5 g
kemudian dilarutkan dalam aquades 25 mL lalu didiamkan dan
disaring. Fehling B dibuat dengan menimbang KOH 6,25 g dan Na
K-Tatrat 8,65 g kemudian dilarutkan dalam 25 mL aquades.
Kemudian fehling A dan fehling B dicampur dengan perbandingan
1:1.
6. 3. Pembuatan pereaksi luff school
CuSO4.5H2O sebanyak 21,625 g dan 143,75 g asam sitrat
monohidrat dilarutkan dengan 250 mL aquades dalam gelas A.
Kemudian 25 mL Na-K Karbonat anhidrat dilarutkan dengan 100
mL dalam gelas B lalu keduanya dicampurkan dengan perlahan.
6. 4. Pembuatan Larutan Na-tiosulfat 0,1 N
Ditimbang 2,5 g kristal Na2S2O3 lalu dimasukkan ke dalam beaker
glass. Setelah itu 20 mg Na2CO3 ditambahkan dan dilarutkan
aquades bebas CO2 sebanyak 100 ml
6. 5. Pembuatan Larutan Indikator Amilum 10%
Amilum sebanyak 2,5 g serbuk amilum dan dilarutkan dengan 25 mL
aquades yang telah dipanaskan di atas penangas.
6. 6. Pembuatan Larutan KI 20%
Ditimbang kristal kalium iodida sebanyak 5 g, lalu dilarutkan dalam
aquades sampai 25 mL kemudian dihomogenkan
6. 7. Pembakuan Larutan Na-tiosulfat
KIO3 sebanyak 100 mg ditimbang lalu dicampurkan 10 mL H2SO4
dan 300 mg KI. Kemudian dilarutkan dalam aquades 100 mL lalu
dititrasi dengan Na2S2O3 dengan indikator amilum
6. 8. Pembuatan larutan NaOH 45%
NaOH sebanyak 90 gr ditimbang lalu dididihkan air dengan pemanas
air. Kemudian ditambahkan 200 ml air yang sudah didinginkan
dengan 90 gram NaOH.
6. 9. Uji Fehling
Sebanyak 3 ml larutan uji ditambahkan dengan pereaksi fehling yang
telah dicampur. Sampel tersebut dipanaskan di dalam penangas air
lalu diamati perubahannya
6. 10.Uji Luff-Schoorl sampel dan blanko
Sebanyak 25 mL sampel yang telah disetrifugasi ditambahkan 10m
mL HCl 30% lalu dipanaskan selama 10 menit kemudian
didinginkan. Kemudian sampel dinetralkan dengan NaOH 45% dan
diencerkan hingga volume 50 mL lalu dimasukkan 25 mL larutan ke
dalam erlenmeyer dan ditambahkan reagen Luff-Schoorl sebanyak
25 mL. Selanjutnya dibuat blanko dengaan mencampurkan 25 mL
aquades dengan 25 reagen Luff-Schoorl. Labu erlenmeyer ditutup
dengan kapas lalu didihkan kurang lebih satu menit. Kemudian
menambahkan 15 mL KI 20% dan 25 mL H2SO4 6 N dan dititrasi
dengan Na2S2O3 0,1 N dengan indikator berupa amilum.

VII. Data Pengamatan


No. Perlakuan Hasil
A. Pembakuan Na-tiosulfat
1. Menimbang 100 mg KIO3 Didapatkan KIO3 100 mg
2. Mencampurkan 10 mL Larutan menjadi asam dan berwana kuning
H2SO4 dan 300 mg KI kehitaman pekat
3. Tambahkan KI 20% diamkan Warna kuning kehitaman pekat
hingga 2 menit
4. Titrasi dengan Na-Tiosulfat Larutan kuning jerami
5. Menambahkan amilum 0,5% Larutan biru pekat
B. Pembuatan pereaksi fehling
1. Melarutkan CuSO4 kedalam Larutan berwarna biru
aquadest

2. Menyaring larutan kemudian Didapatkan reagen fehling A


didiamkan

3. Menimbang 6,25 g KOH dan Larutan bening


Na-K Tartrat 8,65 g kemudin
dilarutkan dalam 25 mL
aquadest

4. Mencampurkan larutan Larut


fehling A dan Fehling B
dengan perbandingan 1:1

C. Pembuatan indikator amilum


1. Melarutkan 2,5 gr amilum ke Didapatkan amilum 10 %
dalam 25 ml air panas

D. Pembuatan Pereaksi NaOH 45 %

1. Menimbang NaOH sebanyak Didapatkan NaOH sebaanyak 90 gram


90 gr

2. Mendidihkan air dengan Air yang bebeas CO2


pemanas air

3. Menambahkan 200 ml air Larutan campuran NaOH yang belum


yang sudh didinginkan homogen
dengan 90 gram NaOH

4. Aduk hinggaa larut seutuhnya Diperoleh larutan NaOH 45% yang keruh
dan hangat

E. Preparasi sampel

1. Menyiapkan sampel Didapatkan sampel

2. Mengambil ekstrak sampel


dengan di belender lalu di
taruh di sentrifugator

Penyaringan sampel
Sampel di dalam tabung sentrifugasi

Sampel disentrifugasi

Hasil sampel setelah disentrifugasi


F. Uji kualilatif metode fehling

1. Sampel yang telah di


sentrifugasi dimasukkan ke
dalam tabung reaksi sebanyak
10 ml

Sampel telah dimasukkan ke dalam tabung


reaksi

2. Kedalam tabung pereaksi


yang sama masukkan
pereaksi fehling A dan
Fehling B dengan
perbandingan 1:1

Penambahan fehling A dan B, lalu


dipanaskan
3. Panaskan diatas penangas air,
amati perubahan

Terbentuk endapan berwarna merah

G. Uji kuantitatif Metode Loff Schrool

1. Sebanyak 25 mL sampel yang Suasana larutan menjadi asam


telah disentrifugasi dan diadd
oleh aquades ditmbahkan
HCl 30%

2. Sampel dipanaskan kemudian Larutan telah didinginkan setelah


didinginkan dipanaskan

3. Menetralkan dengan larutan


NaOH 45% dan diencerkan
hingga v= 50 mL

Suasana larutan menjadi netral

4. Memasukkan 25 mL sampel Larutan menjadi berwarna biru sedikit


ke dalam keruh
erlenmeyerkemudian
diatmbahkan 25 mL reagen
Luff-Schoorl

5. Membuat blanko dengan Didapatkan 50 mL larutan dalam labu


menambahkan 25 ml luff erlenmeyer
schoorl ke dalam 25 mL
akuades

7. Menutup labu erlenmeyer Larutan mendidih


dengan kapas kemudian
didihkan kembali

8. Menambahkan 15 mL KI
20% dan 25 mL H2SO4 6 N

Larutan menjadi berwana cokelat

9. Titrasi dengan Na- Tiosulfat


Berwarna kuning jerami

10. Menambahkan amilum, amati


perubahan

Larutan berwarna biru dongker

11. Menghentikan titrasi setelah


terjadi perubahan

Setelah dititrasi warna biru menghilang

VIII. Perhitungan
8. 1. Pembuatan Fehling A
3,5 g CuSO4 dalam 50 mL aquadest (Didiamkan 2 hari)

8. 2. Pembuatan Fehling B
17,3 g Natrium Kalium Tartrat dalam 50 mL aquades

8. 3. Pembuatan Luff-Schrool
a. HCl 30%
30 mL HCl pekat dalam 100 mL aquadest
b. NaOH 45%
45 g NaOH dalam 100 mL aquades
c. Luff-Schrool
 CuSO4·5H2O
25 gram dalam 100 mL aquades
 Asam sitrat
50 gram dalam 50 mL aquades
 Na2CO3·10H2O
388 gram dalam 400 mL aquades

8. 4. Perhitungan Kadar Karbohidrat


a. Normalitas Natrium Tiosulfat
N Na2S2O3 = 0,1 N
b. Volume titran pada titrasi sampel:

V1 = 10 mL

V2 = 10 mL

Vrata-rata = 10 mL

c. Tabel Konversi
Perhitungan angka tabel
Volume Na2S2O3 = Na2S2O3

= 8,6 mL

Antara 8 dan 9
22,4 – 19,8 = 2,6

Konversi = 19,8 + (0,6 x 2,6)


= 21,36 mL

FP =

= 6,25

% Kadar = x FP x 100%

= x 6,25 x 100%

= 1,33%

IX. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan uji untuk mengidentifikasi
karbohidrat serta kadar karbohidrat yang terdapat pada sampel. Sampel
yang digunakan pada praktikum kali ini ialah buncis. Buncis atau yang
memiliki nama lain Phaseolus vulgaris merupakan sayuran yang memiliki
kandungan protein yang tinggi. Tak hanya itu, buncis pun memiliki
kandungan vitamin yang dapat membantu menurunkan tekanan darah dan
juga mengawal suatu metabolisme gula yang ada di dalam darah. Buncis
sangat bermanfaat bagi sesorang yang mengidap penyakit diabetes ataupun
hipertensi. Serat yang terkandung di dalam buncis pun dapat membantu
menurunkan berat badan.
Berikut adalah komposisi kimiawi yang terdapat dalam 100 gram
buncis.
Persen
Kadar dari
Senyawa
Nutrisi Kebutuha
n Harian
Energi (kalori) 31,00 1,5
Karbohidrat
7,13 5,5
(g)
Protein (g) 1,82 3,0
Lemak Total
0,34 1,0
(g)
Kolesterol
0,00 0,0
(mg)
Serat (g) 3,40 9,0
Folat (µg) 37,00 9,0
Niasin (mg) 0,752 5,0
Asam
Pentotenat 0,094 2,0
(mg)
Piridoksin
0,074 5,5
(mg)
Riboflavin
1,105 8,0
(mg)
Tiamin (mg) 0,084 7,0
Vitamin A (IU) 690,00 23,0
Vitamin C
16,30 27,0
(mg)
Vitamin K (µg) 14,40 12,0
Natrium (mg) 6,00 0,4
Kalium (mg) 209,00 5,5
Kalsium (mg) 37,00 3,7
Besi (mg) 1,04 13,0
Magnesium
25,00 13,0
(mg)
Magan (mg) 0,214 9,0
Fosfor (mg) 38,00 6,0
Seng (mg) 0,24 2,0
a-karoten (µg) 69,00 –
Β-karoten (µg) 379,00 379,00
Lutein +
640,00 640,00
zeasantin (µg)

Manfaat buncis lainnya ialah sebagai pencegah terjadinya penyakit


jantung. Buncis memiliki kandungan kalsium serta flavonoid yang cukup
tinggi. Zat flavonoid serta antiinflamasi yang dimiliki bunci tentunya dapat
mencegah pembekuan darah pada arteri. Manfaat lainnya yaitu sebagai
pencegah terjadinya kanker karena adanya kandungan antioksidan yang
tinggi sehingga dapat menyelidiki radikal bebas yang ada didalam tubuh.
Tak hanya itu, kandungan vitamin K, vitamin C serta lutein yang dimiliki
buncis juga memiliki peran dalam pencegahan kanker. Kandungan
kerotenoid yang memiliki fungsi dalam meningkatkan penglihatan mata
serta kandungan lutein maupun zeaxanthin yang memiliki peran dalam
menjaga kesehatan mata juga sangat bermanfaat apabila bunci dikonsumsi.
Buncis pun memiliki kandungan beberapa vitamin seperti niacin dan
tiamin yang memiliki peran dalam membantu mencegah terjadinya infeksi
dari dalam tubuh.
Pada praktikum kali ini juga dilakukan identifikasi kualitatif dengan
menggunakan metode fehling serta mengidentifikasi kadar karbohidrat
dari buncis dengan metode Luff-Schrool. Metode fehling dilakukan unutk
menguji keberadaan gugus aldehida. Pada metode ini, digunakan
campuran antara fehling A dan fehling B yang dimana fehling A berasal
dari larutan CuSO4 sedangkan fehling B berasal dari campuran antara
larutan NaOH dan larutan Natrium Kalium Tartrat. Pertama-tama,
dilakukan preparasi sampel terlebih dahulu yaitu buncis yang telah
dihaluskan dengan blender, disaring terlebih dahulu menggunakan kertas
saring. Hal ini dilakukan agar pada saat proses sentrifugasi, terdapat
pemisahan antara supernata dengan endapan.
Prinsip yang digunakan dalam metode fehling ialah terbentuknya
endapan berwarna merah bata. Setelah dilakukan preparasi sampel,
supernata yang terlah terpisah, diambil sebagaian dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Kemudian, sampel ditetesi campuran fehling A dan
fehling B. Setelah itu, dilakukan pemanasan selama 2-3 menit. Tujuan
dilakukan pemanasan adalah agar gugus aldehida yang terdapat pada
sampel mengalami pemutusan ikatan sehingga dapat bereaksi dengan ion –
OH dan membentuk asam karboksilat. Endapan merah bata yang
dihasilkan dari Cu2O menandakan bahwa adanya hasil sampingan dari
reaksi yang membentuk asam karboksilat tersebut.
Selain melakukan uji fehling yang berguna sebagai uji kualitatif,
praktika juga melakukan uji luff schoorl. Uji luff schoorl merupakan uji
kuantitaf, yang merupakan uj yang berfungsi untuk menentukan kadar
karbohidrat yang terdapat pada sampel.
Dalam pengujian karbohidrat dengan metode luff schrool ini pH
larutan harus diperhatikan dengan baik, karena pH yang terlalu rendah
(terlalu asam) akan menyebabkan hasil titrasi menjadi lebih tinggi dari
sebenarnya, karena terjadi reaksi oksidasi ion iodide menjadi I2.
Sedangkan apabila pH terlalu tinggi (terlalu basa), maka hasil titrasi akan
menjadi lebih rendah daripada sebenarnya, karena pada pH tinggi akan
terjadi resiko kesalahan, yaitu terjadinya reaksi I2 yang terbentuk dengan
air (hidrolisis).
Metode Luff-Schrool digunakan untuk menentukan kupri oksida dalam
larutan sebelum direaksikan dengan gula reduksi (titrasi blanko) dan
sesudah direaksikan dengan sampel gula reduksi (titrasi sampel).
Penentuannya dengan titrasi menggunakan Natrium tiosulfat yang akan
dibakukan terlebih dahulu dengan KIO. Untuk mengetahui titrasi telah
berakhir maka diperlukan indicator yaitu amilum, karena amilum
memberikan perubahan warna menjadi biru. Sampel yang akan ditentukan
kadar gulanya adalah buncis.
Pengujian karbohidrat dengan metode luff schoorl dilakukan preparasi
pengenceran sampel dengan aquades dan ditambah Al(OH) bertujuan agar
tidak terjadi kekeruhan sehingga larutan yang dihasilkan jernih. Kemudian
dilakukan penetapan kadar gula reduksi sebelum inverse dan setelah
inverse. Sebelum dititrasi dengan Na2S2O3, sampel dipanaskan dengan
pendingin tegak (reflux) selama 10 menit untuk menghidrolisis Sampel
menjadi karbohidrat yang lebih sederhana (Monosakarida). Proses
pemanasan, diusahakan larutan mendidih dalam waktu 3 menit dan
biarkan mendidih selama 10 menit, hal ini dimaksudkan agar proses
reduksi berjalan sempurna, dan Cu dapat tereduksi dalam waktu kurang
lebih 10 menit agar tidak terjadi pengendapan seluruh Cu3+ yang
tereduksi menjadi Cu+ sehingga tidak ada kelebihan Cu2+ yang dititrasi
maka larutan harus mendidih atau diusahakan mendidih dalam waktu 3
menit.
Setelah direflux lalu dinginkan dengan cepat dan dimasukkan kedalam
Erlenmeyer dan kemudian ditambahkan KI 20% sebanyak 10 ml dan
H2SO4 15% perlahan-lahan. Penambahan larutan-larutan ini akan
menimbulkan reaksi antara kuprioksida !menjadi CuSO4 dengan H2SO4
dan CuSO4 tersebut bereaksi dengan KI. Reaksi tersebut ditandai dengan
timbulnya buih dan warna larutan menjadi coklat. Larutan tersebut dititrasi
dengan Na2S2O3 untuk mengetahui kadar gula reduksi pada sampel.
Untuk melihat terjadinya TAT perlu ditambahkan indicator amilum
sehingga terjadi perubahan warna dari biru menjadi putih susu.

X. Simpulan
10. 1. Karbohidrat dapat diidentifikasi secara kualitatif menggunakan
pereaksi fehling yang menunjukkan hasil positif pada sampel
buncis.
10. 2. Kadar gula pereduksi pada sampel buncis dapat diketahui sebesar
1,33% menggunakan metode Luff-Schoorl.
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan, N. 2011. Analisis Pangan. Jakarta: Dian Rakyat.
Barke, Hans-Dieter, Al Hazari dan Sileshi Yitbarek. 2009. Misconceptions in
Chemistry: Adressing Preceptions in Chemical Education. Heidelberg:
Springer
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Jilid Dua. Edisi 3. Jakarta: Erlangga.
Jiang, Z., Yujuan H., Aihui L., Hongchen P., dan Qingye L. Resonance Scattering
Detection of Trace Microalbumin Using Immunonanogold Probe as the
Catalyst of Fehling Reagent-Glucose Reaction. Biosensors and
Bioelectronics. Vol. 24 (6) : 1674-1678.
Juwita, D., N. S. Ayu, dan R. Rasyid. 2013. Isolasi Jamur Pengurai Pati dari
Tanah Limbah Sagu. Jurnal Farmasi Andalas. Vol. 1(1): 35—41.
Moreno, J. dan Rafael P. 2012. Enological Chemistry. USA : Elsevier.
Pine, S. H. 1988. Kimia Organik 2. Bandung: ITB Press.
Pradnyana. 2014. Penentuan Kadar Sukrosa pada Nira Kelapa dan Nira Aren
dengan Menggunakan Metode Luff-Schoorl. Journal Chemistry
Laboratory. Vol.(1): 37---41.
Rahayu. 2005. Analisis Karbohidrat, Protein, dan Lemak pada Pembuatan Kecap
Ramsden, E. 1994. Chemistry. Chelienham: Stanley Thomes Ltd.
Lamtoro Gung. (Leucaena Leucephala) Terfermentasi Aspergillus Oryzae.
Jurnal Biotek. Vol 2 (1). Hal 14-20.
Rukmana, R. 1994. Buncis. Yogyakarta: Kanisius.
Siregar, N. S. 2014. Karbohidrat. Jurnal Ilmu Keolahragaan. Vol. 13(2): 38—44.
Sudarmadji, S., Bambang H., dan Suhardi. 1989. Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Yogyakarta : PAU Pangan dan Gizi UGM
dan Penerbit Liberty.
Sunarya dan Setiabudi. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Jakarta : Setia
Putra Inversi
Ulfa, A. M. 2015. Penetapan Kadar Klorin (Cl2) pada Beras Menggunakan
Metode Iodometri. Jurnal Kesehatan Holistik. Vol. 9(4):197—200.
Wijayati, N. S. dan M. Lukitasari. 2016. Analisis Kandungan Formalin dan Uji
Organoleptik Ikan Ain yang Beredar di Pasar Besar Madiun. Jurnal
Florea. Vol. 3(1): 59—64.

Anda mungkin juga menyukai