Anda di halaman 1dari 12

RESUME KEPERAWATAN PERIOPERATIF

PADA TN “M” DENGAN TINDAKAN OPEN REDUCTION INTERNAL


FIXATION (ORIF)
PLATE SCREW (P-S) DENGAN DIAGNOSA OPEN FRAKTUR
RADIUS ULNA DEXTRA 1/3 PROXIMAL
DI OK 10 RSSA MALANG

Oleh:
Hasim Rhosidi, Amd. Kep.
(PELATIHAN INSTRUMENTATOR 2015)

INSTALASI BEDAH SENTRAL


RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
2015
RESUME KEPERAWATAN PERIOPERATIF
PADA TN “M” DENGAN TINDAKAN OPEN REDUCTION INTERNAL
FIXATION (ORIF)
PLATE SCREW (P-S) DENGAN DIAGNOSA OPEN FRAKTUR
RADIUS ULNA DEXTRA 1/3 PROXIMAL
DI OK 10 RSSA MALANG

I. TINJAUAN PUSTAKA / TEORI


A. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Brunner&Suddarth,2002).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri,
pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi (Doenges,
2000).
Fraktur Radius Ulna adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan jenis
dan luasnya terjadi pada tulang Radius dan Ulna.
ORIF (Open Reduction Internal Fixation) adalah suatu tindakan untuk melihat
fraktur langsung dengan tehnik pembedahan yang mencakup di dalamnya pemasangan
pen, skrup, logam atau protesa untuk memobilisasi fraktur selama penyembuhan
(Depkes, 1995: 95)
Plate screw adalah suatu tindakan pemasangan plate dan screw pada daerah yang
terjadi fraktur dengan tujuan untuk merekatkan kembali tulang yang mengalami
fraktur.
Fraktur terbuka (open / compound), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit

B. Etiologi
1. Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang
dapat berupa pemukulan , penghancuran, perubahan pemuntiran atau penarikan.
Bila tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan
jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan
fraktur lunak juga pasti akan ikut rusak . pemukulan biasanya menyebabkan
fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya. Penghancuran
kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan
lunak yang luas.
2. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain
akibat tekanan berulang ulang . Keadaan ini paling sering dikemukakan pada
tibia , fibula atau metatarsal terutama pada atlet , penari atau calon tentara yang
berjalan baris berbaris dalam jarak jauh.
3. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang
Fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa
yang disebabkan oleh suatu proses yaitu :
 Osteoporosis
 Penyakit metabolic
 Tumor, kanker
Fraktur dapat juga terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak
(misalnya oleh tumor) atau tulang tulang tersebut sangat rapuh .

C. Patofisiologi

D. Indikasi dilakukan ORIF


1. Plate screw dilakukan jika ditemukan fraktur pada tulang pipa / tulang panjang.
2. Terjadi gangguan gerak pada area yang mengalami fraktur.
3. Penatalaksanaan gips tidak memungkinkan untuk dilakukan
4. Fraktur komplit / multiple fragmen.
E. Kontra indikasi
1. Pasien dengan gangguan hemodinamik.
2. Infeksi pada luka fraktur.
3. Tanda tanda vital dan pemeriksaan laboratoriun tidak normal.

F. Klasifikasi Fraktur
1. Berdasarkan sifat fraktur :
a. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi.
b. Fraktur terbuka (open / compound), bila terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. fraktur terbuka
dibagi menjadi tiga derajat, yaitu:
2. Berdasarkan jumlah garis patah :
a. Fraktur komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
b. Fraktur segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
c. Fraktur multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
tulang yang sama.

G. Penatalaksanaan
Pengobatan dari fraktur tertutup dapat konservatif maupuan operatif. Terapi
konservatif meliputi proteksi dengan mitela atau bidai. Sedangkan terapi operatif
terdiri dari reposisi terbuka, fiksasi internal, reposisi tertutup dengan kontrol radiologis
diikuti fiksasi interna (Mansjoer, 2000: 348)
Pada pemasangan bidai, gips atau traksi maka dilakukan imobolisasi pada bagian
yang patah. Imobilisasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan otot dan densitas
tulang agak cepat (Price, 1995 : 1192). Pasien yang harus imobilisasi setelah patah
tulang akan menderita komplikasi dari imobilisasi antara lain: adanya rasa tidak enak,
iritasi kulit dan luka akibat penekanan, hilangnya kekuatan otot. (Long, 1996: 378)
Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagin tubuh diimobilisasi dan
mengakibatkan berkurangnya kemampuan perawatan diri (Carpenito, 1996: 346).
Pada reduksi terbuka fiksasi interna (ORIF) fragmen tulang dipertahankan
dengan pin, sekrup, pelat, paku. Namun pembedahan memungkinkan terjadinya
infeksi, pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur
yang sebelumnya tidak mengalami cidera mungkin akan terpotong atau mengalami
kerusakan selama tindakan operasi. (Price, 1995: 1192)
Pembedahan yang dilakukan pada tulang, otot dan sendi dapat mengakibatkan
nyeri yang hebat. (Brunner & Suddarth, 2002: 2304)
II. LAPORAN KASUS
A. Persiapan Lingkungan ( Ruangan dan Elektronik/Elektromedik )
1. Ruangan sudah bersih dan siap pakai
2. Meja operasi siap pakai
3. Lampu operasi siap pakai
4. Lampu foto rontgen
5. Suction siap pakai
6. Mesin Electro Surgical Unit / Couter
7. Meja instrumen disiapkan
8. Meja mayo disiapkan
9. Suhu ruangan diatur
10. Standart Infus
11. Trolly waskom
12. Tempat sampah medis dan non medis

B. Persiapan Alat – alat dan Bahan


a. Peralatan di meja instrumen
 Set linen, terdiri dari :
 Duk besar : 6 buah
 Duk panjang / sedang : 4 buah
 Duk kecil : 4 buah
 Gown / jas operasi / scort : 6 buah
 Handuk steril : 6 buah
 Sarung meja mayo : 2 buah

b. Waskom
 Bengkok besar + kecil : 1 / 1 buah
 Round bowls (kom) besar / cucing : 1 / 1 buah

c. Tambahan
 Kabel Couter : 1 buah

d. Basic Instrumen set atau Set Instrumen dasar


 Desinfeksi klem/ Dressing forceps : 1 buah
 Towel forceps / duk klem : 5 buah
 Handle mess (Scaple handle) no.3 / no.7 : 1/1 buah
 Pinset chirugis/ Delicate Tissue Forceps : 2 buah
 Pinset anatomis/ Delicate Disseding Forceps : 2 buah
 Gunting metzemboum/ Metzemboum sccisors : 1 buah
 Gunting mayo / gunting kasar/ Mayo sccisors : 1 buah
 Klem pean / hoemostatic forceps : 2 buah
 Arteri van cocher lurus / Cocher hoemostatic forceps: 1 buah
 Nald voeder/ Needle horder : 2 buah
 Canul Suction : 1 buah

e. Small Ortho Set


 Hak kombinasi / sanmiller : 2 buah
 Langenbeck / retractor us army : 2 buah
 Raspatorium / raspatories : 1 buah
 Elevator/ Elevatories : 1 buah
 Cobra / hohmann / bone lever : 2 buah
 Bone tang / bone holding forcep : 2 buah
 Knable tang / bone rongeurs : 1 buah
 Bone curret / scrappellapple : 1 buah
 Verburgge / bone holder : 2 buah
 Automatic Retractor : 1 buah

f. Set Tambahan
 Bor listrik : 1 buah
 Baterai Bor : 1 buah
 Jack cob / kepala bor : 1 buah
 Mata bor / drill 2.5 mm : 2 buah
 Chucky key / kunci bor / drilling chuck : 1 buah
 Sleave 2.5 mm : 1 buah
 Dept gauge small / penduga : 1 buah
 Tapper 3,5 mm (cortical ) : 1 buah
 Screw drivers : 1 buah
 Kotak implan beserta isinya : 1 set
o Screw cortical 3,5mm, x 16mm, 18mm, 20mm :4/6/
3 buah
o Implan 1/3 tubuler + small dcp(dinamic compersion plate : 1 / 1
buah

g. Persiapan Bahan Habis Pakai


 Handscoen ortho sesuai ukuran : secukupnya
 NS 0.9 % : 4000cc
 Deppers steril : 10 buah
 Kasa steril : 40 buah
 Under pad on/ steril : 1 / 3 buah
 Paragon mess/Scalpel blade no. 10/15 : 1 / 1 buah
 Spuit 10cc / 50 cc : 2 / 1 buah
 Folley catheter no.16 : 1 buah
 Urobag : 1 buah
 Povidone iodine 10% : secukupnya
 Tensocrep no. 10 cm : 1 buah
 Softband no. 10 : 1 buah
 Alkohol 70% : secukupnya
 Sufratul : secukupnya
 Polyglochid acid absobable ( vicryl 3-0 ) : 2 buah
 Polyprolen, non absorbable ( Premeline 4-0 ) : 2 buah
 Hypavix : secukupnya
 Ky jelly : Secukupnya
 Aquabidest : Secukupnya
 Bovine : 1 kotak

h. Persiapan Pasien
1. Persetujuan operasi (informed consent), mendapatkan pendidikan kesehatan
pre, intra, post operasi
2. Pasien dipuasakan 6-8 jam sebelum operasi
3. Menanggalkan semua perhiasan dan gigi palsu
4. Pasien dalam kondisi bersih, daerah operasi terbebas dari rambut, serta
memakai pakaian khusus kamar operasi
5. Vital sign dalam batas normal
6. Pasien diposisikan supine dengan pembiusan general anastesi
7. Desinfeksi area operasi
8. Marking area operasi

i. Pelaksanaan ( Teknik Instrumentasi )


1. Sign in dilakukan di ruang premidikasi,dihadiri oleh semua tim operasi,
yang meliputi:
- Apakah pasien telah dikonfirmasikan identitas, area operasi, tindakan
operasi, dan lembar persetujuan?
- Apakah area operasi telah ditandai?
- Apakah mesin anestesi dan obat-obatan telah diperiksa kesiapannya?
- Apakah pulse oksimeter pada pasien telah berfungsi baik?
- Apakah pasien mempunyai riwayat alergi?
- Apakah ada penyulit airway atau resiko aspirasi?
- Apakah ada resiko kehilangan darah >500ml atau 7cc/kgBB ( anak )
2. Bantu memindahkan pasien ke ruang operasi dan langsung ke meja operasi
3. Pasien di lakukan general anesthesi oleh petugas anesthesia, kemudian
pasien diposisikan supine, Kemudian pasien dipasangkan folley catether No.
16
4. Mencuci area operasi dengan sabun desinfektan, kemudian dikeringkan lagi
dengan duk steril.
5. Instrumentator melakukan surgical scrubing, gowning dan gloving, serta
membantu memakaikan baju operasi dan handscoen kepada operator dan
asisten.
6. Instrumentator memberikan desinfeksi klem dan cucing yang berisi
bethadine dan deppers kepada operator untuk desinfeksi area operasi.
Kemudian alasi lengan yang akan dioperasi dengan underpad steril.
7. Melakukan drapping:
- Berikan (1) duk kecil untuk alas pada bagian yang akan dioperasi ( radius
ulna )
- Berikan (1) duk kecil lagi yang dibentuk menjadi segitiga untuk drapping
lengan kiri bagian atas sampai ketiak dengan cara dililitkan kemudian fiksasi
dengan duk klem.
- Berikan (2) duk tebal kepada operator untuk drapping ekstrimitas bawah dan
atas, kemudian bungkus telapak tangan kiri dengan handscoon No. 8
8. Dekatkan meja instrumen dan meja mayo, kemudian pasang selang suction
dan couter dan di fiksasi dengan duk klem.
9. Time out, dibacakan oleh perawat sirkuler yang meliputi :
- Konfirmasi bahwa semua tim operasi telah memperkenalkan nama dan
tugas masing-masing.
- Konfirmasi nama pasien, jenis tindakan dan area yang akan dioperasi.
- Apakah antibiotik propilaksis telah diberikan paling tidak 60 menit
sebelum operasi.
- Antisipasi kejadian kritis bagi operator, anestesi dan instrumen
- Apakah diperlukan instrumentasi radiologi?
- Mengingatkan operator untuk memimpin doa sebelum dimulai incisi
10. Operator dan asisten menentukan daerah insisi, land mark dengan pinset
chirurgis, berikan mess no.15 atau pisau 1 pada operator untuk insisi kulit
dan berikan juga klem pean dan kassa pada asisten untuk merawat
perdarahan atau couter
11. Berikan pisau 2 untuk insisi facia dan berikan gunting jaringan kasar untuk
memperlebar insisi facia.
12. Kemudian berikan pisau 2 untuk insisi fasia, berikan langenbeck kemudian
berikan metsemboum untuk insisi lebih dalam sampai terlihat jaringan yang
melindungi tulang, rawat perdarahan, suction.
13. Berikan langenbeck pada asisten untuk memperluas lapang pandang, Lalu
lokasi fraktur diexpose dengan hak sampai tulang kelihatan, berikan
raspatorium untuk memisahkan otot dengan tulang kemudian berikan cobra.
14. Berikan bone tang/ reduction (2) untuk memegang fragmen tulang, lalu
tulang yang patah dilakukan reposisi, kemudian berikan bone curret dan
knable tang untuk membersihkan ujung tulang yang fraktur. Pada saat
dibersihkan semprot tulang dengan cairan NS menggunakan spuit 10 cc.
15. Berikan small plate ( small dcp ) 7 hole pada operator untuk dipasang pada
tulang radius, berikan elevator dan pean untuk mempermudah memasukkan
plate.
16. Berikan verburgee untuk memfiksasi tulang dan plate.
17. Berikan bor listrik yang telah dipasang mata bor ukuran 2.5 mm pada
operator dan berikan juga sleave untuk melindungi jaringan sekitarnya saat
pengeboran agar focus pada daerah yang dibor. Pada saat mengebor semprot
dengan cairan NS menggunakan spuit 10 cc.
18. Setelah dibor berikan pengukur atau penduga untuk menentukan ukuran
screw, lalu berikan tapper untuk membuat alur, kemudian berikan screw
sesuai ukuran kedalaman saat pengukuran dan berikan screw driver. Hal ini
diulang sampai jumlah screw yang diminta terpasang semua, luka ditutup
kassa basah.
19. Posisi tangan ditegakkan dan ditahan oleh asisten, berikan mess 1 untuk
dilakukan inisisi daerah ulna, berikan kassa dan pean untuk rawat
perdarahan.
20. Berikan mess 2 untuk memperdalam insisi hingga facia, berikan couter
untuk rawat perdarahan.
21. Berikan gunting jaringan kasar untuk membuka facia hingga ketemu otot.
22. Berikan metzeneboum untuk memperdalam insisi hingga mencapai
periostium tulang.
23. Berikan raspatorium untuk memisahkan otot dan tulang kemudian berikan
cobra setelah tulang kelihatan, berikan reduction untuk memegang tulang.
24. Berikan bone curet dan knable tang untuk membersihkan fraktur side, sambil
disemprot dan diseuction, lakukan hal yang sama pada ke 2 frgmen tulang.
25. Berikan bone tang/reduction yang ke 2 untuk memegang kedua fragmen
tulang di reposisi.
26. Berikan small plate ( 1/3 tubuler ) 8 hole untuk dipasang, berikan elevator
dan pean untuk mempermudah plate dipasang.
27. Setelah dibor berikan pengukur atau penduga untuk menentukan ukuran
screw, lalu berikan tapper untuk membuat alur, kemudian berikan screw
sesuai ukuran kedalaman saat pengukuran dan berikan screw driver. Hal ini
diulang sampai jumlah screw yang diminta terpasang semua.
28. Setelah selesai taruh bengkok dibawah tangan, cuci dengan NS 0,9%, asisten
menyedot dengan suction dan operator membersihkan dengan kassa
29. Berikan Bovine graft dengan bovine bone graft pada daerah ulna
30. Berikan dengan antibiotik

31. Sign out, dibacakan oleh perawat sirkuler yang meliputi :


- Jenis tindakan
- Kecocokan jumlah instrumen,kassa jarum sebelum dan sesudah operasi
- Label pada spesimen ( membacakan identitas pasien, jenis spesimen,
register, ruangan yang tertera pada label).
- Apakah ada permasalahan pada alat-alat yang digunakan.
- Instumen,anestesi dan operator : apa yang menjadi perhatian husus pada
masa pemulihan ( recovery ).
32. Berikan nalvoeder dan benang vicryl no 3-0 pada operator untuk jahit lemak,
setelah selesai brikan lagi nalvoeder dan benang premiline 4-0 untuk
menjahit kulit. Demikian juga pada ulnaris.
33. Setelah proses penjahitan selesai bersihkan area operasi dengan kassa yang
dibasahi dengan NS dan keringkan dengan kassa kering.
34. Tutup luka operasi dengan sufratule, kemudian kassa kering, hypafix dan
terakhir balut dengan softban 10 dan tensokrep 10 cm.
35. Lepas doek klem dan hitung jumlah alat dan kassa. lalu bersihkan pasien dan
alat-alat.
36. Operasi selesai bersihkan pasien, bersihkan alat dan cek kelengkapan
instrument sebelum dilakukan sterilisasi.
37. Inventarisasi bahan habis pakai pada depo farmasi.
38. Dekontaminasi
Pembimbing OK 10

( FAJAR SETYA B, Amd. Kep )

DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Smeltzer, G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah; Brunner &Suddart; Edisi 8.


Jakarta: EGC.

Muttawin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC

http://semaraputraadjoezt.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai