Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

I. Konsep Dasar Teori Keperawatan Perioperatif


A. Keperawatan Perioperatif
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pembedahan pasien. Istilah
perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pembedahan, yaitu
preoperative phase, intraoperative phase dan post operative phase. Fase perioperatif
adalah waktu sejak keputusan untuk operasi diambil hingga sampai ke meja pembedahan,
tanpa memandang riwayat atau  klasifikasi pembedahan. Masing- masing fase dimulai
pada waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang
membentuk pengalaman bedah dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan
aktivitas keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat dengan menggunakan
proses keperawatan dan standar praktik keperawatan. Disamping perawat kegiatan
perioperatif ini juga memerlukan dukungan dari tim kesehatan lain yang berkompeten
dalam perawatan pasien sehingga kepuasan pasien dapat tercapai sebagai suatu bentuk
pelayanan prima (Smeltzer, 2008).

B. Fase Pre Operatif


a. Definisi
Fase pre operatif dimulai ketika keputusan intervensi bedah dibuat dan berakhir
sampai pasien dikirim ke meja operasi (Dini, 2009).
b. Pengkajian Pre Operatif
Point penting dalam riwayat keperawatan preoperative (Dini, 2009):
1) Umur
2) Alergi terhadap obat, makanan
3) Pengalaman pembedahan
4) Pengalaman anestesi
5) Tembakau, alcohol, obat-obatan
6) Lingkungan
7) Kemampuan self care
8) Support system
c. Persiapan Fisik Pre Operatif
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2
tahapan, yaitu : persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi
antara lain (Dini, 2009):
1) Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status
kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti
kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap,
antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan,
fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain.
Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur
yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks
sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya
dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih
awal.
2) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat
badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan
globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di
koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk
perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien
mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien
menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering
terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga
luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada
kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan
kematian.
3) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan
output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam
rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan
diantaranya dalah kadar natrium serum (normal : 135 -145 mmol/l), kadar
kalium serum (normal : 3,5-5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70-1,50
mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal.
Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi
metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat
dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti
oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda
menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang
mengancam jiwa.
4) Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi
keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan
dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan
enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya
puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan lambung
dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke
paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga
menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien
yang menbutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu
lintas, maka pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan
NGT (naso gastric tube).
5) Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut
yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga
mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka.
Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan
pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan.
Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-hati jangan
sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien di
berikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih
nyaman.. Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi
dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis)
dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut
dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi
pemasangan plate pada fraktur femur, hemmoroidektomi. Selain terkait daerah
pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus
sebelum pembedahan.
6) Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena
tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan
infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat
diajurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih
seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal
hygiene secara mandiri maka perawat akan memeberikan bantuan pemenuhan
kebutuhan personal hygiene.
7) Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi
juga diperluka untuk mengobservasi balance cairan.
d. Persiapan Penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
tindakan pembedahan. Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan
operasi pada pasien, dokter melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan
keluhan penyakit pasien sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit yang
diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan untuk dilakukan operasi maka
dokter anstesi berperan untuk menentukan apakan kondisi pasien layak menjalani
operasi. Untuk itu dokter anastesi juga memerlukan berbagai macam pemrikasaan
laboratorium terutama pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan masa
pembekuan (clotting time) darah pasien, elektrolit serum, Hemoglobin, protein
darah, dan hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG (Mochtar,
2007).
Dibawah ini adalah berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering
dilakukan pada pasien sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan
terhadap pasien, namun tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani
oleh pasien). Pemeriksaan penunjang antara lain (Mochtar, 2007) :
1) Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto
tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized
Tomography Scan) , MRI (Magnrtic Resonance Imagine), BNO-IVP,
Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG
(Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.
2) Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah : hemoglobin, angka
leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total
(albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT/BT,
ureum kretinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun
tulang jika penyakit terkaut dengan kelainan darah.
3) Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan
tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya
dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa
infeksi kronis saja.
4) Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD).
Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah
pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan
puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga
dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (ppst prandial).
e. Pemeriksaan Status Anastesi
Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiuasan dilakukan untuk
keselamatan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi kepentingan
pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik yang diperlukan
untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri pasien. Pemeriksaan
yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan menggunakan metode ASA
(American Society of Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat
dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan,
peredaran darah dan sistem saraf (Mochtar, 2007).
 ASA grade I
Status fisik : Tidak ada gangguan organik, biokimia dan psikiatri. Misal:
penderita dengan herinia ingunalis tanpa kelainan lain, orang tua sehat, bayi
muda yang sehat.
Mortality (%) : 0,05.
 ASA grade II
Status fisik : Gangguan sistemik ringan sampai sedang yang bukan
diseababkan oleh penyakit yang akan dibedah. Misal: penderita dengan
obesitas, penderita dengan bronkitis dan penderita dengan diabetes mellitus
ringan yang akan mengalami appendiktomi.
Mortality (%) : 0,4.
 ASA grade III
Status fisik : Penyakit sistemik berat; misalnya penderita diabetes mellitus
dengan komplikasi pembuluh darah dan datang dengan appendisitis akut.
Mortality (%) : 4,5.
 ASA grade IV
Status fisik : Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa
yang tidak selalu dapat diperbaiki dengan pembedahan, misalnya:
insufisiensi koroner atau infark miokard.
Mortality (%) : 25.
 ASA grade V
Status fisik : Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa
yang tidak selalu dapat diperbaiki dengan pembedahan, misalnya:
insufisiensi koroner atau infark miokard.
Mortality (%) : 50.
f. Informed Consent
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap pasien, hal
lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab dan
tanggung gugat, yaitu Informed Consent. Baik pasien maupun keluarganya harus
menyadari bahwa tindakan medis, operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh
karena itu setiap pasien yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan
surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan
anastesi).
Informed Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi
aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhdap pasien
wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun
tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga
mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya. Pasien
maupun keluarganya sebelum menandatangani surat pernyataan tersut akan
mendapatkan informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur
pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani (Beyer, 2006).
g. Persiapan Mental/Psikis
Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada
integeritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun
psikologis. Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat
dideteksi dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti: meningkatnya
frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol,
telapak tangan yang lembab, gelisah, menayakan pertanyaan yang sama berulang
kali, sulit tidur, sering berkemih. Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang
biasa digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu perawat perlu
mengkaji hal-hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam menghadapi
masalah ketakutan dan kecemasan ini, seperti adanya orang terdekat, tingkat
perkembangan pasien, faktor pendukung/support system.Untuk mengurangi /
mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan hal-hal yang terkait
dengan persiapan operasi, antara lain (Dini, 2009):
1. Pengalaman operasi sebelumnya
Berkaitan dengan persepsi pasien dan keluarga tentang tujuan/alasan
tindakan operasi, pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan
operasi baik fisik maupun penunjang.
2. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang situasi/kondisi kamar operasi dan
petugas kamar operasi.
 Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur (pre, intra, post
operasi)
 Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan sebelum
operasi dan harus dijalankan setalah operasi, seperti : latihan nafas
dalam, batuk efektif, ROM, dll.
h. Obat-Obatan Pre Medikasi
Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan obat-obatan
premedikasi untuk memberikan kesempatan pasien mendapatkan waktu istirahat
yang cukup. Obat-obatan premedikasi yang diberikan biasanya adalah valium atau
diazepam. Antibiotik profilaksis biasanya di berikan sebelum pasien di operasi.
Antibiotik profilaksis yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
infeksi selama tindakan operasi, antibiotika profilaksis biasanya di berikan 1-2
jam sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan pasca bedah 2- 3 kali (Beyer, 2006).
i. Pendidikan Kesehatan Pre Operatif
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini
sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi,
seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan. Latihan
yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain (Smeltzer, 2008) :
a. Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi
nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien
lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas
tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
oksigenasi darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik
nafas dalam secara efektif dan benar maka pasien dapat segera
mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan pasien (Smeltzer, 2008).
b. Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang
mengalami operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan mengalami
pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teranstesi. Sehingga
ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan.
Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif
sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk mengeluarkan lendir
atau sekret tersebut (Smeltzer, 2008).
c. Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien
sehingga setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai
pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan.
Intervensi ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of
Motion (ROM). Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya
dilakukan secara pasif namun kemudian seiring dengan bertambahnya
kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan secara mandiri
(Susan, 2011).
Tujuan dari mobilisasi menurut, antara lain (Susan, 2011):
 Mempertahankan fungsi tubuh
 Memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan
luka
 Membantu pernafasan menjadi lebih baik
 Mempertahankan tonus otot
 Memperlancar eliminasi urin
 Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali
normal dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.
 Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau
berkomunikasi

Manfaat mobilisasi bagi pasien post operasi adalah (Susan, 2011):


 Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
Dengan bergerak, otot –otot perut dan panggul akan kembali normal
sehingga otot p[erutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi
rasa sakit dengan demikian pasien merasa sehat dan membantu
memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan.
 Faal usus dan kandung kencing lebih baik. Dengan bergerak akan
merangsang peristaltic usus kembali normal. Aktifitas ini juga
membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula.
 Mempercepat pemulihan missal kontraksi uterus post secarea, dengan
demikian pasien akan cepat merasa sehat dan bias merawat anaknya
dengan cepat
 Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, dengan mobilisasi
sirkulasi darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan
tromboemboli dapat dihindarkan.

Tahap-tahap Mobilisasi Post Operasi


Menurut Rustam Mochtar (2007), meliputi :
1) Pada hari pertama 6-10 jam setelah pasien sadar, pasien bisa
melakukan latihan pernafasan dan batuk efektif kemudian miring
kanan – miring kiri sudah dapat dimulai.
2) Pada hari ke 2, pasien didudukkan selama 5 menit, disuruh latihan
pernafasan dan batuk efektif guna melonggarkan pernafasan.
3) Pada hari ke 3 - 5, pasien dianjurkan untuk belajar berdiri
kemudian berjalan di sekitar kamar, ke kamar mandi, dan keluar
kamar sendiri.
Menurut Dini (2009) mobilisasi Post Operasi dilakukan secara bertahap
berikut ini akan dijelaskan tahap mobilisasi Post Operasi pada pasien post
operasi seksio sesarea :
1) Setelah operasi, pada 6 jam pertama pasien paska operasi seksio
sesarea harus tirah baring dulu. Mobilisasi Post Operasi yang bisa
dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan
ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit,
menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki
2) Setelah 6-10 jam, diharuskan untuk dapat miring kekiri dan
kekanan mencegah trombosis dan trombo emboli
3) Setelah 24 jam pasien dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk
duduk
4) Setelah pasien dapat duduk, dianjurkan pasien belajar berjalan

Sedangkan menurut Beyer, 2006:


1) Tahap I : mobilisasi atau gerakan awal : nafas dalam dan
batuk,    ekstremitas
2) Tahap II : mobilisasi atau gerak berputar
3) Tahap III : mobilisasi atau gerakan duduk tegak
4) Tahap IV : mobilisasi atau gerakan turun dari tempat tidur
(3x/hari)
5) Tahap V : mobilisasi atau gerakan berjalan dengan bantuan 
(2x/hari)
6) Tahap VI : mobilisasi atau gerakan naik ke tempat tidur
7) Tahap VII : mobilisasi atau gerakan bangkit dari duduk ditempat
tidur.
d. Kontrol dan Medikasi Nyeri
Disamping penyuluhan diatas pasien di berikan penjelasan tentang anastesi
(bagian anastesi akan menjelaskan lebih rinci), diberikan penjelasan
mengenai obat-obatan untuk mengontrol nyeri dan mungkin akan
diberikan antibiotik profilaksis sebelum pembedahan.Kontrol kognitif atau
strategi kognitif dapat bermanfaat untuk menghilangkan ketegangan,
ansietas yang berlebihan dan relaksasi, strategi yang di gunakan
seperti “Imajinasi”,pasien dianjurkan untuk berkonsentrasi pada
pengalaman yang menyenangkan atau pemandangan yang
menyenangkan. “Distraksi”, Pasien di anjurkan untuk memikirkan cerita
yang dapat dinikmati atau berkesenian, puisi dan lain-lain.“Pikiran
optimis-diri” Menyatakan pikiran pikiran optimistik semua akan berjalan
lancar di anjurkan (Effendy, 2010).
e. Nutrisi
Nutrisi adalah makanan yang mengandung cukup nilai gizi dan
tenaga untuk perkembangan, dan pemeliharaan kesehatan secara optimal.
Diet pasca operasi adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah
menjalani pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan
tergantung pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta
(Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 2010).
Karena tujuan diet pasca-operasi adalah untuk mengupayakan agar
status gizi pasien segera kembali normal untuk mempercepat proses
penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh pasien, dengan cara
sebagai berikut (Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 2010).:
1) Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energy, protein).
2) Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain.
3) Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
4) Mencegah dan menghentikan perdarahan.

Jenis Makanan Yang Baik Untuk Penyembuhan Luka Post Operasi


Diantara makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral dan air yang cukup, maka yang paling penting untuk
penyembuhan luka adalah protein dan vitamin C.
Alasannya: protein dan vitamin C sangat penting peranannya dalam
proses penyembuhan luka. Selain itu vitamin C punya peranan penting
untuk mencegah terjadinya infeksi dan perdarahan luka.
Contoh makanan yang perlu diperhatikan untuk penyembuhan luka
o Protein; terbagi menjadi: nabati dan hewani. Contoh nabati yaitu
tempe, tahu, kacang-kacangan dll. Contoh protein hewani, hati, telur,
ayam, udang dll.
o Vitamin C adalah kacang-kacangan, jeruk, jambu, daun papaya,
bayam, tomat, daun singkong dll
Tata Cara Pelaksanaan untuk Pemenuhan Nutrisi
1) Tingkatan konsumsi makanan yang mengandung protein dan
vitamin C.
2) Bila mual:
a) Makanlah dengan porsi sedikit tapi sering
b) Sajikan ketika masih hangat
c) Sebelum makan, minum air hangat
d) Hindari makanan dengan berbumbu tajam

Tahapan diet pasca bedah (Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 2010).


1) Diet Pasca-Bedah I (DPB I)
Diet ini diberikan kepada semua pasien pascabedah :
 Pasca-bedah kecil : setelah sadar dan rasa mual hilang
 Pasca-bedah besar : setelah sadar dan rasa mual hilang serta
ada tanda-tanda usus mulai bekerja
Cara Memberikan Makanan
Selama 6 jam sesudah operasi, makanan yang diberikan berupa air
putih, the manis, atau cairan lain seperti pada makanan cair jernih.
Makanan ini diberikan dalam waktu sesingkat mungkin, karena
kurang dalam semua zat gizi. Selain itu diberikan makanan
parenteral sesuai kebutuhan.
2) Diet Pasca-Bedah II (PDB II)
Diet pasca-bedah II diberikan kepada pasien pascabedah besar
saluran cerna atau sebagai perpindahan dari Diet Pasca Bedah I
Cara Memberikan Makanan:
Makanan diberikan dalam bentuk cair kental, berupa kaldu jernih,
sirup, sari buah, sup, susu, dan puding rata-rata 8-10 kali sehari
selama pasien tidak tidur. Jumlah cairan yang diberikan tergantung
keadaan dan kondisi pasien. Selain itu dapat diberikan makanan
parenteral bila diperlukan. DPB II diberikan untuk waktu sesingkat
mungkin karena zat gizinya kurang. Makanan yang tidak boleh
diberikan pada diet pasca-bedah II adalah air jeruk dan minuman
yang mengandung karbondioksida.
3) Diet Pasca-Bedah III
Diet Pasca-Bedah III diberikan kepada pasien pascabedah besar
saluran cerna atau sebagai perpindahan dari diet pasca-bedah II.
Cara Memberikan Makanan:
Makanan yang diberikan berupa makanan saring ditambah susu
dan biscuit. Cairan hendaknya tidak melebihi 2000 ml sehari.
Selain itu dapat memberikan makanan parenteral bila diperlukan.
Makanan yang tidak dianjurkan adalah makanan dengan bumbu
tajam dan minuman yang mengandung karbondioksida.
4) Diet Pasca-Bedah IV
Diet Pasca-Bedah IV diberikan kepada :
 Pasien pasca bedah kecil, setelah diet pasca-bedah
 Pasien pascabedah besar, setelah diet Pasca-Bedah III
Cara Memberikan Makanan:
Makanan diberikan berupa makanan lunak yang dibagi dalam 3
kali makanan lengkap dan 1 kali makanan selingan.

C. Fase Intra Operatif


a. Definisi
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk ruang operasi dan berakhir
saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Tim intra operatif (Dini, 2009):
1) Ahli bedah
Tim pembedahan dipimpin oleh ahli bedah senior atau ahli bedah yang sudah
melakukan operasi.
2) Asisten pembedahan (1orang atau lebih) asisten
bius dokter, risiden, atau perawat, di bawah petunjuk ahli bedah. Asisten
memegang retractor dan suction untuk melihat letak operasi.
3) Anaesthesologist atau perawat anaesthesi.
Perawat anesthei memberikan obat-obat anesthesia dan obat-obat lain untuk
mempertahankan status fisik klien selama pembedahan.
4) Circulating Nurse
Peran vital sebelum, selama dan sesudah pembedahan.
Tugas :
Set up ruangan operasi
a) Menjaga kebutuhan alat
b) Check up keamanan dan fungsi semua peralatan sebelum pembedahan
c) Posisi klien dan kebersihan daerah operasi sebelum drapping.
d) Memenuhi kebutuhan klien, memberi dukungan mental, orientasi klien.
Selama pembedahan :
a) Mengkoordinasikan aktivitas
b) Mengimplementasikan NCP
c) Membenatu anesthetic
d) Mendokumentasikan secara lengkap drain, kateter, dll.
5) Surgical technologist atau Nurse scrub;
bertanggung jawab menyiapkan dan mengendalikan peralatan steril dan
instrumen, kepada ahli bedah/asisten. Pengetahuan anatomi fisiologi dan
prosedur pembedahan memudahkan antisipasi instrumen apa yang
dibutuhkan.

b. Persiapan kamar dan team pembedahan.


Keamanan klien diatur dengan adanya ikat klien dan pengunci meja
operasi. Dua factor penting yang berhubungan dengan keamanan kamar
pembedahan : lay out kamar operasi dan pencegahan infeksi (Beyer, 2006).
1) Lay Out pembedahan.
 Ruang harus terletak diluar gedung RS dan bersebelahan dengan RR dan
pelayanan pendukung (bank darah, bagian pathologi dan radiology, dan
bagian logistik).
 Alur lalu lintas yang menyebabkan kontaminasi dan ada pemisahan antara
hal yang bersih dan terkontaminasi  design (protektif, bersih, steril dan
kotor).
 Besar ruangan tergantung pada ukuran dan kemampuan rumah sakit.
Umumnya :
a) Kamar terima
b) Ruang untuk peralatan bersih dan kotor.
c) Ruang linen bersih.
d) Ruang ganti
e) Ruang umum untuk pembersihan dan sterilisasi alat.
f) Scrub area.
Ruang operasi terdiri dari :
a) Stretcher atau meja operasi.
b) Lampu operasi.
c) Anesthesia station.
d) Meja dan standar instrumen.
e) Peralatan suction.
f) System komunikasi.
2) Kebersihan dan Kesehatan Team Pembedahan.
Sumber utama kontaminasi bakteri  team pembedahan dengan hygiene
kurang dan kesehatan menurun (kulit, rambut, saluran pernafasan).
Pencegahan kontaminasi :
a) Cuci tangan.
b) Handscoen.
c) Mandi.
d) Perhiasan (-).
3) Pakaian bedah.
Terdiri : Kap, Masker, gaun, Tutup sepatu, baju OK.
Tujuan: Menurunkan kontaminasi.
4) Surgical Scrub.
Cuci tangan pembedahan dilakukan oleh :
a) Ahli Bedah
b) Semua asisten
c) Scrub nurse.
 sebelum menggunakan sarung tangan dan gaun steril.
Alat-alat:
a) Sikat cuci tangan reuable / disposible.
b) Anti microbial : betadine.
c) Pembersih kuku.
Waktu : 5 – 10 menit  dikeringkan dengan handuk steril.

c. Anasthesia
Anasthesia menyebabkan keadaan kehilangan rasa secara partial atau total,
dengan atau tanpa disertai kehilangan kesadaran. Tujuan anasthesia adalah untuk
memblok transmisi impuls syaraf, menekan refleks, meningkatkan relaksasi otot.
Pemilihan anesthesia oleh anesthesiologist berdasarkan konsultasi dengan ahli
bedah dan factor klien.
1) Anasthesia Umum.
Adalah keadaan kehilangan kesadaran yang reversible karena inhibisi
impulse saraf otak. Misal : bedah kepala, leher. Klien yang tidak kooperatif.
Stadium Anesthesia :
a) Stadium I : Relaksasi
Mulai klien sadar dan kehilangan kesadaran secara bertahab.
b) Stadium II : Excitement.
Mulai kehilangan kesadaran secara total sampai dengan pernafasan yang
iregular dan pergerakan anggota badan tidak teratur.
c) Stadium III : Ansethesi pembedahan..
Ditandai dengan relaksasi rahang, respirasi teratur, penurunan
pendengaran dan sensasi nyeri.
d) Stadium IV : Bahaya.
Apnoe, Cardiapolmunarry arrest, dan kematian.
2) Anestesi Local atau Regional
Anestesi local atau regional secara sementara memutus transmisi
impuls saraf menuju dan dari lokasi khusus. Luas anestesi tergantung:

a) Letak aplikasi
b) Volume total anestesi
c) Kosentrasi dengan kemampuan penetrasi obat
Penggunaan regional anestesi :
a) Kontra indikasi general anestesi
b) Klien mengalami reaksi yang merugikan dengan general anestesi
c) Pilihan klien
Komplikasi :
a) Over dosis
b) Teknik pemberian yang salah
c) Sensitifitas klien terhadap anestesi
Tanda :
a) Stimulasi Central Nervous System diikuti depresi CNS dan cardio:
Gelisah, pembicaraan incoherent, sakit kepala, mata kabur, rasa metalik,
mual, muntah, tremor,konfulsi dan peningkatan nadi respirasi , tekanan
darah
b) Komplikasi local : Edema, peradangan, abses, necrosis,ganggren.
d. Pengkajian
Di ruang penerimaan perawat sirkulasi :
a) Memvalidasi identitas klien.
b) Memvalidasi inform concent.
Chart Review :
a) Memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi kebutuhan
actual dan potensial selama pembedahan.
b) Mengkaji dan merencanakan kebutuhan klien selama dan sesudah operasi.
Perawat menanyakan :
a) Riwayat allergi, reaksi sebelumnya terhadap anesthesia atau tranfusi
darah.
b) Check riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.
c) Check pengobatan sebelumnya : therapy, anticoagulasi.
d) Check adanya gigi palsu, kontaks lens, perhiasan, wigs dan dilepas.
e) Kateterisasi.

D. Fase Pasca Operatif


a. Definisi
Dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan
evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Stadium ketiga dan
terakhir dari preoperasi adalah bila klien masuk ruang pulih sadar, ruang PAR,
atau PACU. Selama periode post operative, klien dirawat oleh perawat di ruang
PAR ( Post Anesthesia Recovary ) dan unit setelah di pindah dari ruang
pemulihan.
Waktu yang diperlukan tergantung umur dan kesehatan fisik, type
pembedahan, anesthesia dan komplikasi post operasi. Perawat sirkulasi,
anesthesiologist / perawat anesthesia dan ahli bedah mengantar klien ke area
recovery  awal periode post operasi (Dini, 2009).
b. Pengkajian
Setelah menerima laporan dari perawat sirkulasi, dan pengkajian klien,
perawat mereview catatan klien yang berhubungan dengan riwayat klien, status
fisik dan emosi, sebelum pembedahan dan alergi (Zainidin, 2009).

Pemeriksaan Fisik Dan Manifestasi Klinik (Beyer, 2006)


1) System Pernafasan
Ketika klien dimasukan ke PACU, Perawat segera mengkaji klien:
a) Patency jalan nafas,  meletakan tangan di atas mulut atau hidung.
b) Perubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman). RR < 10 X /
menit  depresi narcotic, respirasi cepat, dangkal  gangguan
cardiovasculair atau rata-rata metabolisme yang meningkat.
c) Auscultasi paru  keadekwatan expansi paru, kesimetrisan.
d) Inspeksi: Pergerakan didnding dada, penggunaan otot bantu pernafasan
diafragma, retraksi sternal  efek anathesi yang berlebihan, obstruksi.
e) Thorax Drain.
2) Sistem Cardiovasculer.
a) Sirkulasi darah, nadi dan suara jantung dikaji tiap 15 menit ( 4
x ), 30 menit (4x). 2 jam (4x) dan setiap 4 jam selama 2 hari jika kondisi
stabil.
b) Penurunan tekanan darah, nadi dan suara jantung  depresi
miocard, shock, perdarahan atau overdistensi.
c) Nadi meningkat  shock, nyeri, hypothermia.
d) Kaji sirkulasi perifer (kualitas denyut, warna, temperatur dan
ukuran ektremitas).
e) Homan’s sign  trombhoplebitis pada ekstrimitas bawah
(edema, kemerahan, nyeri).
3) Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit
a) Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit,
balutan.
b) Ukur cairan  NG tube, out put urine, drainage luka.
c) Kaji intake / out put.
d) Monitor cairan intravena dan tekanan darah.
4) Sistem Persyarafan
a) Kaji fungsi serebral dan tingkat kersadaran  semua klien
dengan anesthesia umum.
b) Klien dengan bedah kepala leher :  respon pupil, kekuatan
otot, koordinasi. Anesthesia umum  depresi fungsi motor.
5) Sistem Perkemihan.
a) Kontrol volunter fungsi perkemihan kembali setelah 6 – 8 jam
post anesthesia inhalasi, IV, spinal.
Anesthesia, infus IV, manipulasi operasi  retensio urine.
Pencegahan : Inspeksi, Palpasi, Perkusi abdomen bawah (distensi buli-
buli).
b) Dower catheter  kaji warna, jumlah urine, out put urine < 30
ml / jam  komplikasi ginjal.
6) Sistem Gastrointestinal.
a) Mual muntah  40 % klien dengan GA selama 24 jam pertama
dapat menyebabkan stress dan iritasi luka GI dan dapat meningkatkan
TIK pada bedah kepala dan leher serta TIO meningkat.
b) Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suara usus.
c) Kaji paralitic ileus  suara usus (-), distensi abdomen, tidak
flatus.
d) Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi post operatif
dengan decompresi dan drainase lambung. Fungsinya untuk
meningkatkan istirahat, memberi kesempatan penyembuhan pada GI trac
bawah, memonitor perdarahan, mencegah obstruksi usus, irigasi atau
pemberian obat, mengetahui jumlah, warna, konsistensi isi lambung tiap 6
– 8 jam.
7) Sistem Integumen.
a) Luka bedah sembuh sekitar 2 minggu. Jika tidak ada infeksi,
trauma, malnutrisi, obat-obat steroid.
b) Penyembuhan sempurna sekitar 6 bulan – satu tahun.
c) Ketidakefektifan penyembuhan luka dapat disebabkan :
· Infeksi luka.
· Diostensi dari udema / palitik ileus.
· Tekanan pada daerah luka.
· Dehiscence.
· Eviscerasi.
8) Drain dan Balutan
Semua balutan dan drain dikaji setiap 15 menit pada saat di ruang PAR,
(Jumlah, warna, konsistensi dan bau cairan drain dan tanggal observasi), dan
minimal tiap 8 jam saat di ruangan.
9) Pengkajian Nyeri
Nyeri post operatif berhubungan dengan luka bedah, drain dan posisi intra
operative.
Kaji tanda fisik dan emosi; peningkatan nadi dan tekanan darah, hypertensi,
diaphorosis, gelisah, menangis. Kualitas nyeri sebelum dan setelah pemberian
analgetika.
10) Pemeriksaan Laboratorium.
Dilakukan untuk memonitor komplikasi .
Pemeriksaan didasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat kesehatan dan
manifestasi post operative. Test yang lazim adalah elektrolit, Glukosa, dan
darah lengkap.

II. Konsep Asuhan Keperawatan Perioperatif (Doenges, 2012)


1. Dasar Data Pengkajian Pasien
a. Sirkulasi
Gejala : Riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vaskuler
perifer, atau stasis vaskuler (peningkatan risiko pembentukan trombus).
b. Integritas Ego
Gejala : Perasaan cemas, takut, marah, apatis; Faktor-faktor stress muliple,
misalnya finansial, hubungan, dan gaya hidup.
Tanda : Tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang;
stimulasi simpatis.
c. Makanan/Cairan
Gejala : Insufisiensi pankreas/DM (predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoasidosis); malnutrisi (termasuk obesitas); membran mukosa
yang kering (pembatasan pemasukan /periode puasa pra operasi).
d. Pernafasan
Gejala : Infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
e. Keamanan
Gejala : Alergi atau sensitif terhadap obat, makanan, plester, dan larutan;
defisiensi imun (peningkatan risiko infeksi sistemik dan penundaan
penyembuhan); munculnya kanker/terapi kanker terbaru; riwayat keluarga tentang
hipertermia malignan/reaksi anastesi; riwayat penyakit hepatik (efek dari
detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi); riwayat transfusi
darah/reaksi transfusi.
Tanda : Munculnya proses infeksi yang melelahkan; demam.

PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Mengurangi ansietas dan trauma emosional.
2. Menyediakan keamanan fisik.
3. Mencegah komplikasi.
4. Meredakan rasa sakit.
5. Memberikan fasilitas untuk proses kesembuhan.
6. Menyediakan informasi mengenai proses penyakit/prosedur pembedahan,
prognosis dan kebutuhan pengobatan.
2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
 PRA OPERASI

DIAGNOSA KEPERAWATAN KURANG PENGETAHUAN[KEBUTUHAN


UNTUK BELAJAR] MENGENAI
KONDISI, PROGNOSIS, DAN
KEBUTUHAN PENGOBATAN.
Dapat dihubungkan dengan: Kurangnya pemajanan/mengingat, salah
interpratasi informasi.
Tidak akrab dengan sumber informasi
Kemungkinan dibuktikan oleh: Penyataan masalah/perhatian, kesalahan konsep.
Permintaan informasi.
Tingkah laku yang berlebihan/tidak pantas
(misalnya agitasi, apatis, bermusuhan)
Tidak tepat mengikuti instruksi/perkembangan
komplikasi yang tidak dapat dicegah.
Hasil yang diharapkan/kriteria Mengutarakan pemahaman proses
evaluasi pasien akan: penyakit/proses pra operasi dan harapan pasca
operasi.
Melakukan prosedur yang diperlukan dan
menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan
dan ikut serta dalam regimen perawatan.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Kaji tingkat pemahaman pasien. Memberikan fasilitas perencanaan program
pengajaran pasca operasi.
Tinjau ulang patologi khusus dan Menyediakan pengetahuan berdasarkan hal
antisipasi prosedur pembedahan. dimana pasien dapat membuat pilihan terapi
berdasarkan informasi dan setuju untuk
mengikuti prosedur, dan adanya kesempatan
untuk menjelaskan kesalahan konsep.
Melaksanakan program pengajaran Meningkatkan pemahaman/kontrol pasien dan
pra operasi individual: Pembatasan memungkinkan partisipasi dalam perawatan
dan prosedur pascaoperasi. Penjelasan dari selang dan jalur
praoperasi/pascaoperasi, misalnya IV yang diantisipasi (mis., selang NG, drain,
perubahan urinarius dan usus, kateter) dapat mengurangi rasa stres yang
pertimbangan diet, berhubungan dengan hal-hal yang tidak
tingkat/perubahan aktivitas, latihan diketahui. Peningkatan pemahaman akan
pernafasan dan kardiovaskuler, pentingnya aktivitas penampilan dan kerja sama
kontrol rasa sakit. dengan restriksi akan mengurangi kemungkinan
komplikasi pascaoperasi dan meningkatkan
pengembalian secara cepat ke arah fungsi tubuh
normal.
Memberikan pelatihan batuk Meningkatkan pengajaran dan aktivitas
efektif, nafas dalam, dan latihan pascaoperasi.
otot.
Informasikan pasien/orang terdekat Informasi logistik mengenai jadwal dan kamar
mengenai rencana perjalanan, operasi (misalnya ruang pemulihan, penetapan
komunikasi dokter/orang terdekat. ruang pascaoperasi) dan juga dimana dan kapan
ahli bedah akan berkomunikasi dengan orang
terdekat untuk mengurangi stres dan
menjelaskan kesalahan konsep, mencegah
kebingungan dan keraguan akan keseshatan
pasien.

DIAGNOSA KEPERAWATAN KETAKUTAN/ANSIETAS


Dapat dihubungkan dengan: Krisis situasional, ketidakakraban dengan
lingkungan.
Ancaman kematian, perubahan pada status
kesehatan.
Berpisah dengan sistem pendukung yang biasa.
Kemungkinan dibuktikan oleh: Peningkatan ketegangan, ketakutan, penurunan
kepercayaan diri.
Menunjukkan perhatian akan perubahan, rasa
takut akan konsekuensi.
Tensi wajah, tidak dapat beristirahat,
pemfokusan pada diri.
Stimulasi simpatis.
Hasil yang diharapkan/kriteria Menunjukkan perasaan dan mengidentifikasi
evaluasi pasien akan: cara yang sehat dalam berhadapan.
Tampil santai, dapat beristirahat/tidur cukup.
Melaporkan penurunan rasa takut dan cemas
yang berkurang ke tingkat yang dapat diatasi.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Sediakan waktu kunjungan oleh Dapat menjamin dan meredakan keresahan
personel kamar operasi sebelum pasien dan juga menyediakan informasi untuk
pembedahan jika memungkinkan. perawatan intraoperasi formulatif. Mengetahui
Diskusikan hal-hal yang harus bahwa lingkungan yang asing dapat
diantisipasi yang dapat menakutkan, dan menghilangkan rasa takut
menakutkan/menjadi perhatian yang berhubungan dengan hal tersebut.
pasien, mis., masker, lampu, IV,
cuff TD, elektroda, bovie pad,
suara autoklaf, tangisan anak-anak.
Informasikan pasien/orang terdekat Mengembangkan rasa percaya/hubungan,
tentang peran advokat perawat menurunkan rasa takut akan kehilangan kontrol
intraoperasi. pada lingkungan yang asing.
Identifikasi rasa takut yang Rasa takut yang berlebihan/terus-menerus akan
mengharuskan dilakukannya mengakibatkan reaksi stres yang berlebihan.
penunadaan prosedur pembedahan Mengidentifikasi rasa takut secara spesifik akan
dan sediakan informasi yang akurat membantu pasien untuk menghadapinya secara
dan faktual. realistis. Pasien mungkin mengalami kesalahan
interpretasi informasi praoperasi mengenai
proses penyakit/pembedahan.
Beritahu pasien kemungkinan Mengurangi ansietas/rasa takut pasien.
dilakukannya anastesi spinal
dimana rasa pusing atau
mengantuk mungkin saja terjadi.
Perkenalkan staf pada waktu Menciptakan hubungan dan kenyamanan
pergantian ke ruang operasi. psikologis.
Berikan petunjuk/penjelasan yang Ketidakseimbangan dari proses pemikiran akan
sederhana pada pasien yang membuat pasien menemui kesulitan dalam
tenang. Tinjau lingkungan sesuai memahami petunjuk-petunjuk yang panjang dan
kebutuhan. berbelit-belit.
Kontrol stimuli eksternal. Suara gaduh dan keributan akan meningkatkan
ansietas.
Kolaborasi
Rujuk pada perawatan oleh Konseling profesional mungkin dibutuhkan
rohaniawan/spiritual, spesialis pasien untuk mengatasi ras takut.
klinis perawat psikiatri, konseling
psikiatri jika diperlukan.
Diskusikan penundaan/ Dapat mengurangi rasa takut yang berlebihan
penanggulangan pembedahan dan membangun rasa percaya.
dengan dokter, anestesiologis,
pasien dan keluarga sesuai
kebutuhan.
Berikan obat sesuai petunjuk, Untuk meningkatkan tidur malam hari sebelum
misalnya zat-zat sedatif, hipnotis. pembedahan; meningkatkan kemampuan
koping.

 INTRAOPERASI

DIAGNOSA KEPERAWATAN CEDERA, RISIKO TINGGI TERHADAP


Faktor risiko meliputi: Kondisi interaktif diantara individu dan
lingkungan.
Lingkungan eksternal, mis., struktur fisik,
struktur lingkungan, pemajanan peralatan,
instrumenisasi, posisi, penggunaan zat-zat
farmasi.
Lingkungan internal, mis., hipoksia jaringan,
bentuk darah yang tidak normal/perubahan
faktor pembekuan, kerusakan kulit.
Kemungkinan dibuktikan oleh: [Tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda
dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual].
Hasil yang diharapkan/kriteria Mengidentifikasi faktor-faktor risiko individu.
evaluasi pemberi perawatan akan: Memodifikasi lingkungan sesuai petunjuk untuk
meningkatkan keamanan dan menggunakan
sumber-sumber secara tepat.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Lepaskan gigi palsu atau kawat Benda asing dalam tubuh dapat teraspirasi
gigi sesuai protokol praoperasi. selama intubasi/ekstubasi selang endotrakea.
Informasikan ahli anestesi akan
gigi yang telah dilepaskan.
Singkirkan alat buatan pada Lensa kontak dapat menyebabkan abrasi kornea
praoperasi atau setelah induksi, pada waktu pasien berada dalam anestesi; kaca
tergantung pada perubahan mata dan alat pendengaran bersifat obstruktif
sensori/persepsi dan dan dapat pecah. Tungkai tambahan mungkin
ketidakseimbangan mobilitas. akan mengalami kerusakan dan integritas kulit
menjadi tidak seimbang jika dibiarkan.
Lepaskan perhiasan pada masa Benda-benda yang terbuat dari logam akan
praoperasi. berkonduksi dengan alat-alat elektrik dan
membahayakan tubuh terhadap pemakaian
elektrokauter.
Periksa identitas pasien dan Memastikan pasien dan prosedur yang tepat.
jadwalkan prosedur operasi dengan
membandingkan grafik pasien, pita
lengan, dan jadwal pembedahan.
Pastikan secara verbal nama,
prosedur, dan dokter yang tepat.
Stabilkan kereta pasien dan meja Kereta dan meja yang tidak stabil dapat
operasi pada saat memindahkan terpisah, menyebabkan pasien terjatuh.
pasien ke dan dari meja operasi.
Amankan pasien pada meja operasi Meja operasi dan papan lengan sangat sempit
dengan sabuk pengaman pada paha dan pasien ataupun lengan dan kaki dapat
sesuai kebutuhan, menjelaskan terjatuh dan dapat menyebabkan perlukaan.
perlunya restrein. Pasien yang mengalami sedasi/tidak sadar
berpotensi terhadap cedera.
Siapkan peralatan dan bantalan Alat dan bantalan yang dibutuhkan ini sesuai
untuk posisi yang dibutuhkan dengan berat, ukuran dan kondisi pasien
sesuai prosedur operasi dan sebelumnya. Bantalan ekstra mungkin
kebutuhan spesifik pasien. diperlukan untuk melindungi bagian tubuh yang
menonjol untuk mencegah terjadinya penekanan
sirkulasi/saraf atau memungkinkan terjadinya
ekspansi paru optimal terhadap ventilasi.
Mengatur posisi ekstremitas Mencegah terjadinya trauma mendadak yang
sehingga tim operasi dapat secara apabila tidak dilakukan secara berhati-hati dapat
periodik memeriksa keselamatan, menyebabkan gesekan, terjepit, terpotong pada
sirkulasi, tekanan saraf, dan posisi anggota tubuh jari dan kaki.
tubuh.
Pastikan keamanan elektrikal dari Kegagalan fungsi alat dapat terjadi selama
alat-alat yang digunakan selama prosedur operasi. Hal ini tidak saja dapat
prosedur operasi. menyebabkan keterlambatan dan perlukaan
ataupun kematian.
Konfirmasi ada tidaknya alat Sorotan sinar laser bila tidak berhati-hati dapat
pemadam kebakaran dan materi mengenai dan menyalakan obat-obat yang
penahan api yang basah ketika mudah terbakar.
laser digunakan dalam
intraoperatif.
Berikan perlindungan terhadap Perlindungan mata dengan sinar laser dengan
mata pasien terhadap aktivitas panjang gelombang tertentu biasanya harus
sinar laser. dilakukan dalam upaya mencegah terjadinya
perlukaan.
Lindungi sekitar kulit dan anatomi Mencegah kerusakan integritas kulit yang tidak
yang sesuai menggunakan handuk hati-hati, kebakaran rambut dan memberi
basah, spon, menghentikan batasan anatomi di area yang memakai sinar
perdarahan dan menggunakan laser.
kapas.
Pantau pemasukan dan Kemungkinan terjadi kekurangan cairan yang
pengeluaran cairan selama mempengaruhi keselamatan pemakai obat
prosedur operasi dilakukan. anestesi, fungsi organ dan kondisi pasien.
Pastikan dan catat jumlah Benda asing yang tetap tinggal dalam rongga
pemakaian kassa, alat, jarum, dan badan yang telah dijahit dapat menyebabkan
mata pisau dengan benar. peradangan, infeksi, perforasi, dan komplikasi
yang membahayakan.
Ambil, beri nama, dan catat Melakukan identifikasi terhdap spesimen dari
spesimen yang sesuai. pasien adalah penting.
Kolaborasi Perhatian penuh pada posisi tubuh yang sesuai
Anjurkan perubahan posisi pada dapat mencegah kekakuan otot, kerusakan saraf,
ahli anestesi dan/atau dokter bedah penekanan pembuluh darah, dan penekanan
sesuai kebutuhan. pada kulit/bagian tubuh yang menonjol.
Batasi penggunaan epinefrin untuk Fluothane memberikan kepekaan pada
anestesi yang menggunakan miokardium untuk melepaskan katekolamin dan
Fluothane. menyebabkan terjadinya disritmia.
DIAGNOSA KEPERAWATAN INFEKSI, RISIKO TINGGI TERHADAP
Faktor risiko meliputi: Kulit yang rusak, trauma jaringan, stasis
jaringan tubuh.
Kemungkinan dibuktikan oleh: [Tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda
dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual].
Hasil yang diharapkan/kriteria Mengidentifikasi faktor-faktor risiko individu
evaluasi pemberi perawatan akan: dan intervensi untuk mengurangi potensial
infeksi.
Mempertahankan lingkungan aseptik yang
aman.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Kaji kesterilan semua peralatan. Benda-benda yang dipaket mungkin tampak
steril, meskipun demikian, setiap benda harus
secara teliti diperiksa kesterilannya, adanya
kerusakan pada pemaketan, efek lingkungan
pada paket, dan teknik pengiriman.
Kaji bahwa kulit praoperasi, Pembersihan akan mengurangi jumlah bakteri
vaginal, dan prosedur pembersihan pada kulit, mukosa vaginal, dan saluran
usus telah dilakukan sesuai gastrointestinal.
kebutuhan.
Siapkan lokasi operasi menurut Meminimalkan jumlah bakteri pada lokasi
prosedur khusus. operasi.
Periksa kulit untuk memeriksa Gangguan pada integritas kulit atau dekat
adanya infeksi yang terjadi. dengan lokasi operasi adalah sumber
kontaminasi luka. Menggunting/bercukur secara
berhati-hati adalah imperatif untuk mencegah
abrasi dan penorehan pada kulit.
Pertahankan gravitasi drain Mencegah stasis dan refluks cairan tubuh.
dependen dari kateter indwelling,
selang, dan/atau tekanan positif
dari parenteral atau jalur irigasi.
Identifikasi gangguan pada teknik Kontaminasi dengan lingkungan/kontak
aseptik dan atasi dengan segera personal akan menyebabkan daerah yang steril
pada waktu terjadi. menjadi tidak steril sehingga dapat
meningkatkan risiko infeksi.
Tampung cairan/sisa yang Penampuangan sampah dan cairan tubuh,
terkontaminasi pada tempat jaringan, dan sisa-sia dalam kontak dengan
tertentu di dalam ruang operasi dan luka/pasien yang terinfeksi akan mencegah
kemudian dibuang sesuai dengan penyebaran infeksi pada lingkungan/pasien
metode pembuangan yang telah lainnya.
ditetapkan rumah sakit.
Sediakan pembalut yang steril. Mencegah kontaminasi lingkungan pada luka
yang baru.
Kolaborasi
Lakukan irigasi luka yang banyak, Dapat digunakan pada intraoperasi untuk
misalnya salin, air, antibiotik atau mengurangi jumlah bakteri pada lokasi dan
antiseptik. pembersihan luka debris.
Ambil spesimen kultur/pewarnaan Identifikasi segera tipe-tipe organisme infeksi
Gram. dengan pewarnaan Gram, memungkinkan
diperlukannya pengobatan yang sesuai.
Berikan antibiotik sesuai petunjuk. Dapat diberikan secara profilaksis bila dicurigai
terjadinya infeksi atau kontaminasi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN PERUBAHAN SUHU TUBUH, RISIKO


TINGGI TERHADAP
Faktor risiko meliputi: Pemajanan lingkungan yang baik; penggunaan
obat anestesi; umur dan berat badan yang
ekstrem; dehidrasi.
Kemungkinan dibuktikan oleh: [Tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda
dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual].
Hasil yang diharapkan/kriteria Mempertahankan suhu tubuh dalam jangkauan
evaluasi pasien akan: normal.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Catat suhu praoperasi. Digunakan sebagai dasar untuk memantau suhu
intraoperasi. Elevasi suhu praoperasi adalah
indikasi dari proses penyakit, misalnya
apendisitis, abses, atau penyakit sistemik,
membutuhkan pengobatan praoperasi, dan
mungkin juga pascaoperasi.
Kaji suhu lingkungan dan Dapat membantu dalam
modifikasi sesuai kebutuhan, mempertahankan/menstabilkan suhu pasien.
misalnya sediakan selimut
penghangat dan pendingin,
meningkatkan suhu ruangan.
Lindungi area kulit di luar wilayah Kehilangan panas dapat terjadi waktu kulit
operasi. dipajankan pada lingkungan yang dingin.
Catat elevasi suhu yang Hipertermia malignan harus dikenali dan diobati
cepat/demam tinggi menetap dan dengan tepat untuk menghindari komplikasi
obati secara tepat per protokol. yang serius.
Kolaborasi
Pantau suhu melalui fase Penghangatan atau pendinginan terus-menerus
intraoperasi. yang melembabkan inhalasi anestesi digunakan
untuk mempertahankan kelembabab dan
keseimbangan suhu pada trakeobronkial.
Berikan dantrolen (Dantrium) Tindakan yang segera untuk mengontrol suhu
untuk pemberian IV. sangat diperlukan untuk mencegah kematian
dari hipertermia malignan.

 PASCAOPERASI

DIAGNOSA KEPERAWATAN POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF


Dapat dihubungkan dengan: Neuromuskuler, ketidakseimbangan perseptual.
Peningkatan ekspansi paru, energi.
Obstruksi trakeobronkial.
Kemungkinan dibuktikan oleh: Perubahan pada frekuensi kedalaman pernafasan.
Pengurangan kapasitas vital, apnea, sianosis,
pernafasan yang gaduh.
Hasil yang diharapkan/kriteria Pola nafas yang normal/efektif dan bebas dari
evaluasi pasien akan: sianosis atau tanda hipoksia lainnya.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Pertahankan jalan udara pasien Mencegah obstruksi jalan nafas
dengan memiringkan kepala,
hiperekstensi rahang, aliran udara
faringeal oral.
Auskultasi suara nafas. Kurangnya suara nafas adalah indikasi adanya
obstruksi oleh mukus atau lidah dan dapat
dibenahi dengan mengubah posisi ataupun
penghisapan. Berkurangnya suara pernafasan
diperkirakan telah terjadinya atelektasis. Suara
mengi menunjukkan adanya spasme bronkus.
Observasi frekuensi dan kedalaman Dilakukan untuk memastikan efektivitas
pernafasan, pemakaian otot-otot pernafasan sehingga upaya memperbaikinya dapat
bantu pernafasan, perluasan rongga segera dilakukan.
dada, retraksi atau pernafasan
cuping hidung, warna kulit dan
aliran udara.
Pantau tanda-tanda vital secara Meningkatkan pernafasan, takikardia, dan/atau
terus-menerus. bradikardia menunjukkan kemungkinan terjadinya
hipoksia.
Atur posisi pasien yang sesuai Elevasi kepala dan posisi miring akan mencegah
tergantung kekuatan pernafasan terjadinya aspirasi dari muntah, posisi yang benar
dan jenis pembedahan. akan mendorong ventilasi pada lobus paru bagian
bawah dan menurunkan tekanan pada diafragma.
Observasi pengembalian fungsi Setelah pemberian obat-obat relaksasi otot selama
otot, terutama otot-otot pernafasan. masa intraoperatif, pengembalian fungsi otot
pertama kali terjadi pada diafragma, otot-otot
interkostal dan laring yang akan diikuti dengan
relaksasi kelompok otot-otot utama seperti leher,
bahu, dan otot-otot abdominal.
Lakukan latihan gerak sesegera Ventilasi dalam yang aktif membuka alveolus,
mungkin pada pasien yang reaktif mengeluarkan sekresi, meningkatkan
dan lanjutkan pada periode pengangkutan oksigen, membuang gas anestesi;
pascaoperasi. batuk membantu pengeluaran sekresi dari sistem
pernafasan.
Lakukan penghisapan lendir jika Obstruksi jalan nafas dapat terjadi karena adanya
diperlukan. darah atau mukus dalam tenggorok atau trakea.
Kolaborasi
Berikan oksigen tambahan sesuai Untuk meningkatkan atau memaksimalkan
kebutuhan. pengambilan oksigen yang akan diikat oleh Hb
yang menggantikan tempat gas anestesi dan
mendorong pengeluaran gas tersebut melalui zat-
zat inhalasi.
Berikan obat-obatan IV seperti Narkan akan mengubah induksi narkotik yang
Nalokson (Narkan) atau menekan susunan saraf pusat dan Dopram
Doksapram (Dopram) menstimulasi gerakan otot-otot pernafasan.
Berikan/pertahankan alat bantu Dilakukan tergantng pada penyebab depresi
pernafasan (ventilator). pernafasan atau jenis pembedahan (pembedahan
paru, abdominal yang luas, jantung) selang
endotrakeal mungkin tetap ada pada tempat dan
penggunaan mesin bantu pernafasan
dipertahankan untuk jangka waktu tertentu.

DIAGNOSA KEPERAWATAN KEKURANGAN VOLUME CAIRAN,


RISIKO TINGGI TERHADAP
Faktor risiko meliputi: Pembatasan pemasukan cairan secara oral (proses
penyakit/prosedur medis/adanya rasa mual).
Hilangnya cairan tubuh secara tidak normal seperti
melalui kateter, selang, muntah.
Pengeluaran integritas pembuluh darah, perubahan
dalam kemampuan pembekuan darah.
Usia dan berat badan yang berlebihan.
Kemungkinan dibuktikan oleh: [Tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda dan
gejala-gejala membuat diagnosa aktual].
Hasil yang diharapkan/kriteria Mendemonstrasikan keseimbangan cairan yang
evaluasi pasien akan: adekuat, sebagaimana ditunjukkan dengan tanda-
tanda vital yang stabil, palpasi denyut nadi dengan
kualitas yang baik, turgor kulit normal, membran
mukosa lembab, pengeluaran urin individu yang
sesuai.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Ukur dan catat pemasukan dan Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam
pengeluaran. Tinjau ulang catatan mengidentifikasi pengeluaran cairan/kebutuhan
intraoperasi. penggantian dan pilihan-pilihan yang
mempengaruhi intervensi.
Kaji pengeluaran urinarius, Mungkin akan terjadi penurunana atau
terutama untuk tipe prosedur penghilangan setelah prosedur pada sistem
operasi yang dilakukan. genitourinarius dan/atau struktur yang berdekatan
(mis., ureteroplasti, ureterolitotomi, histerektomi
abdominal ataupun vaginal), mengindikasikan
malfungsi ataupun obstruksi sistem urinarius.
Memberikan bantuan pengukuran Meningkatkan relaksasi otot perineal.
berkemih, misalnya privasi, posisi
duduk, air yang mengalir baik,
mengalirkan air hangat di atas
perineum,
Pantau tanda-tanda vital. Hipotensi, takikardi, peningkatan pernafasan
mengindikasikan kekurangan cairan.
Catat munculnya mual/muntah. Mual yang terjadi selam 12 sampai 24 jam
pascaoperasi umumnya dihubungkan dengan
anestesi.
Periksa pembalut, alat drein pada Perdarahan yang berlebihan dapat mengacu pada
interval reguler. Kaji luka untuk hipovolemia/hemoragi. Pembengkakan lokal
adanya pembengkakan. mungkin mengindikasikan formasi hematoma.
Pantau suhu kulit, palpasi denyut Kulit yang dingin/lembab, denyut yang lemah
perifer. mengindikasikan penurunan sirkulasi perifer dan
dibutuhkan untuk penggantian cairan tambahan.
Kolaborasi
Berikan cairan parenteral, produksi Gantikan kehilangan cairan yang telah
darah dan/atau plasma ekspander didokumentasikan. Catat waktu penggantian
sesuai petunjuk. volume sirkulasi yang potensial bagi penurunan
komplikasi, misalnya ketidakseimbangan
elektrolit, dehidrasi.
Pasang kateter urinarius sesuai Memberikan mekanisme untuk memantau
kebutuhan. pengeluaran urinarius secara akurat.
Berikan kembali pemasukan oral Pemasukan oral bergantung kepada pengembalian
secara perlahan-lahan sesuai fungsi gastrointestinal.
petunjuk.
Berikan antiemetik sesuai Menghilangkan mual/muntah yang dapat
kebutuhan. menyebabkan ketidakseimbangan pemasukan,
membantu mengurangi kehilangan cairan.
Pantau studi laboratorium, Indikator hidrasi/volume sirkulasi. Anemia
misalnya Hb, Ht. bandingkan studi praoperasi dan/atau Ht yang rendah
darah praoperasi dan pascaoperasi. dikombinasikan dengan kehilangan cairan yang
tidak digantikan pada masa intraoperasi akan
memperburuk potensial defisit.

DIAGNOSA KEPERAWATAN NYERI [AKUT]


Dapat dihubungkan dengan: Gangguan pada kulit, jaringan, integritas otot,
trauma muskuloskeletal.
Munculnya saluran dan selang.
Kemungkinan dibuktikan oleh: Melaporkan rasa sakit.
Perubahan pada tonus otot; perubahan ekspresi
wajah.
Distraksi/penjagaan/tingkah laku protektif.
Pemfokusan diri; pandangan yang sempit.
Respon autonomik
Hasil yang diharapkan/kriteria Mengatakan bahwa rasa sakit telah
evaluasi pasien akan: terkontrol/dihilangkan.
Tampak santai/dapat beristirahat/cukup tidur dan
ikut serta dalam aktivitas sesuai kemampuan.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Evaluasi rasa sakit secara reguler Menyediakan informasi mengenai
(mis., setiap 2 jam x 12) catat kebutuhan/efektifitas intervensi.
karakteristik, lokasi, dan intensitas
(skala 0-10).
Catat munculnya rasa cemas/takut Memperhatikan hal-hal yang tidak diketahui (mis.,
dan hubungkan dengan lingkungan hasil biopsi) dan/atau persiapan inadekuat dapat
dan persiapkan untuk prosedur. memperburuk persepsi pasien akan rasa sakit.
Kaji tanda-tanda vital, perhatikan Dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan
takikardia, hipertensi, dan ketidaknyamanan. Sebagian pasien mungkin
peningkatan pernafasan, bahkan mengalami penurunan tekanan darah yang akan
jika pasien menyangkal adanya kembali ke jangkauan normal setelah rasa sakit
rasa sakit. berhasil dihilangkan.
Kaji penyebab ketidaknyamanan Ketidaknyamanan mungkin
selain prosedur operasi. disebabkan/diperburuk dengan penekanan pada
kateter indwelling yang tidak tetap, selang NG,
jalur parenteral, akumulasi cairan, gas gaster,
infiltrasi cairan IV.
Berikan informasi mengenai sifat Memahami penyebab ketidaknyamanan
ketidaknyamanan sesuai memberikan ketenangan emosional bagi pasien
kebutuhan. dan menghindarkan dari stres berlebihan.
Lakukan reposisi sesuai petunjuk, Dapat mengurangi rasa sakit dan meningkatkan
misalnya semi fowler; miring. sirkulasi. Posisi semi fowler dapat mengurangi
tegangan otot abdominal dan otot punggung,
sedangkan posisi miring dapat mengurangi
tekanan dorsal.
Anjurkan menggunakan teknik Dapat melepaskan ketegangan emosional dan otot;
relaksasi, misalnya latihan nafas meningkatkan perasaan kontrol yang mungkin
dalam, bimbingan imajinasi, dapat meningkatkan kemampuan koping.
visualisasi.
Berikan perawatan oral reguler. Mengurangi ketidaknyamanan yang dihubungkan
dengan membran mukosa yang kering pada zat-zat
anestesi restriksi oral.
Observasi efek analgesik. Respirasi mungkin menurun pada pemberian
narkotik, dan mungkin menimbulkan efek-efek
sinergistik dengan zat-zat anestesi.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai petunjuk:
Analgesik IV Analgesik IV akan dengan segera mencapai pusat
rasa sakit, menimbulkan penghilangan yang lebih
efektif dengan obat dosis kecil.
Anestesi lokal, misalnya blok Analgesik mungkin diinjeksikan ke dalam lokasi
epidural. oeprasi atau sraf ke lokasi yang mungkin tetap
terlindung pada pascaoperasi yang segera untuk
mencegah rasa sakit.

DIAGNOSA KEPERAWATAN INTEGRITAS KULIT/JARINGAN,


KERUSAKAN
Dapat dihubungkan dengan: Interupsi mekanis pada kulit/jaringan.
Perubahan sirkulasi, efek-efek yang ditimbulkan
oleh medikasi; akumulasi drain; perubahan status
metabolis.
Kemungkinan dibuktikan oleh: Gangguan pada permukaan/lapisan kulit dan
jaringan.
Hasil yang diharapkan/kriteria Mencapai penyembuhan luka.
evaluasi pasien akan: Mendemonstrasikan tingkah laku/teknik untuk
meningkatkan kesembuhan luka dan untuk
mencegah komplikasi.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Beri penguatan pada balutan Melindungi luka dari perlukaan mekanis dan
awal/penggantian sesuai indikasi kontaminasi. Penggantian balutan secara berkala
dengan menggunakan teknik mencegah akumulasi cairan yang dapat
aseptik. menyebabkan ekskoriasi.
Periksa tegangan balutan. Beri Dapat mengganggu/membendung sirkulasi pada
perekat pada pusat insisi menuju ke luka.
tepi luar balutan luka. Hindari
menutup seluruh ekstremitas.
Periksa luka secara teratur, catat Pengenalan akan adanya kegagalan proses
karakteristik dan integritas kulit. penyembuhan luka/berkembangnya komplikasi
secara dini dapat mencegah terjadinya kondisi
yang lebih serius.
Kaji jumlah dan karakteristik Menurunnya cairan menandakan adanya evolusi
cairan luka. dari proses penyembuhan, apabila pengeluaran
cairan terus menerus atau adanya eksudat yang
bau menunjukkan terjadinya komplikasi.
Tinggikan daerah yang dioperasi Meningkatkan pengembalian aliran vena dan
sesuai kebutuhan. menurunkan pembentukan edema.
Anjurkan pasien untuk menekan Menetralisasi tekanan pada luka, meminimalkan
areal atau insisi abdominal dan risiko terjadinya ruptur/dehisens.
dada dengan menggunakan bantal
selama batuk atau bergerak.
Ingatkan pasien untuk tidak Mencegah kontaminasi luka.
menyentuh daerah luka.
Biarkan terjadinya kontak antara Membantu mengeringkan luka dan memfasilitasi
luka dan udara sesegera mungkin proses penyembuhan luka. Pemberian cahaya
atau tutup dengan kain kasa tipis mungkin diperlukan untuk mencegah iritasi bila
sesuai kebutuhan. tepi luka/sutura bergesekan dengan pakaian linen.
Bersihkan permukaan kulit dengan Menurunkan kontaminasi kulit; membantu dalam
hidrogen peroksida atau dengan air membersihkan eksudat.
yang mengalir dan sabun lunak
setelah daerah insisi ditutup.
Kolaborasi
Irigasi luka; bantu dengan Membuang jaringan nekrotik/luka eksudat untuk
melakukan debridemen sesuai meningkatkan penyembuhan.
kebutuhan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN PERUBAHAN PERFUSI JARINGAN,


RISIKO TINGGI TERHADAP
Faktor risiko meliputi: Gangguan aliran vena, arteri.
Hipovolemik.
Kemungkinan dibuktikan oleh: [Tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda dan
gejala-gejala untuk membuat diagnosa aktual]
Hasil yang diharapkan/kriteria Mendemonstrasikan adanya perfusi jaringan yang
evaluasi pasien akan: adekuat dengan tanda-tanda vital yang stabil,
adanya denyut nadi perifer yang kuat, kulit
hangat/kering, kesadaran normal, dan pengeluaran
urinarius individu sesuai.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Ubah posisi secara perlahan di Mekanisme vasokontriksi ditekan dan akan
tempat tidur dan pada saat bergerak dengan cepat pada kondisi hipotensi.
pemindahan.
Bantu latihan rentang gerak. Menstimulasi sirkulasi perifer, membantu
mencegah terjadinya stasis vena sehingga
menurunkan risiko pembentukan trombus.
Bantu dengan ambulasi awal. Meningkatkan sirkulasi dan membantu
mengembalikan fungsi normal organ.
Letakkan bantal di bawah lutut. Mencegah terjadinya sirkulasi vena stasis dan
Ingatkan pasien agar tidak menurunkan risiko tromboflebitis.
menyilangkan kakinya atau duduk
dengan kaki tergantung lama.
Kaji ekstremitas bagian bawah Sirkulasi mungkin harus dibatasi untuk beberapa
seperti adanya eritema, tanda posisi selama proses operasi, sementara itu obat-
Homan positif. obatan anestesi dan menurunnya aktivitas dapat
mengganggu tonusitas vasomotor, kemungkinan
bendungan vaskuler dan peningkatan risiko
pembentukan trombus.
Pantau tanda-tanda vital; palpasi Merupakan indikator dari volume sirkulasi dan
denyut nadi perifer; catat fungsi organ/perfusi jaringan yang adekuat.
suhu/warna kulit dan pengisian
perifer. Evaluasi waktu dan
pengeluaran cairan urin.
Kolaborasi
Beri cairan IV/produk-produk Mempertahankan volume sirkulasi, mendukung
darah sesuai kebutuhan. terjadinya perfusi jaringan.
Berikan obat-obatan antiembolik Meningkatkan pengembalian aliran vena dan
sesuai indikasi. mencegah aliran vena stasis pada kaki untuk
menurunkan risiko trombosis.

3. Implementasi
Menurut Nursalam (2011), implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana
intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan.

4. Evaluasi
Menurut Zaidin Ali (2009) Evaluasi keperawatan adalah suatu proses menentukan
nilai keberhasilan yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan keperawatan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ada dua macam evaluasi keperawatan, yakni
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
a. Evaluasi formatif,  yakni hasil observasi/pengamatan dan analisis perawat
terhadap respons klien pada saat pelaksanaan asuhan keperawatan atau
sesudahnya.
b. Evaluasi sumatif, yaitu rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisis
status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang telah ditetapkan.
Kesimpulan evaluasi sumatif menunjukkan adanya perkembangan kesehatan klien
atau adanya masalah baru.
DAFTAR PUSTAKA

Beyer, Dudes. 2006. The Clinical Practice Of Medical Surgical Nursing 2 nd. Biston: Brown
Co.
Dini, Kasdu. 2009. Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta : Puspa Swara.
Doenges, Marilynn, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler. 2012. Rencana Asuhan
Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien.Jakarta : EGC
Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2010. Kiat Sukses Menghadapi Operasi.
Yogyakarta: Sahabat Setia.
Mochtar, Rustam. 2007. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan Edisi Ketiga. Jakarta: EGC.
Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 2010. Penuntun Diet. Jakarta : PT Gramedia.
Roper, N., Logan, W.W., Tierney, A.J. 2007. The Elements Of Nursing: A Model For
Nursing Based On A Modelfor Living. (4th Edn). London: Churchill Livingstone.
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Vol. 1. Jakarta: EGC.
Susan J. Garrison, 2011. Dasar-dasar Terapi dan Latihan Fisik. Jakarata : Hypocrates.
Zainidin, Ali. 2009. Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai