3
Ind
p
Pedoman Pelaksanaan
Terima kasih Kami ucapkan kepada UNICEF dan mitra sub klaster
gizi serta semua pihak yang telah berkontribusi dan berpartisipasi
aktif dalam penyusunan pedoman ini. Kami berharap semoga
pedoman ini dapat dimanfaatkan dengan baik oleh berbagai pihak
yang terlibat dalam respon gizi bencana.
1. PENDAHULUAN .................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ............................................................ 3
1.2 Tujuan ............................................................................ 4
1.3 Sasaran ......................................................................... 5
1.4 Ruang Lingkup ............................................................ 5
2. KOORDINASI PENANGANAN GIZI ................................ 11
2.1 Aktivasi Mekanisme Koordinasi Penanganan
Gizi.................................................................................. 14
2.2 Pertemuan Koordinasi Sub Klaster Gizi ............... 15
2.3 Pertemuan Koordinasi Kelompok Kerja (Pokja) .. 17
2.4 Penugasan Tim Gerak Cepat (TGC) Gizi ............. 18
2.5 Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor .... 23
3. KAJIAN DAMPAK BENCANA DAN ANALISIS
KEBUTUHAN GIZI .............................................................. 29
3.1 Analisis Data Pra-Bencana Dan Penilaian
Kebutuhan Awal ......................................................... 33
3.2 Rapid Health Assessment (RHA) Gizi ................... 35
3.3 Penapisan Balita dan Ibu hamil .............................. 37
3.4 Kajian Multi Sektor ..................................................... 39
3.5 Survei Cepat Gizi ....................................................... 41
4. PERENCANAAN RESPON GIZI ...................................... 47
4.1 Analisis Situasi ........................................................... 47
4.2 Perencanaan Intervensi PMBA .............................. 49
4.3 Perencanaan Intervensi Pencegahan dan
Penanganan Gizi Kurang dan Gizi Buruk ............ 49
4.4 Perencanaan Intervensi Suplementasi Gizi ........ 50
4.5 Perencanaan Intervensi Dukungan Gizi bagi
Kelompok Rentan Lainnya ...................................... 51
4.6 Identifikasi Kebutuhan Sumber Daya ................... 51
Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana iii
5. INTERVENSI PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN
ANAK .................................................................................... 55
5.1 Mekanisme Pengelolaan Donasi Produk
Pengganti ASI, Botol dan Dot Bayi yang tidak
terkontrol .................................................................... 58
5.2 Penyelenggaraan Dapur Pemberian Makan
Bayi dan Anak (PMBA) .............................................. 64
5.3 Dukungan Konseling Menyusui dan PMBA ........ 66
5.4 Pelaksanaan Orientasi/Pelatihan Konseling
Menyusui/PMBA ......................................................... 68
5.5 Akses terhadap Ruang Ramah Ibu dan Anak
(RRIA) ............................................................................. 69
5.6 Pelaksanaan Koordinasi PMBA ............................... 71
5.7 Pemantauan dan Evaluasi Intervensi PMBA ....... 72
6. PENCEGAHAN DAN PENANGANAN GIZI KURANG
DAN GIZI BURUK ................................................................ 77
6.1 Mengidentifikasi Fasilitas Kesehatan Rujukan ... 79
6.2 Tatalaksana Gizi Kurang ......................................... 79
6.3 Tatalaksana Gizi Buruk Rawat Inap dan Rawat
Jalan .............................................................................. 79
6.4 Memastikan Ketersediaan Obat dan
Perbekalan Kesehatan untuk Tatalaksana
Gizi Kurang dan Gizi Buruk ..................................... 81
6.5 Penugasan Tim Asuhan Gizi (TAG) terlatih ......... 81
6.6 Pelacakan aktif dan deteksi dini kasus
Kekurangan Gizi pada Balita oleh Masyarakat .. 81
6.7 Koordinasi Pencegahan dan Penanganan Gizi
Kurang & Gizi Buruk ................................................. 82
6.8 Pemantauan dan Pelaporan Intervensi
Pencegahan dan Penanganan Gizi Kurang &
Gizi Buruk .................................................................... 83
Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana vii
DAFTAR BAGAN
viii Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Bagan 15. Alur Manajemen Logistik Gizi .............................. 132
Bagan 16. Alur Permintaan dan Pendistribusian Obat
dan Perbekalan Kesehatan saat Terjadi
Bencana .................................................................... 141
Bagan 17. Alur Pelaporan Obat dan Perbekalan
Kesehatan pada Tahap Tanggap Darurat .......... 143
xii Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
DAFTAR SINGKATAN
Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana xiii
Persagi : Persatuan Ahli Gizi Indonesia
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PKK : Pusat Krisis Kesehatan
PMBA : Pemberian Makan Bayi dan Anak
PMK : Peraturan Menteri Kesehatan
Pokja : Kelompok Kerja
Polri : Kepolisian Negara Republik Indonesia
Posko-PDB : Pos Komando Penanganan Darurat
Bencana
RHA : Rapid Health Assessment
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
SDM : Sumber Daya Manusia
SOP : Standard Operating Procedures
SSGBI : Studi Status Gizi Balita Indonesia
TAG : Tim Asuhan Gizi
Tagana : Taruna Siaga Bencana
TFC : Therapeutic Feeding Center
TGC : Tim Gerak Cepat
TNI : Tentara Nasional Indonesia
TTD : Tablet Tambah Darah
xiv Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
DEFINISI OPERASIONAL
xvi Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
pusat, atau pemerintah daerah, lembaga non pemerintah,
sektor swasta/lembaga usaha dan kelompok masyarakat.
15. Krisis Kesehatan adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa,
korban luka/sakit, pengungsian, dan/atau adanya potensi
bahaya yang berdampak pada kesehatan masyarakat
yang membutuhkan respon cepat di luar kebiasaan
normal dan kapasitas kesehatan tidak memadai.
16. Lingkar lengan Atas (LiLA) digunakan sebagai indikator
untuk gizi buruk yang diperoleh dengan cara mengukur
lingkar lengan atas dengan pita ukur non elastis.
17. Logistik adalah proses perencanaan, implementasi dan
pengendalian penyaluran, penyimpanan dan informasi
barang dan materi secara efisien dan efektif dari titik asal
hingga ke titik penggunaan untuk memenuhi kebutuhan
penerima manfaat.
18. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah
pendekatan terpadu dalam tata laksana balita sakit di
fasilitas kesehatan tingkat pertama terhadap penyakit
pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga,
malnutrisi dan upaya promotif-preventif (imunisasi,
pemberian vitamin A, dan konseling pemberian makan)
yang bertujuan mencegah kematian pada bayi/ balita.
19. Minimum Acceptable Diet adalah gabungan keragaman
makanan, frekuensi makan, dan status menyusui (bayi
yang masih menyusu/mendapatkan ASI).
20. MPASI (Makanan Pendamping ASI) adalah makanan atau
cairan lainnya selain ASI, diberikan ketika bayi memasuki
usia 6 bulan.
21. Pelibatan masyarakat dalam penanganan gizi adalah
proses keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan
pelaksanaan respon gizi pada situasi bencana secara
terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh untuk
memberikan perlindungan kepada masyarakat dari
ancaman risiko gizi akibat bencana dan dampaknya.
Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana xvii
22. Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) adalah praktik
pemberian makanan yang direkomendasikan untuk bayi
dan anak usia 0-23 bulan serta dukungan makanan
bergizi untuk ibu hamil dan menyusui.
23. Pemberian makanan Tambahan (Biskuit) adalah
pemberian makanan tambahan dengan formulasi khusus
dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang diberikan
kepada balita 6-59 bulan dengan kategori kurus, anak
usia sekolah dasar dengan kategori kurus dan ibu hamil
dengan kurang energi kronis.
24. Perbekalan Kesehatan adalah semua bahan dan
peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan.
25. Pitting edema bilateral adalah Pembengkakan yang
disebabkan oleh penimbunan cairan tubuh di bawah kulit
akibat kekurangan protein, yang biasanya terjadi pada
kedua punggung kaki (edema minimal), punggung tangan,
atau bila berat ditemukan di seluruh tubuh (anasarka).
26. Pos Komando Penanganan Darurat Bencana (POSKO-
PDB) adalah institusi yang berfungsi sebagai pusat
komando operasi penanganan darurat bencana yang
merupakan posko utama di dalam Sistem Komando
Penanganan Darurat Bencana, untuk mengoordinasikan,
mengendalikan, memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan penanganan darurat bencana.
27. Rapid Health Assessment (RHA) adalah serangkaian
kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan dan
analisis data dan informasi guna mengukur dampak
kesehatan dan mengidentifikasi kebutuhan masyarakat
terdampak yang memerlukan respon segera.
28. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua
aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat
yang memadai dengan sasaran utama untuk normalisasi
atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan
dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana.
xviii Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
29. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua
prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pasca
bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun
masyarakat dengan sasaran utama pemulihan kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan
ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam
segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah
pasca bencana.
30. Ruang Ramah Ibu dan Anak (RRIA) adalah bangunan
permanen atau tenda khusus yang memenuhi syarat
keamanan, kesehatan dan kebersihan yang dapat
digunakan digunakan oleh ibu untuk menyusui,
beristirahat, makan, dan beraktivitas dengan aman dan
nyaman.
31. Status Keadaan Darurat Bencana adalah keadaan
darurat bencana yang ditetapkan oleh pemerintah atau
pemerintah daerah untuk jangka waktu tertentu atas
dasar rekomendasi badan yang menyelenggarakan
urusan di bidang penanggulangan bencana dimulai sejak
status siaga darurat, tanggap darurat dan transisi darurat
ke pemulihan.
32. Status Siaga Darurat adalah keadaan ketika potensi
ancaman bencana sudah mengarah pada terjadinya
bencana yang ditandai dengan adanya informasi
peningkatan ancaman berdasarkan sistem peringatan
dini yang diberlakukan dan pertimbangan dampak yang
akan terjadi di masyarakat.
33. Status Tanggap Darurat adalah keadaan ketika ancaman
bencana terjadi dan telah mengganggu kehidupan dan
penghidupan sekelompok orang/masyarakat.
34. Status Transisi Darurat ke Pemulihan adalah keadaan
ketika ancaman bencana yang terjadi cenderung
menurun eskalasinya dan/atau telah berakhir, sedangkan
gangguan kehidupan dan penghidupan sekelompok
orang/masyarakat masih tetap berlangsung.
Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana xix
35. Sub Klaster Gizi merupakan bagian dari klaster
kesehatan. Sub Klaster Gizi merupakan kelompok pelaku
penanganan gizi yang mempunyai kompetensi di bidang
gizi yang berkoordinasi, berkolaborasi, dan integrasi
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan gizi masyarakat
yang terdiri dari pemerintah pusat, atau pemerintah
daerah, lembaga non pemerintah, sektor swasta/lembaga
usaha dan kelompok masyarakat.
36. Suplementasi Gizi adalah penambahan makanan atau
zat gizi yang diberikan dalam bentuk makanan tambahan,
tablet tambah darah, kapsul vitamin A atau bubuk tabur
gizi (PMK 51 tahun 2016).
37. Therapeutic Feeding Centre (TFC) adalah tempat
pemulihan/rehabilitasi gizi (di rumah sakit atau puskesmas
rawat inap dengan tim asuhan gizi yaitu dokter, perawat/
bidan dan ahli gizi terlatih) untuk memperbaiki status
gizi balita gizi buruk melalui pemberian makanan khusus
padat gizi selama periode waktu tertentu.
38. Tim Asuhan Gizi (TAG) adalah sekelompok tenaga
profesi di rumah sakit yang terkait dengan pelayanan gizi
pasien berisiko tinggi malnutrisi, terdiri dari dokter/dokter
spesialis, ahli gizi/dietisien, perawat, dan farmasis dari
setiap unit pelayanan, bertugas bersama memberikan
pelayanan paripurna yang bermutu.
39. Situs web adalah sekumpulan halaman web daring yang
dibuat dengan tujuan tertentu dan saling berhubungan
yang disediakan secara perorangan, kelompok atau
organisasi.
PENDAHULUAN
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penanganan gizi berperan penting di dalam penanganan
bencana dan krisis kesehatan untuk mempertahankan
status gizi masyarakat dan mencegah risiko kesakitan
dan kematian akibat kekurangan gizi, khususnya pada
kelompok rentan. Pada anak dengan gizi buruk misalnya,
risiko kematian meningkat secara signifikan pada situasi
bencana akibat terbatasnya layanan kesehatan dan
terbatasnya akses terhadap pangan. Masyarakat umum
juga menjadi rentan terhadap masalah gizi apabila dampak
bencana terjadi secara berkepanjangan. Pencegahan dan
penanganan permasalahan gizi yang tidak tepat pada
situasi bencana juga dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan anak, yang berakibat
terhadap terganggunya kemampuan kognitif, serta
dampak-dampak sosial ekonomi yang menyertainya.
BAB I - PENDAHULUAN 3
tanggung jawab bersama, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah serta masyarakat.
1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Sebagai panduan bagi penanggung jawab program gizi
dan pemangku kepentingan terkait dalam melaksanakan
langkah-langkah operasional pelayanan gizi pada masa
tanggap darurat bencana.
1.2.2 Khusus
Penanggung Jawab program gizi mampu melaksanakan
langkah-langkah operasional penanganan gizi pada situasi
bencana yang terdiri dari:
a. Melaksanakan koordinasi penanganan gizi pada situasi
bencana;
b. Melaksanakan kajian dampak bencana dan analisis
kebutuhan gizi;
c. Membuat rencana respon gizi;
1.3 Sasaran
a. Penanggung jawab program gizi di tingkat pusat dan
daerah
b. Staf gizi dan kesehatan lainnya yang diberi tanggung
jawab untuk mengelola program gizi di lokasi
terdampak
c. Penanggung jawab penanggulangan bencana/krisis
kesehatan di tingkat pusat dan daerah
d. Lintas sektor Kementerian/Lembaga terkait, TNI dan
Polri, Institusi Pendidikan, Organisasi Profesi, LSM
nasional dan internasional, lembaga PBB, Palang
Merah Indonesia.
BAB I - PENDAHULUAN 5
Status keadaan darurat bencana ditetapkan oleh pemerintah pusat
dan pemerintah daerah berdasarkan tingkatannya.
• Status darurat bencana Nasional ditetapkan oleh Presiden
• Status darurat bencana Provinsi ditetapkan oleh Gubernur,
• Status darurat bencana Kabupaten/Kota ditetapkan oleh
Bupati/Walikota
BAB I - PENDAHULUAN 7
8 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
©UNICEF/ 2018/ Wilander
KOORDINASI
2. KOORDINASI PENANGANAN GIZI
Bencana/Potensi
Bencana
13
2.1 Aktivasi Mekanisme Koordinasi Penanganan Gizi
2.1.1 Aktivasi sub klaster gizi berdasarkan tingkatan
bencana
• Sub klaster gizi diaktifkan oleh Koordinator Klaster
Kesehatan di masing-masing tingkatan sebagai berikut:
- Pada keadaan darurat bencana tingkat Kabupaten/
Kota, Sub Klaster Gizi diaktifkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
- Pada keadaan darurat bencana tingkat Provinsi, sub
klaster gizi diaktifkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi.
- Pada bencana atau krisis kesehatan tingkat
nasional, sub klaster gizi diaktifkan oleh Pusat Krisis
Kesehatan.
• Koordinator sub klaster gizi adalah penanggung
jawab gizi di Kemenkes dan Dinas Kesehatan Provinsi,
Kabupaten/Kota, yang ditunjuk oleh pejabat yang
berwenang pada masing-masing tingkatan.
• Sub klaster gizi dapat diaktifkan pada setiap tingkatan
pemerintahan untuk memfasilitasi koordinasi vertikal
antara Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasional.
• Setelah sub klaster gizi diaktifkan, koordinator sub
klaster gizi perlu menginformasikan aktivasi sub klaster
gizi kepada para mitra sub klaster gizi di masing-masing
tingkatan.
• Idealnya sub klaster gizi telah dibentuk pada masa
kesiapsiagaan untuk kemudian diaktifkan segera
setelah ada peringatan dini bencana atau krisis
kesehatan.
2.4.3 Demobilisasi
• Prosedur demobilisasi TGC Gizi dilakukan pada
saat pergantian personel/rotasi tim dan atau ketika
penugasan TGC Gizi akan segera berakhir.
• Prosedur demobilisasi bertujuan untuk memastikan
agar serah terima penugasan di antara personel
maupun tim yang baru datang dengan tim yang
akan digantikan dapat berjalan dengan lancar tanpa
mengganggu kegiatan penanganan gizi yang sedang
berjalan.
• Pergantian personel/rotasi TGC Gizi dilakukan apabila
durasi penugasan telah mencapai batas waktu yang
2.4.4 Evaluasi
• Evaluasi dilaksanakan setelah penugasan berakhir
untuk meningkatkan efektivitas penugasan TGC Gizi di
masa yang akan datang.
Kegiatan Lintas Program dan Lintas Sektor Pada Situasi Bencana berdasarkan
Klaster Komponen Intervensi Gizi
Penanggulangan Pencegahan dan
Bencana yang Pemberian Makan Dukungan Gizi
Penanganan Gizi
terkait1 Bayi dan Anak Suplementasi Gizi Pada kelompok
Kurang dan Gizi
(PMBA) Rentan
Buruk
• Memastikan • Koordinasi
terlaksananya terkait
Klaster distribusi pemberian
Pendidikan
(Kemendikbud) makanan Tablet Tambah
tambahan Darah untuk
untuk anak Remaja Putri
sekolah
Klaster
Pemulihan Dini • Memastikan agar gizi masuk di dalam perencanaan rehabilitasi dan
(Kemendagri & rekonstruksi pemerintah serta meningkatkan keberlangsungan program
BNPB)
KAJIAN
3. KAJIAN DAMPAK BENCANA DAN ANALISIS
KEBUTUHAN GIZI
• Kajian dampak bencana dan analisis kebutuhan gizi
bertujuan untuk mengidentifikasi dampak bencana
terhadap kelompok sasaran gizi dan kelompok rentan.
Kajian dampak bencana dan analisis kebutuhan gizi
mencakup pengumpulan data jumlah dan lokasi
kelompok rentan, serta dukungan yang diperlukan untuk
penyelamatan jiwa guna mempertahankan status gizi
mereka. Hasil kajian digunakan sebagai dasar penyusunan
rencana respon gizi.
• Kajian dampak bencana dan analisis kebutuhan gizi pada
masa tanggap darurat dilakukan sejak tahap siaga darurat
melalui berbagai rangkaian kegiatan kajian (Bagan 3)
yang terdiri dari Analisis data pra-krisis dan penilaian
kebutuhan awal, Rapid Health Assessment (RHA) Gizi,
Penapisan Balita, Ibu Hamil dan Ibu Menyusui, Kajian
multi sektor, dan Survei Cepat Gizi.
• Daftar indikator dan sumber data kajian dampak bencana
dan analisis kebutuhan gizi dapat dilihat pada Tabel 2 di
Pencegahan
bawah ini.
Komponen
dan
Penanganan Suplementasi
Dukungan Gizi
Sumber Data Pra
Sumber
Intervensi & PMBA Kelompok Data Paska
Gizi Kurang Gizi Bencana
Tabel Data
Sumber 2. Indikator dan Sumber Data Kajian Dampak Bencana
Rentandan Analisis Kebutuhan GIzi
Bencana
dan Gizi
Pencegahan
Buruk:
dan
Komponen Dukungan Gizi Sumber
• Anak usia Penanganan
• Balita Gizi •Suplementasi
Ibu Hamil dan Lansia
• Kelompok Sumber
• BadanData Pra
Pusat • Pendata
Intervensi & PMBA Data Paska
0-5 bulan Gizi Kurang
Buruk Ibu Gizi
Menyusui • Disabilitas Bencana
Statistik an
Sumber Data Rentan Bencana
• Anak usia dan Gizi
• Balita Gizi Berisiko • Penderita • Profil Wilayah Pengung
6-11 bulan, Buruk:
Kurang Kurang Energi penyakit si dan
• Anak usia Kronis populasi
• Anak
12-23usia
bulan • Balita Gizi • Ibu Hamil dan
Balita • Lansia • Badan Pusat • Pendata
terdamp
Kelompok Buruk
• 0-5
Anakbulan
usia • Ibu Menyusui
Remaja putri • Disabilitas Statistik an
ak
Sasaran • Balita Gizi Berisiko • Penderita • Profil Wilayah Pengung
• Anak
24-59usia
bulan
• 6-11 bulan,
Ibu Hamil Kurang Kurang Energi penyakit si dan
•• Anak
Ibu usia Kronis populasi
12-23 bulan
Menyusui • Balita terdamp
Kelompok ak
•• Anak usia
Ibu Baduta • Remaja putri
Sasaran
24-59
(targetbulan
• Ibu Hamil
konseling)
• Ibu
• Menyusui
Cakupan • Cakupan • Cakupan • Jumlah • Elektronik • Survei
• Ibu Baduta
Inisiasi (%) balita Bumil KEK anak Pencatatan Gizi
(target
Menyusu gizi buruk • Cakupan dengan dan
konseling)
Dini BAB III - KAJIAN
• Cakupan Bumil DAMPAK
anemia BENCANA
disabilitasDAN ANALISIS
PelaporanKEBUTUHAN GIZI 29
• Cakupan balita gizi • Cakupan (5-17 Gizi Berbasis
• Cakupan
ASI • Cakupan
kurang Cakupan
• pemberian • Jumlah
tahun) Elektronik
• Masyarakat • Survei
Inisiasi
Eksklusif <6 (%) balita Bumil KEK
Vitamin A • anak
Jumlah Pencatatan
(e-PPGBM) Gizi
Menyusu
bulan gizi buruk Cakupan
• Balita 6-11 dengan
dewasa dan
• Riset
• Anak usia
12-23 bulan • Balita terdamp
Kelompok ak
• Anak usia • Remaja putri
Sasaran
24-59 bulan
• Ibu Hamil
• Ibu
Menyusui
• Ibu Baduta
(target
konseling)
• Anak usia • Balita Gizi • Ibu Hamil dan • Lansia, • Indeks Risiko • RHA
0-23 bulan Buruk Ibu Menyusui • disabilitas bencana • Kajian
• Ibu Hamil • Balita Gizi Berisiko • penderita Indonesia Multi
• Ibu kurang Kurang Energi penyakit (IRBI), Peta Sektor
Jumlah dan Menyusui Kronis Risiko • Pendata
Sebaran • Ibu Baduta • Balita 0-5 • Rencana an
Sasaran bulan, 6-23 Kontinjensi Pengung
bulan, 24-59 • Data Dinkes/ si dan
bulan, dan Puskesmas populasi
balita Gizi setempat terdamp
Kurang per ak
wilayah
• Status kerawanan pangan, ketersediaan pangan domestik dan daya • Indeks • Kajian
beli masyarakat Ketahanan Multi
dan Sektor
Kerawanan • Kajian
Pangan mata
Akses
(Kementan) penca-
Terhadap
• Survey Sosial harian
Makanan
Ekonomi dan
Bergizi
Nasional ketahan
(Susenas), an
pangan
30 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana atau
survei
pasar
• Ketersediaan sumber air bersih, transportasi, logistik, listrik, • Profil wilayah • Kajian
setempat Multi
Kurang per ak
wilayah
• Status kerawanan pangan, ketersediaan pangan domestik dan daya • Indeks • Kajian
beli masyarakat Ketahanan Multi
dan Sektor
Kerawanan • Kajian
Pangan mata
Akses
(Kementan) penca-
Terhadap
• Survey Sosial harian
Makanan
Ekonomi dan
Bergizi
Nasional ketahan
(Susenas), an
pangan
atau
survei
pasar
• Ketersediaan sumber air bersih, transportasi, logistik, listrik, • Profil wilayah • Kajian
telekomunikasi, serta layanan umum lainnya setempat Multi
Sektor
• Laporan
situasi
pemerin
tah
daerah
Status • Kajian
Layanan Dasar sektor
spesifik
(kajian
air
bersih,
kajian
kapasi-
tas
logisitik
dsb)
Bencana
Siaga
1-3 hari 1-3 hari 3-7 hari 7-14 hari
Darurat/Segera
setelah bencana setelah bencana setelah bencana setelah bencana
setelah bencana
Dilaksanakan pada Dilaksanakan segera Dilaksanakan segera dapat dilakukan kembali Dilaksanakan setelah
fase siaga darurat/segera setelah bencana (fase setelah bencana (fase secara berkala pada fase kondisi mulai normal atau
setelah terjadi bencana tanggap darurat) tanggap darurat) transisi darurat pada fase transisi darurat
Bagan 3. Alur Kegiatan Kunci Kajian Dampak Bencana dan Analisis Kebutuhan Gizi
3.1 Analisis Data Pra-Bencana Dan Penilaian Kebutuhan
Awal
• Analisis data pra-bencana dan penilaian kebutuhan awal
dilakukan pada fase siaga darurat dengan menggunakan
informasi pra-bencana (data sekunder), untuk melakukan
estimasi dampak bencana dan kebutuhan terhadap
sasaran gizi.
• Analisis data pra-bencana dan penilaian kebutuhan awal
bertujuan untuk sedini mungkin menyiapkan rencana
intervensi serta mengidentikasi sumberdaya yang
diperlukan untuk penanganan gizi berdasarkan estimasi
dampak bencana terhadap pelayanan gizi di daerah
terdampak.
Bagan 4. Pelaporan dan Diseminasi Kajian Dampak Bencana dan Analisis kebutuhan
gizi berdasarkan Alur penyampaian dan Konfirmasi Awal Kejadian Awal Krisis Kesehatan.
Sumber: PMK no 75 Tahun 2019 tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan
PERENCANAAN
4. PERENCANAAN RESPON GIZI
• Rencana respon gizi dikembangkan berdasarkan kajian
dampak dan analisa kebutuhan gizi dan dapat diperbaharui
secara berkala seiring dengan ketersediaan hasil kajian
terbaru.
• Penyusunan rencana respon terdiri dari analisis situasi,
serta penyusunan rencana intervensi untuk setiap
komponen penanganan gizi yang diikuti oleh identifikasi
sumber daya untuk setiap komponen intervensi.
• Apabila upaya pelayanan gizi terganggu akibat dampak
bencana, maka respons gizi perlu dilakukan untuk
mempertahankan status gizi dan apabila memungkinkan,
meningkatkan status gizi masyarakat (build back better).
• Format rencana respon gizi dapat dilihat pada lampiran 4.1.
Perencanaan Intervensi
PMBA untuk memastikan Perencanaan Intervensi
adanya: Pencegahan dan
Penanganan Gizi
Analisis Situasi Mekanisme pengelolaan
Kurang dan Gizi Buruk
donasi susu formula, botol
untuk memastikan
dan dot bayi serta makanan
Praktik PMBA (Cakupan IMD, ASI terlaksananya:
dan minuman
Ekslusif, Keragaman makan)
sebelum dan setelah bencana Akses terhadap makanan Status Pelayanan
bergizi bagi kelompok Kesehatan
rentan sesuai dengan (Fasilitas, Sarana Identifikasi
Status Layanan Kesehatan kelompok usia & Prasarana, Kebutuhan
(Fasilitas, Sarana & Prasarana, SDM) sebelum Sumberdaya
SDM) sebelum dan setelah Akses terhadap konseling dan setelah
bencana menyusui dan PMBA bencana SDM
Keterangan:
Akses terhadap TTD bagi Kegiatan
Ibu Hamil
Komponen
Perencanaan
PMBA
5. INTERVENSI PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN
ANAK (PMBA)
Pada saat bencana, standar emas PMBA, yang dimulai, dari
Inisiasi Menyusu Dini dalam satu jam pertama setelah kelahiran,
Pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan pertama, dan
pemberian Makanan Pendamping ASI berkualitas dimulai usia
6 bulan, dan terus memberikan ASI hingga dua tahun atau
lebih, sangat penting untuk melindungi gizi dan kesehatan
ibu, bayi dan anak. Tujuan dari dukungan kepada kelompok
tersebut di atas adalah untuk memberikan perlindungan dari
masalah kekurangan gizi dan berbagai penyakit lain yang
mungkin timbul sebagai dampak bencana.
GIZI BURUK
6. PENCEGAHAN DAN PENANGANAN GIZI
KURANG DAN GIZI BURUK
• Pada saat terjadi bencana, risiko kesakitan dan kematian
pada balita dengan gizi kurang meningkat secara signifikan.
Oleh karena itu, pencegahan dan penanganan yang
dilakukan secara cepat dan tepat akan menyelamatkan
jiwa, dan mencegah terjadinya penurunan status gizi balita,
khususnya balita dengan gizi buruk atau gizi kurang.
• Standar dan indikator kunci penanganan gizi buruk dan
gizi kurang berdasarkan piagam kemanusian (SPHERE
standard) adalah sebagai berikut:
1. Standar 1: Kasus gizi kurang ditangani:
• Lebih dari 90 persen dari penduduk sasaran berada
dalam jangkauan/radius sekitar 1 hari perjalanan
(termasuk waktu untuk melakukan pengobatan)
dari lokasi program untuk memudahkan pemberian
makanan siap saji, dan jarak lokasi tidak lebih dari
1 jam berjalan kaki untuk pemberian makanan
tambahan.
• Cakupan > 50 persen di daerah pedesaan, > 70
persen di daerah perkotaan, dan > 90 persen di
dalam lokasi pengungsian.
2. Standar 2: Kasus Gizi buruk ditangani:
a. Lebih dari 90 persen dari sasaran penduduk berada
dalam jangkauan tidak lebih dari 1 hari perjalanan
(termasuk waktu untuk melakukan pengobatan)
dari lokasi program.
b. Cakupan > 50 persen di daerah pedesaan, > 70
persen di daerah perkotaan, dan > 90 persen di
tempat pengungsian.
Memastikan Terlaksananya
Membuat Rencana Intervensi Pencegahan dan Intervensi Pencegahan dan Penanganan
Kajian Dampak Bencana Penangan Gizi Kurang dan Gizi Burk Gizi Kurang dan Gizi Buruk
dan Analisis Kebutuhan Gizi
Analisis Situasi Mengidentifikasi Fasilitas Kesehatan
Analisis Data Pra-krisis dan Rujukan
Penilaian Kebutuhan Awal
Penyusunan Kegiatan Pokok Tatalaksana Gizi Kurang
RHA Gizi
Identifikasi Sumberdaya yang Diperlukan Tatalaksana Gizi Buruk Rawat Inap &
Kajian Multi Sektor Rawat Jalan
Bagan 7. Alur Intervensi Pencegahan dan Penanganan Gizi Kurang dan Gizi Buruk Pada Penyelamatan Jiwa Balita
Melalui Pencegahan dan Tata
Situasi Bencana Laksana Gizi Kurang dan Gizi
Buruk
6.1 Mengidentifikasi Fasilitas Kesehatan Rujukan
• Berdasarkan ketersediaan dan kapasitas layanan
kesehatan di wilayah bencana atau di wilayah terdekat
(dari hasil kajian), penanggung jawab gizi mengidentifikasi
fasilitas kesehatan (TFC/Puskesmas rawat inap/Rumah
sakit lapangan) dengan logistik dan kapasitas yang
memadai untuk rujukan kasus gizi buruk yang ditemukan,
serta memastikan fasilitas kesehatan rujukan tersebut
memiliki Tim Asuhan Gizi.
• Berdasarkan fasilitas kesehatan yang diidentifikasi
dan memenuhi kriteria, koordinator sub klaster gizi
menyepakati fasilitas dan membuat alur proses rujukan
balita gizi kurang dan balita gizi buruk.
Dengan satu lebih Dengan satu lebih Dengan satu lebih Dengan satu lebih
tanda berikut: tanda berikut: tanda berikut: tanda berikut:
- Skor Z BB/TB < - Edema pada - Edema minimal, - Skor Z BB/PB
-3 SD ( jika seluruh tubuh pada kedua atau BB/TB <-2
panjang > 45 (edema derajat +3) punggung SD s/d -3 SD)
cm) - Skor Z BB/PB atau kaki/tangan - Billa LiLA antara
- Terlalu lemah BB/TB <-3 SD (derajat +1 atau 11,5 cm -<12,5 cm
untuk menyusu - LiLA<11,5 cm +2)
- Berat badan dengan salah satu - Skor Z BB/PB Dan TANPA edema
tidak naik atau lebih tanda tanda atau BB/TB <-3 dan komplikasi
turun komplikasi medis SD medis
- Terdapat berikut: - LiLA<11,5 cm
tanda-tanda - Anorekasia
komplikasi - Dehidrasi berat Dan TANPA
(muntah terus komplikasi medis
menerus,diare)
- Letargi atau
penurunan
kesadaran
- Demam tinggi
- Pneumonia
berat (sulit
bernafas atau
bernafas cepat)
- Anemia berat
Bagan 8. Alur penapisan balita gizi kurang/gizi buruk dan jenis layanan yang diperlukan.
Sumber: Pedoman Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita, Kemenkes 2019
Keluaran Intervensi Pencegahan dan Penanganan Gizi Kurang dan Gizi Buruk:
Perlindungan Jiwa Melalui Pencegahan dan Tatalaksana Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk yang
Berkualitas
Indikator Keluaran:
• Cakupan Balita Gizi Kurang
• Cakupan Balita Gizi Buruk
Keluaran Jangka Pendek 1:
Terlaksananya Pencegahan dan Tatalaksana Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk
Kegiatan Kunci Indikator
Persentase balita Gizi Buruk yang ditangani
Persentase balita Gizi Buruk yang ditangani dan sembuh
Persentase balita gizi buruk yang ditangani dan meninggal
1.1 Tatalaksana Balita Gizi Persentase balita gizi buruk yang ditangani dan re-lapse
Kurang & Gizi Buruk Persentase balita Gizi Kurang yang ditangani/mendapat PMT dan
konseling gizi
Presentase jumlah Balita Gizi Kurang yang ditangani/mendapat PMT,
konseling gizi dan sembuh
Jumlah fasilitas kesehatan rujukan yang diidentifikasi mampu
melaksanakan tata laksana gizi buruk
1.2. Pelacakan aktif dan
deteksi dini kasus
Jumlah pelaksanaan penapisan masal yang telah dilakukan
kekurangan gizi pada
balita oleh masyarakat
1.3. Penugasan TAG Terlatih Jumlah TAG yang ditugaskan ke lokasi bencana
Keluaran Jangka Pendek 2:
Pelaksanaan Intervensi Pencegahan dan Tatalaksana Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk secara
Terkoordinir Serta Adanya Dukungan dari Program/Sektor/Klaster Terkait
Kegiatan Kunci Indikator
SUPLEMENTASI
7. SUPLEMENTASI GIZI
Indikator keluaran
• Cakupan Makanan Tambahan Pada Ibu Hamil
• Cakupan Makanan Tambahan Pada Balita
• Cakupan Vitamin A pada Bayi
• Cakupan Vitamin A pada Balita
• Cakupan Vitamin A pada Ibu Nifas
• Cakupan TTD pada Ibu Hamil
• Cakupan TTD pada remaja putri
DUKUNGAN GIZI
8. DUKUNGAN GIZI PADA KELOMPOK RENTAN
LAINNYA
98
8.1 Orientasi Dan Pendampingan Pemenuhan Gizi Melalui
Dapur Umum
• Dapur umum menyiapkan makanan banyak (bagi lebih
dari 50 porsi) untuk memenuhi kebutuhan gizi pengungsi
dan kelompok rentan. Penyelenggaraan dapur umum
merupakan tanggung jawab Kemensos/Dinsos/Tagana
(Klaster Perlindungan dan Pengungsian).
• Dapur umum bertujuan untuk menyediakan makanan
sesuai kebutuhan gizi yang higienis, aman dan dapat
didistribusikan secara cepat.
• Langkah-langkah di bawah ini perlu dilakukan untuk
memastikan pemenuhan gizi kelompok rentan melalui
dapur umum.
100 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
berkoordinasi dengan sub klaster pelayanan kesehatan
untuk menentukan asupan gizi yang sesuai bagi pada
penderita penyakit.
102 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Tabel 6. Keluaran dan Indikator Dukungan Gizi Pada Kelompok Rentan Lainnya
PHEOC
SUB KLASTER
SUB KLASTER KESEHATAN
GIZI JIWA
Bagan 11. Posisi Sub Klaster Gizi di dalam Bagan Sistim Informasi Klaster Kesehatan.
108 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
109
BAB IX - MANAJEMEN INFORMASI DAN SURVEILANS GIZI
Manajemen Informasi dan Surveilans Gizi Pada Situasi Bencana
Pengumpulan Data
Pengumpulan data
Membuat Rencana Pra-Krisis
Pengolahan dan Analisis dan Penyebaran dan
Manajemen Memastikan ketersediaan Penyajian Data Pemanfaatan Data Dokumentasi
Informasi data 4W* Gizi
Catatan:
Manajemen informasi bertujuan untuk menyediakan informasi yang tepat untuk menghasilkan informasi yang dapat mendukung
pengambilan keputusan dan perencanaan kegiatan penanganan gizi pada situasi bencana
* 4W= Who, What, Where, When (Informasi terkait pelaku-pelaku yang terlibat di dalam penanganan gizi, jenis kegiatan yang
dilakukan, lokasi serta waktu pelaksanaannya.
Bagan 12. Alur Kegiatan Manajemen Informasi dan Surveilans Gizi Pada Situasi Bencana
9.1 Perencanaan Manajemen Informasi dan Surveilans Gizi
• Rencana manajemen informasi dan surveilans gizi dibuat
oleh staf yang ditunjuk oleh penanggung jawab gizi/
koordinator sub klaster gizi.
• Rencana manajemen informasi dan surveilans gizi
mencakup pembuatan alur penyampaian informasi, daftar
sumber data, sistem pengarsipan, daftar pembagian tugas,
daftar jenis produk informasi yang akan dibuat, jadwal dan
frekuensi pelaporan, serta metode penyebaran yang akan
digunakan.
• Tabel rencana manajemen informasi penanganan gizi
dapat dilihat pada lampiran 9.1.
110 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
- Ketersediaan logistik gizi
• Sumber data-data di atas diperoleh dari:
- RHA Gizi
- Penapisan/pengukuran antropometri
- Kajian multi sektor
- Kajian sektor kesehatan dan sektor lain yang terkait
(sektor air bersih, pangan dll)
- Survei Gizi
- Informasi dari mitra sub klaster gizi dan instansi
terkait
- Data sekunder yang tersedia sebelum bencana
(pra-bencana)
• Daftar data dan sumber data dapat dilihat secara
terperinci pada tabel 2.
112 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
2 3
MAPPING TITIK SASARAN BAYI, BALITA, BUSUI, No Lokasi
1 4 Posko pramuka 99 Biromaru
1
BUMIL, LANSIA DI LOKASI PENGUNGSIAN KAB. SIGI KK=84, Jiwa=315, Balita=4, Busui=1. Lansia=5
Posko putih lapangan Mpanau
5 2
13 KK=165, Jiwa=448, Bayi=8, Balita=24, Bumil=2, Busui=8, Lansia=48
(31/DESEMBER/2018) Posko Mpanau Pombewe
3
6 KK=110, Jiwa=423, Bayi=4, Balita=9, Busui=4, Lansia=7
14 Posko Mpanau Hijau
4
8 KK=105, Jiwa=345, Bayi=3, Balita=10, Bumil=3, Busui=3, Lansia=9
Posko Mpanau belakang
5
7 KK=55, Jiwa=268, Bayi=7, Balita=14, Busui=7, Lansia=23
15 9 Posko PMI Jono Oge
6
KK=131, Jiwa=464, Bayi=19, Balita=32, Bumil=4, Busui=19, Lansia=26
Huntara Dompet Dhuafa
33 Titik Posko/Tenda Pengunsi 7
10 KK=46, Jiwa=175, Bayi=3, Balita=5, Bumil=1, Busui=4, Lansia=16
16 Posko Likuifaksi Ds. Jono Oge
8
2809 Kepala Keluarga KK=101, Jiwa=427, Balita=5, Bumil=2, Busui=5, Lansia=10
12 11 Posko Rumah Senyum
9
10977 Jiwa 17 KK=15, Jiwa=34, Balita=3,
Huntara Rumah Zakat
10
19 KK=25, Jiwa=238, Bayi=2, Busui=2
83 Bayi 18 11
Huntara Rumah senyum Loru
KK=9, Jiwa=31, Lansia=2
613 Balita 20
12
huntara lolu
28 KK=84, Jiwa=410
46 Bumil 21
Posko Desa Kabobona
13
22 KK=14, Jiwa=45, Bayi=1, Balita=6, Busui=2, Lansia=5
46 Busui 29 Posko Desa Kabobona Belakang swalayan
14
KK=4, Jiwa=12, Bayi=2, Balita=1, Busui=1, Lansia=1
741 Lansia 23 Huntara Kabobona
15
KK=147, Jiwa=395,
24 30
Posko 2 Jono Oge
16
KK=169, Jiwa=459, Bayi=5, Balita=33, Bumil=4, Busui=10, Lansia=26
25 Posko 3 Huntara Sangurara
31 17
KK=145, Jiwa=416, Bayi=7,Balita=28, Busui=15, Lansia=28
26
Posko Desa Sidera Karawana
18
5 Posko Bayi & Balita > 50 orang KK=28, Jiwa=101, Bayi=2, Balita=1, Busui=3, Lansia=6
27 32
Huntara Solove
19
KK=160,Jiwa=522, Bayi=7, Balita=35, Bumil=6, Busui=25, Lansia=88
Huntara Potoya 1
4 Posko Bayi & Balita 30 – 50 orang 33 20
KK=131, Jiwa=513, Balita=34, Bumil=2, Busui=3, Lansia=13
Huntara Potoya 2
21
KK=27, Jiwa=89, Balita=15, Bumil=2,Busui=3, Lansia=13
24 Posko Bayi & Balita < 30 orang Lapangan Langaleso
22
KK=120, Jiwa=200, Balita=25, Bumil=1, Lansia=15
Lapangan Pesaku
23
KK=76, Jiwa=276, Bayi=10, Balita=35, Bumil=2, Busui=10, Lansia=35
7 Posko Bumil & Busui > 10 orang Lapangan Wisolo
24
KK=26, Jiwa=96, Balita=4, Busui=4, Lansia=10
Dusun 2 Bangga
25
KK=275, Jiwa=2267, Balita=66, Busui=6, Lansia=10
Dusun 3 Bangga
26
KK=114, Jiwa=402, Balita=35, Bumil=3,
5 Posko Lansia > 30 orang Desa Poi
27
KK=121, Jiwa=431, Bayi=3, Balita=31, Lansia=68
Posko Huntara ACT Sibalaya
28
KK=60, Jiwa=230,Balita=35, Bumil=2,Busui=4, lansia=20
Posko Pengungsian Pasar Sibalaya
29
KK=108, Jiwa=389, Balita=91, Bumil=2, Busui=12, Lansia=223
Posko Pengungsian Maleo
30
KK=31, Jiwa=70, Balita=15, Bumil=1, Busui=5, Lansia=15
31 Posko Pengungsian Dsn. 3 (Salua)
Posko Pengungsian dsn. 1 & 2 Boladangko
32
KK=67,Jiwa=245, Balita=14, Busui=3, Lansia=17
Posko Pengungsian dsn. 3 Bolandanko
33
KK=54, Jiwa=240, Balita=3, Bumil=1,Busui=3, Lansia=10
114
MAPPING KEGIATAN GIZI OLEH LEMBAGA/ORGANISASI
NASIONAL/INTERNASIONAL DI KOTA PALU
(31/DESEMBER/2018)
PANTOLOAN
Jenis Kegiatan
1. Distribusi Bahan Makanan
2. Distribusi Bahan Makanan – PMT Biskuit
3. Dapur Umum dan PMBA
4. Pelatihan Tata Laksana Gizi Buruk MAMBORO
5. Konseling PMBA
Hop e W or l d w i d e MoH/P HO /D HO
Distribusi Bahan Makanan Distribusi Bahan Makanan – PMT Biskuit
A d v e n t i s t D e v e l op m e n t an d R e l i e f A g e n c y UN IC EF
In t e r n at i on al A D R A Pelatihan Tata Laksana Gizi Buruk
Dapur Umum dan PMBA
LA Z N A S B S MU/K i d z s m i l e Y ay as an S ay an g i Tu n as C i l i k ( Y S TC )
Dapur Umum dan PMBA Konseling PMBA
Y ou t h f or Ex c h an g e an d Un d e r s t an d i n g W ah an a V i s i In d on e s i a BALAROA
( A A H/Y EU) Konseling PMBA
Konseling PMBA
PETOBO
116
9.4 Analisis dan Pemanfaatan Data
• Analisis dilakukan oleh koordinator sub klaster gizi
bersama dengan mitra sub klaster gizi berdasarkan data
yang telah diolah dan disajikan oleh staf pelaksana
manajemen informasi.
• Aspek-aspek yang dianalisis antara lain:
- Status gizi kelompok rentan (meningkat/menurun/sama
saja, faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
tersebut);
- Kesenjangan intervensi (kelompok sasaran atau
wilayah yang belum tertangani);
- Kesenjangan implementasi respon gizi (sejauh mana
rencana respons gizi sudah terlaksana, apakah
diperlukan penyesuaian intervensi); dan
- Kesenjangan sumberdaya (apakah sumberdaya yang
tersedia baik SDM, obat dan perbekalan kesehatan
terkait gizi telah mencukupi, sumber daya apa saja yang
masih dibutuhkan, apa yang mungkin terjadi apabila
kebutuhan tersebut tidak terpenuhi dalam kurun waktu
satu, dua atau tiga minggu kedepan).
• Rekomendasi hasil analisis data/RHA dimanfaatkan
sebagai dasar pengambilan keputusan di dalam
menyesuaikan rencana respon gizi serta mobilisasi sumber
daya untuk memenuhi kesenjangan.
118 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Wilayah
RISIKO
KOMUNIKASI
10. KOMUNIKASI RISIKO DAN PELIBATAN
MASYARAKAT
• Komunikasi risiko dan pelibatan masyarakat merupakan
komponen respon gizi yang tidak dapat dipisahkan.
Komunikasi risiko pada situasi bencana bertujuan untuk
memberikan informasi tepat bagi masyarakat agar dapat
mengambil tindakan yang efektif dan efisien dalam
menghadapi risiko-risiko yang timbul pada situasi bencana.
• Komunikasi yang efektif tentang risiko bencana yang
mungkin timbul, serta cara mendapatkan bantuan,
bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat
dalam respon bencana.
• Pelibatan masyarakat merupakan menjadi bagian integral
dari setiap respon sejak awal bencana untuk memastikan
kualitas, efektivitas dan ketepatan waktu respon gizi
melalui keterlibatan dari masyarakat.
Komunikasi Risiko
Diseminasi Pesan Kunci
Pesan Kunci PMBA
Kaji Cepat
Pesan Kunci Pencegahan
Komunikasi & Penanganan Gizi Pelibatan
Risiko Kurang/Gizi Buruk Masyarakat
Pesan Kunci
Suplementasi Gizi
Pesan Kunci terkait akses
terhadap bantuan
Catatan:
Komunikasi menjadi unsur penting dalam proses pelibatan masyarakat. Dengan komunikasi,
melalui dialog dua arah dengan masyarakat terdampak, pemberi bantuan dapat berbagi
informasi mengenai berbagai kegiatan penyelamatan jiwa, dan pada saat yang sama,
mendengarkan berbagai keluhan, solusi, saran dan kebutuhan dari masyarakat terdampak.
Dengan demikian masyarakat terdampak memiliki suara dalam segala keputusan pemberian
bantuan bagi mereka sendiri. Semakin banyak informasi yang dimiliki masyarakat, semakin kecil
pula kemungkinan kebingungan dan kesalahpahaman sehingga risiko-risiko yang mungkin
timbul akibat informasi yang tidak akurat dapat dikurangi
124 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
kunci telah dikembangkan sebelum bencana (di masa
kesiapsiagaan), pesan-pesan tersebut perlu diulas
sebelum didiseminasikan untuk memastikan kesesuaian
pesan dengan konteks dan situasi sosial budaya di lokasi
bencana.
• Koordinator sub klaster gizi dan mitra perlu memastikan
agar pesan komunikasi risko disebarkan melalui kanal
informasi yang ramah bagi penyandang disabilitas,
setidaknya dalam dua format berbeda (misalnya, brosur,
audio pengumuman). Material komunikasi, informasi
dan edukasi yang dikembangkan juga perlu memberikan
gambaran positif tentang anak-anak dan perempuan
penyandang disabilitas pada kelompok sasaran
gizi (misalnya, Ibu hamil penyandang disabilitas atau
penyandang disabilitas Ibu menyusui).
• Pesan-pesan yang perlu dikembangkan dan disampaikan
kepada populasi terdampak mencakup informasi terkait
risiko terkait gizi yang mungkin timbul akibat bencana
serta informasi terkait akses terhadap bantuan. Beberapa
pesan kunci yang perlu dikembangkan dan disampaikan
antara lain adalah :
• Pesan Kunci Terkait PMBA & Menyusui:
- Risiko meningkatnya angka kesakitan pada baduta
akibat tidak menyusu;
- Risiko meningkatnya angka kesakitan pada anak
akibat pemberian susu formula botol, dot bayi dan
produk-produk pengganti ASI yang tidak tepat
pada situasi bencana;
- Pentingnya pemberian MPASI yang tepat; dan
- Prosedur pengelolaan donasi produk pengganti
ASI, botol dan dot, serta makanan dan minuman
bayi dan anak.
126 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
• Koordinator sub klaster gizi dan mitra bersama-sama
memastikan agar mekanisme umpan balik dan pemberian
saran terkait respon gizi dapat tersedia. Antara lain
dengan menyepakati narahubung untuk program gizi di
masing-masing wilayah kerja/di pengungsian, membuat
kotak saran, memberikan nomor telepon pengaduan untuk
memudahkan penerima manfaat yang ingin memberikan
umpan balik terhadap dukungan gizi.
• Koordinator sub klaster gizi dan mitra memastikan agar
kelompok rentan dilibatkan di dalam perencanaan
kegiatan serta melibatkan perwakilan dari masing-masing
kelompok, baik laki-laki maupun perempuan.
• Perwakilan dari sub klaster gizi untuk terlibat di dalam
kelompok kerja pelibatan masyarakat (apabila dibentuk) di
masing-masing wilayah untuk memastikan agar pelibatan
masyarakat dilakukan secara terkoordinir dan terstruktur
bersama dengan organisasi dan instansi yang terlibat di
dalam penanggulangan bencana.
LOGISTIK
11. MANAJEMEN LOGISTIK GIZI
• Manajemen logistik gizi dalam situasi bencana bertujuan
untuk memastikan ketersediaan alat dan bahan untuk
mendukung kegiatan respon gizi.
• Manajemen logistik gizi merupakan bagian dari manajemen
logistik, obat dan perbekalan kesehatan. Tim logistik sub
klaster gizi harus berkoordinasi dan bekerjasama dengan
Tim logistik klaster kesehatan dalam setiap tahapan
kegiatan.
• Fungsi manajemen logistik gizi pada situasi bencana
dilakukan oleh staf/tim yang ditunjuk oleh penanggung
jawab gizi didukung oleh mitra sub klaster gizi (apabila
ada).
• Tantangan yang kerap muncul dan perlu diantisipasi
dalam pengadaan/penyediaan perbekalan kesehatan
pada situasi bencana, antara lain adalah:
- Obat dan perbekalan kesehatan tidak tersedia/kurang;
- Obat dan perbekalan kesehatan tidak sesuai kebutuhan
sehingga tidak terpakai;
- Obat dan perbekalan kesehatan disimpan sembarang;
- Pendistribusian memakan waktu lama; dan
- Bantuan obat dan perbekalan kesehatan tidak merata.
• Alur manajemen logistik gizi pada situasi bencana
dijelaskan di bawah ini (Bagan 15)
132
11.1 Perencanaan Logistik Gizi
• Rencana logistik mencakup rencana transportasi,
pergudangan, pengadaan alat dan bahan yang diperlukan
untuk memastikan penyediaan dan distribusi obat dan
perbekalan kesehatan yang diperlukan setiap kegiatan
intervensi gizi.
• Rencana logistik gizi dibuat berdasarkan data yang
dikumpulkan dari RHA dan kajian gizi lainnya, antara lain
sebagai berikut:
- Fasilitas dan infrastruktur, termasuk akses dan sarana
dan prasarana transportasi;
- Ketersediaan dan kondisi gudang penyimpanan;
- Kebutuhan jumlah obat dan perbekalan kesehatan
terkait penanganan gizi;
- Sumber daya manusia; dan
- Pendanaan.
• Koordinator sub klaster gizi/penanggung jawab program
gizi perlu memastikan agar rencana logistik tersedia.
Rencana logistik dibuat oleh staf/tim logistik gizi pada
masing-masing tingkatan bersama dengan koordinator
sub klaster gizi/penanggung jawab gizi.
• Berdasarkan estimasi dampak bencana yang sudah terjadi
(dari hasil RHA gizi), tim logistik sub klaster gizi diharapkan
telah memperkirakan jumlah obat dan perbekalan
kesehatan yang dibutuhkan. Estimasi kebutuhan
dilakukan berdasarkan skala bencana, jumlah kelompok
sasaran di wilayah terdampak serta ketersediaan obat dan
perbekalan kesehatan yang dimiliki.
• Pastikan agar estimasi kebutuhan obat dan perbekalan
Suplementasi Gizi
Suplementasi Gizi
89
Obat dan Perbekalan Komponen Estimasi 89
Kegiatan Kesehatan yang Perhitungan 89 Sumber 89
89
Diperlukan kebutuhan
Distribusi menyeluruh • Dinkes, Kemenkes,
Distribusi
MT menyeluruh
Ibu Hamil dan • Makanan Prioritas sasaran: • Dinkes,
Mitra Kemenkes,
(BUMN/CSR),
stribusi menyeluruh Distribusi
Distribusi menyeluruh
menyeluruh
MT Ibu Hamil dan • Makanan • Prioritas
Dinkes, sasaran:
Kemenkes, •• Dinkes,
Dinkes, Kemenkes,
Kemenkes,
Balita
• IbuMakanan Tambahan
•• Prioritas
Makanan Ibu
sasaran: • Estimasi
Prioritas jumlah
sasaran:ibu Mitra (BUMN/CSR),
Organisasi Profesi
T Ibu Hamil dan MT
MT Hamil dan
Ibu Hamil dan Makanan
Tambahan Ibu Prioritas
• hamil sasaran:
Mitra (BUMN/CSR),
Estimasi jumlah ibu Mitra
Mitra (BUMN/CSR),
(BUMN/CSR),
Balita Hamil danjumlah
balita 6- Organisasi Profesi
Pedoman
Balita Tambahan
Pelaksanaan • Pada
IbuRespon Giizi Tambahan
Estimasi Ibu
Masajumlah
Tambahan Ibu ibu
Tanggap •• Bencana
Darurat Estimasi
Estimasi ibu (Persagi, AIMI)
alita Balita Hamil hamil danjumlah
Organisasi balita ibu
Profesi
6- Organisasi
Organisasi Profesi
Profesi
(Persagi, AIMI)
• Makanan
Hamil 59 bulan
hamil dan
Hamil hamil
Hamil
• Tambahan
dan balita 6-
Makanan Balita hamil dan balita
59(Persagi,
bulan AIMI) 6-
balita 6- • Instansi
(Persagi,
(Persagi,
terkait,
AIMI)
AIMI)
•• 59 • Estimasi
59 bulan jumlah ibu • Instansi terkait,
• Makanan bulan
Makanan
Makanan
Tambahan Balita 59 bulanjumlah
• menyusui
Instansi
Estimasi terkait,ibu •• dana cadangan
Instansi terkait,
Instansi
dana terkait,
cadangan
Tambahan Balita Tambahan
• Estimasi Balita
jumlah
Tambahan Balita ibu • Estimasi
• Estimasi jumlah ibu
jumlah ibu
dana cadangan pemerintah
dana pusat,
cadangan
menyusui dana cadangan
pemerintah pusat,
menyusui menyusui
menyusui
pemerintah pusat, provinsi,
pemerintah pusat,
Catatan: pada kondisi pemerintah
provinsi, pusat,
provinsi, kabupaten,kota
provinsi,
Catatan: pada kondisi provinsi,
kabupaten,kota
Catatan: pada kondisi daruratCatatan:
Catatan:
dapat
pada
pada kondisi
kondisi
kabupaten,kota
darurat dapat
Permintaan
kabupaten,kota
diberikan kepada kabupaten,kota
Permintaanmelalui
darurat dapat darurat
darurat dapat
dapat
Permintaan berjenjang
Permintaan
diberikan
setiap kepada
populasi Permintaan
berjenjang melalui
diberikan kepada diberikan
diberikan kepada
kepada
berjenjang melalui Dinkes
berjenjang melalui
setiap
terdampak populasi
tanpa berjenjang
Dinkes melalui
setiap populasi setiap
setiap populasi
populasi Dinkes
Dinkes
terdampakapabila
tanpa stok Dinkes
terdampak tanpa terkecuali
terdampak tanpa
terdampak tanpa stok
terkecuali apabila
terkecuali apabila stok tersedia.
terkecuali
terkecuali
tersedia.
apabila
apabila stok
stok
tersedia. tersedia.
tersedia.
Distribusi MT Ibu • Estimasi jumlah ibu
Distribusi
Hamil MT
dan MT Ibupada
Balita • Makanan • Estimasi
hamil jumlah ibu
KEKjumlah
stribusi MT Ibu Distribusi
Distribusi
Hamil dan MT Ibu
Ibu pada
Balita •• Estimasi
Makananjumlah ibu •• Estimasi
Estimasi jumlah ibu
ibu
sasaran prioritas •• Tambahan Ibu hamil KEK
•
Hamil Makanan
dan Balita Makanan • Estimasi jumlah
amil dan Balita pada Hamil
sasaran dan Balita pada
prioritas pada Makanan
hamil
Hamil
KEK Ibu
Tambahan •
hamil
hamil KEK
KEK
Estimasi jumlah
sasaranTambahan Ibu Tambahan Ibu balita gizijumlah
kurang
saran prioritas sasaran prioritas
prioritas Tambahan
• Estimasi
Hamil jumlah
• Makanan
Ibu •• Estimasi
Estimasi
balita gizijumlah
kurang
Hamil Hamil
Hamil balita
• balita gizi kurang
Makanan balita gizi kurang
gizi kurang
• Makanan •• Tambahan
Makanan
Makanan
Balita
Tambahan Balita
Tambahan Balita Tambahan
Tambahan Balita
Balita
Pemberian Vitamin A
Pemberian
pada Vitamin
Balita dan Ibu AA • Tablet vitamin A • Estimasi jumlah
emberian Vitamin A Pemberian
Pemberian Vitamin • Tablet vitamin A • Estimasi jumlah
Balita Vitamin
pada untuk dan Ibu A dengan dosis
Nifas
• Balita
pada Tabletdanvitamin
Ibu A ••• Tablet
Estimasi
Tablet vitamin
jumlah A •• bayi 6-11 bulan,
Estimasi jumlah
da Balita dan Ibu pada
Nifas Balita
untuk dan Ibu denganvitamin
100.000 dosis
SI
A
(warna
Estimasi
bayi 6-11
anak 12-59
jumlah
bulan,
bulan
fas untuk peningkatan
Nifas dengandaya
untuk dosis dengan
bayi 6-11 dosis
dengan bulan,
dosis bayi
bayi 6-11
6-11 bulan,
bulan,
Nifas untuk
peningkatan daya 100.000
biru) untuk SIpada
(warna anakIbu
dan 12-59
Nifasbulan
eningkatan daya tahan tubuh
100.000
peningkatan serta
dayaSI (warna 100.000
anak 12-59
100.000 SI (warna
SI bulan
(warna anak
anak 12-59
12-59 bulan
bulan
peningkatan
tahan tubuh sertadaya biru)6-11
bayi untuk pada
bulan. dan Ibu Nifas
pencegahan
biru) campak
untuk pada biru)
dan untuk pada dan
dan Ibu
Ibu Nifas
han tubuh serta tahan
tahan tubuh
tubuh
pencegahan
serta
serta
campak bayiIbu
biru) 6-11Nifas
untuk pada
bulan. Nifas
dan diare
bayi 6-11 bulan. • Tablet
bayi vitamin
6-11 bulan. A
encegahan campak pencegahan
pencegahan campak
campak • bayi
Tablet6-11 bulan.
vitamin A
dan diare dosis 200.000 SI
n diare • diare
dan Tablet vitamin A •• Tablet
Tablet vitamin
vitamin A ASI
dan diare dosis 200.000
(warna merah) SI
dosis 200.000 SI dosis
dosis 200.000
200.000 SI
(warnaanak
untuk merah) berusia
(warna merah) (warna
(warna merah)
merah)
untukbulan
12-59 anak berusia
dan
untuk anak berusia untuk
untuk anak
anak berusia
berusia
12-59
Ibu bulan
nifas. dan
12-59 bulan dan 12-59
12-59 bulan dan
Ibu nifas. dan
bulan
Ibu nifas. Ibu
Ibu nifas.
nifas.
1 1 .2 P e n y e d ia a n O b a t D a n P e r b e k a la n K e s e h a ta n T e r k a it G iz i Y a n g D ibutuh k a n
1 1 .2 P e n y e d ia a n O b a t D a n P e r b e k a la n K e s e h a ta n T e r k a it G iz i Y a n g D ibutuh k a n
2 Penyediaan Oba11t11D
..22anPPeePn
neyyrb
eed
edkiiaaaaalan
nnO
OKb
beaastteD
haan
D tnaPPneeTrreb
breekkkaaaitllaaGn
nizKKieeYssaeenh
hgaattDaain
nbuTTteeurrhkkakaaiittnG
Giizzii YYaan
ngg D
Diib
buuttu
uhhkkaan
n
● Berdasarkan
Pedoman
kesenjangan
Pelaksanaankesenjangan
obat Masa
Respon Gizi Pada
dan pebekalan kesehatan,
Tanggap Darurat
koordinator sub klaster gizi
Bencana
138 ● Berdasarkan obat dan pebekalan kesehatan, koordinator sub klaster gizi
● mengajukan
●
● Berdasarkan kesenjangan obat danpermohonan
Berdasarkan
Berdasarkan kesenjangan pengadaan
obat dan
pebekalan kesehatan,
kesenjangan obat dan alat dan bahan
pebekalan
koordinator
pebekalan yang dibutuhkan
kesehatan, koordinator
sub klaster
kesehatan, gizi
mengajukan permohonan pengadaan alat dan bahan yang koordinator
untuk
sub diajukan
sub klaster
klaster
dibutuhkan untuk
gizi
gizi
diajukan
mengajukan
mengajukan permohonan permohonan
pengadaan
mengajukan pengadaan
alat dan bahan
permohonan alat
alat dan
dan bahan
yang dibutuhkan
pengadaan untukyang
bahan dibutuhkan
dibutuhkan untuk
diajukan
yang untuk diajukan
diajukan
Pedoman Pelaksanaan Respon Giizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Pedoman Pelaksanaan Respon Giizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
11.2 Penyediaan Obat Dan Perbekalan Kesehatan Terkait
Gizi Yang Dibutuhkan
• Berdasarkan kesenjangan obat dan perbekalan kesehatan,
koordinator sub klaster gizi mengajukan permohonan
pengadaan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk diajukan
secara berjenjang melalui Dinkes/Kemenkes mengacu
pada Pedoman Pengelolaan Obat dan Perbekalan
Kesehatan Pada Penanggulangan Bencana Kemenkes
2011.
• Persyaratan pendistribusian obat dan perbekalan
kesehatan adalah adanya permintaan dari daerah bencana.
Apabila obat dan perbekalan kesehatan yang diperlukan
tidak tersedia di wilayah yang mengalami bencana maka
diusahakan dari Kemenkes atau Dinkes provinsi terdekat.
Provinsi/kabupaten kota terdekat wajib membantu daerah
tetangga yang terkena bencana.
• Persyaratan obat dan perbekalan kesehatan antara lain
terdiri dari:
- Jenis alat dan bahan sesuai kebutuhan
- Dosis sesuai dengan kondisi di Indonesia/biasa
digunakan (pastikan melalui koordinasi dengan
koordinator sub klaster gizi)
- Berasal dari/dibuat oleh sumber yang jelas
- Waktu kadaluarsa sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun
pada saat diterima
- Penandaan/label dan kemasan yang lazim dikenakan
di Indonesia
• Pemenuhan kesenjangan obat dan perbekalan kesehatan
juga dapat dilakukan dengan melakukan mobilisasi
140 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Kemenkes
Dinkes
Provinsi
Dinas
Kesehatan
Kab/Kota
posko Pustu
kes
Bagan 16. Alur permintaan dan pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan saat
terjadi bencana.
Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 59 Tahun 2011 Tentang
Pedoman Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Pada Penanggulangan Bencana.
142 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
organisasi di atasnya dan sebagai bahan evaluasi.
• Pelaporan obat dan perbekalan kesehatan dilakukan
dengan menggunakan formulir-formulir yang tertera pada
Bagan 17 (formulir-formulir tersedia pada lampiran 11.3)
Formulir 08
Dinkes Provinsi
Formulir 07
Dinas Kesehatan
Kab/Kota
Formulir 06
Formulir 02
Bagan 17. Alur pelaporan obat dan perbekalan kesehatan pada tahap tanggap darurat.
Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 59 Tahun 2011 Tentang
Pedoman Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Pada Penanggulangan Bencana.
144 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Klaster Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana. Jakarta
2015.
LAMPIRAN 147
Lampiran 2.1. Contoh Agenda Pertemuan
Koordinasi Sub Klaster Gizi
Agenda Pertemuan Sub Klaster Gizi
Hari/Tanggal :
Waktu/Tempat :
No Waktu Agenda
Pembukaan
a. Sambutan
b. Perkenalan
Paparan dari Koordinator Sub Klaster Gizi
a. Analisa Situasi
b. Prioritas Respon
Pembahasan, Kendala/Kesenjangan, Solusi
(Berdasarkan RTL dari pertemuan sebelumnya)
a. Komponen PMBA
b. Komponen Pencegahan dan Penanganan Gizi
Kurang dan Gizi Buruk
c. Komponen Penanganan Suplementasi Gizi
d. Logistik
e. Manajemen Informasi
f. Isu-isu lintas sektor
g. Tanya jawab
Agenda Lainnya (Tematik berdasarkan siklus
kerangka kerja penanganan gizi)
a. Perencanaan Operasi
b. Pelaksanaan Kajian
c. Analisa/diseminasi hasil kajian
d. Transisi darurat (exit strategi)
148 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Lampiran 2.2. Formulir Catatan Pertemuan Sub
Klaster Gizi
Waktu: Notulensi Rapat
Tempat: Sub Klaster Gizi [#Rapat]
Moderator: [Bencana]
Notulen:
Juru Bahasa
Isyarat: [Tanggal]
Jumlah Peserta:
Agenda
Rencana tindak
lanjut
Materi Referensi & (tautan ke folder google drive atau
Data 3W dapat di shared file lainnya)
akses di
Narahubung Sub
Klaster Gizi
A. Pembukaan:
[………….]
B. Pembahasan
Agenda 1:
[………….]
Komentar/Pertanyaan/Arahan:
[………….]
Agenda 2:
[………….]
Komentar/Pertanyaan/Arahan:
[………….]
C. Penutupan
[………….]
***
LAMPIRAN 149
Lampiran 2.3. Contoh Kerangka Acuan Pokja
Penanganan Gizi
Kerangka Acuan
Kelompok Kerja Pemberian Makan Anak
dan Bayi (Pokja-PMBA)
Indonesia
I. Latar Belakang
150 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
yang bergizi maupun mendapatkan pelayanan gizi
penting, termasuk deteksi dini dan penanganan anak gizi
kurang.
LAMPIRAN 151
yang dihadapi. Kehilangan pendapatan rumah tangga
meningkatkan risiko lonjakan gizi kurang dan kekurangan
gizi mikro di antara anak-anak.
152 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
II. Dasar Pembentukan Pokja PMBA
LAMPIRAN 153
IV. Modalitas Kerja
V. Keanggotaan
1. Pimpinan: Kemenkes
2. Pemimpin Dukungan/Co-Chair: UNICEF
3. Anggota:
a. Organisasi PBB: UNICEF, WHO
b. LSM: AIMI, HKI, YSTC, WVI, DD, NI, PREDIKT,
GIM, KidzSmile, BSM Umat, Selasi
c. Sektor Pemerintahan terkait: Ketahanan
Pangan (Kementan, Kementerian Kelautan
dan Perikanan), Pengelolaan Camp
(Kemensos dan Kementerian PUPR).
d. Lembaga donor dan professional perorangan.
154 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Lampiran 2.4. Daftar Perlengkapan Personil dan
Alat Pelindung Diri (APD) Penugasan TGC Gizi ke
lokasi bencana.
Perorangan:
1. Rompi TGC
2. Jaket Hujan
3. Senter & baterai
4. Sleeping Bag
5. Tenda
6. Masker N-95
7. Sepatu lapangan
8. Lotion anti nyamuk
9. Kelambu
10. Tablet penjernih air/alat penjernih air portable
11. Makanan minuman secukupnya
12. Laptop
Tim:
1. Alat komunikasi berbasis satelit
2. Alat Tulis Kantor
3. Generator/daya listrik
4. Proyektor
LAMPIRAN 155
Lampiran 2.5. Format laporan situasi harian TGC
LAPORAN SITUASI
Sub Klaster Gizi
Nomor:
Tanggal:
Kontak person: Nama, no tlp, email
1. Rangkuman
Isu-isu prioritas, kebutuhan mendesak, dukungan yang
diperlukan
2. Koordinasi
Kegiatan yang sudah dilakukan, kendala yang dihadapi
3. Kajian Kebutuhan
Kegiatan yang sudah dilakukan, kendala yang dihadapi
4. Intervensi PMBA
Kegiatan yang sudah dilakukan, kendala yang dihadapi
156 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Lampiran 2.6. Format laporan Akhir TGC
LAPORAN AKHIR
Tim Gerak Cepat Gizi
LAMPIRAN 157
Lampiran 3.1. Formulir Rencana Kajian.
A. Tujuan
B. Metodologi
a. Target Lokasi & Sampling (Purposive
Sampling/Convenient/Random sampling)
b. Perangkat yang Akan Digunakan
C. Pembagian Tugas/Komposisi Tim (pertimbangkan
keseimbangan gender dalam tim)
a. Enumerator
b. Penerjemah Bahasa Lokal
c. Data Analis
d. GIS Analis
e. Logistik
f. Keamanan
D. Timeline: Periode pengumpulan data, Analisa,
penulisan laporan, diseminasi)
E. Sumberdaya yang dibutuhkan, antara lain:
a. Transportasi
b. Akomodasi
c. Makanan dan minuman
d. Peralatan: GPS, Smartphone/Tablet,
kamera, dsb.
e. Alat komunikasi satelit
f. Radio HT & frekwensi
g. Alat P3K
158 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Lampiran 3.2. Formulir RHA Gizi
LAMPIRAN 159
160 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Lampiran 3.3 Formulir Pelaporan RHA
LAMPIRAN 161
162 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
LAMPIRAN 163
Lampiran 3.4. Perangkat Kajian Multi Sektor - Gizi
164 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
LAMPIRAN 165
Laki-laki:_______ Perempuan:__________
Laki-laki:_______ Perempuan:__________
Laki-laki:_______ Perempuan:__________
166 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Lampiran 3.5 Perangkat Survey PMBA
LAMPIRAN 167
168 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
LAMPIRAN 169
170 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
LAMPIRAN 171
172 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
LAMPIRAN 173
174 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
LAMPIRAN 175
Lampiran 3.6. Formulir Laporan Survei Gizi
Tujuan
Survei
Waktu dan
Lokasi
Pelaksanaan
2. Temuan
3. Kebutuhan Mendesak
176 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
4. Pertimbangan Operasional (akses,
komunikasi, ketersediaan listrik,
transportasi, kondisi pasar, keamanan)
5. Rekomendasi
***
LAMPIRAN 177
Lampiran 4.1. Rencana Response Gizi
A. Tujuan Perencanaan
B. Analisis Situasi
• Status gizi sebelum bencana
• Status gizi setelah bencana
• Akses terhadap layanan kesehatan
• Akses terhadap layanan umum
178 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
D. Kondisi populasi yang membutuhkan intervensi
Gizi (Kelompok Sasaran):
• Kelompok Sasaran:
• Target Sasaran Sub Klaster Gizi:
LAMPIRAN 179
G. Sumberdaya yang dibutuhkan
H. Rencana Exit
• Mekanisme koordinasi
• Kegiatan transisi
• Sumber daya yang dibutuhkan pada masa
transisi
I. Estimasi Anggaran
***
180 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Lampiran 5.1. Contoh Surat Edaran Kebijakan
Pemberian Susu Formula Pada Bayi dan Anak
Korban Bencana
LAMPIRAN 181
182 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
LAMPIRAN 183
184 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Lampiran 5.3. Poster pemberian Makan bayi dan
anak usia 0-23 bulan di situasi normal dan
bencana
LAMPIRAN 185
Lampiran 5.4. Kebutuhan Gizi, standar porsi dan
Menu dapur PMBA
Standar Porsi Makan Sehari Anak Usia 1-3 Tahun 1125 kkal
menurut Satuan Penukar Bahan Makanan (Kemenkes, 2015)
186 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Standar Porsi Makan Ibu Hamil dan Menyusui 2500
kkal Menurut Satuan Penukar Bahan Makanan
(Kemenkes, 2015)
LAMPIRAN 187
Contoh menu makanan anak usia 1-3 tahun 1125
kkal pada fase tanggap darurat (Kemenkes, 2018)
188 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Lampiran 8.1. Contoh menu berdasarkan standar
minimal kebutuhan gizi pada situasi bencana
LAMPIRAN 189
Standar porsi makanan sehari perempuan lansia
1900 kkal menurut satuan penukar bahan
makanan (Kemenkes, 2015)
190 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Contoh menu makanan perempuan dewasa 2200
kkal pada masa tanggap darurat
LAMPIRAN 191
Contoh menu makanan pria dewasa 2700 kkal
pada masa tanggap darurat
192 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Lampiran 9.1. Tabel Rencana Manajemen
Informasi
No Produk Informasi Sumber Frekuensi Penanggung Diseminasi Status
Data Pembaharuan/ Jawab Kepada
pelaporan
1 Daftar Kontak
2 Peta Sasaran
3 Peta Kesenjangan
4 Informasi 4W
5 ………
LAMPIRAN 193
Lampiran 9.2. Formulir 4W
(Who,What,Where,When)
WHO WHAT
194 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Lampiran 11.1. Rencana Logistik Penanganan Gizi
1. Latar
Belakang
Jalur Masuk:
2. Kesenjangan Airport
dan Kendala Pelabuhan
Logistik Jalur Darat
3. Pergudangan
Ketersediaan
Lokasi
Kapasitas
Contact Person
LAMPIRAN 195
4. Transportasi & BBM
Ketersediaan
Jumlah
Kapasitas
Contact Person
5. Tim Logistik
196 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
6. Alat dan Bahan yang dibutuhkan
No Alat/Bahan Spesifikasi Jumlah Unit Harga Status/Lokasi
yang Barang
dibutuhkan
(lampirkan daftar)
7. Penyimpanan
No Nama Kapastias Lokasi Narahubung Catatan
Gudang/Tempat
(lampirkan daftar)
LAMPIRAN 197
8. Rencana Pengiriman/Distribusi
No Alat/Bahan Spesifikasi Jumlah Unit Penerima Lokasi
yang Tujuan
dibutuhkan
(lampirkan daftar)
9. Mitra/Penyedia Jasa
No Nama Jasa/Produk Harga/ Kapasitas/Ketersediaan Nomor
Vendor/ Unit Kontak
Organisasi
(lampirkan daftar)
***
198 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Lampiran 11.2. Formulir 6,7 & 8 : pelaporan
pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan
LAMPIRAN 199
200 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
LAMPIRAN 201
CATATAN
202 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
CATATAN
CATATAN 203
CATATAN
204 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
CATATAN
CATATAN 205
CATATAN
206 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
CATATAN
CATATAN 207
CATATAN
208 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
CATATAN
CATATAN 209
CATATAN
210 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
CATATAN
CATATAN 211
CATATAN
212 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
TIM PENYUSUN
Pengarah
Dr. Dhian P. Dipo
Penyunting:
Iwan Halwani, SKM, M.Si – Kasubdit Kewaspadaan Gizi
Sri Sukotjo – Nutrition Specialist UNICEF
Yos Malole – Konsultan UNICEF