Anda di halaman 1dari 236

612.

3
Ind
p

Pedoman Pelaksanaan

Respon Gizi pada Masa


Tanggap Darurat
Bencana
©UNICEF/2006/Estey
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
612.3
Ind
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI.
p
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap
Darurat Bencana.—
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2020
ISBN 978-623-301-093-1

1. Judul I. EMERGENCY CARE


II. DISASTER MEDICINE
III. NUTRITIONAL REQUIREMENTS
IV. NUTRITIVE VALUE V. HEALTH MANPOWER
VI.DIET, HEALTHY
VII. DIET, FOOD, AND NUTRITION
Pedoman Pelaksanaan

Respon Gizi pada Masa


Tanggap Darurat
Bencana
©UNICEF/2006/Estey
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan kepada Allah Subhanahuwata’ala
Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya sehingga
“Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap
Darurat Bencana” dapat diselesaikan dengan baik. Penanganan
gizi dalam situasi bencana dan krisis kesehatan berperan penting
untuk mempertahankan status gizi masyarakat dan mencegah
risiko kesakitan dan kematian akibat kekurangan gizi, khususnya
pada kelompok rentan seperti bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui,
kelompok lanjut usia, kelompok disabilitas, dan penderita penyakit
kronik.

Pedoman ini memuat langkah operasional dari setiap kegiatan gizi


pada situasi bencana serta komponen kegiatan pendukungnya.
Komponen inti gizi bencana meliputi intervensi gizi, seperti: PMBA
Bencana, Tata Laksana Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk, serta
Suplementasi Gizi. Sedangkan komponen kegiatan pendukung
yang tercakup dalam pedoman ini meliputi koordinasi, pengkajian
dan analisis kebutuhan gizi, pembuatan rencana respon, komunikasi
risiko dan pelibatan masyarakat serta manajemen informasi serta
kegiatan pendukung lainnya. Pedoman ini disusun sebagai acuan
teknis bagi semua pihak dan institusi yang terlibat dalam respon
gizi bencana, khususnya para pengampu program gizi di tingkat
pusat dan daerah.

Terima kasih Kami ucapkan kepada UNICEF dan mitra sub klaster
gizi serta semua pihak yang telah berkontribusi dan berpartisipasi
aktif dalam penyusunan pedoman ini. Kami berharap semoga
pedoman ini dapat dimanfaatkan dengan baik oleh berbagai pihak
yang terlibat dalam respon gizi bencana.

Jakarta, Oktober 2020


Direktur Gizi Masyarakat,

Dr. Dhian P. Dipo

ii Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN .................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ............................................................ 3
1.2 Tujuan ............................................................................ 4
1.3 Sasaran ......................................................................... 5
1.4 Ruang Lingkup ............................................................ 5
2. KOORDINASI PENANGANAN GIZI ................................ 11
2.1 Aktivasi Mekanisme Koordinasi Penanganan
Gizi.................................................................................. 14
2.2 Pertemuan Koordinasi Sub Klaster Gizi ............... 15
2.3 Pertemuan Koordinasi Kelompok Kerja (Pokja) .. 17
2.4 Penugasan Tim Gerak Cepat (TGC) Gizi ............. 18
2.5 Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor .... 23
3. KAJIAN DAMPAK BENCANA DAN ANALISIS
KEBUTUHAN GIZI .............................................................. 29
3.1 Analisis Data Pra-Bencana Dan Penilaian
Kebutuhan Awal ......................................................... 33
3.2 Rapid Health Assessment (RHA) Gizi ................... 35
3.3 Penapisan Balita dan Ibu hamil .............................. 37
3.4 Kajian Multi Sektor ..................................................... 39
3.5 Survei Cepat Gizi ....................................................... 41
4. PERENCANAAN RESPON GIZI ...................................... 47
4.1 Analisis Situasi ........................................................... 47
4.2 Perencanaan Intervensi PMBA .............................. 49
4.3 Perencanaan Intervensi Pencegahan dan
Penanganan Gizi Kurang dan Gizi Buruk ............ 49
4.4 Perencanaan Intervensi Suplementasi Gizi ........ 50
4.5 Perencanaan Intervensi Dukungan Gizi bagi
Kelompok Rentan Lainnya ...................................... 51
4.6 Identifikasi Kebutuhan Sumber Daya ................... 51

Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana iii
5. INTERVENSI PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN
ANAK .................................................................................... 55
5.1 Mekanisme Pengelolaan Donasi Produk
Pengganti ASI, Botol dan Dot Bayi yang tidak
terkontrol .................................................................... 58
5.2 Penyelenggaraan Dapur Pemberian Makan
Bayi dan Anak (PMBA) .............................................. 64
5.3 Dukungan Konseling Menyusui dan PMBA ........ 66
5.4 Pelaksanaan Orientasi/Pelatihan Konseling
Menyusui/PMBA ......................................................... 68
5.5 Akses terhadap Ruang Ramah Ibu dan Anak
(RRIA) ............................................................................. 69
5.6 Pelaksanaan Koordinasi PMBA ............................... 71
5.7 Pemantauan dan Evaluasi Intervensi PMBA ....... 72
6. PENCEGAHAN DAN PENANGANAN GIZI KURANG
DAN GIZI BURUK ................................................................ 77
6.1 Mengidentifikasi Fasilitas Kesehatan Rujukan ... 79
6.2 Tatalaksana Gizi Kurang ......................................... 79
6.3 Tatalaksana Gizi Buruk Rawat Inap dan Rawat
Jalan .............................................................................. 79
6.4 Memastikan Ketersediaan Obat dan
Perbekalan Kesehatan untuk Tatalaksana
Gizi Kurang dan Gizi Buruk ..................................... 81
6.5 Penugasan Tim Asuhan Gizi (TAG) terlatih ......... 81
6.6 Pelacakan aktif dan deteksi dini kasus
Kekurangan Gizi pada Balita oleh Masyarakat .. 81
6.7 Koordinasi Pencegahan dan Penanganan Gizi
Kurang & Gizi Buruk ................................................. 82
6.8 Pemantauan dan Pelaporan Intervensi
Pencegahan dan Penanganan Gizi Kurang &
Gizi Buruk .................................................................... 83

iv Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


7. SUPLEMENTASI GIZI ........................................................ 87
7.1 Penyediaan Makanan Tambahan (MT) Ibu
Hamil dan Balita ........................................................ 89
7.2 Suplementasi Vitamin A pada Bayi, Balita dan
Ibu Nifas ...................................................................... 90
7.3 Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) bagi
Ibu hamil dan Remaja Putri .................................... 91
7.4 Koordinasi Suplementasi Gizi ............................... 91
7.5 Pemantauan dan Evaluasi Intervensi
Suplementasi Gizi ..................................................... 92
8. DUKUNGAN GIZI PADA KELOMPOK RENTAN
LAINNYA ............................................................................... 97
8.1 Orientasi dan Pendampingan Pemenuhan
Gizi Melalui Dapur Umum ....................................... 99
8.2 Memastikan Asupan Gizi yang Sesuai Bagi
Penderita Penyakit Kronik ...................................... 100
8.3 Pengawasan Bantuan Bahan Makanan dan
Minuman ...................................................................... 101
8.4 Pemantauan dan Evaluasi Dukungan Gizi
pada Kelompok Rentan Lainnya ........................... 102
9. MANAJEMEN INFORMASI DAN SURVEILANS
GIZI ........................................................................................ 107
9.1 Perencanaan Manajemen Informasi dan
surveilans Gizi ........................................................... 110
9.2 Pengumpulan Data .................................................. 110
9.3 Pengolahan dan Penyajian Data .......................... 112
9.4 Analisis dan Pemanfaatan Data ........................... 117
9.5 Penyebaran & Dokumentasi Produk-produk
Informasi .................................................................... 118
10. KOMUNIKASI RISIKO & PELIBATAN
MASYARAKAT ................................................................... 123
10.1 Kaji Cepat Komunikasi Risiko ............................... 124
10.2 Diseminasi Pesan Kunci ......................................... 124
10.3 Pelibatan Masyarakat ............................................. 126

Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana v


11. MANAJEMEN LOGISTIK GIZI ........................................ 131
11.1 Perencanaan Logistik Gizi ..................................... 133
11.2 Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
Terkait Gizi yang Dibutuhkan ................................ 139
11.3 Penyimpanan dan Pendistribusian ...................... 141
11.4 Pencatatan dan Pelaporan .................................... 142
11.5 Pemusnahan Obat dan Perbekalan Kesehatan
Terkait Gizi ................................................................. 143

vi Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kegiatan Lintas Program dan Lintas


Sektor serta Klaster Penanggulangan
Bencana yang Terkait.............................................. 24
Tabel 2. Indikator dan Sumber Data Kajian Dampak
Bencana dan Analisis Kebutuhan GIzi ............... 29
Tabel 3. Keluaran dan Kegiatan Pokok Intervensi
PMBA .......................................................................... 73
Tabel 4. Keluaran dan Indikator Intervensi
Pencegahan dan Penanganan Gizi Kurang
dan Gizi Buruk pada Situasi Bencana ................ 84
Tabel 5. Keluaran dan Indikator Intervensi
Suplementasi Gizi .................................................... 92
Tabel 6. Keluaran dan Indikator Dukungan Gizi
Pada Kelompok Rentan Lainnya ......................... 103
Tabel 7. Obat dan Perbekalan Kesehatan yang
diperlukan untuk Intervensi Penanganan
Gizi .............................................................................. 134

Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana vii
DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Alur Penanganan Gizi Pada Situasi


Bencana..................................................................... 7
Bagan 2. Alur Koordinasi Penanganan Gizi Pada
Situasi Bencana ...................................................... 13
Bagan 3. Alur Kegiatan Kunci Kajian Dampak
Bencana dan Analisis Kebutuhan Gizi .............. 32
Bagan 4. Pelaporan dan Diseminasi Kajian Dampak
Bencana dan Analisis kebutuhan gizi
berdasarkan Alur penyampaian dan
Konfirmasi Awal Kejadian Awal Krisis
Kesehatan ................................................................. 34
Bagan 5. Alur Pembuatan Rencana Respon Gizi .............. 48
Bagan 6. Alur Intervensi PMBA pada Situasi Bencana ... 57
Bagan 7. Alur Intervensi Pencegahan dan
Penanganan Gizi Kurang dan Gizi Buruk
Pada Situasi Bencana ........................................... 78
Bagan 8. Alur Penapisan Balita Gizi Kurang/Gizi Buruk
dan Jenis Layanan yang Diperlukan ................... 80
Bagan 9. Alur Intervensi Suplementasi Gizi Pada
Situasi Bencana ...................................................... 88
Bagan 10. Alur Intervensi Gizi pada Kelompok Rentan
Lainnya ..................................................................... 98
Bagan 11. Posisi Sub Klaster Gizi di dalam Bagan
Sistim Informasi Klaster Kesehatan ................... 108
Bagan 12. Alur Kegiatan Manajemen Informasi dan
Surveilans Gizi Pada Situasi Bencana .............. 109
Bagan 13. Alur Penyampaian Informasi Perkembangan
Penanggulangan Krisis Kesehatan .................... 119
Bagan 14. Alur Komunikasi Risiko dan Pelibatan
Masyarakat .............................................................. 123

viii Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Bagan 15. Alur Manajemen Logistik Gizi .............................. 132
Bagan 16. Alur Permintaan dan Pendistribusian Obat
dan Perbekalan Kesehatan saat Terjadi
Bencana .................................................................... 141
Bagan 17. Alur Pelaporan Obat dan Perbekalan
Kesehatan pada Tahap Tanggap Darurat .......... 143

Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana ix


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Contoh pemetaan sasaran kelompok


rentan ....................................................................... 113
Gambar 2. Contoh pemetaan kesenjangan intervensi .... 114
Gambar 3. Contoh pemetaan 4W (Who, What, Where
and When) ............................................................... 115
Gambar 4. Infografis Kemajuan dan Kesenjangan
Respon Gizi ............................................................... 116

x Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 2.1. Contoh Agenda Pertemuan Koordinasi


Sub Klaster Gizi .............................................. 148
Lampiran 2.2. Formulir Catatan Pertemuan Sub
Klaster Gizi ....................................................... 149
Lampiran 2.3. Contoh Kerangka Acuan POKJA
Penanganan Gizi ............................................ 150
Lampiran 2.4. Daftar Perlengkapan Personil dan Alat
Pelindung Diri (APD) Penugasan TGC
Gizi ke lokasi bencana ................................. 155
Lampiran 2.5. Format laporan situasi harian TGC ........... 156
Lampiran 2.6. Format laporan akhir TGC .......................... 157
Lampiran 3.1. Formulir Rencana Kajian .............................. 158
Lampiran 3.2. Formulir RHA Gizi .......................................... 159
Lampiran 3.3. Formulir Pelaporan RHA ............................ 161
Lampiran 3.4. Perangkat Kajian Multi Sektor - Gizi ......... 164
Lampiran 3.5. Perangkat Survey PMBA ............................. 167
Lampiran 3.6. Formulir Laporan Survei Gizi ...................... 176
Lampiran 4.1. Rencana Response Gizi ............................... 178
Lampiran 5.1. Contoh Surat Edaran Kebijakan
Pemberian Susu Formula Pada Bayi
dan Anak Korban Bencana. ........................ 181
Lampiran 5.2. Perangkat Pelaporan Donasi Produk
Pengganti ASI, Botol dan Dot Bayi ............ 184
Lampiran 5.3. Poster Pemberian Makan Bayi dan Anak
Usia 0-23 Bulan di Situasi Normal dan
Bencana ........................................................... 185
Lampiran 5.4. Kebutuhan Gizi, Standar Porsi dan
Menu Dapur PMBA ........................................ 186
Lampiran 8.1. Contoh Menu Berdasarkan Standar
Minimal Kebutuhan Gizi pada Situasi
Bencana ........................................................... 189
Lampiran 9.1. Tabel Rencana Manajemen Informasi ...... 193

Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana xi


Lampiran 9.2. Formulir 4W (Who,What,Where,When) ..... 194
Lampiran 11.1. Rencana Logistik Penanganan Gizi .......... 195
Lampiran 11.2. Formulir 9 Kartu Stok Pengelolaan
Obat dan Perbekalan Kesehatan .............. 199

xii Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
DAFTAR SINGKATAN

4W : Who What When Where


AIMI : Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia
AKG : Angka Kecukupan Gizi
ASI : Air Susu Ibu
BNPB : Badan Nasional Penanggulangan
Bencana
BPBD : Badan Penanggulangan Bencana
Daerah
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
CSR : Corporate Social Responsibility
Dinkes : Dinas Kesehatan
Dinsos : Dinas Sosial
e-PPGBM : Elektronik - Pencatatan dan Pelaporan
Gizi Berbasis Masyarakat
Fasyankes : Fasilitas Pelayanan Kesehatan
IMD : Inisiasi Menyusu Dini
ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Kemendagri : Kementerian Dalam Negeri
Kemendikbud : Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
Kemenkes : Kementerian kesehatan
Kemenkop UKM : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah
Kementerian PUPR : Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
Kemensos : Kementerian Sosial
Kementan : Kementerian Pertanian
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
LiLA : Lingkar Lengan Atas
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
MPASI : Makanan Pendamping ASI
MT : Makanan Tambahan
PBB : Persatuan Bangsa Bangsa

Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana xiii
Persagi : Persatuan Ahli Gizi Indonesia
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PKK : Pusat Krisis Kesehatan
PMBA : Pemberian Makan Bayi dan Anak
PMK : Peraturan Menteri Kesehatan
Pokja : Kelompok Kerja
Polri : Kepolisian Negara Republik Indonesia
Posko-PDB : Pos Komando Penanganan Darurat
Bencana
RHA : Rapid Health Assessment
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
SDM : Sumber Daya Manusia
SOP : Standard Operating Procedures
SSGBI : Studi Status Gizi Balita Indonesia
TAG : Tim Asuhan Gizi
Tagana : Taruna Siaga Bencana
TFC : Therapeutic Feeding Center
TGC : Tim Gerak Cepat
TNI : Tentara Nasional Indonesia
TTD : Tablet Tambah Darah

xiv Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
DEFINISI OPERASIONAL

1. ASI Ekslusif adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) saja


tanpa tambahan makanan dan atau minuman lainnya
sejak bayi lahir sampai usia 6 bulan, kecuali vitamin dan
obat.
2. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis.
3. Disabilitas adalah gangguan jangka panjang yang
mempengaruhi fungsi seseorang untuk berinteraksi yang
menghalangi partisipasi penuh dan efektif orang tersebut
dalam masyarakat atas dasar kesetaraan dengan orang
lain.
4. Formula 100 (F100) adalah formula makanan cair terbuat
dari susu, gula, minyak dan mineral mix, yang mengandung
100 kkal setiap 100 ml, diberikan kepada balita gizi buruk
pada fase transisi dan rehabilitasi.
5. Formula 75 (F75) adalah formula makanan cair terbuat
dari susu, gula, minyak dan mineral mix, yang mengandung
75 kkal (kilo kalori) setiap 100 ml, diberikan kepada balita
gizi buruk pada fase stabilisasi.
6. Gizi Buruk adalah keadaan gizi balita yang ditandai oleh
satu atau lebih tanda berikut: i) edema, minimal pada
kedua punggung kaki; ii) BB/ PB atau BB/TB kurang dari
- 3 standar deviasi; iii) lingkar lengan atas (LiLA) < 11,5 cm
pada balita usia 6-59 bulan.
7. Gizi Kurang adalah keadaan gizi balita yang ditandai oleh
satu atau lebih tanda berikut: i) BB/PB atau BB/TB berada
pada -3 sampai dengan kurang dari -2 standar deviasi (-3

Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana xv


SD sd <-2 SD); ii) lingkar lengan atas (LiLA) kurang dari 12,5
cm sampai dengan 11,5 cm pada balita usia 6-59 bulan.
8. Google drive adalah penyimpanan daring yang dapat di
akses oleh perorangan maupun kelompok.
9. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses menyusu
yang dimulai segera setelah lahir (dalam 1 jam pertama)
dilakukan dengan cara kontak kulit ke kulit antara bayi
dan ibunya yang berlangsung minimal selama 1 jam.
10. Intervensi gizi sensitif adalah berbagai kegiatan
pembangunan di luar sektor kesehatan yang berdampak
pada kesehatan dan gizi kelompok rentan, misalnya
penyediaan air bersih dan sarana sanitasi, berbagai
program perlindungan sosial/penanggulangan
kemiskinan, dan ketahanan pangan.
11. Keadaan Darurat Bencana adalah suatu keadaan
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan sekelompok orang/masyarakat yang
memerlukan tindakan penanganan segera dan memadai.
12. Kelompok Rentan adalah sekumpulan orang yang lebih
rentan terkena dampak bencana dibandingkan kelompok
lainnya karena kombinasi faktor fisik, sosial, lingkungan
dan politis. Kelompok rentan sesuai UU 24/2007 terdiri
dari: a) bayi, balita dan anak-anak; b) ibu hamil dan
menyusui; c) penyandang cacat (atau orang berkebutuhan
khusus); dan d) orang lanjut usia.
13. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi krisis kesehatan melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna
dan berdaya guna.
14. Klaster Kesehatan adalah kelompok pelaku
penanggulangan krisis kesehatan yang mempunyai
kompetensi di bidang kesehatan yang berkoordinasi,
berkolaborasi, dan integrasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan, yang berasal dari pemerintah

xvi Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
pusat, atau pemerintah daerah, lembaga non pemerintah,
sektor swasta/lembaga usaha dan kelompok masyarakat.
15. Krisis Kesehatan adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa,
korban luka/sakit, pengungsian, dan/atau adanya potensi
bahaya yang berdampak pada kesehatan masyarakat
yang membutuhkan respon cepat di luar kebiasaan
normal dan kapasitas kesehatan tidak memadai.
16. Lingkar lengan Atas (LiLA) digunakan sebagai indikator
untuk gizi buruk yang diperoleh dengan cara mengukur
lingkar lengan atas dengan pita ukur non elastis.
17. Logistik adalah proses perencanaan, implementasi dan
pengendalian penyaluran, penyimpanan dan informasi
barang dan materi secara efisien dan efektif dari titik asal
hingga ke titik penggunaan untuk memenuhi kebutuhan
penerima manfaat.
18. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah
pendekatan terpadu dalam tata laksana balita sakit di
fasilitas kesehatan tingkat pertama terhadap penyakit
pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga,
malnutrisi dan upaya promotif-preventif (imunisasi,
pemberian vitamin A, dan konseling pemberian makan)
yang bertujuan mencegah kematian pada bayi/ balita.
19. Minimum Acceptable Diet adalah gabungan keragaman
makanan, frekuensi makan, dan status menyusui (bayi
yang masih menyusu/mendapatkan ASI).
20. MPASI (Makanan Pendamping ASI) adalah makanan atau
cairan lainnya selain ASI, diberikan ketika bayi memasuki
usia 6 bulan.
21. Pelibatan masyarakat dalam penanganan gizi adalah
proses keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan
pelaksanaan respon gizi pada situasi bencana secara
terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh untuk
memberikan perlindungan kepada masyarakat dari
ancaman risiko gizi akibat bencana dan dampaknya.

Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana xvii
22. Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) adalah praktik
pemberian makanan yang direkomendasikan untuk bayi
dan anak usia 0-23 bulan serta dukungan makanan
bergizi untuk ibu hamil dan menyusui.
23. Pemberian makanan Tambahan (Biskuit) adalah
pemberian makanan tambahan dengan formulasi khusus
dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang diberikan
kepada balita 6-59 bulan dengan kategori kurus, anak
usia sekolah dasar dengan kategori kurus dan ibu hamil
dengan kurang energi kronis.
24. Perbekalan Kesehatan adalah semua bahan dan
peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan.
25. Pitting edema bilateral adalah Pembengkakan yang
disebabkan oleh penimbunan cairan tubuh di bawah kulit
akibat kekurangan protein, yang biasanya terjadi pada
kedua punggung kaki (edema minimal), punggung tangan,
atau bila berat ditemukan di seluruh tubuh (anasarka).
26. Pos Komando Penanganan Darurat Bencana (POSKO-
PDB) adalah institusi yang berfungsi sebagai pusat
komando operasi penanganan darurat bencana yang
merupakan posko utama di dalam Sistem Komando
Penanganan Darurat Bencana, untuk mengoordinasikan,
mengendalikan, memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan penanganan darurat bencana.
27. Rapid Health Assessment (RHA) adalah serangkaian
kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan dan
analisis data dan informasi guna mengukur dampak
kesehatan dan mengidentifikasi kebutuhan masyarakat
terdampak yang memerlukan respon segera.
28. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua
aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat
yang memadai dengan sasaran utama untuk normalisasi
atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan
dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana.

xviii Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
29. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua
prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pasca
bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun
masyarakat dengan sasaran utama pemulihan kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan
ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam
segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah
pasca bencana.
30. Ruang Ramah Ibu dan Anak (RRIA) adalah bangunan
permanen atau tenda khusus yang memenuhi syarat
keamanan, kesehatan dan kebersihan yang dapat
digunakan digunakan oleh ibu untuk menyusui,
beristirahat, makan, dan beraktivitas dengan aman dan
nyaman.
31. Status Keadaan Darurat Bencana adalah keadaan
darurat bencana yang ditetapkan oleh pemerintah atau
pemerintah daerah untuk jangka waktu tertentu atas
dasar rekomendasi badan yang menyelenggarakan
urusan di bidang penanggulangan bencana dimulai sejak
status siaga darurat, tanggap darurat dan transisi darurat
ke pemulihan.
32. Status Siaga Darurat adalah keadaan ketika potensi
ancaman bencana sudah mengarah pada terjadinya
bencana yang ditandai dengan adanya informasi
peningkatan ancaman berdasarkan sistem peringatan
dini yang diberlakukan dan pertimbangan dampak yang
akan terjadi di masyarakat.
33. Status Tanggap Darurat adalah keadaan ketika ancaman
bencana terjadi dan telah mengganggu kehidupan dan
penghidupan sekelompok orang/masyarakat.
34. Status Transisi Darurat ke Pemulihan adalah keadaan
ketika ancaman bencana yang terjadi cenderung
menurun eskalasinya dan/atau telah berakhir, sedangkan
gangguan kehidupan dan penghidupan sekelompok
orang/masyarakat masih tetap berlangsung.

Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana xix
35. Sub Klaster Gizi merupakan bagian dari klaster
kesehatan. Sub Klaster Gizi merupakan kelompok pelaku
penanganan gizi yang mempunyai kompetensi di bidang
gizi yang berkoordinasi, berkolaborasi, dan integrasi
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan gizi masyarakat
yang terdiri dari pemerintah pusat, atau pemerintah
daerah, lembaga non pemerintah, sektor swasta/lembaga
usaha dan kelompok masyarakat.
36. Suplementasi Gizi adalah penambahan makanan atau
zat gizi yang diberikan dalam bentuk makanan tambahan,
tablet tambah darah, kapsul vitamin A atau bubuk tabur
gizi (PMK 51 tahun 2016).
37. Therapeutic Feeding Centre (TFC) adalah tempat
pemulihan/rehabilitasi gizi (di rumah sakit atau puskesmas
rawat inap dengan tim asuhan gizi yaitu dokter, perawat/
bidan dan ahli gizi terlatih) untuk memperbaiki status
gizi balita gizi buruk melalui pemberian makanan khusus
padat gizi selama periode waktu tertentu.
38. Tim Asuhan Gizi (TAG) adalah sekelompok tenaga
profesi di rumah sakit yang terkait dengan pelayanan gizi
pasien berisiko tinggi malnutrisi, terdiri dari dokter/dokter
spesialis, ahli gizi/dietisien, perawat, dan farmasis dari
setiap unit pelayanan, bertugas bersama memberikan
pelayanan paripurna yang bermutu.
39. Situs web adalah sekumpulan halaman web daring yang
dibuat dengan tujuan tertentu dan saling berhubungan
yang disediakan secara perorangan, kelompok atau
organisasi.

xx Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


©UNICEF/ 2020/Ijazah

PENDAHULUAN
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penanganan gizi berperan penting di dalam penanganan
bencana dan krisis kesehatan untuk mempertahankan
status gizi masyarakat dan mencegah risiko kesakitan
dan kematian akibat kekurangan gizi, khususnya pada
kelompok rentan. Pada anak dengan gizi buruk misalnya,
risiko kematian meningkat secara signifikan pada situasi
bencana akibat terbatasnya layanan kesehatan dan
terbatasnya akses terhadap pangan. Masyarakat umum
juga menjadi rentan terhadap masalah gizi apabila dampak
bencana terjadi secara berkepanjangan. Pencegahan dan
penanganan permasalahan gizi yang tidak tepat pada
situasi bencana juga dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan anak, yang berakibat
terhadap terganggunya kemampuan kognitif, serta
dampak-dampak sosial ekonomi yang menyertainya.

Kesiapsiagaan penanganan gizi pada situasi bencana


dan krisis kesehatan merupakan salah satu kunci dalam
upaya pengurangan risiko bencana dan krisis kesehatan.
Letak geografis wilayah Indonesia yang rawan bencana
serta adanya permasalahan-permasalahan gizi menuntut
kesiapan dari setiap pemangku kepentingan untuk dapat
melakukan penanganan gizi yang tepat ketika bencana
terjadi. Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) No 75 tahun
2019 tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan, serta
PMK no 4 tahun 2019 tentang Standar Pelayanan Minimum
bidang Kesehatan telah mengatur bahwa penanggulangan
gizi pada situasi bencana dan krisis kesehatan menjadi

BAB I - PENDAHULUAN 3
tanggung jawab bersama, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah serta masyarakat.

Pada tahun 2018, Kemenkes telah Menyusun Pedoman


Penanganan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana dalam
rangka meningkatkan kesiapsiagaan respon gizi. Pedoman
pelaksanaan ini disusun sebagai turunan dari Pedoman
Penanganan Gizi dalam Penanggulangan Bencana untuk
memberikan panduan terkait langkah-langkah operasional
penanganan gizi pada masa tanggap darurat bagi para
pihak yang terlibat, khususnya para pengampu program
gizi di berbagai tingkatan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Sebagai panduan bagi penanggung jawab program gizi
dan pemangku kepentingan terkait dalam melaksanakan
langkah-langkah operasional pelayanan gizi pada masa
tanggap darurat bencana.

1.2.2 Khusus
Penanggung Jawab program gizi mampu melaksanakan
langkah-langkah operasional penanganan gizi pada situasi
bencana yang terdiri dari:
a. Melaksanakan koordinasi penanganan gizi pada situasi
bencana;
b. Melaksanakan kajian dampak bencana dan analisis
kebutuhan gizi;
c. Membuat rencana respon gizi;

4 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


d. Mengelola kegiatan Pemberian Makan Bayi dan Anak
(PMBA) pada situasi bencana;
e. Mengelola kegiatan pencegahan dan penanggulangan
gizi kurang dan gizi buruk;
f. Mengelola kegiatan suplementasi gizi pada situasi
bencana;
g. Mengelola kegiatan dukungan gizi bagi kelompok
rentan;
h. Melakukan komunikasi risiko dan pelibatan masyarakat;
i. Mengelola informasi dan surveilans gizi; dan
j. Mengelola logistik gizi.

1.3 Sasaran
a. Penanggung jawab program gizi di tingkat pusat dan
daerah
b. Staf gizi dan kesehatan lainnya yang diberi tanggung
jawab untuk mengelola program gizi di lokasi
terdampak
c. Penanggung jawab penanggulangan bencana/krisis
kesehatan di tingkat pusat dan daerah
d. Lintas sektor Kementerian/Lembaga terkait, TNI dan
Polri, Institusi Pendidikan, Organisasi Profesi, LSM
nasional dan internasional, lembaga PBB, Palang
Merah Indonesia.

1.4 Ruang Lingkup


Pedoman pelaksanaan ini merupakan bahan acuan untuk
tenaga kesehatan dan gizi dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan kunci penanganan gizi pada masa keadaan
darurat bencana (lihat Kotak 1).

BAB I - PENDAHULUAN 5
Status keadaan darurat bencana ditetapkan oleh pemerintah pusat
dan pemerintah daerah berdasarkan tingkatannya.
• Status darurat bencana Nasional ditetapkan oleh Presiden
• Status darurat bencana Provinsi ditetapkan oleh Gubernur,
• Status darurat bencana Kabupaten/Kota ditetapkan oleh
Bupati/Walikota

Kotak 1. Penetapan Status Keadaan Darurat Bencana

Pedoman pelaksanaan ini disusun berdasarkan alur


penanganan gizi pada situasi bencana yang terdiri dari
Koordinasi Penanganan Gizi Pada Situasi Bencana, Kajian
Dampak Bencana dan Analisis Kebutuhan Gizi, Pembuatan
Rencana Respon Gizi, Intervensi Pemberian Makan Bayi
Dan Anak (PMBA), Intervensi Pencegahan dan Penanganan
Gizi Kurang dan Gizi Buruk, Intervensi Suplementasi
Gizi, Intervensi Dukungan Gizi pada Kelompok Rentan,
Manajemen Informasi dan Surveilans Gizi, Komunikasi
Risiko dan Pelibatan Masyarakat, dan Manajemen Logistik
Gizi (Bagan 1).

6 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


Bagan 1. Alur Penanganan Gizi Pada Situasi Bencana

BAB I - PENDAHULUAN 7
8 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
©UNICEF/ 2018/ Wilander

KOORDINASI
2. KOORDINASI PENANGANAN GIZI

• Mekanisme koordinasi penanganan gizi bertujuan untuk


menghindari terjadinya tumpang tindih kegiatan di antara
mitra/instansi yang bergerak di dalam penanganan gizi
serta untuk meningkatkan efektivitas respon gizi.
• Koordinasi penanganan gizi dilakukan melalui
mekanisme sub klaster gizi. Sub klaster gizi adalah
bagian dari mekanisme koordinasi klaster kesehatan
dalam penanggulangan bencana dan krisis kesehatan.
Pendekatan klaster adalah pendekatan koordinatif yang
menyatukan semua pihak terkait baik pemerintah maupun
non-pemerintah dalam upaya penanggulangan bencana.
• Mekanisme koordinasi sub klaster gizi juga bertujuan
untuk memastikan agar koordinasi penanganan gizi yang
dilakukan oleh pemerintah dan mitra sesuai dengan
prioritas pemerintah daerah terdampak.
• Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor: 12/Menkes/SK/I/2002 tentang Pedoman
Koordinasi Penanggulangan Bencana di Lapangan, tujuan
dari koordinasi adalah sebagai berikut.
1. Tujuan Umum: Terwujudnya kerja sama berbagai
organisasi untuk menanggapi masalah kesehatan akibat
kedaruratan dan bencana secara harmonis.
2. Tujuan Khusus:
- Mengurangi tumpang tindih dan kesenjangan
dalam pelaksanaan penanggulangan masalah
kesehatan;
- Berkurangnya tumpang tindih dan inefisiensi
bantuan kesehatan;

BAB II - KOORDINASI PENANGANAN GIZI 11


- Terwujudnya optimalisasi upaya penanggulangan
bencana;
- Terwujudnya pembagian peran dan tanggung-
jawab yang jelas dan memadai; dan
- Terwujudnya kesamaan pandangan, rasionalisasi
kebijakan dan standar.
• Kegiatan koordinasi penanganan gizi pada situasi bencana
terdiri dari:
1. Aktivasi mekanisme koordinasi penanganan gizi;
2. Pertemuan koordinasi sub klaster gizi;
3. Pertemuan koordinasi kelompok kerja;
4. Penugasan Tim Gerak Cepat (TGC) gizi; dan
5. Koordinasi lintas program dan lintas sektor.

• Alur kegiatan koordinasi penanganan gizi dapat dilihat


pada Bagan 2 di bawah ini.

12 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


Alur Kegiatan Koordinasi dalam Respon Gizi pada Masa Tanggap Darurat

Bencana/Potensi
Bencana

Koordinasi Lintas Program Aktivasi Mekanisme Penugasan Tim Gerak


dan Lintas Sektor Koordinasi Penanganan Gizi Cepat (TGC) Gizi
Koordinasi dengan sektor/klaster Aktivasi sub klaster gizi Aktivasi TGC Gizi
penanggulangan bencana yang berdasarkan tingkatan bencana
terkait Mobilisasi TGC Gizi
Menentukan Lokasi Sekertariat Dukungan teknis koordinasi
Berpartisipasi dalam pertemuan
Sub Klaster gizi dan pengelolaan kegiatan Demobilisasi
lintas sektor
gizi bencana kepada Dinas
Kesehatan Terdampak Evaluasi

Pertemuan Koordinasi Sub Klaster Gizi Pertemuan Koordinasi Kelompok Kerja


Membentuk kelompok kerja
Persiapan Pertemuan penanganan gizi yang di butuhkan
Pelaksanaan pertemuan
Pelaksanaan pertemuan POKJA
koordinasi
Diseminasi notulensi dan Diseminasi notulensi pertemuan
tindak lanjut dan tindak lanjut

Penanganan Gizi yang


terkoordinir dan efektif

BAB II - KOORDINASI PENANGANAN GIZI


Bagan 2. Alur Koordinasi Penanganan Gizi Pada Situasi Bencana

13
2.1 Aktivasi Mekanisme Koordinasi Penanganan Gizi
2.1.1 Aktivasi sub klaster gizi berdasarkan tingkatan
bencana
• Sub klaster gizi diaktifkan oleh Koordinator Klaster
Kesehatan di masing-masing tingkatan sebagai berikut:
- Pada keadaan darurat bencana tingkat Kabupaten/
Kota, Sub Klaster Gizi diaktifkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
- Pada keadaan darurat bencana tingkat Provinsi, sub
klaster gizi diaktifkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi.
- Pada bencana atau krisis kesehatan tingkat
nasional, sub klaster gizi diaktifkan oleh Pusat Krisis
Kesehatan.
• Koordinator sub klaster gizi adalah penanggung
jawab gizi di Kemenkes dan Dinas Kesehatan Provinsi,
Kabupaten/Kota, yang ditunjuk oleh pejabat yang
berwenang pada masing-masing tingkatan.
• Sub klaster gizi dapat diaktifkan pada setiap tingkatan
pemerintahan untuk memfasilitasi koordinasi vertikal
antara Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasional.
• Setelah sub klaster gizi diaktifkan, koordinator sub
klaster gizi perlu menginformasikan aktivasi sub klaster
gizi kepada para mitra sub klaster gizi di masing-masing
tingkatan.
• Idealnya sub klaster gizi telah dibentuk pada masa
kesiapsiagaan untuk kemudian diaktifkan segera
setelah ada peringatan dini bencana atau krisis
kesehatan.

14 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


2.1.2 Menentukan Lokasi Sekretariat Sub Klaster Gizi
• Sekretariat sub klaster gizi merupakan ruangan
pada bangunan atau tenda yang memenuhi syarat
keamanan yang ditetapkan sebagai pusat koordinasi
dan pertukaran informasi terkait dengan respon gizi.
Idealnya sekretariat sub klaster gizi di wilayah bencana
terletak berdekatan dengan sekretariat klaster
kesehatan.
• Setelah lokasi sekretariat ditetapkan, koordinator
sub klaster gizi di masing-masing tingkatan perlu
menginformasikan lokasi yang menjadi pusat
koordinasi dan pertukaran informasi tersebut kepada
para mitra sub klaster gizi dan klaster kesehatan.

2.2 Pertemuan Koordinasi Sub Klaster Gizi


• Pertemuan koordinasi berfungsi untuk memastikan agar
mitra sub klaster gizi memiliki gambaran yang sama tentang
prioritas respon gizi, serta langkah-langkah operasional
yang perlu dilakukan.
• Pertemuan koordinasi dipimpin oleh koordinator sub
klaster gizi di masing-masing tingkatan dan diikuti oleh
mitra sub klaster gizi.
• Pertemuan koordinasi sub klaster gizi dilaksanakan secara
rutin selama masa tanggap darurat.

2.2.1 Persiapan Pertemuan Koordinasi


• Persiapan pertemuan koordinasi sub klaster gizi terdiri
dari:

BAB II - KOORDINASI PENANGANAN GIZI 15


- Identifikasi mitra sub klaster gizi,
- Menyusun agenda pertemuan, dan
- Menyebarkan undangan pertemuan.

• Contoh agenda pertemuan koordinasi sub klaster gizi


dapat dilihat pada lampiran 2.1.

2.2.2 Pelaksanaan pertemuan koordinasi


• Topik-topik pembahasan pada pertemuan koordinasi
sub klaster gizi, antara lain:
- Identifikasi pelaku penanggulangan bencana di
bidang gizi serta memetakan sumber daya dan
wilayah kerja mitra sub klaster gizi;
- Koordinasi pengkajian cepat dan analisa kebutuhan;
- Penyusunan rencana respon gizi;
- Koordinasi dan kerjasama dengan sektor/sub
klaster/klaster lain yang terkait dengan upaya
pelaksanaan pelayanan gizi;
- Pedoman dan standar yang digunakan;
- Peningkatan kapasitas SDM;
- Pemantauan, evaluasi pelaporan dan pembelajaran;
dan
- Advokasi untuk mendukung respon gizi.
• Memfasilitasi penyusunan rencana tindak lanjut,
termasuk menyepakati jadwal pertemuan berikutnya.
• Memastikan isu-isu terkait anak dan perempuan
penyandang disabilitas dan dukungan untuk kelompok
tersebut dimasukkan ke dalam rencana kerja.

16 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


• Format catatan pertemuan sub klaster gizi dapat dilihat
pada lampiran 2.2.

2.2.3 Diseminasi notulensi pertemuan Sub Klaster Gizi


dan tindak lanjut
• Mendiseminasikan notulensi pertemuan kepada
peserta pertemuan serta mitra terkait.
• Mendokumentasikan notulensi pertemuan di platform
yang disepakati (misalnya: situs web/google drive1) dan
dapat diakses oleh para mitra sub klaster gizi.

2.3 Pertemuan Koordinasi Kelompok Kerja (Pokja)


2.3.1 Membentuk pokja penanganan gizi yang dibutuhkan
• Pokja merupakan mekanisme koordinasi teknis
penanganan gizi di bawah Sub Klaster Gizi.
• Berdasarkan kebutuhan, Pokja dapat dibentuk untuk
setiap komponen intervensi gizi, yaitu Pokja PMBA,
Pokja Pencegahan dan Penanganan Gizi Buruk dan
Pokja Suplementasi Gizi.
• Koordinator Pokja merupakan anggota sub klaster gizi
yang dipilih berdasarkan kesepakatan para pertemuan
sub klaster gizi.
• Contoh Kerangka acuan Pokja Penanganan Gizi dapat
dilihat pada lampiran 2.2.

2.3.2 Pelaksanaan Pertemuan Pokja


• Apabila Pokja penanganan gizi telah dibentuk,
masing-masing koordinator Pokja bertugas untuk
mempersiapkan dan memastikan terlaksananya
1
layanan penyimpanan arsip secara daring

BAB II - KOORDINASI PENANGANAN GIZI 17


pertemuan koordinasi Pokja secara rutin pada masa
status tanggap darurat ditetapkan.

2.3.3 Diseminasi notulensi pertemuan Pokja dan tindak


lanjut
• Koordinator masing-masing Pokja mendiseminasikan
notulensi pertemuan kepada peserta pertemuan serta
melaporkan hasil pertemuan kepada koordinator sub
klaster gizi.
• Mendokumentasikan notulensi pertemuan di platform
yang disepakati (misalnya: Situs Web/google drive) dan
dapat diakses oleh para pelaku/mitra.

2.4 Penugasan Tim Gerak Cepat (TGC) Gizi


• Tim Gerak Cepat (TGC) Gizi merupakan tim yang dibentuk
oleh Kemenkes, Dinkes Provinsi dan Dinkes Kabupaten/
Kota merupakan bagian dari sub klaster gizi yang dapat
dimobilisasi secara cepat guna mendukung upaya
penanganan gizi di wilayah terdampak.
• TGC Gizi bertugas untuk memberikan dukungan teknis/
pendampingan kepada Dinkes terdampak di dalam
mengelola kegiatan penanganan gizi pada situasi bencana,
termasuk dukungan koordinasi maupun intervensi teknis
yang mencakup:
- Kajian Kebutuhan Dampak Bencana dan Analisis
kebutuhan Gizi;
- Intervensi PMBA;
- Intervensi Pencegahan dan Penanganan Gizi Kurang
dan Gizi Buruk;
- Intervensi Suplementasi Gizi;

18 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


- Intervensi gizi bagi kelompok rentan lainnya;
- Pengelolaan Logistik Gizi; dan
- Pengelolaan informasi dan surveilans gizi.
• TGC Gizi dapat dimobilisasi untuk bencana tingkat Provinsi
maupun tingkat Kabupaten/Kota berdasarkan kebutuhan
dan arahan dari Pusat Krisis Kesehatan.
• TGC Gizi dapat dimobilisasi ke lokasi bencana segera
setelah terjadinya bencana atau sejak fase siaga darurat.
• Dinkes Provinsi bertugas untuk memfasilitasi mobilisasi
TGC Gizi pada bencana tingkat Kabupaten/Kota.
• Kemenkes bertugas untuk memfasilitasi mobilisasi TGC
Gizi pada bencana tingkat Provinsi atau Kabupaten.
• Langkah-langkah penugasan tim pendukung terdiri dari:
- Aktivasi TGC Gizi;
- Mobilisasi tim pendukung ke daerah bencana;
- Demobilisasi; dan
- Evaluasi.

TGC Gizi di tingkat provinsi dan kabupaten/kota perlu dibentuk dan


dilatih baik sebagai bagian dari upaya kesiapsiagaan bencana dan
penanggulangan krisis kesehatan.

2.4.1 Aktivasi TGC Gizi


• Tim TGC Gizi diaktifkan pada status siaga darurat
dimana potensi ancaman bencana sudah mengarah
pada terjadinya bencana atau krisis kesehatan. Hal
tersebut ditandai dengan adanya informasi peningkatan
ancaman berdasarkan sistem peringatan dini yang
diberlakukan dan pertimbangan dampak yang akan
terjadi di masyarakat.

BAB II - KOORDINASI PENANGANAN GIZI 19


• Aktivasi TGC gizi mencakup kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
1. Menunjuk koordinator yang bertanggung jawab
untuk memfasilitasi proses mobilisasi TGC Gizi.
Mobilisasi untuk mendukung respon bencana
tingkat provinsi dan tingkat nasional dilakukan
oleh Kemenkes, sedangkan mobilisasi untuk
bencana tingkat Kabupaten/Kota dilakukan oleh
Dinkes Provinsi Berkoordinasi dengan Pusat Krisis
Kesehatan (PKK) untuk merencanakan mobilisasi
tim pendukung.
2. Memilih ketua tim dan komposisi anggota yang
akan dimobilisasi berdasarkan spesialisasi yang
dibutuhkan, serta memberikan pemberitahuan
kepada anggota TGC Gizi yang akan dimobilisasi.
Persyaratan personel TGC gizi antara lain:
- Berbadan sehat;
- Mampu bekerja dengan dukungan dan kondisi
yang serba terbatas;
- Dapat bekerja dengan tenggat waktu;
- Telah mengikuti pelatihan penanganan gizi pada
situasi bencana; dan
- Memiliki latar belakang/pengalaman dalam
menjalankan satu atau lebih fungsi TGC.
3. Menyiapkan kelengkapan administrasi dan logistik
yang diperlukan termasuk prosedur keselamatan
dan keamanan selama periode mobilisasi. Daftar
perlengkapan dan Alat Pelindung Diri (APD) untuk
penugasan TGC gizi ke lokasi bencana dapat dilihat
pada lampiran 2.4.

20 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


2.4.2 Mobilisasi TGC Gizi
• Tahap mobilisasi TGC Gizi terdiri dari kegiatan
penyiapan tim yang telah terpilih untuk dapat sampai
ke daerah bencana yang mencakup:
- Memberikan pengarahan dan memberikan data
pendukung (data status gizi sebelum bencana (lihat
Tabel 2), peta wilayah bencana, narahubung Dinkes
wilayah setempat serta informasi yang relevan
lainnya) kepada tim yang akan ditugaskan; dan
- Memfasilitasi perjalanan/transportasi TGC Gizi ke
daerah bencana.
• Periode penugasan TGC Gizi disesuaikan berdasarkan
kebutuhan dan kesepakatan antara Dinkes terdampak
dan Dinkes Provinsi/Kemenkes.
• Selama masa penugasan, TGC Gizi perlu membuat
laporan situasi harian kepada PKK. Contoh laporan
situasi harian dapat dilihat pada lampiran 2.5.

2.4.3 Demobilisasi
• Prosedur demobilisasi TGC Gizi dilakukan pada
saat pergantian personel/rotasi tim dan atau ketika
penugasan TGC Gizi akan segera berakhir.
• Prosedur demobilisasi bertujuan untuk memastikan
agar serah terima penugasan di antara personel
maupun tim yang baru datang dengan tim yang
akan digantikan dapat berjalan dengan lancar tanpa
mengganggu kegiatan penanganan gizi yang sedang
berjalan.
• Pergantian personel/rotasi TGC Gizi dilakukan apabila
durasi penugasan telah mencapai batas waktu yang

BAB II - KOORDINASI PENANGANAN GIZI 21


ditentukan dan dukungan TGC Gizi masih dirasa perlu.
Koordinator TGC Gizi perlu memastikan berakhirnya
masa penugasan ataupun perpanjangan durasi
penugasan dengan Dinkes Provinsi/Kemenkes.
• Masa berakhirnya penugasan TGC Gizi dilakukan
berdasarkan kesepakatan antara Penanggung
jawab Gizi Dinkes setempat dengan koordinator
TGC Gizi dan Dinkes Provinsi/Kemenkes, dengan
mempertimbangkan:
- Kebutuhan kegiatan penanganan gizi di lapangan.
- Kapasitas pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan
esensial terkait gizi di daerah terdampak.
- Kapasitas koordinasi penanganan gizi di wilayah
terdampak (apakah mekanisme koordinasi
penanganan gizi telah dapat berjalan tanpa
dukungan TGC Gizi).
• Prosedur demobilisasi TGC Gizi mencakup:
- Pelaksanaan evaluasi internal TGC Gizi.
- Melakukan serah terima tugas kepada tim pengganti
(apabila ada)
- Membuat laporan akhir. Format laporan akhir dapat
dilihat pada lampiran 2.6
- Menyerahkan data, laporan, dan produk-produk
informasi yang dihasilkan kepada penanggung
jawab gizi Dinkes terdampak.

2.4.4 Evaluasi
• Evaluasi dilaksanakan setelah penugasan berakhir
untuk meningkatkan efektivitas penugasan TGC Gizi di
masa yang akan datang.

22 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


• Dinkes Provinsi bertugas untuk memfasilitasi evaluasi
penugasan untuk tim TGC gizi di tingkat Kabupaten/kota,
sedangkan Kemenkes bertugas untuk memfasilitasi
evaluasi penugasan TGC Gizi pada respon gizi di
tingkat Provinsi.
• Evaluasi penugasan dapat dilaksanakan secara tatap
muka maupun melalui telekonferensi.

2.5 Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor


• Koordinasi lintas program dan lintas sektor bertujuan untuk
mengoptimalkan intervensi gizi bagi kelompok rentan di
wilayah bencana.
• Termasuk untuk memastikan agar dukungan bagi anak-
anak dan perempuan penyandang disabilitas dapat
diberikan. Misalnya dengan klaster pendidikan, dan
klaster pengungsian dan perlindungan untuk memastikan
agar intervensi gizi di sekolah dan layanan ruang ramah
ibu dan anak memperhatikan dukungan bagi anak-anak
dan perempuan penyandang disabilitas.
2.5.1 Melakukan Koordinasi dengan program dan sektor
yang terkait
• Kegiatan koordinasi lintas program dan lintas sektor
berdasarkan klaster penanggulangan bencana yang
terkait dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

BAB II - KOORDINASI PENANGANAN GIZI 23


Tabel 1. Kegiatan Lintas Program dan Lintas Sektor serta Klaster Penanggulangan Bencana
yang Terkait

Kegiatan Lintas Program dan Lintas Sektor Pada Situasi Bencana berdasarkan
Klaster Komponen Intervensi Gizi
Penanggulangan Pencegahan dan
Bencana yang Pemberian Makan Dukungan Gizi
Penanganan Gizi
terkait1 Bayi dan Anak Suplementasi Gizi Pada kelompok
Kurang dan Gizi
(PMBA) Rentan
Buruk

• Pelaksanaan Rapid Health Assessment Gizi klaster kesehatan


• Penyediaan Air Bersih untuk Dapur PMBA dengan sub klaster Penyehatan
Lingkungan
• Dukungan Psikososial bagi Ibu Hamil dan menyusui dengan sub klaster
kesehatan reproduksi
• Memastikan terlaksananya suplementasi zinc untuk penanganan diare,
Klaster
Kesehatan (PKK pemberian obat cacing bagi balita, dan imunisasi dengan sub klaster
Kemenkes) pelayanan kesehatan
terkait kegiatan • Pengelolaan Donasi Produk Pengganti ASI, serta botol dan dot bayi yang tidak
lintas program terkontrol dengan sub klaster kesehatan reproduksi
• Promosi Kesehatan kepada ibu hamil dan menyusui dengan tim promosi
kesehatan-klaster kesehatan
• Pemenuhan asupan gizi bagi penderita penyakit dengan sub klaster
pelayanan kesehatan
• Pelaksanaan penapisan bersamaan dengan kegiatan imunisasi masal dengan
sub klaster pelayanan kesehatan

Klaster Logistik • Dukungan terkait • Dukungan • Dukungan • Pengawasan


(BNPB & pemantauan Transportasi transportasi dan kualitas
Kemensos)
donasi produk dan Pergudangan donasi
terkait distribusi
logistik bahan pengganti ASI, Pergudangan Obat makanan
makanan serta botol dan dot bayi untuk alat Suplementasi dan
dukungan yang tidak dan bahan Gizi antara lain minuman
operasional terkontrol. terkait Makanan
transportasi dan
pergudangan tatalaksana Tambahan,
gizi kurang vitamin A,
dan gizi Tablet Tambah
buruk Darah.

• Memastikan • Koordinasi • Koordinasi • Memastikan


ketersediaan pelaksanaan terkait ketersediaan
bahan makanan, Penapisan distribusi data
Klaster penyediaan dan Rujukan Makanan kelompok
Perlindungan & peralatan masak
Pengungsian balita Gizi Tambahan dan rentan
dan alat saji,
(Kemensos) Kurang dan Suplementasi • Pemenuhan
untuk
Gizi Buruk di Gizi di gizi
penyelenggaraan
pengungsian. Pengungsian. kelompok
Dapur PMBA.
• Pelacakan rentan
• Pemantauan dan
aktif dan melalui
pelaporan
pengelolaan deteksi dini dapur umum.

Pedoman Implementasi Klaster Kesehatan


1

24 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


donasi produk balita gizi
pengganti ASI, kurang dan
susu formula, gizi buruk
botol dan dot bayi oleh
yang tidak masyarakat di
terkontrol serta pengungsian.
kualitas makanan
dan minuman.
• Memastikan
ketersediaan
Ruang Ramah Ibu
dan Anak di
pengungsian.

Klaster Sarana &


Prasarana
(Kementerian • Penyediaan sarana dan prasarana air bersih bagi kelompok rentan
PUPR)

• Untuk memastikan agar keluarga rentan gizi (gizi kurang/buruk, Ibu


Klaster Ekonomi
(Kementan & hamil/baduta/balita/lansia/disabilitas) mendapatkan dukungan ekonomi melalui
Kemenkop UKM) bantuan langsung tunai dan non-tunai

• Memastikan • Koordinasi
terlaksananya terkait
Klaster distribusi pemberian
Pendidikan
(Kemendikbud) makanan Tablet Tambah
tambahan Darah untuk
untuk anak Remaja Putri
sekolah

Klaster
Pemulihan Dini • Memastikan agar gizi masuk di dalam perencanaan rehabilitasi dan
(Kemendagri & rekonstruksi pemerintah serta meningkatkan keberlangsungan program
BNPB)

2.5.2 Berpartisipasi dalam pertemuan koordinasi lintas


sektor
• Koordinasi lintas sektor pada situasi bencana dilakukan
diantaranya melalui pertemuan koordinasi lintas sektor
atau pertemuan lintas klaster. Pertemuan lintas sektor
atau lintas klaster dipimpin oleh pemerintah daerah/
BPBD di wilayah terdampak.

BAB II - KOORDINASI PENANGANAN GIZI 25


• Pertemuan lintas sektor merupakan wadah untuk
mendapatkan dukungan teknis maupun kebijakan dari
pemerintah daerah maupun sektor terkait, terhadap
permasalahan gizi yang terkait dengan sektor lain.
• Melalui mekanisme klaster kesehatan, koordinator
Sub Klaster gizi dan mitra perlu memastikan agar
permasalahan dan tantangan yang dihadapi di dalam
upaya penanganan gizi dibahas pada pertemuan
koordinasi klaster kesehatan dan pertemuan koordinasi
lintas sektor.

26 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


©UNICEF/2006/Estey

KAJIAN
3. KAJIAN DAMPAK BENCANA DAN ANALISIS
KEBUTUHAN GIZI
• Kajian dampak bencana dan analisis kebutuhan gizi
bertujuan untuk mengidentifikasi dampak bencana
terhadap kelompok sasaran gizi dan kelompok rentan.
Kajian dampak bencana dan analisis kebutuhan gizi
mencakup pengumpulan data jumlah dan lokasi
kelompok rentan, serta dukungan yang diperlukan untuk
penyelamatan jiwa guna mempertahankan status gizi
mereka. Hasil kajian digunakan sebagai dasar penyusunan
rencana respon gizi.
• Kajian dampak bencana dan analisis kebutuhan gizi pada
masa tanggap darurat dilakukan sejak tahap siaga darurat
melalui berbagai rangkaian kegiatan kajian (Bagan 3)
yang terdiri dari Analisis data pra-krisis dan penilaian
kebutuhan awal, Rapid Health Assessment (RHA) Gizi,
Penapisan Balita, Ibu Hamil dan Ibu Menyusui, Kajian
multi sektor, dan Survei Cepat Gizi.
• Daftar indikator dan sumber data kajian dampak bencana
dan analisis kebutuhan gizi dapat dilihat pada Tabel 2 di
Pencegahan
bawah ini.
Komponen
dan
Penanganan Suplementasi
Dukungan Gizi
Sumber Data Pra
Sumber
Intervensi & PMBA Kelompok Data Paska
Gizi Kurang Gizi Bencana
Tabel Data
Sumber 2. Indikator dan Sumber Data Kajian Dampak Bencana
Rentandan Analisis Kebutuhan GIzi
Bencana
dan Gizi
Pencegahan
Buruk:
dan
Komponen Dukungan Gizi Sumber
• Anak usia Penanganan
• Balita Gizi •Suplementasi
Ibu Hamil dan Lansia
• Kelompok Sumber
• BadanData Pra
Pusat • Pendata
Intervensi & PMBA Data Paska
0-5 bulan Gizi Kurang
Buruk Ibu Gizi
Menyusui • Disabilitas Bencana
Statistik an
Sumber Data Rentan Bencana
• Anak usia dan Gizi
• Balita Gizi Berisiko • Penderita • Profil Wilayah Pengung
6-11 bulan, Buruk:
Kurang Kurang Energi penyakit si dan
• Anak usia Kronis populasi
• Anak
12-23usia
bulan • Balita Gizi • Ibu Hamil dan
Balita • Lansia • Badan Pusat • Pendata
terdamp
Kelompok Buruk
• 0-5
Anakbulan
usia • Ibu Menyusui
Remaja putri • Disabilitas Statistik an
ak
Sasaran • Balita Gizi Berisiko • Penderita • Profil Wilayah Pengung
• Anak
24-59usia
bulan
• 6-11 bulan,
Ibu Hamil Kurang Kurang Energi penyakit si dan
•• Anak
Ibu usia Kronis populasi
12-23 bulan
Menyusui • Balita terdamp
Kelompok ak
•• Anak usia
Ibu Baduta • Remaja putri
Sasaran
24-59
(targetbulan
• Ibu Hamil
konseling)
• Ibu
• Menyusui
Cakupan • Cakupan • Cakupan • Jumlah • Elektronik • Survei
• Ibu Baduta
Inisiasi (%) balita Bumil KEK anak Pencatatan Gizi
(target
Menyusu gizi buruk • Cakupan dengan dan
konseling)
Dini BAB III - KAJIAN
• Cakupan Bumil DAMPAK
anemia BENCANA
disabilitasDAN ANALISIS
PelaporanKEBUTUHAN GIZI 29
• Cakupan balita gizi • Cakupan (5-17 Gizi Berbasis
• Cakupan
ASI • Cakupan
kurang Cakupan
• pemberian • Jumlah
tahun) Elektronik
• Masyarakat • Survei
Inisiasi
Eksklusif <6 (%) balita Bumil KEK
Vitamin A • anak
Jumlah Pencatatan
(e-PPGBM) Gizi
Menyusu
bulan gizi buruk Cakupan
• Balita 6-11 dengan
dewasa dan
• Riset
• Anak usia
12-23 bulan • Balita terdamp
Kelompok ak
• Anak usia • Remaja putri
Sasaran
24-59 bulan
• Ibu Hamil
• Ibu
Menyusui
• Ibu Baduta
(target
konseling)

• Cakupan • Cakupan • Cakupan • Jumlah • Elektronik • Survei


Inisiasi (%) balita Bumil KEK anak Pencatatan Gizi
Menyusu gizi buruk • Cakupan dengan dan
Dini • Cakupan Bumil anemia disabilitas Pelaporan
• Cakupan balita gizi • Cakupan (5-17 Gizi Berbasis
ASI kurang pemberian tahun) Masyarakat
Eksklusif <6 Vitamin A • Jumlah (e-PPGBM)
bulan Balita 6-11 dewasa • Riset
• Cakupan bulan dan 12- dengan Kesehatan
menyusui 59 bulan disabilitas Dasar
pada usia 1 • Cakupan (18-59 (Riskesdas)
dan 2 pemberian Tahun) • Studi Status
tahun Tablet • Jumlah Gizi Balita
• Cakupan Tambah lansia Indonesia
Indikator pemberian Darah pada dengan (SSGBI)
Status asupan Remaja Putri disabilitas • Data Dinkes/
Gizi/status makanan • Cakupan (> 60) Puskesmas
kerentanan yang tepat pemberian • Jumlah setempat
disabilitas dan bagi anak Tablet penderita
penyakit usia 6-23 Tambah penyakit
(cakupan %) bulan Darah Ibu
(cakupan hamil
Minimum • Cakupan
Acceptable pemberian
Diet) Makanan
Tambahan Ibu
Hamil KEK
• Cakupan
pemberian
Makanan
Tambahan
Balita
• Cakupan
pemberian
Zinc dan obat
cacing.

• Anak usia • Balita Gizi • Ibu Hamil dan • Lansia, • Indeks Risiko • RHA
0-23 bulan Buruk Ibu Menyusui • disabilitas bencana • Kajian
• Ibu Hamil • Balita Gizi Berisiko • penderita Indonesia Multi
• Ibu kurang Kurang Energi penyakit (IRBI), Peta Sektor
Jumlah dan Menyusui Kronis Risiko • Pendata
Sebaran • Ibu Baduta • Balita 0-5 • Rencana an
Sasaran bulan, 6-23 Kontinjensi Pengung
bulan, 24-59 • Data Dinkes/ si dan
bulan, dan Puskesmas populasi
balita Gizi setempat terdamp
Kurang per ak
wilayah

Status • Kapasitas Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan • Profil • RHA


Pelayanan • Ketersediaan Therapeutic Feeding Centre (TFC) Kesehatan • Kajian
Kesehatan • Ketersediaan Tim Asuhan Gizi (TAG) terlatih daerah Multi
(fasilitas, • Ketersediaan Konselor PMBA dan Menyusui • Dinkes/ Sektor
SDM) • Kecukupan alat, bahan dan obat Puskesmas
• Ketersediaan sarana air bersih dan sanitasi di fasilitas kesehatan Setempat

• Status kerawanan pangan, ketersediaan pangan domestik dan daya • Indeks • Kajian
beli masyarakat Ketahanan Multi
dan Sektor
Kerawanan • Kajian
Pangan mata
Akses
(Kementan) penca-
Terhadap
• Survey Sosial harian
Makanan
Ekonomi dan
Bergizi
Nasional ketahan
(Susenas), an
pangan
30 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana atau
survei
pasar

• Ketersediaan sumber air bersih, transportasi, logistik, listrik, • Profil wilayah • Kajian
setempat Multi
Kurang per ak
wilayah

Status • Kapasitas Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan • Profil • RHA


Pelayanan • Ketersediaan Therapeutic Feeding Centre (TFC) Kesehatan • Kajian
Kesehatan • Ketersediaan Tim Asuhan Gizi (TAG) terlatih daerah Multi
(fasilitas, • Ketersediaan Konselor PMBA dan Menyusui • Dinkes/ Sektor
SDM) • Kecukupan alat, bahan dan obat Puskesmas
• Ketersediaan sarana air bersih dan sanitasi di fasilitas kesehatan Setempat

• Status kerawanan pangan, ketersediaan pangan domestik dan daya • Indeks • Kajian
beli masyarakat Ketahanan Multi
dan Sektor
Kerawanan • Kajian
Pangan mata
Akses
(Kementan) penca-
Terhadap
• Survey Sosial harian
Makanan
Ekonomi dan
Bergizi
Nasional ketahan
(Susenas), an
pangan
atau
survei
pasar

• Ketersediaan sumber air bersih, transportasi, logistik, listrik, • Profil wilayah • Kajian
telekomunikasi, serta layanan umum lainnya setempat Multi
Sektor
• Laporan
situasi
pemerin
tah
daerah
Status • Kajian
Layanan Dasar sektor
spesifik
(kajian
air
bersih,
kajian
kapasi-
tas
logisitik
dsb)

Prinsip-prinsip pelaksanaan kajian:

I. Perlu diingat agar data yang dikumpulkan


dipilah minimal berdasarkan jenis kelamin dan
usia: 0-5 bulan, 6-11 bulan, 12-23 bulan, 24-59
bulan dan proporsi ibu hamil dan menyusui.
Pemilahan data berdasarkan kerentanan untuk
mengidentifikasi jumlah dan jenis disabilitas,
serta jumlah lansia juga perlu untuk dilakukan.
II. Kajian dampak dan analisis kebutuhan gizi
perlu dilakukan secara terkoordinir untuk
menghindari duplikasi serta memperluas
jangkauan pelaksanaan kajian

Kotak 3. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Kajian

BAB III - KAJIAN DAMPAK BENCANA DAN ANALISIS KEBUTUHAN GIZI 31


32
Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana

Kegiatan Kunci Kajian Dampak Bencana dan Analisis Kebutuhan Gizi


Analisis data pra-bencana
RHA Gizi Penapisan Balita, Kajian multi sektor Survei Gizi
dan penilaian kebutuhan
Ibu Hamil & Ibu Menyusui
awal

Perencanaan Penapisan Memastikan agar indikator Perencanaan kajian


Pengumpulan dan analisa terkait gizi di dalam
Perencanaan kajian perangkat kajian multi
data
Pelaksanaan dan sektor Pemantauan kemajuan
Pelaporan pelaksanaan survei
Pelaporan dan diseminasi Pengumpulan dan analisis keterlibatan dalam
hasil kajian data pengumpulan data
Pelaporan dan diseminasi
Pelaporan dan diseminasi
hasil kajian Analisis data dan
Pelaporan

Bencana

Siaga
1-3 hari 1-3 hari 3-7 hari 7-14 hari
Darurat/Segera
setelah bencana setelah bencana setelah bencana setelah bencana
setelah bencana

Dilaksanakan pada Dilaksanakan segera Dilaksanakan segera dapat dilakukan kembali Dilaksanakan setelah
fase siaga darurat/segera setelah bencana (fase setelah bencana (fase secara berkala pada fase kondisi mulai normal atau
setelah terjadi bencana tanggap darurat) tanggap darurat) transisi darurat pada fase transisi darurat

Sumber data pra krisis:


PSG, RISKESDAS, EPPGBM, Dikoordinir oleh
BPS, Hasil RIset, Rencana pemerintah/Pemerintah
Kontinjensi, Indeks daerah atau BNPB/BPBD
Kerawanan Pangan, Index
Risiko Bencana, dll

Bagan 3. Alur Kegiatan Kunci Kajian Dampak Bencana dan Analisis Kebutuhan Gizi
3.1 Analisis Data Pra-Bencana Dan Penilaian Kebutuhan
Awal
• Analisis data pra-bencana dan penilaian kebutuhan awal
dilakukan pada fase siaga darurat dengan menggunakan
informasi pra-bencana (data sekunder), untuk melakukan
estimasi dampak bencana dan kebutuhan terhadap
sasaran gizi.
• Analisis data pra-bencana dan penilaian kebutuhan awal
bertujuan untuk sedini mungkin menyiapkan rencana
intervensi serta mengidentikasi sumberdaya yang
diperlukan untuk penanganan gizi berdasarkan estimasi
dampak bencana terhadap pelayanan gizi di daerah
terdampak.

3.1.1 Pengumpulan dan analisis data


• Analisis data pra-bencana dilakukan dengan melakukan
estimasi jumlah dan sebaran kelompok sasaran, status
layanan kesehatan, status gizi pada wilayah terdampak,
akses terhadap makanan bergizi dan akses terhadap
layanan dasar.
• Sumber data yang dapat digunakan antara lain:
Elektronik - Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis
Masyarakat (e-PPGBM), Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas), Studi Status Gizi Balita Indonesia
(SSGBI), Data Dinkes/Puskesmas setempat, Badan
Pusat Statistik, Profil Wilayah, Indeks Risiko bencana
Indonesia (IRBI), Peta Risiko, Rencana Kontinjensi (lihat
Tabel 2).

BAB III - KAJIAN DAMPAK BENCANA DAN ANALISIS KEBUTUHAN GIZI 33


3.1.2 Pelaporan dan diseminasi hasil
• Pelaporan dan diseminasi hasil analisis data pra-
krisis dilakukan secara berjenjang mengikuti alur
penyampaian dan konfirmasi informasi awal kejadian
krisis kesehatan (Bagan 4).
• Selain dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan
pada masing-masing tingkatan wilayah, hasil analisis
perlu dibahas bersama dengan mitra pelaku gizi untuk
dapat merencanakan dan menyiapkan intervensi yang
diperlukan secara terintegrasi dan terkoordinir.

Bagan 4. Pelaporan dan Diseminasi Kajian Dampak Bencana dan Analisis kebutuhan
gizi berdasarkan Alur penyampaian dan Konfirmasi Awal Kejadian Awal Krisis Kesehatan.
Sumber: PMK no 75 Tahun 2019 tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan

34 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


3.2 Rapid Health Assessment (RHA) Gizi
• RHA gizi merupakan bagian dari RHA yang dilaksanakan
oleh klaster kesehatan yang bertujuan untuk mengukur
dampak bencana terhadap sektor kesehatan serta
mengidentifikasi kebutuhan prioritas penduduk terdampak
yang memerlukan respon cepat.
• RHA gizi bertujuan untuk memberikan gambaran awal
tentang dampak bencana terhadap kelompok sasaran gizi,
jumlah sasaran gizi yang terdampak, serta sebarannya.
• Penanggung jawab gizi/koordinator sub klaster gizi
bertugas untuk membentuk Tim RHA Gizi yang akan
terlibat dalam pelaksanaan RHA.

3.2.1 Perencanaan kajian.


• Langkah-langkah pembuatan rencana kajian terdiri
dari: Penentuan tujuan dan cakupan kajian, metode
dan perangkat yang akan digunakan, penentuan target
lokasi, pembagian tugas, penentuan rentang waktu
dan sumber daya yang diperlukan. Format rencana
kajian dapat dilihat pada lampiran 3.1.
• Untuk memastikan agar pelaksanaan dilakukan secara
terkoordinir, perencanaan RHA Gizi perlu dilakukan
dengan melibatkan mitra sub klaster gizi.

3.2.2 Pengumpulan dan analisis data


• Pengumpulan data dilakukan melalui pengumpulan
data sekunder dan data primer.
• Data sekunder diperoleh dari sumber-sumber informasi
yang sudah ada termasuk laporan data status gizi dari

BAB III - KAJIAN DAMPAK BENCANA DAN ANALISIS KEBUTUHAN GIZI 35


Dinas Kesehatan, e-PPGBM, media, Posko PDB daerah
terdampak dan sebagainya.
• Data primer dikumpulkan melalui kunjungan daerah
terdampak, wawancara dengan informan kunci seperti
pejabat, tokoh masyarakat, petugas kesehatan, petugas
organisasi lokal dan internasional, serta masyarakat di
daerah bencana.
• Data yang dikumpulkan dalam kajian dan surveilans
gizi perlu dipilah menurut jenis kelamin, usia dan
disabilitas.
• RHA dilakukan pada lokasi-lokasi berikut:
- Lokasi bencana dimana masyarakat terkena
dampak secara langsung
- Lokasi pengungsian
- Fasilitas kesehatan
- Daerah sekitar lokasi bencana utamanya yang
memiliki sumberdaya yang dapat membantu.
• Perangkat RHA Gizi dapat dilihat pada lampiran 3.2.
• Daftar data dan indikator yang perlu dikumpulkan
dapat dilihat pada Tabel 2.
• Analisa data dalam pelaksanaan RHA bertujuan untuk
mengidentifikasi kebutuhan mendesak, kelompok
rentan gizi, akses dan fasilitas umum, serta kesenjangan
informasi yang perlu dikaji lebih lanjut.
• Analisa data perlu dilakukan secara bersama-sama
dengan tim yang terlibat dalam pengumpulan data dan
mitra sub klaster gizi untuk menghasilkan rekomendasi.

36 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


3.2.3 Diseminasi Hasil Kajian.
• Laporan RHA gizi mencakup penyusunan rekomendasi
sebagai dasar penyusunan rencana respon gizi.
• Formulir laporan RHA Gizi tersedia pada lampiran 3.3.
• Pelaporan dan diseminasi hasil RHA Gizi krisis dilakukan
secara berjenjang mengikuti alur penyampaian dan
konfirmasi informasi awal kejadian krisis kesehatan
(Bagan 4).
• Hasil RHA gizi juga dibagikan kepada mitra sub
klaster gizi dan sektor terkait, baik melalui laporan
rutin, elektronik, maupun dibahas pada pertemuan-
pertemuan yang relevan termasuk pada pertemuan
sub klaster gizi, klaster kesehatan dan pertemuan antar
klaster.
• Hasil kajian perlu disimpan pada wadah informasi yang
disepakati dan dapat diakses oleh mitra sub klaster gizi
(misalnya Situs Web, google drive, dan lain sebagainya).

3.3 Penapisan Balita dan Ibu hamil.


• Penapisan dilaksanakan melalui pengumpulan data
antropometri, dengan menggunakan pita LiLA dan alat
antropometri lainnya pada sasaran kelompok rentan.
• Penapisan pada balita berusia 6-59 bulan dan ibu hamil
dilakukan dengan menggunakan pita Lingkar Lengan Atas
(LiLA).
• Penapisan pada bayi 0-5 bulan menggunakan pengukuran
berat badan dan panjang badan, atau menggunakan
pitting edema bilateral.
• Balita yang teridentifikasi mengalami masalah gizi harus

BAB III - KAJIAN DAMPAK BENCANA DAN ANALISIS KEBUTUHAN GIZI 37


dikonfirmasi dengan pengukuran berat badan dan tinggi
badan.
• Penapisan perlu dilaksanakan segera setelah bencana
untuk mengidentifikasi jumlah dan sebaran balita gizi
kurang dan gizi buruk sehingga dapat segera ditangani
mengingat tingginya risiko kesakitan dan kematian pada
balita gizi kurang dan gizi buruk pada situasi bencana.

3.3.1 Perencanaan penapisan


• Untuk merencanakan pelaksanaan penapisan, maka
lokasi daerah terdampak dan lokasi -lokasi pengungsian
perlu diidentifikasi terlebih dahulu. Identifikasi lokasi
pengungsian dapat dilaksanakan melalui kunjungan
lapangan atau melalui daftar lokasi pengungsian yang
dimiliki oleh pemerintah daerah, BPBD atau klaster
perlindungan dan pengungsian.
• Penanggung jawab gizi di masing-masing wilayah
perlu memeriksa ketersediaan pita LiLA antropometri
kit. Apabila jumlah yang tersedia tidak mencukupi
untuk dapat melaksanakan penapisan secara cepat,
maka penanggung jawab program gizi perlu segera
menginformasikan kebutuhan kepada Dinkes/
Kemenkes secara berjenjang.
• Dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) pelaksana
penapisan antara lain dapat diperoleh dari koordinator
relawan Posko PDB yang dikelola oleh BNPB/BPBD,
atau melalui dukungan mitra sub klaster gizi dan
relawan.
• Perlu dipastikan agar SDM yang akan terlibat telah
dilatih untuk melaksanakan penapisan.

38 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


3.3.2 Pelaksanaan dan Pelaporan Hasil Penapisan
• Pelaksanaan penapisan dilakukan berdasarkan
petunjuk teknis pelaksanaan penapisan dan surveilans
gizi.
• Balita gizi kurang dan gizi buruk yang ditemukan segera
dirujuk ke fasilitas kesehatan yang ditentukan.
• Koordinator sub klaster gizi perlu melaporkan data-
data terkait kepada koordinator klaster kesehatan.
Data-data yang perlu dilaporkan antara lain:
1. Jumlah Balita yang diskrining
2. Jumlah Balita Gizi Kurang dan Jumlah Balita Gizi
Buruk
3. Jumlah Balita Gizi Kurang dan Jumlah Balita Gizi
Buruk yang telah dirujuk
4. Jumlah Ibu Hamil KEK
5. Jumlah Ibu Hamil KEK yang telah dirujuk

3.4 Kajian Multi Sektor


• Kajian multi sektor bertujuan untuk mendapatkan gambaran
situasi umum tentang dampak bencana terhadap berbagai
sektor penanggulangan bencana.
• Kajian multi sektor dilakukan secara terpadu oleh
perwakilan dari berbagai sektor/klaster penanggulangan
bencana yang dikoordinir oleh BNPB/pemerintah daerah/
BPBD (tergantung skala bencana).
• Kajian multi sektor merupakan kajian lanjutan dari
pelaksanaan RHA dan dilaksanakan segera setelah situasi
memungkinkan, idealnya pada minggu pertama kejadian
bencana (hari ke 3-7 setelah bencana).

BAB III - KAJIAN DAMPAK BENCANA DAN ANALISIS KEBUTUHAN GIZI 39


3.4.1 Memastikan indikator kajian gizi di dalam perangkat
kajian multi sektor
• Untuk memastikan agar sektor gizi dapat terwakili
didalam kajian multi sektor, langkah-langkah berikut
perlu dilakukan:
a. Berkoordinasi dengan pemerintah daerah/BPBD/
BNPB (koordinator kajian multi sektor) untuk dapat
dilibatkan dalam perencanaan kajian multi sektor.
b. Mengirimkan perangkat kajian gizi kepada
koordinator pelaksana kajian multi sektor. Perangkat
kajian gizi yang perlu dimasukan di dalam kajian
multi sektor dapat dilihat pada lampiran 3.4.

3.4.2 Terlibat di dalam pengumpulan data


• Berdasarkan tingkatan status kedaruratan (Kabupaten/
Kota, Provinsi atau Nasional), penanggung jawab gizi/
koordinator sub klaster gizi pada tingkatan tersebut
menugaskan SDM yang terlatih dalam kajian gizi untuk
dapat mendukung proses pelaksanaan kajian multi
sektor.
• SDM yang terlibat berperan dalam memberikan
dukungan teknis dari aspek penanganan masalah gizi
di dalam perencanaan, pelaksanaan, analisa data dan
pelaporan kajian multi sektor.
• Apabila SDM yang tersedia tidak mencukupi, maka
penanggung jawab gizi di wilayah terdampak dapat
mengajukan dukungan SDM secara berjenjang kepada
Dinkes/Kemenkes serta dukungan dari mitra sub
klaster gizi.

40 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


3.4.3 Analisis data dan pelaporan
• Berdasarkan tingkatan status kedaruratan, penanggung
jawab gizi pada tingkatan tersebut memastikan agar
perwakilan dapat terlibat di dalam proses analisa data
dan pelaporan untuk memastikan agar prioritas sektor
gizi telah diakomodir di dalam laporan kajian.

3.5 Survei Cepat Gizi


• Survei cepat gizi dilakukan pada saat kondisi sudah mulai
stabil memasuki fase transisi darurat ke pemulihan (paling
cepat dalam 7-14 hari setelah bencana).
• Survei cepat gizi bertujuan untuk mendapatkan informasi
yang relevan sebagai dasar intervensi penanganan gizi
pada masa transisi ke pemulihan serta rencana intervensi
paska bencana (rehabilitasi dan rekonstruksi).
• Survei cepat gizi juga dilakukan untuk melihat dampak
bencana terhadap status gizi masyarakat yang terdampak.
• Contoh perangkat survei gizi komponen intervensi PMBA
dapat dilihat pada lampiran 3.5.

3.5.1 Perencanaan survei cepat gizi


• Survei gizi dilaksanakan secara terkoordinir bersama
dengan anggota kelompok kerja dan mitra sub klaster
gizi.
• Penanggung jawab gizi/koordinator sub klaster gizi
atau Koordinator Pokja penanganan gizi yang terkait
bertugas untuk membentuk tim survei cepat gizi.
• Koordinator survei perlu untuk memastikan ketersediaan
sumber daya yang dibutuhkan (SDM, alat dan bahan,
dukungan operasional) termasuk melakukan pelatihan

BAB III - KAJIAN DAMPAK BENCANA DAN ANALISIS KEBUTUHAN GIZI 41


tata cara pengumpulan data bagi enumerator yang
akan terlibat.
• Rencana pelaksanaan survei dapat dibuat
menggunakan format rencana kajian (lampiran 3.1).

3.5.2 Memantau kemajuan pelaksanaan survei


• Koordinator sub klaster gizi perlu memantau secara
berkala kemajuan dan kesenjangan pelaksanaan survei
serta merekomendasikan langkah-langkah percepatan
yang diperlukan.
• Kemajuan pelaksanaan kajian dilaporkan secara
berkala kepada koordinator penanganan gizi dan
dibahas di dalam pertemuan koordinasi.

3.5.3 Pelaporan dan diseminasi


• Hasil survei cepat gizi dilaporkan melalui laporan situasi
harian secara berjenjang kepada Dinkes/Kemenkes.
Format laporan survei tersedia pada lampiran 3.6
• Hasil survei dibagikan kepada mitra sub klaster gizi
dan sektor terkait, baik melalui laporan fisik, elektronik
maupun dibahas pada pertemuan-pertemuan yang
relevan termasuk pada pertemuan koordinasi
penanganan gizi, klaster kesehatan dan pertemuan
antar klaster.
• Hasil survei gizi didokumentasikan di platform (Situs
Web, google drive) yang disepakati dan dapat diakses
oleh mitra pelaku gizi.

42 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


Koordinasi Pelaksanaan Kajian Dampak
dan Analisa Kebutuhan Gizi:

Koordinasi terkait pelaksanaan kajian


dampak dan analisa kebutuhan perlu
dilakukan dengan pihak terkait baik dengan
mitra pelaku gizi maupun dengan klaster/
sektor terkait untuk memastikan agar
dukungan yang diperlukan dapat tersedia.
Apabila diperlukan, kegiatan koordinasi
untuk mendukung pelaksanaan kajian
antara lain adalah:
1. Berkoordinasi dengan klaster Kesehatan
untuk penyediaan dukungan teknis dan
dukungan operasional yang diperlukan
2. Berkoordinasi dengan mitra sub klaster
gizi untuk memastikan ketersediaan SDM
3. Berkoordinasi dengan koordinator Pokja
di bawah sub klaster gizi dan mitra sub
klaster gizi untuk mengulas perangkat,
metode dan rencana kajian
4. Berkoordinasi dengan tim Data dan
Informasi klaster kesehatan untuk
dukungan teknis pengolahan dan analisa
data.

Kotak 4. Koordinasi terkait Pelaksanaan Kajian

BAB III - KAJIAN DAMPAK BENCANA DAN ANALISIS KEBUTUHAN GIZI 43


44 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
©UNICEF/ 2018/Wilander

PERENCANAAN
4. PERENCANAAN RESPON GIZI
• Rencana respon gizi dikembangkan berdasarkan kajian
dampak dan analisa kebutuhan gizi dan dapat diperbaharui
secara berkala seiring dengan ketersediaan hasil kajian
terbaru.
• Penyusunan rencana respon terdiri dari analisis situasi,
serta penyusunan rencana intervensi untuk setiap
komponen penanganan gizi yang diikuti oleh identifikasi
sumber daya untuk setiap komponen intervensi.
• Apabila upaya pelayanan gizi terganggu akibat dampak
bencana, maka respons gizi perlu dilakukan untuk
mempertahankan status gizi dan apabila memungkinkan,
meningkatkan status gizi masyarakat (build back better).
• Format rencana respon gizi dapat dilihat pada lampiran 4.1.

4.1 Analisis Situasi


• Analisis Situasi bertujuan untuk melihat sejauh mana
risiko bencana atau dampak bencana terhadap kelompok
sasaran gizi. Analisis dilakukan dengan membandingkan
antara situasi sebelum bencana (data pra-bencana) dengan
informasi yang diperoleh dari kajian dampak bencana
(paska-bencana) sebagai dasar untuk menentukan
kegiatan pokok intervensi penanganan gizi yang perlu
dilakukan.
• Aspek yang perlu dianalisis yaitu jumlah dan sebaran
kelompok sasaran gizi, status pelayanan kesehatan dan
gizi, status gizi pada wilayah terdampak, akses terhadap
makanan bergizi serta akses terhadap layanan dasar (Lihat
tabel 2).

BAB IV - PERENCANAAN RESPON GIZI 47


48

Perencanaan Respon Gizi


Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana

Perencanaan Intervensi
PMBA untuk memastikan Perencanaan Intervensi
adanya: Pencegahan dan
Penanganan Gizi
Analisis Situasi Mekanisme pengelolaan
Kurang dan Gizi Buruk
donasi susu formula, botol
untuk memastikan
dan dot bayi serta makanan
Praktik PMBA (Cakupan IMD, ASI terlaksananya:
dan minuman
Ekslusif, Keragaman makan)
sebelum dan setelah bencana Akses terhadap makanan Status Pelayanan
bergizi bagi kelompok Kesehatan
rentan sesuai dengan (Fasilitas, Sarana Identifikasi
Status Layanan Kesehatan kelompok usia & Prasarana, Kebutuhan
(Fasilitas, Sarana & Prasarana, SDM) sebelum Sumberdaya
SDM) sebelum dan setelah Akses terhadap konseling dan setelah
bencana menyusui dan PMBA bencana SDM

Akses terhadap Ruang Alat dan Bahan


Jumlah & Lokasi Sasaran Ramah Ibu dan Anak Dukungan
sebelum dan setelah Operasional:
bencana transportasi,
Perencanaan Intervensi Perencanaan Intervensi pergudangan,
Suplementasi Gizi untuk Dukungan Gizi Kelompok komunikasi, dll.
Akses terhadap makanan, kualitas
memastikan adanya: Rentan Lainnya untuk
gizi, keamanan dan harga pangan
memastikan adanya:
sebelum dan setelah bencana Akses terhadap Makanan
Tambahan bagi Ibu Hamil
Akses terhadap layanan dan Balita Pemenuhan Asupan Gizi
dasar sebelum dan setelah Akses terhadap vitamin A yang berkualitas bagi
bencana bagi balita Kelompok Rentan

Keterangan:
Akses terhadap TTD bagi Kegiatan
Ibu Hamil
Komponen
Perencanaan

Bagan 5. Alur pembuatan rencana respon gizi


• Informasi yang diperlukan untuk mengembangkan rencana
respon gizi adalah sebagai berikut:
1. Skala bencana;
2. Kelompok prioritas;
3. Wilayah prioritas;
4. Kegiatan pokok intervensi yang diperlukan dan strategi
pelaksanaannya; serta
5. Sumber daya yang diperlukan.

4.2 Perencanaan Intervensi Pemberian Makan Bayi dan


Anak (PMBA)
• Penyusunan kegiatan pokok intervensi PMBA dilakukan
berdasarkan analisis situasi untuk memastikan agar
keluaran-keluaran berikut ini dapat tercapai:
1. Adanya kebijakan dan mekanisme pengelolaan donasi
produk pengganti ASI, untuk mencegah donasi yang
tidak terkontrol;
2. Adanya akses terhadap makanan bergizi bagi
kelompok bayi dan anak usia 6 - 23 bulan;
3. Tersedianya akses terhadap konseling PMBA dan
menyusui;
4. Tersedianya akses terhadap Ruang Ramah Ibu dan
Anak; dan
5. Adanya dukungan dari sektor terkait serta intervensi
PMBA yang terkoordinir.

4.3 Perencanaan Intervensi Pencegahan dan Penanganan


Gizi Kurang dan Gizi Buruk
• Penyusunan kegiatan pokok intervensi Pencegahan
dan Penanganan Gizi Kurang dan Gizi Buruk dilakukan
berdasarkan analisis situasi dengan memastikan agar

BAB IV - PERENCANAAN RESPON GIZI 49


tatalaksana gizi kurang dan gizi buruk yang sedang
berjalan tetap dilaksanakan pada situasi bencana.
• Intervensi juga dilakukan untuk mencegah bertambahnya
kasus balita gizi kurang dan gizi buruk termasuk untuk
mencegah terjadinya kasus gizi buruk pada anak yang
sama atau re-lapse (kambuh).
• Penyusunan kegiatan pokok intervensi pencegahan
dan penanganan gizi kurang dan gizi buruk dilakukan
berdasarkan analisis situasi untuk memastikan agar
keluaran-keluaran berikut ini dapat tercapai:
1. Terlaksananya pencegahan dan tata laksana balita gizi
kurang dan gizi buruk; dan
2. Pelaksanaan intervensi pencegahan dan tatalaksana
balita gizi kurang dan gizi buruk secara terkoordinir
serta adanya dukungan dari program/sektor/klaster
terkait.

4.4 Perencanaan Intervensi Suplementasi Gizi


• Penyusunan kegiatan pokok intervensi suplementasi gizi
dilakukan berdasarkan analisis situasi untuk mencegah
risiko kekurangan gizi mikro akibat terhentinya pelayanan
gizi.
• Penyusunan kegiatan pokok intervensi suplementasi gizi
dilakukan memastikan agar keluaran-keluaran berikut ini
dapat tercapai:
- Tersedianya akses terhadap makanan tambahan Ibu
hamil KEK, Balita kurang gizi serta serta Ibu Hamil, Ibu
Menyusui dan Balita di wilayah terdampak;
- Tersedianya akses terhadap vitamin A bagi bayi 6-11
bulan dan balita 12-59 bulan;

50 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


- Tersedianya akses terhadap TTD bagi Ibu Hamil dan
Remaja Putri; dan
- Adanya dukungan dari program/sektor terkait
suplementasi gizi.

4.5 Perencanaan Intervensi Dukungan Gizi bagi Kelompok


Rentan Lainnya
• Penyusunan kegiatan pokok intervensi dukungan Gizi
bagi kelompok rentan dilakukan berdasarkan analisis
situasi untuk memastikan adanya akses bagi kelompok
rentan, termasuk disabilitas, terhadap asupan gizi yang
berkualitas.

4.6 Identifikasi kebutuhan sumber daya


• Sumber daya yang perlu diidentifikasi di dalam
pengembangan rencana respon gizi mencakup sumber
daya manusia, alat dan bahan (perbekalan kesehatan)
serta anggaran yang diperlukan untuk penyelengaraan
respon gizi.
• Berdasarkan estimasi dampak bencana yang terjadi (dari
hasil analisis situasi dan RHA Gizi), rencana intervensi
yang telah dibuat, dan sumber daya yang tersedia di
wilayah terdampak, penanggung jawab gizi/koordinator
sub klaster gizi diharapkan dapat memperkirakan jumlah
dan jenis sumber daya yang dibutuhkan.
• Pemenuhan kebutuhan sumber daya respon gizi dapat
dilakukan melalui mobilisasi sumberdaya Dinkes/
Kemenkes serta mobilisasi sumber daya mitra-mitra sub
klaster gizi.

BAB IV - PERENCANAAN RESPON GIZI 51


52 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
©UNICEF/ 2020/Ijazah

PMBA
5. INTERVENSI PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN
ANAK (PMBA)
Pada saat bencana, standar emas PMBA, yang dimulai, dari
Inisiasi Menyusu Dini dalam satu jam pertama setelah kelahiran,
Pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan pertama, dan
pemberian Makanan Pendamping ASI berkualitas dimulai usia
6 bulan, dan terus memberikan ASI hingga dua tahun atau
lebih, sangat penting untuk melindungi gizi dan kesehatan
ibu, bayi dan anak. Tujuan dari dukungan kepada kelompok
tersebut di atas adalah untuk memberikan perlindungan dari
masalah kekurangan gizi dan berbagai penyakit lain yang
mungkin timbul sebagai dampak bencana.

Standar minimum piagam kemanusiaan (SPHERE) terkait


intervensi PMBA terdiri dari:
1. Adanya panduan, koordinasi dan kebijakan. Perlindungan
pemberian makanan bayi dan anak yang aman dan tepat
untuk penduduk terkena bencana dilakukan dengan
penerapan panduan kebijakan kunci dan koordinasi yang
kuat. Indikator kunci dari keluaran ini terdiri dari:
a. Ada kebijakan nasional maupun kebijakan yang
dikeluarkan oleh institusi lain yang mengacu kepada
Pedoman Operasional PMBA Bencana;
b. Dibentuk atau diaktifkannya kelompok kerja PMBA
(bila diperlukan);
c. Dibentuk atau diaktifkannya sebuah badan (multi-
sektor) untuk menangani donasi produk pengganti
ASI, botol dan dot; dan
d. Adanya pemantauan dan pelaporan pelanggaran kode
pemasaran produk pengganti ASI.

BAB V - INTERVENSI PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK 55


2. Tersedianya bantuan dasar dan keterampilan yang
mendukung kegiatan PMBA. Ibu dan pengasuh bayi serta
anak-anak memiliki akses dan bantuan berupa pangan
sehat, yang diberikan secara tepat waktu dan layak untuk
meminimalkan risiko terjadinya kekurangan gizi, masalah
kesehatan dan kemampuan bertahan hidup. Indikator
kunci dari standar ini terdiri dari:
a. Pengukuran indikator mengacu pada standar WHO:
Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif <6 bulan, Menyusui
pada usia 1 dan 2 tahun, serta pemberian asupan
makanan yang tepat bagi anak usia 6-23 bulan
(Minimum Acceptable Diet);
b. Ibu/pengasuh anak usia 6-23 bulan memiliki akses
terhadap makanan yang tepat, aman, dan sesuai usia;
dan
c. Ibu memiliki akses terhadap konseling PMBA dan
menyusui.

• Alur intervensi PMBA pada situasi bencana dapat dilihat


pada Bagan 6.

56 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


57
ALUR INTERVENSI PMBA PADA

BAB V - INTERVENSI PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK


Bencana/Potensi
Bencana MASA TANGGAP DARURAT
Mekanisme Pengelolaan Donasi Produk Pengganti Asi, Botol, Dot Bayi
Serta Makanan dan Minuman yang tidak Terkontrol
Diseminasi surat edaran Sosialisasi mekanisme Pelaksanaan pemantauan
kebijakan pemberian susu pemantauan dan pelaporan dan pelaporan donasi susu
formula bagi bayi dan anak donasi susu formula, botol formula, botol dan dot bayi
korban bencana kepada dan dot bayi yang tidak yang tidak terkontrol
instansi dan sektor terkait terkontrol
Lihat Bab 3 Lihat Bab 4
Memastikan Terlaksananya Membuat Rencana Intervensi PMBA Intervensi PMBA
Kajian Dampak Bencana dan
Analisis Kebutuhan Gizi
Analisis Situasi Penyelenggaraan Dapur
Analisis Data Pra-krisis dan PMBA
Penilaian Kebutuhan Awal
Penyusunan Kegiatan Pokok Dukungan Konseling
RHA Gizi Menyusui dan PMBA
Identifikasi Sumber daya yang Orientasi/Pelatihan
Kajian Multi Sektor Diperlukan Konseling Menyusui dan
PMBA
Survei Gizi
Akses Terhadap Ruang
Ramah Ibu dan Anak
Koordinasi PMBA
Pemantauan & Evaluasi
Penyelamatan Jiwa Ibu
Bayi dan Anak Melalui
Bagan 6. Alur Intervensi PMBA pada Situasi Bencana Dukungan Gizi
5.1 Mekanisme Pengelolaan Donasi Produk Pengganti ASI,
Botol Dan Dot Bayi Yang Tidak Terkontrol
• Penggunaan produk-produk pengganti ASI, botol dan dot
pada situasi bencana dapat meningkatkan risiko kesakitan
dan kematian pada bayi dan anak karena terbatasnya air
bersih serta kondisi lingkungan yang kotor.

5.1.1 Membuat dan mendiseminasikan kebijakan


pengelolaan donasi produk pengganti asi, botol dan dot
bayi bagi bayi dan anak korban bencana
• Segera setelah terjadinya bencana, penanggung jawab
program gizi perlu memastikan agar kebijakan terkait
donasi produk pengganti ASI, botol dan dot bayi untuk
di sebarkan kepada Instansi terkait diantaranya Dinkes,
Puskesmas, Klaster Perlindungan dan Pengungsian
(Kemensos/Dinsos), Klaster Logistik (BPBD), mitra sub
klaster gizi termasuk LSM dan organisasi profesi.
• Contoh surat edaran kebijakan donasi susu formula
pada situasi bencana dapat dilihat pada lampiran 5.1.

5.1.2 Sosialisasi mekanisme pemantauan dan pelaporan


donasi produk pengganti ASI, botol dan dot bayi yang
tidak terkontrol.
• Untuk mencegah donasi produk pengganti ASI,
botol, dan dot bayi yang tidak terkontrol, mekanisme
pengelolaan donasi tersebut perlu disepakati bersama
dengan pihak yang terkait termasuk pengelolaan
donasi di tingkat masyarakat, donasi yang diberikan
oleh pemerintah, donasi yang diberikan oleh publik

58 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


maupun oleh organisasi dan instansi yang terlibat di
dalam upaya penanggulangan bencana.
• Koordinator dan mitra sub klaster gizi memastikan
adanya sosialisasi dan kerjasama dengan instansi/
organisasi sebagai berikut:
- BPBD & Dinsos untuk bersama-sama melakukan
pengawasan donasi pada alur pasok bantuan.
- Dinsos, sebagai koordinator perlindungan dan
pengungsian, untuk bersama-sama melakukan
pengawasan donasi di masyarakat/pengungsian.
- Tagana, sebagai pelaksana dapur umum, untuk
bersama-sama melakukan promosi menyusui dan
pengelolaan donasi melalui dapur umum.
• Mekanisme pengelolaan dapat disosialisasikan melalui
berbagai saluran informasi antara lain pertemuan-
pertemuan koordinasi, media masa, serta penyuluhan
di masyarakat.

5.1.3 Pemantauan dan pelaporan donasi produk pengganti


ASI, botol dan dot bayi yang tidak terkontrol
• Memastikan agar donasi dan pemanfaatan produk
pengganti ASI termasuk botol dan dot sesuai indikasi
medis diawasi secara ketat oleh petugas kesehatan,
Puskesmas dan Dinas Kesehatan setempat.
• Langkah-langkah pemantauan donasi terdiri dari:
- Pembentukan gugus tugas pengelolaan donasi
produk pengganti ASI. Gugus tugas yang berfungsi
untuk menangani dan memantau donasi produk
penggati ASI, botol dan dot harus segera dibentuk
di daerah (provinsi/kabupaten), paling lambat satu

BAB V - INTERVENSI PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK 59


minggu setelah bencana. Gugus tugas setidaknya
terdiri dari sekitar 5-7 anggota termasuk di antaranya
Pemerintah Daerah (Sekretaris Daerah, Bappeda,
Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Sosial, BPOM
dan BPBD), Mitra Pembangunan dan Lembaga
Kemanusiaan (Donor, PBB, LSM, dsb), Organisasi
Profesi (Persagi, IBI, IDI), dan Akademisi/Perguruan
Tinggi.
- Pembuatan Nota Kesepakatan. Pemerintah Daerah
dan Sub-Klaster gizi yang diwakili oleh Gugus Tugas
bersepakat dan memutuskan perlunya sebuah
tindakan sehubungan dengan adanya donasi
produk pengganti ASI. Kesepakatan antara lain
berisi tindakan untuk mengumpulkan dan menarik
donasi berupa produk pengganti ASI (penarikan
dapat dilakukan dengan penggunaan produk
pengganti ASI dalam campuran pembuatan produk
makanan atau pemusnahan produk itu sendiri).
- Rencana Kerja Gugus Tugas. Dalam membuat
rencana kerja, perlu diperhatikan bahwa
penanganan donasi membutuhkan (i) Pendanaan
(ii) keahlian (iii) sumber daya manusia (iv) waktu
(v) peralatan (vi) materi/pedoman (vii) menentukan
opsi tempat pembuangan yang tersedia.
- Pembentukan Tim Lapangan. Tim Lapangan
terdiri dari berbagai instansi yang ditunjuk untuk
melakukan pengawasan, mengumpulkan donasi
dan menyimpannya sebelum digunakan untuk
keperluan lain atau dimusnahkan. Tim Lapangan
ini dipimpin Dinas Kesehatan setempat yang akan
menjadi narahubung dan bertanggung jawab untuk

60 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


memastikan bahwa terdapat pencatatan tentang
asal donasi, jenis, jumlah, dll. Laporan mingguan
perlu dibuat dan disampaikan kepada Gugus Tugas.
- Pembentukan tim pengawas harian. Tim pengawas
harian adalah tim yang berasal dari petugas/
relawan, tokoh dan masyarakat yang bertugas atau
berada di posko pengungsian. Tim ini dipimpin
oleh koordinator posko yang akan mengawasi
semua bentuk bantuan susu atau hasil olahannya
dan melaporkan ke Tim Lapangan setiap donasi
tersebut yang masuk.
- Penyortiran. Donasi kemungkinan terdiri dari
berbagai jenis produk pengganti ASI, dengan
beragam tanggal kedaluwarsa. Tim Lapangan
bertugas memisahkan berbagai bantuan produk
pengganti ASI yang telah dikumpulkan, dan
memilah menjadi yang ‘Sesuai’ dan ’Tidak Sesuai’.
Bila ’Sesuai’ berarti bahwa donasi dapat digunakan
sesuai perencanaan dan kesepakatan awal.
Sedangkan untuk donasi yang ‘Tidak Sesuai’
adalah produk dengan tanggal kedaluwarsa kurang
dari 6 bulan ke depan, produk telah terbuka, atau
produk dengan label tidak menggunakan bahasa
Indonesia dan tidak dimengerti.
- Penggunaan Kembali/Pemusnahan. Strategi untuk
menggunakan kembali donasi berupa susu formula
dan produk susu yang tidak diinginkan termasuk:
͸ Mengembalikan ke pemberi bantuan/donatur
(dengan pihak donatur menanggung biaya
pengembalian)

BAB V - INTERVENSI PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK 61


͸ Menggunakan kembali produk pengganti
ASI seperti susu: a) Sebagai bahan campuran
makanan untuk program pemberian makanan
tambahan di posyandu maupun untuk
Pemberian Makanan Tambahan untuk Anak
Sekolah (PMTAS). Produk dapat digunakan
sebagai bahan campuran makanan seperti bubur
kacang hijau, roti, pudding, biskuit dan kue. b)
Pencampuran susu untuk pembuatan makanan
tambahan bayi/anak di atas enam bulan harus
dilakukan di luar tempat pengungsian, jauh dari
lokasi distribusi logistik dan tidak dilakukan di
tingkat rumah tangga (per-individu).
͸ Disalurkan untuk pemenuhan gizi untuk
kelompok lainnya misalnya untuk lansia atau
kelompok rentan lainnya sebagai pasien rawat
inap rumah sakit. Dapat pula digunakan untuk
pakan ternak (namun perlu pula dikonsultasikan
dengan organisasi terkait kesehatan dan
kesejahteraan hewan).
͸ Tidak direkomendasikan untuk produk
pengganti ASI yang disumbangkan untuk
dilabel ulang dengan label generik, dikemas
ulang dan didistribusikan kepada bayi karena
sulitnya pengendalian distribusi tanpa adanya
pengawasan yang ketat.
- Pemusnahan. Semua produk yang ‘Tidak Sesuai’
perlu dimusnahkan. Hal ini tergantung kesepakatan
awal oleh gugus tugas, tetapi pemusnahan bahan
makanan harus dilakukan secara sensitif. Produk

62 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


susu bisa dimusnahkan dengan dibakar tetapi
perlu dikeluarkan dari kemasan karena akan
ada pelepasan bahan kimia hasil pembakaran.
Produk yang telah dibuka dari kemasannya bisa
dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
tetapi perlu dipastikan bahwa produk tersebut
tidak dikumpulkan dan digunakan ulang. Produk
dalam jumlah yang kecil bisa diencerkan dan
disiram (dibuang) ke saluran pembuangan air.
Botol dan dot tidak dapat didistribusikan sehingga
perlu dikembalikan ke pihak donatur (bila
memungkinkan), atau dihancurkan agar tidak dapat
digunakan lagi, misalnya dengan melubangi botol,
dan/atau memotong bagian atas dot. Pemusnahan
dengan cara pembakaran tidak disarankan karena
dapat melepaskan bahan kimia yang berbahaya.
• Memastikan bahwa donasi produk pengganti ASI yang
dikumpulkan tidak hilang dicuri selama penyortiran
atau diambil dari lokasi TPA (kaleng berisi susu formula
yang belum dibuka tidak boleh dibuang ke lokasi TPA).
Pemusnahan agar barang donasi tidak digunakan lagi
(imobilisasi) misalnya dengan melubangi botol, atau
membuat makanan tidak bisa digunakan, adalah yang
terbaik untuk dilakukan. Dibutuhkan pengawasan ketat
untuk memastikan bahwa barang yang sudah dibuang
tidak dapat digunakan kembali.
• Mitra sub klaster gizi yang menemukan pelanggaran
donasi ASI, dot dan botol perlu melaporkan pelanggaran
kepada koordinator sub klaster gizi. Contoh formulir
pelaporan donasi produk pengganti ASI, botol dan dot
dapat dilihat pada lampiran 5.2.

BAB V - INTERVENSI PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK 63


• Koordinator sub klaster gizi atau staf yang ditunjuk
bertugas untuk melaporkan segera berkala
pelanggaran yang ditemukan kepada Gugus Tugas
Pengelolaan Donasi Produk Pengganti ASI.

5.2 Penyelenggaraan Dapur Pemberian Makan Bayi dan


Anak (PMBA)
• Dapur PMBA merupakan dapur umum yang
diselenggarakan di lokasi bencana yang berfungsi sebagai
berikut:
- Penyediaan MPASI bagi anak usia 6-23 bulan.
- Memberikan informasi terkait pemberian makan
bayi dan anak usia 0-23 bulan, termasuk konseling
menyusui.
• Pada situasi bencana, ketersediaan MPASI dengan aneka
ragam jenis bahan pangan yang sesuai bagi bayi dan anak
usia 6-23 bulan menjadi sangat terbatas. Penyelenggaraan
Dapur PMBA bertujuan untuk memastikan agar bayi dan
anak, khususnya yang berusia 6-23 bulan mendapatkan
makanan dengan tekstur dan kecukupan gizi yang sesuai
dengan usia (lihat lampiran 5.3).
• Selain menyediakan makanan bayi dan anak,
penyelenggaraan dapur PMBA juga dapat dimanfaatkan
untuk memperluas jangkauan diseminasi informasi tentang
pemberian makan bayi dan anak yang tepat, termasuk
memberikan dukungan/konseling agar ibu dapat terus
menyusui di lokasi bencana.
• Penyelenggaraan dapur PMBA pada situasi bencana
adalah bagian dari dapur umum. Logistik pangan dan
bahan bakar/gas dipasok oleh dapur umum yang menjadi

64 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


tanggung jawab Kemensos/Dinsos, dengan terlebih
dahulu berkoordinasi dengan Tagana.
• Penanggung jawab gizi Dinkes Provinsi/Kabupaten/Kota
perlu berkoordinasi dengan Dinas Sosial (Tagana), mitra
sub klaster gizi, serta institusi/lembaga yang berkecimpung
dalam dapur umum, untuk menyelenggarakan dapur
PMBA di titik-titik pengungsian.
• Nilai kebutuhan gizi, bahan makanan dan standar porsi
makan anak usia 6 - 23 bulan serta contoh menu dapur
PMBA dapat dilihat pada lampiran 5.4.
• Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan
dapur PMBA sebagai berikut:
- Penyimpanan bahan makanan: suhu penyimpanan,
sarana penyimpanan dan cara penyimpanan.
- Pengolahan bahan makanan: kebersihan tempat
pengolahan dan peralatan. Tempat pengolahan
makanan bayi dan anak perlu terpisah dengan tempat
pengolahan dapur umum.
- Tenaga pengolah makanan: tenaga terlatih untuk
mengolah makanan bayi dan anak yang didampingi
oleh tenaga gizi/konselor PMBA.
- Pendistribusian dan penyajian makanan yang
memenuhi prinsip keamanan pangan.
- Tersedia alat pelindung diri (APD) petugas, alat masak
dan perlengkapannya, alat makan dan alat distribusi
makanan.
- Memantau dan mengevaluasi cakupan penyediaan
makanan.

BAB V - INTERVENSI PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK 65


5.3 Dukungan Konseling Menyusui dan PMBA
• Terbatasnya pengetahuan tentang pentingnya menyusui,
kondisi stres yang dialami oleh ibu menyusui serta
terbatasnya layanan kesehatan pada situasi bencana
merupakan faktor-faktor bayi dan anak tidak mendapatkan
ASI.
• Sesuai dengan kebutuhan, penugasan konselor dilakukan
segera setelah kejadian bencana untuk memberikan
dukungan terhadap ibu menyusui dengan meningkatkan
akses konseling menyusui/PMBA.
• Konseling juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan
tentang makanan pendamping ASI yang tepat bagi anak
usia 6-23 bulan sehingga anak tetap mendapatkan asupan
gizi yang cukup pada situasi bencana.
• Penugasan konselor perlu dilakukan secara terkoordinir
untuk menghindari tumpang tindih dan meningkatkan
akses/cakupan konseling.
• Uraian tahapan penugasan konselor dijelaskan pada
bagian di bawah ini.

5.3.1 Inventarisasi Konselor Menyusui/PMBA


• Segera setelah kejadian bencana, Kemenkes/
Dinkes mengidentifikasi jumlah konselor yang dapat
ditugaskan baik dari daerah terdampak maupun dari
luar daerah.
• Berdasarkan jumlah konselor yang dibutuhkan dan
jumlah yang tersedia, penanggung jawab gizi pada
wilayah terdampak membuat rencana mobilisasi
konselor termasuk wilayah sasaran dan durasi
penugasan.

66 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


• Mitra sub klaster gizi dapat melakukan mobilisasi
konselor untuk menutupi kesenjangan (apabila ada)
maupun menambahkan jumlah konselor yang akan
dimobilisasi.

5.3.2 Mobilisasi Konselor Menyusui/PMBA dan


Pelaksananaan Konseling
• Berdasarkan rencana mobilisasi, Kemenkes/Dinkes
perlu memastikan agar mobilisasi konselor ke
daerah bencana dilakukan secara terkoordinir untuk
menghidari tumpang tindih dan memperluas jangkauan.
• Berdasarkan situasi di lapangan, konseling dapat
dilaksanakan melalui kunjungan rumah, di pengungsian
termasuk di Ruang Ramah Ibu dan Anak (RRIA) dan di
dapur PMBA.
• Pihak-pihak yang melakukan mobilisasi konselor perlu
memastikan agar hal-hal terkait administrasi dan logistik
yang diperlukan pada saat penugasan konselor dapat
disediakan oleh masing-masing instansi/organisasi
yang menugaskan. Hal-hal terkait administrasi dan
logistik yang dimaksud antara lain:
1. Legalitas/surat tugas;
2. Prosedur keselamatan;
3. Prosedur dukungan operasional;
4. Konseling Kit;
5. PMBA Kit; dan
6. Dukungan transportasi.
• Apabila pada saat konseling ditemukan adanya
anak penyandang disabilitas, maka konselor perlu
melaporkan temuan tersebut kepada koordinator sub

BAB V - INTERVENSI PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK 67


klaster gizi, untuk diteruskan kepada klaster kesehatan
dan klaster perlindungan agar para pengasuh atau
orang tua penyandang disabilitas mendapat bantuan.
Dukungan antara lain pengasuhan anak usia dini dan
keterampilan perkembangan, PMBA bagi penyandang
disabilitas, serta pemberian alat bantu dan peralatan
untuk praktik pemberian makan mereka.

5.3.3 Menyiapkan konseling kit dan materi Komunikasi,


Informasi dan Edukasi (KIE).
• Pedoman terkait pesan kunci dan materi KIE untuk
konseling menyusui/PMBA dapat dilihat pada modul
Pelatihan Konseling PMBA, yang dikeluarkan oleh
Kemenkes.

5.4 Pelaksanaan Orientasi/Pelatihan Konseling Menyusui/


PMBA
• Pelatihan dan orientasi konseling PMBA dan menyusui
bertujuan untuk memastikan ketersediaan SDM terlatih
dalam pelaksanaan konseling PMBA dan menyusui bagi
Ibu hamil dan Ibu menyusui di wilayah terdampak.
• Sasaran pelatihan konseling PMBA adalah tenaga
kesehatan dan non-kesehatan, termasuk kader
masyarakat.
• Pelatihan dan orientasi juga bertujuan untuk memastikan
ketersediaan SDM dalam melanjutkan kegiatan konseling
khususnya pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi
setelah penugasan konselor yang berasal dari luar daerah
berakhir.

68 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


5.5 Akses Terhadap Ruang Ramah Ibu dan Anak (RRIA)
• Ruang Ramah Ibu dan anak adalah bangunan permanen
atau tenda khusus yang memenuhi syarat keamanan,
kesehatan dan kebersihan. RRIA bertujuan untuk
memberikan ruangan yang aman dan nyaman bagi ibu
dan anak untuk beraktivitas sehingga dapat mengurangi
stres yang disebabkan oleh bencana. RRIA juga dapat
digunakan oleh ibu untuk menyusui, beristirahat, makan,
serta mengikuti konseling PMBA dan menyusui.
• Penyediaan RRIA di lokasi bencana merupakan bagian
dari penanganan bencana dari klaster perlindungan dan
pengungsian yang dikoordinir oleh Dinsos.
• Peran dari penanggung jawab gizi dan mitra pelaku
gizi adalah untuk memastikan agar RRIA tersedia di
pengungsian-pengungsian dan dapat diakses oleh ibu
hamil dan menyusui agar dapat melakukan praktik PMBA
dengan aman dan nyaman.
• Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan
RRIA terkait pelayanan gizi antara lain :
- Pastikan lokasi RRIA terletak di lokasi yang aman dan di
daerah yang tenang jauh dari kebisingan dan bau yang
berlebihan, seperti di dekat pasar, tempat pembuangan
sampah dan jalan utama.
- Pastikan ukuran ruangan yang sesuai, berdasarkan
perkiraan jumlah ibu di area tersebut. Jika area yang
terkena dampak situasi darurat besar, perkirakan
jumlah total lokasi yang dibutuhkan sehingga ibu dan
anak hanya perlu berjalan kaki seminimal mungkin
untuk mencapai lokasi RRIA.

BAB V - INTERVENSI PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK 69


- Pastikan ruangan yang nyaman untuk menyusui,
memiliki ruang bersekat atau tenda individu untuk
menyusui. Sediakan alas atau kursi untuk ibu yang
sedang menyusui. Jika ibu sedang duduk di alas
lantai, sediakan bantal atau barang lain agar ibu bisa
mengistirahatkan punggungnya agar menyusui lebih
nyaman. Bantal atau kain yang digulung juga berguna
untuk membantu ibu menggendong bayi agar nyaman
saat menyusui.
- Pastikan para ibu memiliki akses yang mudah ke air
bersih dan makanan selama berada di RRIA. Dalam
keadaan di mana ibu mengalami malnutrisi dan
dehidrasi, pemberian makanan tambahan bagi ibu
menyusui di ruang tersebut dapat diindikasikan sebagai
layanan terpadu melalui RRIA. Idealnya, jamban dan
tempat cuci tangan mudah dijangkau oleh tenda atau
bagian dari tenda itu sendiri.
- Libatkan tenaga kesehatan, anggota masyarakat atau
orang lain yang dilatih dalam konseling menyusui dan
PMBA untuk mendukung ibu di dalam RRIA.
- Menggunakan RRIA untuk mengidentifikasi dan
merujuk ibu atau bayi dengan gizi buruk dan/atau
masalah PMBA untuk mendapatkan bantuan segera.
- Apabila pemberian makanan pengganti ASI dilakukan
di RRIA, pastikan dukungan disediakan di area tenda
yang terpisah dan berbeda dari area tempat dukungan
untuk menyusui diberikan.

70 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


- Berkoordinasi dengan program lainnya seperti program
dukungan pendidikan anak usai dini dan dukungan
psikososial agar kegiatan yang dilakukan di RRIA
dapat saling melengkapi serta menyelaraskan jadwal
pelaksanaan kegiatan.

5.6 Pelaksanaan koordinasi PMBA


5.6.1 Melakukan koordinasi lintas sektor untuk mendukung
kegiatan PMBA
• Koordinasi lintas sektor yang diperlukan dalam
mendukung kegiatan PMBA antara lain adalah:
- Koordinasi terkait pemenuhan kebutuhan gizi
melalui dapur umum dengan Dinsos/Klaster
Penanganan Pengungsi,
- Koordinasi untuk mendukung pengelolaan donasi
produk-produk pengganti ASI, botol dan dot, serta
makanan minuman tidak sehat yang tidak terkontrol,
melalui koordinasi dengan Klaster Perlindungan
dan Pengungsian, Klaster Kesehatan, Klaster
Logistik, Koordinator Klaster penanggulangan
bencana, kelompok masyarakat dan pemerintah
daerah; serta
- Koordinasi untuk memastikan ketersediaan Ruang
Ramah Ibu dan Anak dengan Dinsos/ Klaster
Penanganan Pengungsi.
• Koordinasi lintas sektor perlu dilakukan diberbagai
tingkatan khususnya di tingkat kabupaten/kota.

BAB V - INTERVENSI PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK 71


5.6.2 Aktivasi Pokja PMBA
• Pokja PMBA merupakan bagian dari sub klaster gizi
yang berfungsi sebagai wadah koordinasi di antara
organisasi yang memiliki intervensi PMBA serta sektor/
klaster terkait.
• Pokja PMBA hanya diaktifkan apabila diperlukan. Pokja
PMBA diaktifkan oleh penanggung jawab program gizi
Kemenkes/Dinkes atau sub klaster gizi pada masing-
masing tingkatan. Aktivasi Pokja PMBA mencakup
penunjukan koordinator, identifikasi anggota Pokja
serta pelaksanaan koordinasi rutin.
• Contoh kerangka acuan Pokja PMBA dapat dilihat pada
lampiran 2.2.

5.7 Pemantauan dan Evaluasi Intervensi PMBA


• Pemantauan dan evaluasi dilakukan berdasarkan
kemajuan dari pelaksanaan rencana respon/intervensi
yang telah disusun.
• Pemantauan dan evaluasi bertujuan untuk memberikan
rekomendasi dan langkah-langkah penyesuaian yang
diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan PMBA.
• Pemantauan dan evaluasi PMBA dilakukan berdasarkan
indikator pada tabel 3 di bawah ini.

72 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


Tabel 3. Keluaran dan Indikator Pemantauan dan evaluasi PMBA

Keluaran Intervensi PMBA:


Melindungi bayi, dan anak mempromosikan praktik PMBA melalui penyediaan akses terhadap
dukungan PMBA
Indikator keluaran:
Cakupan IMD
Cakupan ASI Ekslusif < 6 bulan, Menyusui usia 1 dan 2 tahun
Cakupan Minimum Acceptable Diet
Keluaran Jangka Pendek 1:
Adanya mekanisme pengelolaan donasi produk pengganti ASI, botol dan dot bayi untuk bayi
yang tidak disusui
Kegiatan Kunci Indikator

Surat edaran telah dikeluarkan


1.1. Diseminasi surat edaran kebijakan pemberian susu
dan diedarkan kepada dinas dan
formula bagi bayi dan anak korban bencana kepada
instansi terkait
instansi dan sektor terkait
1.2 Sosialisasi mekanisme monitoring dan pelaporan Jumlah kegiatan orientasi yang
donasi produk pengganti ASI, botol dan dot bayi yang sudah dilakukan
tidak terkontrol Jumlah peserta orientasi
Jumlah dan lokasi pelaksanaan
1.3 Pelaksanaan pemantauan dan pelaporan donasi pemantauan
produk pengganti ASI, botol dan dot bayi yang tidak
terkontrol Jumlah pelanggaran yang
dilaporkan
Jumlah pelaporan yang
ditindaklanjuti
Keluaran Jangka Pendek 2:
Adanya akses terhadap makanan bergizi bagi kelompok bayi dan anak usia 6-23 bulan
Kegiatan Kunci Indikator
Persentase anak usia 6-23 bulan
2.1. Penyelenggaraan dapur PMBA yang memiliki akses terhadap
dapur PMBA/makanan
pendamping ASI

Jumlah orientasi dan


2.2. Orientasi dan pendampingan pemenuhan gizi melalui
pendampingan dapur umum
dapur umum
yang sudah dilakukan

Keluaran Jangka Pendek 3:


Tersedianya Akses Terhadap Konseling PMBA dan Menyusui

Kegiatan Kunci Indikator


Jumlah Ibu/pengasuh yang
3.1. Konseling PMBA dan menyusui di lokasi pengungsian menerima konseling menyusui
dan atau PMBA
Jumlah konselor PMBA dan
3.2. Mobilisasi Konselor PMBA dan menyusui menyusui yang dimobilisasi

Jumlah peserta pelatihan


3.3. Pelatihan konselor PMBA dan menyusui
konselor PMBA dan menyusui

Keluaran Jangka Pendek 4:


Tersedianya akses terhadap Ruang Ramah Ibu dan Anak
Kegiatan Kunci Indikator
BAB V - INTERVENSI PEMBERIAN MAKANyang
Jumlah koordinasi BAYI DAN ANAK 73
4.1. Memastikan ketersediaan Ruang Ramah Ibu dan Anak dilakukan dengan pihak terkait
untuk mendorong ketersediaan
RRIA
3.1. Konseling PMBA dan menyusui di lokasi pengungsian menerima konseling menyusui
dan atau PMBA
Jumlah konselor PMBA dan
3.2. Mobilisasi Konselor PMBA dan menyusui menyusui yang dimobilisasi

Jumlah peserta pelatihan


3.3. Pelatihan konselor PMBA dan menyusui
konselor PMBA dan menyusui

Keluaran Jangka Pendek 4:


Tersedianya akses terhadap Ruang Ramah Ibu dan Anak

Kegiatan Kunci Indikator


Jumlah koordinasi yang
4.1. Memastikan ketersediaan Ruang Ramah Ibu dan Anak dilakukan dengan pihak terkait
untuk mendorong ketersediaan
RRIA
Keluaran Jangka Pendek 5:
Adanya dukungan dari sektor terkait serta pelaksanaan intervensi PMBA yang terkoordinir
Kegiatan Kunci Indikator
Jumlah dukungan/kerjasama
5.1. Koordinasi lintas sektor untuk mendukung PMBA lintas sektor yang telah dilakukan

5.2. Pembentukan Pokja PMBA Terbentuknya Pokja PMBA

Jumlah pertemuan koordinasi


5.3. Pertemuan Koordinasi Pokja PMBA
Pokja PMBA yang dilaksanakan

74 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


©UNICEF/ 2017/Oorsouw

GIZI BURUK
6. PENCEGAHAN DAN PENANGANAN GIZI
KURANG DAN GIZI BURUK
• Pada saat terjadi bencana, risiko kesakitan dan kematian
pada balita dengan gizi kurang meningkat secara signifikan.
Oleh karena itu, pencegahan dan penanganan yang
dilakukan secara cepat dan tepat akan menyelamatkan
jiwa, dan mencegah terjadinya penurunan status gizi balita,
khususnya balita dengan gizi buruk atau gizi kurang.
• Standar dan indikator kunci penanganan gizi buruk dan
gizi kurang berdasarkan piagam kemanusian (SPHERE
standard) adalah sebagai berikut:
1. Standar 1: Kasus gizi kurang ditangani:
• Lebih dari 90 persen dari penduduk sasaran berada
dalam jangkauan/radius sekitar 1 hari perjalanan
(termasuk waktu untuk melakukan pengobatan)
dari lokasi program untuk memudahkan pemberian
makanan siap saji, dan jarak lokasi tidak lebih dari
1 jam berjalan kaki untuk pemberian makanan
tambahan.
• Cakupan > 50 persen di daerah pedesaan, > 70
persen di daerah perkotaan, dan > 90 persen di
dalam lokasi pengungsian.
2. Standar 2: Kasus Gizi buruk ditangani:
a. Lebih dari 90 persen dari sasaran penduduk berada
dalam jangkauan tidak lebih dari 1 hari perjalanan
(termasuk waktu untuk melakukan pengobatan)
dari lokasi program.
b. Cakupan > 50 persen di daerah pedesaan, > 70
persen di daerah perkotaan, dan > 90 persen di
tempat pengungsian.

BAB VI - PENCEGAHAN DAN PENANGANAN GIZI KURANG DAN GIZI BURUK 77


78
Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana

• Alur intervensi dan kegiatan kunci pencegahan dan


ALUR INTERVENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN GIZI KURANG & GIZI BURUK PADA MASA
TANGGAP DARURAT

Bagan 7 Bagan 6 di bawah ini.


penanganan gizi kurang dan gizi buruk dapat dilihat pada
Bencana/Potensi
Bencana

Memastikan Terlaksananya
Membuat Rencana Intervensi Pencegahan dan Intervensi Pencegahan dan Penanganan
Kajian Dampak Bencana Penangan Gizi Kurang dan Gizi Burk Gizi Kurang dan Gizi Buruk
dan Analisis Kebutuhan Gizi
Analisis Situasi Mengidentifikasi Fasilitas Kesehatan
Analisis Data Pra-krisis dan Rujukan
Penilaian Kebutuhan Awal
Penyusunan Kegiatan Pokok Tatalaksana Gizi Kurang
RHA Gizi
Identifikasi Sumberdaya yang Diperlukan Tatalaksana Gizi Buruk Rawat Inap &
Kajian Multi Sektor Rawat Jalan

Survei Gizi Memastikan Ketersediaan Obat dan


Perbekalan Kesehatan untuk
Tatalaksana Gizi Kurang dan Gizi
Buruk

Penugasan Tim Asuhan Gizi

Pelacakan Aktif dan Deteksi Dini oleh


Masyarakat

Pemantauan & Evaluasi

Bagan 7. Alur Intervensi Pencegahan dan Penanganan Gizi Kurang dan Gizi Buruk Pada Penyelamatan Jiwa Balita
Melalui Pencegahan dan Tata
Situasi Bencana Laksana Gizi Kurang dan Gizi
Buruk
6.1 Mengidentifikasi Fasilitas Kesehatan Rujukan
• Berdasarkan ketersediaan dan kapasitas layanan
kesehatan di wilayah bencana atau di wilayah terdekat
(dari hasil kajian), penanggung jawab gizi mengidentifikasi
fasilitas kesehatan (TFC/Puskesmas rawat inap/Rumah
sakit lapangan) dengan logistik dan kapasitas yang
memadai untuk rujukan kasus gizi buruk yang ditemukan,
serta memastikan fasilitas kesehatan rujukan tersebut
memiliki Tim Asuhan Gizi.
• Berdasarkan fasilitas kesehatan yang diidentifikasi
dan memenuhi kriteria, koordinator sub klaster gizi
menyepakati fasilitas dan membuat alur proses rujukan
balita gizi kurang dan balita gizi buruk.

6.2 Tatalaksana Gizi Kurang


• Berdasarkan hasil penapisan, balita gizi kurang ditangani
mengacu pada Petunjuk Teknis Pemberian Makanan
Tambahan Berupa Biskuit Bagi Balita Kurus dan Ibu Hamil
Kurang Energi Kronis (KEK), Kemenkes 2019.
• Balita gizi kurang usia 6-59 bulan adalah balita yang
memiliki satu atau lebih tanda berikut: i) BB/TB (BB/PB)
berada di antara -3 sampai kurang dari -2 standar deviasi;
ii) lingkar lengan atas (LiLA) kurang dari 12,5 cm sampai
11,5 cm.

6.3 Tatalaksana Gizi Buruk Rawat Inap dan Rawat Jalan


• Berdasarkan hasil penapisan, balita gizi buruk ditangani
mengacu pada Pedoman Pencegahan dan Tatalaksana
Gizi Buruk pada Balita, Kemenkes 2019 dan Buku Saku
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita bagi
Tenaga Kesehatan, Kemenkes 2020.

BAB VI - PENCEGAHAN DAN PENANGANAN GIZI KURANG DAN GIZI BURUK 79


• Balita gizi buruk adalah balita usia 0-59 bulan ditandai
oleh satu atau lebih tanda berikut: i) edema, minimal pada
kedua punggung kaki; ii) BB/ PB atau BB/TB kurang dari - 3
standar deviasi; iii) lingkar lengan atas (LiLA) < 11,5 cm.
• Tatalaksana gizi buruk terdiri dari rawat jalan dan rawat
inap (Lihat Bagan 8). Khusus bayi gizi buruk usia 0-6 bulan,
harus dilakukan rawat inap di fasilitas kesehatan.
Pemeriksaan BB, TB atau PB, LiLA
Pemeriksaan Klinis dengan Menggunakan Formulir MTBS
di Pustu/Puskesmas

Bayi <6 bulan* Balita 6 - 59 bulan

Dengan satu lebih Dengan satu lebih Dengan satu lebih Dengan satu lebih
tanda berikut: tanda berikut: tanda berikut: tanda berikut:
- Skor Z BB/TB < - Edema pada - Edema minimal, - Skor Z BB/PB
-3 SD ( jika seluruh tubuh pada kedua atau BB/TB <-2
panjang > 45 (edema derajat +3) punggung SD s/d -3 SD)
cm) - Skor Z BB/PB atau kaki/tangan - Billa LiLA antara
- Terlalu lemah BB/TB <-3 SD (derajat +1 atau 11,5 cm -<12,5 cm
untuk menyusu - LiLA<11,5 cm +2)
- Berat badan dengan salah satu - Skor Z BB/PB Dan TANPA edema
tidak naik atau lebih tanda tanda atau BB/TB <-3 dan komplikasi
turun komplikasi medis SD medis
- Terdapat berikut: - LiLA<11,5 cm
tanda-tanda - Anorekasia
komplikasi - Dehidrasi berat Dan TANPA
(muntah terus komplikasi medis
menerus,diare)
- Letargi atau
penurunan
kesadaran
- Demam tinggi
- Pneumonia
berat (sulit
bernafas atau
bernafas cepat)
- Anemia berat

LAYANAN RAWAT INAP LAYANAN RAWAT PMT PEMULIHAN


JALAN

Bagan 8. Alur penapisan balita gizi kurang/gizi buruk dan jenis layanan yang diperlukan.
Sumber: Pedoman Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita, Kemenkes 2019

80 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


6.4
Memastikan Ketersediaan Obat dan Perbekalan
Kesehatan Untuk Tatalaksana Gizi Kurang dan Gizi
Buruk
• Berkoordinasi dengan tim logistik sub klaster gizi untuk
memastikan agar obat dan perbekalan kesehatan yang
diperlukan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
dapat tersedia. Daftar obat dan perbekalan kesehatan
dapat dilihat pada Tabel 9.

6.5 Penugasan Tim Asuhan Gizi (TAG) Terlatih


• Berdasarkan kebutuhan, penugasan TAG terlatih ke lokasi
bencana dilakukan untuk memastikan ketersediaan SDM
dalam menangani balita gizi kurang dan gizi buruk yang
ditemukan.
• Penugasan TAG ke lokasi bencana perlu dilakukan secara
terkoordinir.

6.6 Pelacakan Aktif dan Deteksi Dini Kasus Kekurangan


Gizi pada Balita oleh Masyarakat
• Pelibatan masyarakat dalam deteksi dini kasus
kekurangan gizi bertujuan untuk menemukan balita gizi
kurang atau buruk serta yang memiliki potensi masalah
gizi, melalui penapisan masal di lokasi pengungsian dan
daerah terdampak lainnya.
• Pelibatan masyarakat untuk deteksi dini perlu dilakukan
segera setelah terjadinya bencana agar bayi dan balita
yang memiliki potensi kurang gizi dan yang mengalami
kurang gizi dapat dirujuk dan ditangani segera.

BAB VI - PENCEGAHAN DAN PENANGANAN GIZI KURANG DAN GIZI BURUK 81


6.7 Koordinasi Pencegahan dan Penanganan Gizi Kurang &
Gizi Buruk
6.7.1 Koordinasi lintas program dan lintas sektor untuk
mendukung penanganan balita gizi kurang & gizi buruk
• Keluaran yang diharapkan dari koordinasi lintas
program dan lintas sektor terkait pencegahan dan
penanganan gizi kurang dan gizi buruk antara lain:
1. Terlaksananya kerjasama dengan sub klaster
pelayanan kesehatan untuk memastikan rujukan
dan penanganan balita gizi kurang dan gizi buruk.
2. Terlaksananya Kerjasama dengan sub klaster
kesehatan lingkungan untuk memastikan
berjalannya kegiatan promosi kesehatan dan
tersedianya sarana dan prasarana air bersih bagi
kelompok sasaran.
3. Adanya pelibatan masyarakat untuk deteksi dini
dan pelacakan status gizi melalui penapisan masal
dan mencegah balita yang sama mengalami gizi
buruk kembali (re-lapse/kambuh) dengan klaster
perlindungan dan pengungsian (Kemensos).
4. Tersedianya dukungan bahan makanan/dana
untuk pemenuhan gizi keluarga dengan balita
gizi buruk melalui program ketahanan pangan
dengan klaster ekonomi (Kementan).
5. Tersedianya alokasi dana pemerintah daerah,
termasuk dana desa, untuk pencegahan dan
penanganan gizi kurang dan gizi buruk.
6. Mitra sub klaster gizi telah menerima informasi
tentang adaptasi penanganan malnutrisi
untuk anak-anak dan perempuan penyandang

82 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


disabilitas (misalnya, panduan tentang makanan
tambahan yang sesuai untuk anak-anak dan
perempuan dengan kesulitan makan, pemberian
makan peralatan makan khusus, penggunaan alat
bantu).

6.7.2 Pertemuan Koordinasi Pokja Pencegahan dan


Penanganan Gizi Kurang & Gizi Buruk
• Pokja Pencegahan dan Penanganan Gizi Kurang dan
Gizi buruk merupakan bagian dari sub klaster gizi yang
berfungsi sebagai wadah koordinasi untuk organisasi-
organisasi yang melakukan intervensi penanganan gizi
buruk serta sektor-sektor/klaster terkait.
• Pokja Pencegahan dan Penanganan Gizi Kurang dan
Gizi Buruk hanya diaktifkan apabila diperlukan.

6.8 Pemantauan dan Pelaporan Intervensi Pencegahan


dan Penanganan Gizi Kurang & Gizi Buruk
• Pemantauan dan evaluasi dilakukan berdasarkan
kemajuan dari pelaksanaan rencana respon gizi yang
telah disusun.
• Pemantauan dan evaluasi bertujuan untuk memberikan
rekomendasi dan langkah-langkah penyesuaian yang
diperlukan.
• Pemantauan dan evaluasi dilakukan berdasarkan
indikator intervensi Pencegahan dan Penanganan Balita
Gizi Kurang & Gizi Buruk pada Tabel 4 di bawah ini.

BAB VI - PENCEGAHAN DAN PENANGANAN GIZI KURANG DAN GIZI BURUK 83


Tabel 4. Keluaran dan indikator intervensi pencegahan dan penanganan gizi Kurang dan
gizi buruk pada situasi bencana

Keluaran Intervensi Pencegahan dan Penanganan Gizi Kurang dan Gizi Buruk:
Perlindungan Jiwa Melalui Pencegahan dan Tatalaksana Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk yang
Berkualitas

Indikator Keluaran:
• Cakupan Balita Gizi Kurang
• Cakupan Balita Gizi Buruk
Keluaran Jangka Pendek 1:
Terlaksananya Pencegahan dan Tatalaksana Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk
Kegiatan Kunci Indikator
Persentase balita Gizi Buruk yang ditangani
Persentase balita Gizi Buruk yang ditangani dan sembuh
Persentase balita gizi buruk yang ditangani dan meninggal
1.1 Tatalaksana Balita Gizi Persentase balita gizi buruk yang ditangani dan re-lapse
Kurang & Gizi Buruk Persentase balita Gizi Kurang yang ditangani/mendapat PMT dan
konseling gizi
Presentase jumlah Balita Gizi Kurang yang ditangani/mendapat PMT,
konseling gizi dan sembuh
Jumlah fasilitas kesehatan rujukan yang diidentifikasi mampu
melaksanakan tata laksana gizi buruk
1.2. Pelacakan aktif dan
deteksi dini kasus
Jumlah pelaksanaan penapisan masal yang telah dilakukan
kekurangan gizi pada
balita oleh masyarakat
1.3. Penugasan TAG Terlatih Jumlah TAG yang ditugaskan ke lokasi bencana
Keluaran Jangka Pendek 2:
Pelaksanaan Intervensi Pencegahan dan Tatalaksana Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk secara
Terkoordinir Serta Adanya Dukungan dari Program/Sektor/Klaster Terkait
Kegiatan Kunci Indikator

2.1 Koordinasi lintas sektor


untuk mendukung
intervensi Pencegahan Jumlah dukungan/kerjasama lintas sektor yang telah dilakukan
dan Penanganan Gizi
Kurang & Gizi Buruk

2.2 Pembentukan Pokja


Pencegahan dan Terbentuknya Pokja Pencegahan dan Penanganan Gizi Kurang & Gizi
Penanganan Gizi Kurang Buruk
& Gizi Buruk

2.3 Pertemuan Koordinasi


Pokja Pencegahan dan Jumlah pertemuan koordinasi Pokja Pencegahan dan Penanganan Gizi
Penanganan Gizi Kurang Kurang & Gizi Buruk yang dilaksanakan
& Gizi Buruk

84 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


©UNICEF/ 2020/Ijazah

SUPLEMENTASI
7. SUPLEMENTASI GIZI

• Pada situasi bencana, pemenuhan zat gizi mikro pada anak


balita, ibu hamil dan ibu nifas, serta balita dengan penyakit
infeksi tertentu, berperan penting untuk melindungi gizi
dan kesehatan ibu, bayi dan anak. Tujuan dari dukungan
kepada kelompok tersebut adalah untuk memberikan
perlindungan dari berbagai masalah kekurangan zat gizi
mikro yang mungkin timbul sebagai dampak bencana.
• Alur intervensi dan kegiatan kunci suplementasi gizi pada
situasi bencana dapat dilihat pada Bagan 9 berikut ini.

BAB VII - SUPLEMENTASI GIZI 87


88
Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana

ALUR INTERVENSI SUPLEMENTASI GIZI


Bencana/Potensi
Bencana PADA MASA TANGGAP DARURAT

Penyediaan Makanan Tambahan Ibu Hamil dan Balita

Estimasi Kebutuhan Memastikan


Distribusi MT Ibu
MT Ibu Hamil dan Ketersediaan Stok
Hamil dan Balita
Balita MT yang Dibutuhkan

Lihat Bab 3 Lihat Bab 4

Memastikan Terlaksananya Membuat Rencana Intervensi Intervensi Suplementasi


Kajian Dampak Bencana dan Suplementasi Gizi Gizi
Analisis Kebutuhan Gizi
Analisis Situasi DIstribusi Makanan Tambahan Ibu
Analisis Data Pra-krisis dan Hamil dan Balita (pada sasaran
Penilaian Kebutuhan Awal prioritas)

Penyusunan Kegiatan Pokok


RHA Gizi Suplementasi Vitamin A pada Bayi,
Balita dan Ibu Nifas
Identifikasi Sumberdaya yang
Kajian Multi Sektor
Diperlukan
Suplementasi TTD bagi Ibu Hamil
dan Remaja Putri
Survei Gizi

Koordinasi Suplementasi Gizi

Pemantauan & Evaluasi

Perlindungan dari Masalah


Kekurangan Gizi Mikro yang
Bagan 9. Alur Intervensi Suplementasi Gizi Pada Situasi Bencana Timbul Akibat Bencana
7.1 Penyediaan Makanan Tambahan (MT) Ibu Hamil dan
Balita
• Distribusi MT berupa makanan pabrikan dilakukan sebagai
salah satu upaya respon cepat untuk menyediakan asupan
gizi bagi Ibu hamil dan balita usia 6-59 bulan. Hal tersebut
dilakukan karena dalam situasi bencana makanan sangat
terbatas sementara layanan dapur umum belum tersedia.
7.1.1 Estimasi Kebutuhan MT
• Estimasi kebutuhan MT dilakukan berdasarkan Petunjuk
Teknis Pemberian Makanan Tambahan Berupa Biskuit
Bagi Balita Kurus dan Ibu Hamil Kurang Energi Kronis
(KEK).
• Estimasi kebutuhan dapat dilakukan berdasarkan data
pra-bencana berdasarkan jumlah ibu hamil dan balita
6-59 bulan di wilayah terdampak ditambah dengan
10% cadangan dari estimasi kebutuhan. Semakin besar
dampak bencana, semakin besar cadangan yang perlu
disiapkan. Estimasi kemudian diperbaharui setelah
kajian dampak bencana dan pendataan pengungsi
tersedia.
• Pada kondisi darurat, MT dapat diberikan kepada
seluruh populasi terdampak apabila stok tersedia.

7.1.2 Memastikan Ketersediaan Stok MT yang dibutuhkan


• Pemenuhan persediaan stok MT di wilayah rawan
bencana mulai dilakukan pada masa kesiapsiagaan
bencana untuk mempercepat mobilisasi dan distribusi
kepada kelompok rentan.
• Apabila memungkinkan, penyediaan stok MT ke
gudang-gudang terdekat dapat dilakukan pada

BAB VII - SUPLEMENTASI GIZI 89


fase siaga darurat untuk mempercepat distribusi ke
masyarakat.
• Permintaan tambahan stok MT dilakukan secara
berjenjang melalui Dinkes Kabupaten/Kota kepada
Dinkes Provinsi untuk diteruskan ke Kemenkes
berdasarkan ketersediaan stok dan penilaian estimasi
kebutuhan MT pada wilayah terdampak.

7.1.3 Distribusi MT Ibu Hamil dan Balita


• Distribusi MT Ibu Hamil dan Balita pada tiga hari pertama
kejadian bencana diberikan secara menyeluruh, yaitu
kepada seluruh balita 6-59 bulan dan seluruh Ibu Hamil.
Setelah itu, diharapkan pemenuhan kebutuhan ibu
hamil dan baduta dapat dipenuhi dari olahan pangan
lokal melalui dapur umum dan dapur PMBA.
• Distribusi MT Ibu Hamil dan Balita pada sasaran prioritas
dilakukan setelah dapur umum dan dapur PMBA
berjalan. Pemberian MT diberikan sesuai dengan
indikasi status gizi sasaran yang diperoleh melalui
penapisan: Pada Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (LiLA
< 23,5 cm) dan pada balita gizi kurang usia 6-59 bulan
(LiLA antara 11,5 cm - < 12,5 cm).

7.2 Suplementasi Vitamin A pada Bayi, Balita dan Ibu Nifas


• Sasaran pemberian vitamin A adalah bayi (6-11 bulan), balita
(12-59 bulan) dan ibu nifas untuk mencegah kekurangan
vitamin A dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh bayi
dan balita terhadap infeksi, serta mencegah Kejadian Luar
Biasa (KLB) campak dan diare.

90 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


• Bayi usia 6-11 bulan diberikan vitamin A dosis 100.000 IU
(kapsul biru), dan anak usia 12-59 bulan diberikan vitamin
A dosis 200.000 IU (kapsul merah). Bila kejadian bencana
terjadi dalam waktu kurang dari 30 hari setelah pemberian
kapsul vitamin A yaitu pada bulan kapsul vitamin A
(Februari dan Agustus) maka balita tidak perlu diberikan
kapsul vitamin A.
• Ibu nifas (0-40 hari) diberikan 2 kapsul vitamin A dosis
200.000 IU. Kapsul pertama diberikan pada hari pertama
setelah persalinan sedangkan kapsul berikutnya diberikan
pada hari berikutnya dengan selang waktu minimal 24 jam.

7.3 Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) Bagi Ibu Hamil


dan Remaja Putri
• Sasaran pemberian TTD adalah seluruh ibu hamil dan
remaja putri untuk mencegah anemia dan meningkatkan
daya tahan tubuh terhadap infeksi.
• Ibu hamil perlu diberikan 1 TTD setiap hari selama minimum
90 hari (90 tablet) selama masa kehamilan sedangkan
Remaja putri perlu diberikan 1 TTD setiap minggu
sepanjang tahun (52 tablet).
• Pemberian TTD pada ibu hamil di daerah endemis malaria
perlu berkoordinasi dengan penanggung jawab program
Pencegahan Penanggulangan Penyakit.

7.4 Koordinasi Suplementasi Gizi


• Berkoordinasi dengan program Pelayanan Kesehatan
untuk memastikan agar suplementasi zinc untuk terapi

BAB VII - SUPLEMENTASI GIZI 91


diare pada balita tanpa gizi buruk serta pemberian obat
cacing kepada sasaran.

7.5 Pemantauan dan Evaluasi Intervensi Suplementasi Gizi


• Pemantauan dan evaluasi dilakukan berdasarkan
kemajuan dari pelaksanaan rencana respon/intervensi
yang telah disusun.
• Pemantauan dan evaluasi bertujuan untuk memberikan
rekomendasi dan langkah-langkah penyesuaian yang
diperlukan.
• Pemantauan dan evaluasi dilakukan berdasarkan indikator
intervensi suplementasi gizi pada Tabel 9 di bawah ini.

Tabel 5. Keluaran dan indikator intervensi suplementasi gizi

Keluaran Intervensi Suplementasi Gizi:


Perlindungan status gizi melalui pencegahan kekurangan zat gizi mikro

Indikator keluaran
• Cakupan Makanan Tambahan Pada Ibu Hamil
• Cakupan Makanan Tambahan Pada Balita
• Cakupan Vitamin A pada Bayi
• Cakupan Vitamin A pada Balita
• Cakupan Vitamin A pada Ibu Nifas
• Cakupan TTD pada Ibu Hamil
• Cakupan TTD pada remaja putri

Keluaran Jangka Pendek 1:


Terlaksananya Pemberian MT Ibu Hamil , dan Balita.

Kegiatan kunci: Indikator

Persentase Ibu Hamil yang


diberikan MT
1.1. Distribusi menyeluruh MT Ibu Hamil, dan Balita
Persentase Balita 6-59 bulan
yang diberikan MT
Persentase Ibu Hamil KEK yang
diberikan MT (LiLA <23,5 cm)
1.2. Distribusi MT Ibu Hamil dan Balita pada sasaran prioritas Persentase Balita gizi kurang
yang diberikan MT (LiLA <12,5
cm)

Keluaran Jangka Pendek 2:


Terlaksananya Pemberian Vitamin A pada Bayi, Balita dan Ibu Nifas

Kegiatan Kunci Indikator


92 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Persentase Bayi (6-11 bulan),
2.1. Pemberian Vitamin A pada Balita dan Ibu Nifas untuk Balita (12-59 bulan) yang
peningkatan daya tahan tubuh serta pencegahan diberikan Vitamin A
diberikan MT
1.1. Distribusi menyeluruh MT Ibu Hamil, dan Balita
Persentase Balita 6-59 bulan
yang diberikan MT
Persentase Ibu Hamil KEK yang
diberikan MT (LiLA <23,5 cm)
1.2. Distribusi MT Ibu Hamil dan Balita pada sasaran prioritas Persentase Balita gizi kurang
yang diberikan MT (LiLA <12,5
cm)

Keluaran Jangka Pendek 2:


Terlaksananya Pemberian Vitamin A pada Bayi, Balita dan Ibu Nifas

Kegiatan Kunci Indikator


Persentase Bayi (6-11 bulan),
2.1. Pemberian Vitamin A pada Balita dan Ibu Nifas untuk Balita (12-59 bulan) yang
peningkatan daya tahan tubuh serta pencegahan diberikan Vitamin A
campak dan diare Persentase Ibu Nifas yang
mendapatkan Vitamin A

Keluaran Jangka Pendek 3:


Terlaksananya Pemberian TTD Pada Ibu Hamil dan Remaja Putri

Kegiatan Kunci Indikator

Persentase Ibu Hamil yang


menerima TTD sesuai standar
3.1. Pemberian TTD pada Ibu Hamil dan remaja putri
Persentase remaja putri yang
menerima TTD sesuai standar

Keluaran Jangka Pendek 4:


Terlaksananya Pemberian Obat Cacing dan Zinc pada balita untuk terapi diare

Kegiatan Kunci Indikator

Jumlah koordinasi yang


4.1 Koordinasi dengan program/sub klaster pelayanan dilakukan dengan program/sub
kesehatan untuk pemberian obat cacing dan zinc pada klaster pelayanan kesehatan
sasaran untuk pemberian obat cacing
dan zinc untuk terapi diare
pada sasaran

BAB VII - SUPLEMENTASI GIZI 93


94 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
©UNICEF/ 2020/Ijazah

DUKUNGAN GIZI
8. DUKUNGAN GIZI PADA KELOMPOK RENTAN
LAINNYA

• Dukungan gizi bagi kelompok rentan yaitu ibu hamil, ibu


menyusui, lansia dan penyandang disabilitas dilakukan
dengan memastikan agar kebutuhan gizi kelompok
rentan tersebut dapat dipenuhi melalui dapur umum yang
dilakukan oleh Kemensos/Dinsos serta instansi/organisasi
lain yang memiliki intervensi dapur umum pada situasi
bencana.
• Melibatkan anak penyandang disabilitas dalam upaya
kesiapsiagaan sangat penting untuk mengurangi risiko
dan membangun ketangguhan pada anak penyandang
disabilitas dan keluarganya dalam menghadapi bencana,
tetapi juga untuk membangun kapasitas, sumber daya
dan kemampuan respon dan pemulihan bencana yang
inklusif. Oleh karena itu, sangat penting untuk melibatkan
anak-anak dan remaja, termasuk penyandang disabilitas
dalam setiap tahapan penanggulangan bencana. Apabila
mereka belum dilibatkan pada masa kesiapsiagaan, maka
mereka perlu dilibatkan di dalam setiap tahapan respon.
• Dukungan gizi bagi pengungsi penderita penyakit kronis
dilakukan melalui kerjasama dengan program/sub klaster
pelayanan kesehatan untuk memastikan agar penderita
penyakit mendapatkan asupan gizi sesuai kebutuhannya.
• Alur intervensi dan kegiatan kunci dukungan gizi pada
kelompok rentan lainnya dapat dilihat pada Bagan 10.

BAB VIII - DUKUNGAN GIZI PADA KELOMPOK RENTAN LAINNYA 97


ALUR INTERVENSI DUKUNGAN GIZI PADA KELOMPOK RENTAN LAINNYA
Bencana/Potensi
Bencana

Lihat Bab 3 Lihat Bab 4

Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


Memastikan Terlaksananya Membuat Rencana Intervensi Dukungan Intervensi Dukungan Gizi Pada
Kajian Dampak Bencana dan Gizi Pada Kelompok Rentan Lainnya Kelompok Rentan Lainnya
Analisis Kebutuhan Gizi
Analisis Situasi Orientasi dan pendampingan
Analisis data pra-krisis dan pemenuhan gizi melalui dapur umum
penilaian kebutuhan awal
Penyusunan Kegiatan Pokok Memastikan Asupan Gizi yang sesuai
RHA Gizi bagi penderita penyakit kronik
Identifikasi Sumberdaya yang
Kajian multi sektor diperlukan Pengawasan Bantuan Makanan dan
Survei Gizi Minuman

Pemantauan & Evaluasi

Kelompok rentan terlindungi


dari masalah kekurangan gizi
akibat bencana

Bagan 10. Alur intervensi gizi pada kelompok rentan lainnya

98
8.1 Orientasi Dan Pendampingan Pemenuhan Gizi Melalui
Dapur Umum
• Dapur umum menyiapkan makanan banyak (bagi lebih
dari 50 porsi) untuk memenuhi kebutuhan gizi pengungsi
dan kelompok rentan. Penyelenggaraan dapur umum
merupakan tanggung jawab Kemensos/Dinsos/Tagana
(Klaster Perlindungan dan Pengungsian).
• Dapur umum bertujuan untuk menyediakan makanan
sesuai kebutuhan gizi yang higienis, aman dan dapat
didistribusikan secara cepat.
• Langkah-langkah di bawah ini perlu dilakukan untuk
memastikan pemenuhan gizi kelompok rentan melalui
dapur umum.

8.1.1 Melakukan orientasi tentang penyusunan menu


dapur umum kepada instansi terkait
• Sub Klaster Gizi Bekerjasama dengan Kemensos/
Dinsos/Tagana, dan BPBD, serta instansi yang memiliki
kapasitas pelaksanaan dapur umum untuk melakukan
orientasi tentang penyusunan menu, termasuk menu
untuk ibu hamil dan menyusui, bayi, anak, dan lansia.

8.1.2 Melakukan pendampingan pelaksanaan dapur


umum untuk pemenuhan gizi pengungsi
• Berdasarkan penyusunan menu bagi kelompok rentan,
sub klaster gizi dan mitra memastikan agar dapur
umum dapat menyiapkan makanan yang sesuai AKG
serta memperhatikan lima kunci keamanan makanan,
yaitu:

BAB VIII - DUKUNGAN GIZI PADA KELOMPOK RENTAN LAINNYA 99


- Terjaga kebersihannya (cuci tangan pakai sabun dan
air mengalir, peralatan makan sebelum digunakan
disiram menggunakan air panas);
- Pisahkan makanan mentah dan makanan yang
sudah dimasak;
- Gunakan makanan segar dan masak sampai
matang (daging, ayam, telur dan ikan);
- Simpan makanan dalam suhu yang tepat sesuai
dengan jenis makanannya; dan
- Gunakan air bersih yang aman.
• Memastikan agar kelompok disabilitas dan kelompok
rentan lainnya memiliki akses terhadap makanan yang
disediakan oleh dapur umum. Apabila bantuan khusus
diperlukan bagi korban bencana dengan disabilitas,
sampaikan informasi tersebut kepada Klaster
Perlindungan dan Pengungsian/Dinsos setempat.

8.2 Memastikan Asupan Gizi Yang Sesuai Bagi Penderita


Penyakit Kronik
• Penderita penyakit kronik memiliki kebutuhan asupan gizi
khusus.
Koordinator sub klaster gizi dan mitra sub klaster
bekerjasama dengan program/sub klaster pelayanan
kesehatan perlu memastikan agar penderita penyakit
kronik dapat dirujuk untuk mendapatkan layanan
kesehatan yang tepat dan asupan gizi yang sesuai.
• Berdasarkan data penderita penyakit (dari hasil RHA/
pendataan pengungsi terpadu) koordinator sub klaster gizi

100 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
berkoordinasi dengan sub klaster pelayanan kesehatan
untuk menentukan asupan gizi yang sesuai bagi pada
penderita penyakit.

8.3 Pengawasan Bantuan Bahan Makanan Dan Minuman


• Pengawasan bantuan makanan bertujuan untuk
melindungi korban bencana dan kelompok rentan dari
risiko diare, infeksi, keracunan dan lain sebagainya akibat
konsumsi bahan makanan yang tidak sesuai dengan
syarat kesehatan.
• Pengawasan bantuan makanan dan minuman dilakukan di
jalur pasok bantuan berkerja sama dengan klaster logistik
(BNPB/BPBD) mencakup:
- Pemisahan tempat penyimpanan bantuan bahan
makanan antara bahan makanan umum dan makanan
khusus bayi dan anak;
- Jenis-jenis bahan makanan yang diwaspadai termasuk
makanan dalam kemasan, produk pengganti ASI, botol
dan dot bayi serta makanan kemasan; dan
- Bantuan makanan produk dalam negeri dan luar
negeri harus diteliti nomor registrasi (MD/ML), tanggal
kadaluarsa, sertifikasi halal, aturan cara penyiapan dan
target penerima manfaat.
• Bekerjasama dengan sektor perlindungan dan
pengungsian (Dinsos/Kemensos) dan instansi/lembaga
terkait lainnya untuk melakukan pengawasan bantuan
bahan makanan dan minuman di pengungsian dan lokasi-
lokasi distribusi bantuan.

BAB VIII - DUKUNGAN GIZI PADA KELOMPOK RENTAN LAINNYA 101


• Apabila ditemukan bantuan makanan dan minuman
yang tidak sesuai syarat di atas, petugas harus segera
melaporkannya kepada koordinator sub klaster gizi untuk
diteruskan kepada klaster kesehatan/kepala Dinkes
setempat.

8.4 Pemantauan dan Evaluasi Dukungan Gizi pada


Kelompok Rentan Lainnya
• Pemantauan dan evaluasi dilakukan berdasarkan
kemajuan dari pelaksanaan rencana respon/intervensi
yang telah disusun untuk memberikan rekomendasi dan
langkah-langkah penyesuaian yang diperlukan.
• Pemantauan dan evaluasi dilakukan berdasarkan indikator
intervensi suplementasi gizi pada Tabel 6 berikut ini.

102 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Tabel 6. Keluaran dan Indikator Dukungan Gizi Pada Kelompok Rentan Lainnya

Keluaran Intervensi Dukungan Gizi Pada Kelompok Rentan Lainnya:


Perlindungan Status Gizi Kelompok Rentan Lansia, Penderita Penyakit dan Penyandang
Disabilitas
Indikator Keluaran:
Jumlah Kegiatan Kerja Sama, Koordinasi yang Dilakukan untuk Mendukung Pemenuhan Gizi
Lansia, Penderita Penyakit dan Penyandang Disabilitas

Keluaran Jangka Pendek 1:


Pemenuhan Gizi Pengungsi dan Kelompok Rentan Melalui Dapur Umum

Kegiatan Kunci Indkator


Jumlah orientasi pemenuhan
gizi yang dilakukan bagi
1.1. Orientasi dan Pendampingan Pemenuhan Gizi melalui penyelenggara dapur umum
dapur umum Jumlah pendampingan yang
dilakukan terhadap
penyelenggaraan dapur umum
Keluaran Jangka Pendek 2:
Korban Bencana Penderita Penyakit Mendapatkan Asupan Gizi yang Sesuai

Kegiatan Kunci Indikator


Jumlah kerjasama yang
dilakukan bersama dengan
2.1. Merujuk penderita penyakit kronik ke dietisien di program/sub klaster layanan
pelayanan kesehatan kesehatan untuk memastikan
korban bencana penderita
penyakit mendapatkan asupan
yang sesuai

Keluaran Jangka Pendek 3:


Terlaksananya Pengawasan Bantuan Makanan dan Minuman

Kegiatan kunci Indikator


Jumlah kerjasama yang
dilakukan dengan
sektor/klaster/instansi terkait
3.1. Pengawasan bantuan makanan dan minuman dalam pengawasan bantuan
bahan makanan dan minuman
di jalur pasok bantuan
termasuk di masyarakat

BAB VIII - DUKUNGAN GIZI PADA KELOMPOK RENTAN LAINNYA 103


104 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
MANAJEMEN
INFORMASI
©UNICEF/2006/Estey
9. MANAJEMEN INFORMASI DAN SURVEILANS
GIZI
• Manajemen informasi dan surveilans gizi mencakup
kegiatan analisis yang dilakukan secara sistimatis dan
terus menerus terhadap masalah gizi serta faktor-faktor
yang berpengaruh. Analisis yang dilakukan antara lain
analisis tren status gizi masyarakat di daerah terdampak,
serta analisis kesenjangan respon gizi.
• Koordinator sub klaster gizi bertugas untuk memastikan
berjalannya fungsi manajemen informasi dan surveilans
gizi. Teknis pelaksanaan manajemen informasi sub klaster
gizi dilakukan oleh tenaga pelaksana yang ditunjuk oleh
koordinator sub klaster gizi dengan dukungan dari TGC
Gizi, Tim Data dan Informasi Klaster Kesehatan serta mitra
yang kompeten.
• Tim Data dan Informasi di sub klaster gizi kabupaten/kota,
provinsi dan nasional memberikan informasi terkait upaya
respon gizi pada Tim Data dan Informasi Klaster Kesehatan
Nasional (Bagan 11).

BAB IX - MANAJEMEN INFORMASI DAN SURVEILANS GIZI 107


Bagan Sistem Informasi
Struktur Klaster Kesehatan Nasional
KOORDINATOR
EOC
PUSAT KRISIS KESEHATAN
TIM DATA DAN
INFORMASI

TIM PROMOSI DAN TIM LOGISTIK


KESEHATAN KESEHATAN

SUB KLASTER SUB SUB SUB


PENGENDALAN KLASTER KLASTER KIA KLASTER
PENYAKIT, DVI DAN PELAYANAN
PENYEHATAN KESEHATAN KESEHATAN
LINGKUNGAN, REPRODUKSI
DAN PENYEDIAAN
AIR BERSIH
NCC

PHEOC

SUB KLASTER
SUB KLASTER KESEHATAN
GIZI JIWA

Bagan 11. Posisi Sub Klaster Gizi di dalam Bagan Sistim Informasi Klaster Kesehatan.

Sumber: PMK no 75 Tahun 2019 Tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan

• Tahapan manajemen informasi dan surveilans gizi pada


masa tanggap darurat adalah berikut di bawah ini (Bagan
12).

108 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
109
BAB IX - MANAJEMEN INFORMASI DAN SURVEILANS GIZI
Manajemen Informasi dan Surveilans Gizi Pada Situasi Bencana
Pengumpulan Data
Pengumpulan data
Membuat Rencana Pra-Krisis
Pengolahan dan Analisis dan Penyebaran dan
Manajemen Memastikan ketersediaan Penyajian Data Pemanfaatan Data Dokumentasi
Informasi data 4W* Gizi
Catatan:
Manajemen informasi bertujuan untuk menyediakan informasi yang tepat untuk menghasilkan informasi yang dapat mendukung
pengambilan keputusan dan perencanaan kegiatan penanganan gizi pada situasi bencana
* 4W= Who, What, Where, When (Informasi terkait pelaku-pelaku yang terlibat di dalam penanganan gizi, jenis kegiatan yang
dilakukan, lokasi serta waktu pelaksanaannya.
Bagan 12. Alur Kegiatan Manajemen Informasi dan Surveilans Gizi Pada Situasi Bencana
9.1 Perencanaan Manajemen Informasi dan Surveilans Gizi
• Rencana manajemen informasi dan surveilans gizi dibuat
oleh staf yang ditunjuk oleh penanggung jawab gizi/
koordinator sub klaster gizi.
• Rencana manajemen informasi dan surveilans gizi
mencakup pembuatan alur penyampaian informasi, daftar
sumber data, sistem pengarsipan, daftar pembagian tugas,
daftar jenis produk informasi yang akan dibuat, jadwal dan
frekuensi pelaporan, serta metode penyebaran yang akan
digunakan.
• Tabel rencana manajemen informasi penanganan gizi
dapat dilihat pada lampiran 9.1.

9.2 Pengumpulan Data


9.2.1 Pengumpulan data pra-bencana dan paska bencana
• Data yang diperlukan dalam pelaksanaan manajemen
informasi dan surveilans gizi adalah:
- Data pengungsi, jumlah sasaran yang terdampak
berdasarkan usia, jenis kelamin, kerentanan
termasuk disabilitas
- Data penyakit
- Data status layanan kesehatan (fasilitas kesehatan,
SDM kesehatan)
- Status gizi masyarakat sebelum dan setelah
bencana dan praktik yang terkait seperti praktik
PMBA dan PHBS
- Sumber daya terkait penanganan gizi yang tersedia
termasuk sumberdaya mitra (SDM, alat dan bahan,
dukungan operasional)

110 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
- Ketersediaan logistik gizi
• Sumber data-data di atas diperoleh dari:
- RHA Gizi
- Penapisan/pengukuran antropometri
- Kajian multi sektor
- Kajian sektor kesehatan dan sektor lain yang terkait
(sektor air bersih, pangan dll)
- Survei Gizi
- Informasi dari mitra sub klaster gizi dan instansi
terkait
- Data sekunder yang tersedia sebelum bencana
(pra-bencana)
• Daftar data dan sumber data dapat dilihat secara
terperinci pada tabel 2.

9.2.2 Memastikan ketersediaan data 4W (Who is doing


what, Where, When) Gizi
• Pengumpulan data 4W bertujuan untuk mengidentifikasi
jenis intervensi, sebaran daerah kegiatan yang sudah
dilaksanakan serta organisasi pelaksana yang terlibat
sehingga kesenjangan yang ada dapat diidentifikasi.
• Koordinator Sub Klaster Gizi perlu berperan untuk
menghimbau mitra sub klaster untuk melengkapi data
laporan 4W. Format laporan 4W dapat dilihat pada
lampiran 9.2.
• Mitra sub klaster berperan untuk menyediakan data
laporan 4W sesuai dengan format dan frekuensi yang
disepakati di dalam pertemuan koordinasi sub klaster
gizi.

BAB IX - MANAJEMEN INFORMASI DAN SURVEILANS GIZI 111


• Staf manajemen informasi sub klaster gizi bertugas
untuk memberikan penjelasan dan pengarahan bagi
mitra sub klaster di dalam pengisian formulir laporan
4W.

9.3 Pengolahan dan Penyajian Data


• Tim data dan informasi sub klaster gizi mengolah dan
menyajikan data yang dikumpulkan berupa produk-produk
informasi dalam bentuk, diagram, tabel, peta, infografis
dan lain sebagainya. Contoh-contoh produk informasi
yang diperlukan antara lain:
1. Peta jumlah dan sebaran kelompok sasaran (contoh
pada Gambar 1);
2. Peta Intervensi Gizi yang sudah dilakukan, misalnya:
peta dapur PMBA yang sudah dilaksanakan, peta
sebaran kasus gizi kurang dan gizi buruk yang
diidentifikasi dan ditangani, dan peta sebaran sasaran
suplementasi gizi (contoh pada Gambar 2);
3. Pemetaan 4W: siapa melakukan apa, dimana, dan
kapan (contoh pada Gambar 3); dan
4. Infografis Kemajuan dan Kesenjangan respon gizi
(contoh pada Gambar 4).

112 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
2 3
MAPPING TITIK SASARAN BAYI, BALITA, BUSUI, No Lokasi
1 4 Posko pramuka 99 Biromaru
1
BUMIL, LANSIA DI LOKASI PENGUNGSIAN KAB. SIGI KK=84, Jiwa=315, Balita=4, Busui=1. Lansia=5
Posko putih lapangan Mpanau
5 2
13 KK=165, Jiwa=448, Bayi=8, Balita=24, Bumil=2, Busui=8, Lansia=48
(31/DESEMBER/2018) Posko Mpanau Pombewe
3
6 KK=110, Jiwa=423, Bayi=4, Balita=9, Busui=4, Lansia=7
14 Posko Mpanau Hijau
4
8 KK=105, Jiwa=345, Bayi=3, Balita=10, Bumil=3, Busui=3, Lansia=9
Posko Mpanau belakang
5
7 KK=55, Jiwa=268, Bayi=7, Balita=14, Busui=7, Lansia=23
15 9 Posko PMI Jono Oge
6
KK=131, Jiwa=464, Bayi=19, Balita=32, Bumil=4, Busui=19, Lansia=26
Huntara Dompet Dhuafa
33 Titik Posko/Tenda Pengunsi 7
10 KK=46, Jiwa=175, Bayi=3, Balita=5, Bumil=1, Busui=4, Lansia=16
16 Posko Likuifaksi Ds. Jono Oge
8
2809 Kepala Keluarga KK=101, Jiwa=427, Balita=5, Bumil=2, Busui=5, Lansia=10
12 11 Posko Rumah Senyum
9
10977 Jiwa 17 KK=15, Jiwa=34, Balita=3,
Huntara Rumah Zakat
10
19 KK=25, Jiwa=238, Bayi=2, Busui=2
83 Bayi 18 11
Huntara Rumah senyum Loru
KK=9, Jiwa=31, Lansia=2
613 Balita 20
12
huntara lolu
28 KK=84, Jiwa=410
46 Bumil 21
Posko Desa Kabobona
13
22 KK=14, Jiwa=45, Bayi=1, Balita=6, Busui=2, Lansia=5
46 Busui 29 Posko Desa Kabobona Belakang swalayan
14
KK=4, Jiwa=12, Bayi=2, Balita=1, Busui=1, Lansia=1
741 Lansia 23 Huntara Kabobona
15
KK=147, Jiwa=395,
24 30
Posko 2 Jono Oge
16
KK=169, Jiwa=459, Bayi=5, Balita=33, Bumil=4, Busui=10, Lansia=26
25 Posko 3 Huntara Sangurara
31 17
KK=145, Jiwa=416, Bayi=7,Balita=28, Busui=15, Lansia=28
26
Posko Desa Sidera Karawana
18
5 Posko  Bayi & Balita > 50 orang KK=28, Jiwa=101, Bayi=2, Balita=1, Busui=3, Lansia=6
27 32
Huntara Solove
19
KK=160,Jiwa=522, Bayi=7, Balita=35, Bumil=6, Busui=25, Lansia=88
Huntara Potoya 1
4 Posko  Bayi & Balita 30 – 50 orang 33 20
KK=131, Jiwa=513, Balita=34, Bumil=2, Busui=3, Lansia=13
Huntara Potoya 2
21
KK=27, Jiwa=89, Balita=15, Bumil=2,Busui=3, Lansia=13
24 Posko Bayi & Balita < 30 orang Lapangan Langaleso
22
KK=120, Jiwa=200, Balita=25, Bumil=1, Lansia=15
Lapangan Pesaku
23
KK=76, Jiwa=276, Bayi=10, Balita=35, Bumil=2, Busui=10, Lansia=35
7 Posko  Bumil & Busui > 10 orang Lapangan Wisolo
24
KK=26, Jiwa=96, Balita=4, Busui=4, Lansia=10
Dusun 2 Bangga
25
KK=275, Jiwa=2267, Balita=66, Busui=6, Lansia=10
Dusun 3 Bangga
26
KK=114, Jiwa=402, Balita=35, Bumil=3,
5 Posko  Lansia > 30 orang Desa Poi
27
KK=121, Jiwa=431, Bayi=3, Balita=31, Lansia=68
Posko Huntara ACT Sibalaya
28
KK=60, Jiwa=230,Balita=35, Bumil=2,Busui=4, lansia=20
Posko Pengungsian Pasar Sibalaya
29
KK=108, Jiwa=389, Balita=91, Bumil=2, Busui=12, Lansia=223
Posko Pengungsian Maleo
30
KK=31, Jiwa=70, Balita=15, Bumil=1, Busui=5, Lansia=15
31 Posko Pengungsian Dsn. 3 (Salua)
Posko Pengungsian dsn. 1 & 2 Boladangko
32
KK=67,Jiwa=245, Balita=14, Busui=3, Lansia=17
Posko Pengungsian dsn. 3 Bolandanko
33
KK=54, Jiwa=240, Balita=3, Bumil=1,Busui=3, Lansia=10

Gambar 1. Contoh pemetaan sasaran kelompok rentan

BAB IX - MANAJEMEN INFORMASI DAN SURVEILANS GIZI


113
MAPPING TITIK PEMBERIAN PMT BUMIL & No Lokasi
No Lokasi
Posko 1 (Petobo Atas)
BALITA dan PENYULUHAN KESEHATAN DI
Posko 1 Taipa Vatu Oge RW 5 1
33 KK = 88, Jiwa = 352, Balitas=31, Lansia=5
KK=113, Jiwa=300, Balita=40, Busui=20, Lansia=25
Posko 2 (Petobo Atas)
Posko 3 Taipa Vatu Oge Rw 5 RT 3 2
LOKASI PENGUNGSIAN KOTA PALU
47 48 46 34
KK=52, Jiwa=100, Balita=50, Bumil=10, Busui=20, Lansia=25
KK=276, Jiwa=952, Balitas=72, Lasnia=7
Posko 3 (Huntara banua petobo)
Pos Kesehatan Kayu Malue 3
35 Kk=84, Jiwa=316, Bayi=17, Balitas=20, Busui=17, Lansia=20
(31/DESEMBER/2018) 45 KK=54, Bumil=2
Posko 4 (Petobo Atas)
Lapangan Bosa 4
36 KK=35, Jiwa=140, Balitas=15, Lansia=23
KK=149, Jiwa=630, Balita=71, Bumil=2,Lansia=26
Posko 5 (posko PMI) (Petobo Atas)
Lapangan Liku 5
37 KK=300, Jiwa=1600, Bayi=15, Balitas=74, Busui=15 Lansia, 150
KK=200,Jiwa=584, Balita=56, Bumil=5, Busui=30, Lansia=46
Posko 6 (Petobo Atas)
Lapangan Kadongo 6
38 KK=131, Jiwa=546, Balitas=42, Lansia=69
KK=119, Jiwa=449,balita=48, Bumil=5, Busui=25, Lansia=53
Posko lapangan FAKIH RASYID KOREM 132
Posko Ramba Pala RW 7 7
39 KK=64, Balitas=30
64 Titik Posko/Tenda Pengunsi PANTOLOAN KK=27,Jiwa=91, Balita=9, Busui=5, Lansia=7
Posko Pacuan Kuda Desa Bamba RW 6 8
Posko Mandiri Petobo
43 40 KK=13, Jiwa=51, Bayi=5, Balitas=8, Busui=4, Lansia=3
41 KK=90, Jiwa=330, Bayi=4, Balita=25, Bumil=4, Busui=11, Lansia=14

Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


Huntara Warna warni (Kandang Kuda)
6725 Kepala Keluarga 41
Posko RT 10 Tinta Baru 9
KK=18, Jiwa=44, Balitas=1, Lansia=8
KK=51, Jiwa=225, Bayi=1, Balita=28, Busui=1, Lansia=4
Posko Dewi sartika
25382 Jiwa 39 42
Posko Tinambu
KK=50, Jiwa,147, Bayi=3, Balita=30, Bumil=1,Busui=8, Lansia=4
10
KK=5, Jiwa=20, Balita=4, Bumil=1
Posko Auri Dewi Sartika
Posko Mawar 11
213 Bayi 38
43
KK=88, Jiwa=300,Balita=64, Bumil=2,Busui=9, Lansia=26
Kk=26, Jiwa=107, Bayi=1, Balita=11, Busui=1, Lansia=3
Posko Thamrin
37 40 42 44 Posko Gabungan Tavaili 12
2484 Balita 44
KK=241, Jiwa=800, Balita=43, Bumil12, Busui=28, Lansia=68
Kk=85, Bayi=3, Balita=33, Busui=3, Lansia=25
Posko Halaman Man 2 Palu
Posko Lambangu Pantoloan Induk 13
36
123 Bumil 34 35 45
KK=70, Jiwa=304, Bayi=3, Balita=25, Bumil=1, Busui=8, Lansia=3
KK=8, Jiwa=20, Balita=1, Bumil=1, Lansia=4
Posko Sukarno Hatta 2
33 Posko Ova Pantoloan Induk 14
337 Busui 46
KK=207, Jiwa=715, Bayi-12, Balita=70, Bumil=4, Lansia=14
KK=27, Jiwa=117, Busui=2, Balita=6, Bumil=1, Lansia=4
Posko Lapangan Dayodara
49 15
1724 Lansia 29 30 31 47
Posko Wara Pantoloan Boya
KK=35,Jiwa=135, Balita=12, Bumil=2, Busui=5, Lansia=11
KK=100, Jiwa=150, Bayi=8, Balita=15, Busui=8, Bumil=2, Lansia=5
Posko Lapangan Golf (Talise)
32 Posko Tongge Pantoloan Boya 16
48 KK=30, Jiwa=106, Bayi=2, Balita=12, Bumil=1, Busui=2, Lansia=13
51 KK=38, Jiwa=160, Bayi=6, Balita=51, Bumil=2,Busui=4,Lansia=3 Posko Gedung Koni Madani
Huntara ACT Buluri 17
27 49 KK=67, Jiwa=250, Bayi=7, Balitas=15, Bumil=2, Busui=7, Lansia=14
50 KK=80, Jiwa=290, Bayi=8, Balita=21, Bumil=4, Busui=11, Lansia=11 Posko Bundaran STQ Soekarno Hatta
54 23 24 28 18
Posko Madina 517 KK=12, Jiwa=30, Bayi=2, Balita=5, Busui=2
50
20 KK=54, Jiwa=168, Balita=22,Bumil=2, Busui-2, Lansia=16 Posko Depan Unismuh
Bayi & Balita > 50 orang 51
Posko Lapangan Bente 19
KK=31, Jiwa=112, Balita=61, Busui=6, Lansia=11
21 22 KK=107, Jiwa=336, Balita=43, Bumil=5,Busui=20, Lansia=42 Posko Tondo Pesisir Pantai
17 Posko Samalagi 20
52 KK=46, Jiwa=106, Balita=21, Busui=3, Lansia=15
Bayi & Balita 30 – 50 orang KK=150, Jiwa=504, Bayi=4, Balita=43, Bumil=9, Busui=1, Lansia=56
21
Posko Lapangan Kompas Huntara
16 53
Posko Belakang Gudang WING KK=80, Jiwa=284, Bayi=10,Balita=14, Bumil=3,Lansia=19
KK=74, Jiwa=263, Bayi=8, Balita=18, Busui=6, Lansia=13 Posko Tando Lapangan Kelinci Tondo
52 18
Bayi & Balita < 30 orang 19 14 Posko Terminal Tipo 22
64 54 KK=37, Jiwa=60, Balita=10, Busui=7, Lansia=10
KK=104,Jiwa=335, Bayi=12, Balita=21, Bumil=2,Busuo=2, Lansia=62 Posko Pengungsian Tondo Pesisir (Vatutela)
23
53 55
Posko Lapangan Mister KK=43, Jiwa=106, Balita=23, Busui=3, Lansia=15
55 57 KK=146, Jiwa=507, Balita=53, Bumil=2,Busui=10,Lansia=75 Layana Lap. Angkasa Muda
15 13 25 24
Posko Tumbelaka KK=132, Jiwa=530, Bayi=9, Balita=33, Bumil=2, Lansia=20
Bumil & Busui > 10 orang 56 56
KK=94, Jiwa=478, Bayi=9, Balita=34, Bumil=3, Busui=10, Lansia=182
25
Posko Lapangan Perintis
58 Masjid Agung KK=18, Jiwa=68, Bayi=2, Balita=8, Bumil=1, Busui=2, Lansia=2
57 KK=415,Jiwa=1662,Bayi=21, Balita=147, Bumil=5,
60 BALAROA Busui=10,Lansia=182 26
Posko Bukit Kawatuna
KK=57, Jiwa=243, Bayi=5, Balita=18, Busui=3, Lansia=23
Stadion Galara Posko Bukit Tunggal 1 Mamboro
58
PMT BUMIL & BALITA KK=27, Jiwa=121, Balita=6, Bumil=1, Lansia=10 27
KK=120, Jiwa=425, Bayi=5, Balita=45, Bumil=2,Busui=2, Lansia=21
2 1 26 Lapangan pengawu Posko Depan Pesantren (Mamboro)
7 59
61 KK=20,Jiwa=79, 28
KK=40, Jiwa=131, Bayi=12, Balita=8, Busui=4, Lansia=21
Shelter Terpadu PMI (Balaroa) Posko Bukit Tunggal 3 Mamboro
62 12 60
5 KK=319, Jiwa=2473 29 KK=331, Jiwa=1547, Bayi=19, Balita=71,Bumil=2,Busui=1,
BELUM ADA PENYULUHAN KESEHATAN 63 61
Huntara SMKN 4 Palu Lansia=119
4 6 KK=96, Jiwa=210, Bayi=2, Balita=20, Busui=1, Lansia=36 Posko Bukit Tunggal 2 Mamboro
30
59 11 10 Posko Bantaya KK=210, Jiwa=663,Bayi=2, Balita=46, Bumil=2, Lansia=67
62
3
PETOBO KK=264,Jiwa=1112, Balita=110, Lansia=146
31
Posko Kantor Camat Palu Utara (Mamboro )
Posko Gawalise KK=76, Jiwa=330, Bayi=4,Balita=35, Bumil=1, Busui=8, Lansia=30
9 63
KK=329,Jiwa=1153, Balita=438 Posko Baku ganda (Mamboro)
32
8 64
Lere KK=67, Jiwa=250, Balita=17,Bumil=6, Busui=3, Lansia=26
KK=205, Jiwa=765, Bayi=11, Balita, 70, Bumil=5, Lansia=118
Gambar 2. Contoh pemetaan kesenjangan intervensi

114
MAPPING KEGIATAN GIZI OLEH LEMBAGA/ORGANISASI
NASIONAL/INTERNASIONAL DI KOTA PALU
(31/DESEMBER/2018)
PANTOLOAN

Jenis Kegiatan
1. Distribusi Bahan Makanan
2. Distribusi Bahan Makanan – PMT Biskuit
3. Dapur Umum dan PMBA
4. Pelatihan Tata Laksana Gizi Buruk MAMBORO
5. Konseling PMBA

Hop e W or l d w i d e MoH/P HO /D HO
Distribusi Bahan Makanan Distribusi Bahan Makanan – PMT Biskuit

A d v e n t i s t D e v e l op m e n t an d R e l i e f A g e n c y UN IC EF
In t e r n at i on al A D R A Pelatihan Tata Laksana Gizi Buruk
Dapur Umum dan PMBA

LA Z N A S B S MU/K i d z s m i l e Y ay as an S ay an g i Tu n as C i l i k ( Y S TC )
Dapur Umum dan PMBA Konseling PMBA

Y ou t h f or Ex c h an g e an d Un d e r s t an d i n g W ah an a V i s i In d on e s i a BALAROA
( A A H/Y EU) Konseling PMBA
Konseling PMBA

PETOBO

Gambar 3. Contoh pemetaan 4W (Who, What, Where, When)

BAB IX - MANAJEMEN INFORMASI DAN SURVEILANS GIZI


115
Dashboard Respon Sub Klaster Gizi [Nama Bencana] – Periode [Bulan & Tahun]
[Masukan nama/logo organisas/instansi yang terlibat dalam respons gizi]
Situasi [Masukan ringkasan situasi dan kebutuhan gizi kelompok sasaran, serta prioritas kebutuhan]

Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


Sasaran Intervensi Gizi Sasaran Intervensi Gizi
Bumil Balita Gizi Balita Gizi Penderita Penyakit
Baduta Lansia
KEK Kurang Buruk Kronik
0-23 bln
3,200,000 200,000 400,000
Capaian VS Target Jumlah sasaran yang ditangani berdasarkan prevalensi wasting per wilayah
Penanganan Gizi Kurang Penanganan Gizi Buruk Penanganan Bumil KEK
PMT Ibu Hamil PMT Balita PMBA
Keterangan:
KEK: Kurang Energi Kronik Prevalensi Wasting
Baduta: Bayi berusia di bawah 2 tahun Rendah
PMBA: Pemberian Makan Bayi dan Anak Sedang
Tinggi
Jumlah sasaran gizi yang di tangani
Gambar 4. Contoh infografis kemajuan dan kesenjangan respon gizi.

116
9.4 Analisis dan Pemanfaatan Data
• Analisis dilakukan oleh koordinator sub klaster gizi
bersama dengan mitra sub klaster gizi berdasarkan data
yang telah diolah dan disajikan oleh staf pelaksana
manajemen informasi.
• Aspek-aspek yang dianalisis antara lain:
- Status gizi kelompok rentan (meningkat/menurun/sama
saja, faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
tersebut);
- Kesenjangan intervensi (kelompok sasaran atau
wilayah yang belum tertangani);
- Kesenjangan implementasi respon gizi (sejauh mana
rencana respons gizi sudah terlaksana, apakah
diperlukan penyesuaian intervensi); dan
- Kesenjangan sumberdaya (apakah sumberdaya yang
tersedia baik SDM, obat dan perbekalan kesehatan
terkait gizi telah mencukupi, sumber daya apa saja yang
masih dibutuhkan, apa yang mungkin terjadi apabila
kebutuhan tersebut tidak terpenuhi dalam kurun waktu
satu, dua atau tiga minggu kedepan).
• Rekomendasi hasil analisis data/RHA dimanfaatkan
sebagai dasar pengambilan keputusan di dalam
menyesuaikan rencana respon gizi serta mobilisasi sumber
daya untuk memenuhi kesenjangan.

BAB IX - MANAJEMEN INFORMASI DAN SURVEILANS GIZI 117


9.5 Penyebaran dan Dokumentasi Produk-Produk Informasi
• Diseminasi hasil surveilans gizi dan analisis kesenjangan
respons disampaikan secara berjenjang kepada Tim Data
dan Informasi Klaster Kesehatan serta Dinkes/Kemenkes
(Bagan 13).
• Produk-produk informasi disebarkan melalui:
1. Pertemuan koordinasi penanganan gizi dan pertemuan
antar klaster/lintas sektor;
2. Laporan situasi (harian) Sub Klaster Gizi;
3. Papan informasi di sekretariat sub klaster;
4. Situs Web /portal penanggulangan bencana dan portal
lainnya yang disepakati; dan
5. Sirkulasi softcopy melalui e-mail dan media sosial.
• Produk-produk informasi yang telah dibuat kemudian
disimpan di platform yang disepakati antara staf pelaksana
manajemen informasi dan koordinator sub klaster gizi di
setiap tingkatan serta memastikan agar produk-produk
tersebut dapat diakses dengan mudah.

118 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Wilayah

Bagan 13. Alur penyampaian Informasi perkembangan penanggulangan krisis kesehatan.


Sumber: PMK no 75 Tahun 2019 tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan.

BAB IX - MANAJEMEN INFORMASI DAN SURVEILANS GIZI 119


120 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
©UNICEF/2006/Estey

RISIKO
KOMUNIKASI
10. KOMUNIKASI RISIKO DAN PELIBATAN
MASYARAKAT
• Komunikasi risiko dan pelibatan masyarakat merupakan
komponen respon gizi yang tidak dapat dipisahkan.
Komunikasi risiko pada situasi bencana bertujuan untuk
memberikan informasi tepat bagi masyarakat agar dapat
mengambil tindakan yang efektif dan efisien dalam
menghadapi risiko-risiko yang timbul pada situasi bencana.
• Komunikasi yang efektif tentang risiko bencana yang
mungkin timbul, serta cara mendapatkan bantuan,
bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat
dalam respon bencana.
• Pelibatan masyarakat merupakan menjadi bagian integral
dari setiap respon sejak awal bencana untuk memastikan
kualitas, efektivitas dan ketepatan waktu respon gizi
melalui keterlibatan dari masyarakat.

Komunikasi Risiko & Pelibatan Masyarakat

Komunikasi Risiko
Diseminasi Pesan Kunci
Pesan Kunci PMBA
Kaji Cepat
Pesan Kunci Pencegahan
Komunikasi & Penanganan Gizi Pelibatan
Risiko Kurang/Gizi Buruk Masyarakat
Pesan Kunci
Suplementasi Gizi
Pesan Kunci terkait akses
terhadap bantuan

Catatan:
Komunikasi menjadi unsur penting dalam proses pelibatan masyarakat. Dengan komunikasi,
melalui dialog dua arah dengan masyarakat terdampak, pemberi bantuan dapat berbagi
informasi mengenai berbagai kegiatan penyelamatan jiwa, dan pada saat yang sama,
mendengarkan berbagai keluhan, solusi, saran dan kebutuhan dari masyarakat terdampak.
Dengan demikian masyarakat terdampak memiliki suara dalam segala keputusan pemberian
bantuan bagi mereka sendiri. Semakin banyak informasi yang dimiliki masyarakat, semakin kecil
pula kemungkinan kebingungan dan kesalahpahaman sehingga risiko-risiko yang mungkin
timbul akibat informasi yang tidak akurat dapat dikurangi

Bagan 14. Alur Komunikasi Risiko dan Pelibatan Masyarakat

BAB X - KOMUNIKASI RISIKO & PELIBATAN MASYARAKAT 123


10.1 Kaji Cepat Komunikasi Risiko
• Penanggung jawab program gizi/koordinator sub
klaster gizi bertugas untuk memastikan agar kaji cepat
komunikasi risiko gizi dilakukan pada fase siaga darurat
atau segera setelah bencana.
• Kaji cepat risiko dapat dilakukan secara terkoordinir
bersama dengan klaster kesehatan maupun secara
terintegrasi dengan klaster lainnya seperti klaster
perlindungan dan pengungsian.
• Kaji cepat komunikasi risiko bertujuan untuk
mengidentifikasi saluran komunikasi yang sesuai serta
informasi yang dibutuhkan oleh populasi terdampak
khususnya kelompok sasaran gizi. Aspek-aspek yang
perlu dikaji adalah:
- Kanal informasi yang paling tepat dan tersedia
untuk menyampaikan pesan kepada kelompok
sasaran gizi (radio, TV, kegiatan sosial, dll);
- Persepsi audiens terhadap pesan yang ingin
disampaikan, misalnya persepsi Ibu hamil dan
menyusui terhadap praktik pemberian ASI dan
perilaku hidup bersih dan sehat; dan
- Kelompok/orang yang berpengaruh di masyarakat
seperti misalnya tokoh agama, tokoh masyarakat
maupun organisasi masyarakat yang memiliki
perhatian khusus pada isu gizi untuk dapat
dilibatkan dalam diseminasi pesan kunci.

10.2 Diseminasi Pesan Kunci


• Penanggung jawab program gizi/koordinator sub klaster
bersama dengan mitra sub klaster perlu memastikan
agar pesan-pesan kunci terkait risiko gizi masyarakat
dalam situasi bencana perlu dikembangkan sesegera
mungkin sejak fase siaga darurat. Apabila pesan

124 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
kunci telah dikembangkan sebelum bencana (di masa
kesiapsiagaan), pesan-pesan tersebut perlu diulas
sebelum didiseminasikan untuk memastikan kesesuaian
pesan dengan konteks dan situasi sosial budaya di lokasi
bencana.
• Koordinator sub klaster gizi dan mitra perlu memastikan
agar pesan komunikasi risko disebarkan melalui kanal
informasi yang ramah bagi penyandang disabilitas,
setidaknya dalam dua format berbeda (misalnya, brosur,
audio pengumuman). Material komunikasi, informasi
dan edukasi yang dikembangkan juga perlu memberikan
gambaran positif tentang anak-anak dan perempuan
penyandang disabilitas pada kelompok sasaran
gizi (misalnya, Ibu hamil penyandang disabilitas atau
penyandang disabilitas Ibu menyusui).
• Pesan-pesan yang perlu dikembangkan dan disampaikan
kepada populasi terdampak mencakup informasi terkait
risiko terkait gizi yang mungkin timbul akibat bencana
serta informasi terkait akses terhadap bantuan. Beberapa
pesan kunci yang perlu dikembangkan dan disampaikan
antara lain adalah :
• Pesan Kunci Terkait PMBA & Menyusui:
- Risiko meningkatnya angka kesakitan pada baduta
akibat tidak menyusu;
- Risiko meningkatnya angka kesakitan pada anak
akibat pemberian susu formula botol, dot bayi dan
produk-produk pengganti ASI yang tidak tepat
pada situasi bencana;
- Pentingnya pemberian MPASI yang tepat; dan
- Prosedur pengelolaan donasi produk pengganti
ASI, botol dan dot, serta makanan dan minuman
bayi dan anak.

BAB X - KOMUNIKASI RISIKO & PELIBATAN MASYARAKAT 125


• Pesan Kunci Terkait Pencegahan dan Penanganan Gizi
Kurang dan Gizi Buruk pada Balita:
- Identifikasi gizi buruk;
- Risiko menurunnya status gizi masyarakat pada
situasi bencana;
- Risiko meningkatnya angka kesakitan dan kematian
pada balita pada situasi bencana akibat gizi kurang
dan gizi buruk;
- Akses kelompok rentan terhadap bantuan pangan
yang bergizi dan sesuai usia;
- Informasi terkait alur penanganan dan rujukan balita
dengan gizi kurang dan gizi buruk serta mekanisme
pendanaannya;
- Pentingnya keterlibatan masyarakat untuk deteksi
dini dan penanganan anak gizi kurang dan gizi
buruk; dan
- Akses kelompok sasaran gizi terhadap bantuan
tunai dan non-tunai untuk meningkatkan akses
terhadap makanan yang bergizi.
• Pesan Kunci Terkait suplementasi gizi:
- Risiko kekurangan zat gizi mikro; dan
- Cara mendapatkan akses terhadap suplemen gizi.

10.3 Pelibatan Masyarakat


• Koordinator sub klaster gizi memastikan agar pelibatan
masyarakat dilakukan pada setiap tahapan respon gizi
yang relevan misalnya dalam kajian dampak dan analisis
kebutuhan gizi, penapisan, pelaksanaan kegiatan dan
pemantauan.
• Mitra sub klaster gizi berperan untuk memastikan agar
pelibatan masyarakat dapat dilaksanakan secara optimal
pada kegiatan dukungan gizi yang dilakukan oleh masing-
masing organisasi.

126 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
• Koordinator sub klaster gizi dan mitra bersama-sama
memastikan agar mekanisme umpan balik dan pemberian
saran terkait respon gizi dapat tersedia. Antara lain
dengan menyepakati narahubung untuk program gizi di
masing-masing wilayah kerja/di pengungsian, membuat
kotak saran, memberikan nomor telepon pengaduan untuk
memudahkan penerima manfaat yang ingin memberikan
umpan balik terhadap dukungan gizi.
• Koordinator sub klaster gizi dan mitra memastikan agar
kelompok rentan dilibatkan di dalam perencanaan
kegiatan serta melibatkan perwakilan dari masing-masing
kelompok, baik laki-laki maupun perempuan.
• Perwakilan dari sub klaster gizi untuk terlibat di dalam
kelompok kerja pelibatan masyarakat (apabila dibentuk) di
masing-masing wilayah untuk memastikan agar pelibatan
masyarakat dilakukan secara terkoordinir dan terstruktur
bersama dengan organisasi dan instansi yang terlibat di
dalam penanggulangan bencana.

BAB X - KOMUNIKASI RISIKO & PELIBATAN MASYARAKAT 127


128 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
©UNICEF/2005/Holmes

LOGISTIK
11. MANAJEMEN LOGISTIK GIZI
• Manajemen logistik gizi dalam situasi bencana bertujuan
untuk memastikan ketersediaan alat dan bahan untuk
mendukung kegiatan respon gizi.
• Manajemen logistik gizi merupakan bagian dari manajemen
logistik, obat dan perbekalan kesehatan. Tim logistik sub
klaster gizi harus berkoordinasi dan bekerjasama dengan
Tim logistik klaster kesehatan dalam setiap tahapan
kegiatan.
• Fungsi manajemen logistik gizi pada situasi bencana
dilakukan oleh staf/tim yang ditunjuk oleh penanggung
jawab gizi didukung oleh mitra sub klaster gizi (apabila
ada).
• Tantangan yang kerap muncul dan perlu diantisipasi
dalam pengadaan/penyediaan perbekalan kesehatan
pada situasi bencana, antara lain adalah:
- Obat dan perbekalan kesehatan tidak tersedia/kurang;
- Obat dan perbekalan kesehatan tidak sesuai kebutuhan
sehingga tidak terpakai;
- Obat dan perbekalan kesehatan disimpan sembarang;
- Pendistribusian memakan waktu lama; dan
- Bantuan obat dan perbekalan kesehatan tidak merata.
• Alur manajemen logistik gizi pada situasi bencana
dijelaskan di bawah ini (Bagan 15)

BAB XI - MANAJEMEN LOGISTIK GIZI 131


Bencana/Potensi
Bencana

Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


Perencanaan Penyediaan Obat dan Penyimpanan &
Logistik Gizi Perbekalan Kesehatan Pendistribusian
terkait Gizi
Pemusnahan Obat dan Pencatatan dan
Perbekalan Kesehatan Pelaporan
Terkait Gizi
Terlaksananya
Intervensi Penanganan
Gizi yang Dibutuhkan
Bagan 15. Alur manajemen logistik gizi

132
11.1 Perencanaan Logistik Gizi
• Rencana logistik mencakup rencana transportasi,
pergudangan, pengadaan alat dan bahan yang diperlukan
untuk memastikan penyediaan dan distribusi obat dan
perbekalan kesehatan yang diperlukan setiap kegiatan
intervensi gizi.
• Rencana logistik gizi dibuat berdasarkan data yang
dikumpulkan dari RHA dan kajian gizi lainnya, antara lain
sebagai berikut:
- Fasilitas dan infrastruktur, termasuk akses dan sarana
dan prasarana transportasi;
- Ketersediaan dan kondisi gudang penyimpanan;
- Kebutuhan jumlah obat dan perbekalan kesehatan
terkait penanganan gizi;
- Sumber daya manusia; dan
- Pendanaan.
• Koordinator sub klaster gizi/penanggung jawab program
gizi perlu memastikan agar rencana logistik tersedia.
Rencana logistik dibuat oleh staf/tim logistik gizi pada
masing-masing tingkatan bersama dengan koordinator
sub klaster gizi/penanggung jawab gizi.
• Berdasarkan estimasi dampak bencana yang sudah terjadi
(dari hasil RHA gizi), tim logistik sub klaster gizi diharapkan
telah memperkirakan jumlah obat dan perbekalan
kesehatan yang dibutuhkan. Estimasi kebutuhan
dilakukan berdasarkan skala bencana, jumlah kelompok
sasaran di wilayah terdampak serta ketersediaan obat dan
perbekalan kesehatan yang dimiliki.
• Pastikan agar estimasi kebutuhan obat dan perbekalan

BAB XI - MANAJEMEN LOGISTIK GIZI 133


Pendanaan
o Pendanaan
o
● Koordinator sub klaster gizi/penanggung jawab program gizi perlu memastikan agar
●● Koordinator
Koordinator sub sub klaster gizi/penanggung
gizi/penanggung jawabjawab program
program gizi perlu
perlu memastikan agar agar
rencana logistik klaster
tersedia. Rencana logistik dibuat oleh gizistaf/tim memastikan
logistik gizi pada
rencana
rencana logistik tersedia.
logistiktingkatan Rencana
tersedia. bersama logistik
Rencanadengan dibuat
logistikkoordinator oleh
dibuat olehsub staf/tim
staf/tim logistik gizi pada
masing-masing klasterlogistik gizi pada
gizi/penanggung
masing-masing tingkatan
masing-masing tingkatan bersama
bersama dengan
dengan koordinator
koordinator subsub klaster
klaster gizi/penanggung
gizi/penanggung
jawab gizi.
jawab gizi.
gizi.
● jawab
Berdasarkan estimasi dampak bencana yang sudah terjadi (dari hasil RHA gizi), tim
● Berdasarkan
● Berdasarkan estimasi dampak
estimasi dampak bencana
bencana yangyang sudah
sudah terjadi
terjadi (dari
(dari hasil
hasil RHA
RHA gizi),
gizi), tim
tim
logistik sub klaster
kesehatan telah gizi memperhitungkan
diharapkan telah memperkirakan cadanganjumlah obat
stokdanminimal
perbekalan
logistik
logistik sub klaster
sub klaster gizi diharapkan
gizi diharapkan telah memperkirakan
telah memperkirakan jumlah obat
jumlah obat dan perbekalan
dan perbekalan
kesehatan yang dibutuhkan. Estimasi kebutuhan dilakukan berdasarkan skala
10% darijumlah
kesehatan
kesehatan
bencana, estimasi
yang dibutuhkan.
yang kelompok awal.
dibutuhkan. Semakin
Estimasi
Estimasi
sasaran di wilayah besar
kebutuhan
kebutuhan
terdampak dampak
dilakukan
dilakukan
serta bencana,
berdasarkan
berdasarkan
ketersediaan
skala
obatskala
dan
bencana, jumlah
bencana, jumlah kelompok
kelompok sasaran
sasaran di
di wilayah
wilayah terdampak
terdampak sertaserta ketersediaan
ketersediaan obat
obat dan
dan
maka jumlah
perbekalan
perbekalan kesehatan
cadangan
kesehatan
kesehatan yang
yang stok alat dan bahan perlu disiapkan
dimiliki.
yang dimiliki.
dimiliki.
● perbekalan
Pastikan agar estimasi kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan telah
●● lebih
Pastikan
Pastikanbanyak.
agar estimasi
agar estimasi kebutuhan
kebutuhan obat obat dan dan perbekalan kesehatan
kesehatan telahtelah
memperhitungkan cadangan stok minimal 10% dari perbekalan
estimasi awal. Semakin besar
memperhitungkan cadangan
memperhitungkan cadangan stokstok minimal
minimal 10% 10% dari
dari estimasi
estimasi awal.
awal. Semakin
Semakin besar
besar
• Obatdampak bencana, maka jumlah cadangan
dan perbekalan stok alat danterkait
kesehatan bahan perlugizidisiapkan
yang lebih
dampak bencana,
dampak bencana, maka jumlah
maka jumlah cadangan
cadangan stok alat
stok alat dan
dan bahan
bahan perlu
perlu disiapkan
disiapkan lebih
lebih
banyak.
diperlukan
banyak.
● banyak.
untuk setiap komponen intervensi dapat dilihat
Obat dan perbekalan kesehatan terkait gizi yang diperlukan untuk setiap komponen
● Obat dan
● pada dan perbekalan
perbekalan kesehatan
kesehatan terkait
terkait gizi
gizi yang
yang diperlukan
diperlukan untuk
untuk setiap
setiap komponen
komponen
Obat Tabel
intervensi dapat11.
dilihat pada Tabel 7.
intervensi dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7.gizi dapat dilihat pada lampiran 11.1.
● intervensi
Format rencanadapat logistik
dilihat pada
penanganan
• ●● Format
Format rencana
Format rencana logistik penanganan
rencana
logistik penanganan
logistik gizi gizi dapat dilihat
penanganan
dapat dilihat pada
padagizi
lampiran
lampiran 11.1. dilihat
dapat
11.1.
pada lampiran 11.1.
Tabel 7. Obat dan Perbekalan Kesehatan yang diperlukan untuk Intervensi Penanganan Gizi
Tabel
Tabel
Tabel 7. Obat
7. Obat dan Perbekalan
7. Obat
dan Perbekalan Kesehatan yang
dan Perbekalan
Kesehatan yang diperlukanyang
Kesehatan
diperlukan untuk diperlukan
untuk Intervensi Penanganan
Intervensi Penanganan Gizi
untuk Intervensi
Gizi Penangana Gizi
Intervensi PMBA
Intervensi PMBA
Intervensi PMBA
Obat dan Perbekalan Komponen Estimasi
Kegiatan Obat dan
Kesehatan Perbekalan
yang Komponen
Komponen Estimasi
Perhitungan
Estimasi Sumber
Obat dan Perbekalan
Kegiatan Kesehatan
Diperlukan yang Perhitungan
kebutuhan
Perhitungan Sumber
Sumber
Kegiatan Kesehatan yang
Diperlukan kebutuhan
kebutuhan
• Media
Diperlukan
KIE bahaya • Berdasarkan • Dinkes, Kemenkes,
1. Sosialisasi, •• Media
Media KIE
susu formula bahaya • Berdasarkan
dalam • Berdasarkan
KIE bahaya estimasi jumlah •• Dinkes,
Dinkes, Kemenkes,
Kemenkes,
Mitra (BUMN/CSR),
1.
1. Sosialisasi,
Sosialisasi,
pemantauan dan susu formula dalam estimasi jumlah Mitra (BUMN/CSR),
pemantauan dan susu
situasiformula
bencanadalam estimasi jumlah
pengungsian/desa Mitra (BUMN/CSR),
Organisasi Profesi
pemantauan dan
pelaporan donasi situasi bencana
situasi bencana pengungsian/desa
pengungsian/desa Organisasi Profesi
Organisasi Profesi
pelaporan donasi
donasi terdampak (Persagi, AIMI)
pelaporan
produk terdampak (Persagi, AIMI)
AIMI)
produk terdampak • (Persagi,
Instansi terkait
produk
••
pengganti ASI, Instansi terkait
pengganti ASI, Instansi
(misalnyaterkait
Dinsos
pengganti ASI,
botol dan dot (misalnya Dinsos
botol dan dot (misalnya Dinsos
untuk PMBA), dana
botol dan dot
bayi yang tidak untuk PMBA),
PMBA), dana
dana
bayi yang tidak
tidak untuk
cadangan
pemerintah pusat,86
bayi yang
terkontrol cadangan
terkontrol cadangan
terkontrol pemerintah pusat,
pemerintah
provinsi, pusat,
2. Penyelenggaraan • Bahan Makanan provinsi, 86
86
2. Penyelenggaraan
Penyelenggaraan • Jumlah dan • provinsi,
kabupaten, kota
•• Bahan
2. Dapur PMBA Alat masak
Bahan Makanan Permintaan
Dapur PMBA
PMBA Alat SajiMakanan
MPASI kabupaten,
kabupaten, kota
kota
Dapur •• Alat Bahan
Alat Sajibakar
MPASI sebaran ibu hamil berjenjang melalui
•• Alat Alat Saji
masak
masak
MPASI
•• Jumlah
Jumlah dan
dan baduta
dan •• Permintaan
Dinkes
Permintaan
•• BahanBahan bakar
bakar sebaran
sebaran ibu
Kapasitasibu
• Bencana
hamil
hamil
Dapur
berjenjang melalui
berjenjang melalui
Pedoman Pelaksanaan Respon Giizi Pada Masa Tanggap Darurat dan baduta
baduta Dinkes
Pedoman Pelaksanaan
Pedoman Pelaksanaan Respon
Respon Giizi
Giizi Pada
Pada Masa
Masa Tanggap
Tanggap Darurat
Darurat Bencana
Bencana
dan
PMBA/MP-ASI Dinkes
•• Kapasitas
Kapasitas Dapur
(Jumlah orang
Dapur
PMBA/MP-ASI
yang akan
PMBA/MP-ASI dilayani
(Jumlah
(Jumlah orang
orang
dan frekuensi
yang
yang akan dilayani
akan
pemberian dilayani
dan
dan frekuensi
makanan perhari)
frekuensi
pemberian
pemberian
makanan perhari)
perhari) 88
• Kit Konseling: makanan
3. Dukungan Boneka, model • Jumlah Konselor
konseling PMBA •• termasuk Kit Konseling:
Ready PMBA
dari & menyusui
estimasi jumlah
Kit Konseling:
payudara, gelas to
•• balita
3. Dukungan
3. Dukungan
dan menyusui Boneka, model Jumlah Konselor
Use Therapeutic
Boneka,
kecil, model
spuit 1 cc yanggizi
Jumlah akan
Konselor
buruk )
konseling PMBA
konseling PMBA (RUTF) sesuai PMBA & menyusui
menyusui
payudara,
Food gelas PMBA &
dimobilisasi
dan menyusui
menyusui • payudara, gelas
Kit Relaktasi: Spuit yang akan
dan kecil,
dengan
kecil, spuit 1 cc
pedoman. yang akan
20 cc,spuit
NGT1 frcc5 40 dimobilisasi
••• Home Kit
Kit Relaktasi:
economic
cmRelaktasi: Spuit
set
Spuit dimobilisasi
(alat untuk
20 cc,
cc, NGT
NGT fr fr 5 40
• 20 Formulir kajian5 40
mengolah
cm dan F-100
Pedoman Pelaksanaan Respon cm
survei PMBA
Gizi Pada Masa
134 seperti
Formulirgelas ukur,Tanggap Darurat Bencana
•• Formulir kajian
kajian
Lembar balik/Kartu
kompor,
survei panci,
PMBA
survei
KonselingPMBA PMBA
sendok makan,
••• Lembar
Lembar
Kit PMBA: balik/Kartu
Box kecil
balik/Kartu
piring,
Konselingmangkok,
PMBA
• Kit PMBA: Box kecil • makanan PMBA/MP-ASI
Kapasitas
yang Dapur
akanperhari)
PMBA/MP-ASI dilayani
berisi mangkuk 250 (Jumlah
PMBA/MP-ASI
dan orang
frekuensi
(Jumlah orang
• Kit ml,Konseling:
sendok, talenan, yang
(Jumlah
pemberian
yang akan
akanorangdilayani
dilayani
3. Dukungan Boneka, model
pisau, saringan dan • Jumlah
dan
yang
makanan Konselor
frekuensi
akan
dan frekuensi dilayani
perhari)
konseling PMBA PMBA
pemberian& menyusui
dan frekuensi
payudara,
ulegan kayu gelas pemberian
dan menyusui yang
makanan akanperhari)
pemberian perhari)
• kecil, spuit 1 cc
Kit Konseling: makanan
3. Dukungan • Kit Relaktasi:
Boneka, model Spuit • dimobilisasi
makanan
Jumlah perhari)
Konselor
konseling PMBA • 20 Kit Konseling:
Konseling:
cc, NGTgelas fr 5 40 PMBA & menyusui
• payudara,
Kit
•• Jumlah
3. Dukungan
3. Dukungan
dan menyusui Intervensi• PenegahanBoneka, dan Tata Laksana
model Jumlah
yangGiziakanKonselor
Kurang dan Gizi Buruk
Kit Konseling:
cm
kecil,
Boneka, spuit 1 cc
model Konselor
konseling
3. konseling
DukunganPMBA PMBA • PMBAPMBA
Jumlah& &Konselor
dimobilisasi menyusui
• Obat payudara,
Boneka,
Formulir
Kit Relaktasi:
payudara, gelas
model
kajian
dan Perbekalan
gelas Spuit menyusui
Komponen Estimasi
dan
dan menyusui
konseling
menyusuiPMBA kecil, spuit 1fryang
cc5 40 yang
PMBA akan
& menyusui
Perhitungan Sumber
Kegiatan payudara,
Kesehatan
survei
20
kecil, NGTgelas
PMBA
cc,spuit 1 cc yang akan
dan menyusui Diperlukan dimobilisasi
yang akan
kebutuhan
•• Lembar kecil,
Kit
cm
Kit spuit
Relaktasi: 1 cc Spuit
balik/Kartu
Relaktasi: Spuit dimobilisasi
dimobilisasi
••• Konseling
20 cc, NGT
Formulir
20 cc, NGT
Kit Relaktasi:
Antrophometri
fr Spuit
PMBA
kajian
fr 5 40
5 40
Kit,
cm
20 PMBA:
cc, PMBA
NGTBox fr 5kecil
40 • Estimasi jumlah
• Kit
survei
cm
termasuk pita LiLA
•• berisicm
Formulir kajian dan sebaran balita
Lembar mangkuk
kajian 250
balik/Kartu
• Formulir
Tabel z-score • Dinkes, Kemenkes,
• ml, survei
Formulir PMBA
sendok,
Konseling kajian
PMBAtalenan,
• survei
Formulir PMBA
pencatatan Mitra (BUMN/CSR),
••• pisau,
survei
Lembar
Kit PMBA: PMBA
balik/Kartu
saringan
Box kecil dan
Lembar balik/Kartu
hasil penapisan Organisasi Profesi
• ulegan
Konseling
Lembar
berisi
Konseling kayuPMBA250
balik/Kartu
mangkuk
PMBA
Penapisan balita gizi • SOP Deteksi Dini (Persagi, AIMI)

• Kit
ml,
Kit PMBA:
Konseling
sendok,Box
PMBA: Box
PMBA kecil
talenan,
kecil
kurang dan gizi buruk • berisi dan Rujukan Balita • Instansi terkait, 86
Kit PMBA:
pisau,
berisi mangkuk
Box kecil
saringan
mangkuk 250
dan
250
Gizi Buruk Atau dana cadangan
ml,
ulegan
ml, sendok,
berisi mangkuk talenan,
kayutalenan,
sendok, 250
Intervensi Penegahan yang Beresikodan Tata Gizi pemerintah pusat,
pisau, saringan
ml, sendok, danLaksana Gizi Kurang dan Gizi Buruk
talenan,
• pisau,
Alat
Buruk saringan
masak dan • Jumlah dan • Permintaan
provinsi,
ulegan
pisau, kayu
dansaringan dan Komponen
•Obat

ulegan
Bahan
SOP
Perbekalan
kayu
bakar
Penetapan dan sebaran Estimasi
ibu hamil berjenjang
kabupaten,kotamelalui
Kegiatan ulegan kayuyang
Kesehatan Perhitungan Sumber
Klasifikasi Balita gizi dan baduta
kebutuhan Dinkes
Intervensi Penegahan Diperlukandan Tata Laksana Gizi Kurang dan Gizi Buruk
buruk di fasilitas • Kapasitas Dapur
Obat dan Perbekalan Komponen
PMBA/MP-ASI Estimasi
Intervensi •
Intervensi Penegahan
IntervensiPencegahanAntrophometri
Penegahan dan
dan
dan Tata
Kit,
Tata Laksana
• Estimasi
TataLaksana
Laksana Gizi
Gizi Kurang
GiziKurang
jumlah
Kurang dan
dan Gizi
danGizi Buruk
GiziBuruk
Buruk
Kegiatan Kesehatan yang Perhitungan Sumber
Intervensi Penegahantermasuk pita
dan LiLA
Tata Laksanadan (Jumlah
Gizi orangdan Gizi Buruk
Kurang
Obat Diperlukan
dan Perbekalan Komponen sebaran
kebutuhan
Komponen Estimasi balita
Estimasi
• Giizi Obat
Tabel dan Perbekalan yang akan dilayani • Dinkes, Kemenkes,
Pedoman Pelaksanaan Respon
Kegiatan Pada z-score
KesehatanMasa Tanggap
yang DaruratKomponen Bencana
PerhitunganEstimasi Sumber
Kegiatan Obat dan
Kesehatan Perbekalan
yang Perhitungan Sumber
• Antrophometri
Diperlukan
Formulir pencatatan Kit, dan frekuensi
kebutuhan
Perhitungan Mitra (BUMN/CSR),
Sumber
Kegiatan Kesehatan
Diperlukan yang • Estimasi kebutuhanjumlah
termasuk
hasil pita LiLA
penapisan
Diperlukan pemberian
kebutuhan Organisasi Profesi
dan sebaran balita
• • SOP Antrophometri
Antropometri
Tabel z-score
Antrophometri
Deteksi DiniKit,
Kit, • makanan
Estimasi perhari) • (Persagi,
jumlah AIMI)
Dinkes, Kemenkes,
Penapisan balita gizi • Estimasi jumlah
kurang dan gizi buruk •• dan
termasuk
Antrophometri
termasukRujukan pitaBalita
pita LiLA
Kit,
LiLA • dan dan sebaran
Estimasi jumlah balita • Instansi
Mitra terkait,
(BUMN/CSR),
Formulir pencatatan sebaran balita
••• Gizi termasuk
Tabel
hasil
Tabel Buruk pita
z-score
Kit Konseling:AtauLiLA
penapisan
z-score dan sebaran balita •• dana Dinkes, Kemenkes,
cadangan
Organisasi
Dinkes, Profesi
Kemenkes,
3. Dukungan • Boneka,
Tabel
Formulir model
z-score
pencatatan • Jumlah Konselor • pemerintah
Mitra (BUMN/CSR),
Dinkes, Kemenkes,
Penapisan balita gizi • yang
SOP
Formulir Beresiko
Deteksi Gizi
Dini
pencatatan (Persagi,
Mitra pusat,
AIMI)
(BUMN/CSR),
konseling PMBA PMBA & menyusui Organisasi Profesi
Mitra (BUMN/CSR),
kurangdan
dan gizi buruk • Buruk danpayudara,
hasil
Formulir
hasil penapisan
Rujukan
penapisan gelas
pencatatan
Balita • provinsi,
Instansi terkait,
Organisasi Profesi
menyusui kecil, spuitAtau1 Dini
cc yang akan (Persagi,
Organisasi AIMI)
Profesi
Penapisan balita
Penapisan balita gizi
gizi •• SOP hasil
SOP
Gizi penapisan
Deteksi
Penetapan
Buruk
Deteksi Dinidan kabupaten,kota
dana cadangan
(Persagi, AIMI)
• dimobilisasi • (Persagi,
Instansi AIMI)
terkait,
kurang
kurang dan
Penapisan gizi
danbalita buruk
gizi
gizi buruk • Kit
dan
SOP Relaktasi:
Rujukan
Deteksi
Klasifikasi
yangRujukan
dan Balita
Beresiko Spuit
Balita
Dinigizi
Gizi
Balita pemerintah
• Instansi pusat,
terkait,
kurang dan gizi buruk 20 Buruk
Gizi
dan
buruk
Buruk cc,
diNGT
Buruk
Rujukan Atau frBalita
fasilitas 5 40 • dana
dana
provinsi, terkait, 87
cadangan
Instansi
cadangan
Gizi Atau
cm Buruk
yang
Gizi BeresikoAtauGizi Gizi pemerintah
dana cadangan
kabupaten,kota
pemerintah pusat,
pusat,
• yang SOP Penetapan
Beresiko dan
• Buruk
Buruk
yang Beresiko
Formulir kajian Gizi provinsi,
pemerintah
provinsi, pusat,
Pelayanan
Klasifikasi Balita gizi • Permintaan
Pedoman Pelaksanaan Respon••GiiziSOP Buruk
survei kabupaten,kota
provinsi,
SOP
Pada
Kesehatan
buruk diPMBA
Penetapan
Masa Tanggap
fasilitas
Penetapan dan
Darurat Bencana
dan kabupaten,kota
berjenjang melalui
•• Klasifikasi
Klasifikasi
SOP
Lembar Balita gizi
Penetapan
balik/Kartu gizi
dan • Berdasarkan kabupaten,kota 87
Balita Dinkes 87
Tata Laksana Gizi • buruk Makanan
buruk di
Klasifikasi
Konseling Tambahan
fasilitas
Balita
PMBA
di fasilitas gizi estimasi jumlah
Kurang • untuk
Pedoman Pelaksanaan Respon GiiziPelayananKit
buruk pemulihan
PMBA:
di Box
fasilitas kecil
Pada Masa Tanggap Darurat Bencana balita gizi kurang • Permintaan
• Media berisi KiE,
Pelayanan
Kesehatan mangkuk
food 250 • Permintaan
berjenjang melalui
Pedoman Pelaksanaan
Pedoman Pelaksanaan Respon
Respon GiiziGiizimodel
Padasendok,
ml,
Kesehatan
Pada Masa Tanggap
Masa Tanggap
talenan, Darurat Bencana
Darurat Bencana berjenjang melalui
• Berdasarkan Dinkes
Pedoman
Tata Pelaksanaan
Laksana Gizi Respon• GiiziMakanan Pada Masa
pisau, Tanggap
saringan
Tambahan dan •• Bencana
Darurat Berdasarkan
Berdasarkan
estimasi jumlah Dinkes
Tata Laksana Gizi •• Makanan
Kartu
ulegan
untuk
MTBS Tambahan
kayu
pemulihan estimasi jumlah
estimasi
Kurang
• Bahan untuk balita gizijumlah
kurang
Kurang untuk
• Media KIE pemulihan
KiE, food balitagizi
balita gizikurang
buruk
• Media membuat F-75, & F-
model KiE, food (kurang lebih 20%
100.
model • dari estimasi
Berdasarkan
Intervensi
• Penegahan
Kartu MTBS
Home dan Tata
economic setLaksana Gizi Kurang dan Gizi Buruk
• Berdasarkan
jumlah balita
estimasi jumlah gizi
•• Obat Kartuuntuk
(alat
Bahan MTBS
danuntuk
Perbekalan estimasi
buruk
Komponen ) jumlah
balita gizi Estimasi
buruk
Kegiatan • Bahan mengolah
membuat
Kesehatanuntukdan
F-75,yang & F- balita gizi
Perhitungan buruk Sumber
(kurang lebih 20%
membuat
menyajikan
100.Diperlukan F-75,
F-75, & F- kebutuhan
(kurang lebih 20%
dari estimasi
• 100. 100 seperti
Home economicgelasset dari estimasi
jumlah balita gizi
• Home• Antrophometri
ukur,untuk
kompor,
economic Kit,
set • jumlah
panci, Estimasi jumlah
(alat buruk ) balita gizi
termasuk
(alat
sendok untuk pita LiLA
makan, dan sebaran
buruk ) balita
mengolah dan
• mengolah
Tabel mangkok,
piring, z-score
dan • Dinkes,
BAB XI - MANAJEMEN Kemenkes,
LOGISTIK GIZI 135
menyajikan F-75, F-
• menyajikan
Formulir
gelas dan F-75,
pencatatan F- Mitra (BUMN/CSR),
100 seperti gelas
100
hasilseperti
penutupnyapenapisangelas
dan Organisasi Profesi
ukur, kompor, panci,
Penapisan balita gizi • ukur,
SOP kompor,
lain-lain.Deteksi panci,
Dini (Persagi, AIMI)
sendok makan,
100 seperti gelas
Pelayanan • Permintaan
Pelayanan
ukur,
Kesehatankompor, panci, • Permintaan
berjenjang melalui
Kesehatan
sendok makan, berjenjang melalui
• Berdasarkan Dinkes
Tata Laksana Gizi • piring,
Makanan Tambahan • Berdasarkan
mangkok, estimasi jumlah
Dinkes
Tata Laksana Gizi • Makanan Tambahan estimasi
Kurang untuk dan
gelas pemulihan
untuk pemulihan balita gizijumlah
kurang 88
Kurang balita gizi kurang
• Media
penutupnya KiE, fooddan
• Media
model KiE, food
lain-lain.
model
termasuk
• Obat-obatan: Ready to • dari
Berdasarkan
estimasi jumlah
Tata Laksana Gizi • Kartu
Use MTBS
Therapeutic • Berdasarkan
estimasi jumlah)
antibiotika,
• Kartu MTBS mineral balita gizi buruk
Buruk Rawat Inap • Bahan
Food untuk sesuai
(RUTF) estimasi
balita gizijumlah
buruk
mix, resomal,
• Bahan untuk obat
membuat
dengan F-75, & F-
pedoman. balita
(kuranggizi buruk
lebih 20%
cacing, vitamin
membuat F-75, & F- A
• 100. (kurang lebih 20%
Home economic
dan obat-obatan lain set dari estimasi
100. dari estimasi
• Home
(alat untuk
economic
sesuai economic
protokol. set set jumlah balita gizi
• Home jumlah
(alat
• (alat
untuk dan F-100
mengolah
Formulir pasien, buruk ) balita gizi
untuk
mengolah danukur, buruk )
seperti gelas
formulir rujukan,
mengolah dan
menyajikan
kompor, panci, F-75, F-
formulir pencatatan
menyajikan F-75, F-
100 seperti
sendok makan, gelas
dan seperti
100 pelaporan. gelas
ukur,
piring,kompor,
mangkok, panci,
• ukur,
Mediakompor,
KiE, food panci,
sendok
gelas dan makan,
model makan,
sendok
piring,
penutupnyamangkok, dan
• piring,
SOP tata laksana
mangkok,
gelas dan
lain-lain)
gizi buruk
gelas dan pada
penutupnya
• balita
Obat-obatan: dan
di layanan
penutupnya dan
lain-lain.
antibiotika, mineral
rawat inap (mengacu
lain-lain.
• Obat-obatan:
mix, resomal, obat
Tata Laksana Gizi pada Pedoman
• Obat-obatan:
Tata antibiotika,
cacing, vitamin mineral
A
BurukLaksana Gizi
Rawat Inap Pencegahan
antibiotika, mineralDan
Buruk Rawat Inap mix,
dan resomal, obatlain
obat-obatan
Tata Laksana obat
mix, resomal, Gizi
cacing,
sesuaiPada vitamin A
protokol.
Buruk
cacing, vitaminBalita)
A
• danMediaobat-obatan
KIE & foodlain
dan obat-obatan lain
sesuai
model
• Kartu MTBS protokol. • Berdasarkan
Tata Laksana Gizi sesuai protokol.
•• Bahan
Formulir pasien,
untuk estimasi jumlah
Buruk Rawat Jalan • formulir
Formulirrujukan,
pasien,
membuat F-100 atau balita gizi buruk
formulir rujukan,
formulir untuk
formula pencatatan
gizi (kurang lebih 80%
formulir pencatatan
dan pelaporan.
buruk lainnya
dan pelaporan.
• Media
SOP tata KiE,laksana
KIE food
• model
Media
gizi burukKiE,pada
food
model
Pedoman Pelaksanaan Respon•GiiziSOP
Padatata
Masa Tanggap
balita 6-59 Darurat Bencana
usialaksana
• SOP
gizi tata laksana
buruk pada
bulan di layanan
gizi
balitaburuk pada
rawat di layanan
jalan
balita di layanan
rawat
(mengacu inap pada
(mengacu
rawat
pada inap (mengacu
Pedoman
pedoman
pada Pedoman
Pencegahan Dan
pencegahan dan
Pencegahan Dan
Tata Laksana
tata laksana gizi Gizi
Tata
Buruk Laksana Gizi
Pada balita
Balita)
buruk pada
Buruk Pada Balita)
dan buku saku
• Kartu MTBS dan
pencegahan • Berdasarkan
Tata Laksana Gizi • Kartu MTBS • Berdasarkan
Tata Laksana Gizi • Bahan untukgizi
tata laksana estimasi jumlah
Buruk Rawat Jalan • Bahan
membuat untukF-100 atau
estimasi jumlah
balita gizi buruk
Buruk Rawat Jalan buruk pada balita
membuat F-100 atau balita
(kuranggizi buruk
lebih 80%
formula
bagi tenaga untuk gizi
formula untuk gizi (kurang lebih 80%
buruk lainnya
kesehatan)
buruk lainnya

Pedoman Pelaksanaan Respon Giizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


Suplementasi Gizi
Pedoman Pelaksanaan Respon Giizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Obat dan Perbekalan Komponen Estimasi
Kegiatan Kesehatan yang Perhitungan Sumber
Diperlukan kebutuhan

Pedoman Pelaksanaan Respon Giizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


136 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
88

termasuk Ready to dari estimasi jumlah


Use Therapeutic balita gizi buruk )
Food (RUTF) sesuai
dengan pedoman.
• Home economic set
(alat untuk
mengolah dan F-100
seperti gelas ukur,
kompor, panci,
sendok makan,
piring, mangkok,
gelas dan
penutupnya dan
lain-lain)
• Obat-obatan:
antibiotika, mineral
mix, resomal, obat
cacing, vitamin A
dan obat-obatan lain
sesuai protokol.
• Media KIE & food
model
• Formulir pasien,
formulir rujukan,
formulir pencatatan
dan pelaporan.
• SOP tata laksana
gizi buruk pada
balita usia 6-59
bulan di layanan
rawat jalan
(mengacu pada
pedoman
pencegahan dan
tata laksana gizi
buruk pada balita
dan buku saku
pencegahan dan
tata laksana gizi
buruk pada balita
bagi tenaga
kesehatan)

Suplementasi Gizi

Obat dan Perbekalan Komponen Estimasi


Kegiatan Kesehatan yang Perhitungan Sumber
Diperlukan kebutuhan

Pedoman Pelaksanaan Respon Giizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana


BAB XI - MANAJEMEN LOGISTIK GIZI 137
dan buku saku
pencegahan dan
tata laksana gizi
buruk pada balita
bagi tenaga
kesehatan)

Suplementasi Gizi
89
Obat dan Perbekalan Komponen Estimasi 89
Kegiatan Kesehatan yang Perhitungan 89 Sumber 89
89
Diperlukan kebutuhan
Distribusi menyeluruh • Dinkes, Kemenkes,
Distribusi
MT menyeluruh
Ibu Hamil dan • Makanan Prioritas sasaran: • Dinkes,
Mitra Kemenkes,
(BUMN/CSR),
stribusi menyeluruh Distribusi
Distribusi menyeluruh
menyeluruh
MT Ibu Hamil dan • Makanan • Prioritas
Dinkes, sasaran:
Kemenkes, •• Dinkes,
Dinkes, Kemenkes,
Kemenkes,
Balita
• IbuMakanan Tambahan
•• Prioritas
Makanan Ibu
sasaran: • Estimasi
Prioritas jumlah
sasaran:ibu Mitra (BUMN/CSR),
Organisasi Profesi
T Ibu Hamil dan MT
MT Hamil dan
Ibu Hamil dan Makanan
Tambahan Ibu Prioritas
• hamil sasaran:
Mitra (BUMN/CSR),
Estimasi jumlah ibu Mitra
Mitra (BUMN/CSR),
(BUMN/CSR),
Balita Hamil danjumlah
balita 6- Organisasi Profesi
Pedoman
Balita Tambahan
Pelaksanaan • Pada
IbuRespon Giizi Tambahan
Estimasi Ibu
Masajumlah
Tambahan Ibu ibu
Tanggap •• Bencana
Darurat Estimasi
Estimasi ibu (Persagi, AIMI)
alita Balita Hamil hamil danjumlah
Organisasi balita ibu
Profesi
6- Organisasi
Organisasi Profesi
Profesi
(Persagi, AIMI)
• Makanan
Hamil 59 bulan
hamil dan
Hamil hamil
Hamil
• Tambahan
dan balita 6-
Makanan Balita hamil dan balita
59(Persagi,
bulan AIMI) 6-
balita 6- • Instansi
(Persagi,
(Persagi,
terkait,
AIMI)
AIMI)
•• 59 • Estimasi
59 bulan jumlah ibu • Instansi terkait,
• Makanan bulan
Makanan
Makanan
Tambahan Balita 59 bulanjumlah
• menyusui
Instansi
Estimasi terkait,ibu •• dana cadangan
Instansi terkait,
Instansi
dana terkait,
cadangan
Tambahan Balita Tambahan
• Estimasi Balita
jumlah
Tambahan Balita ibu • Estimasi
• Estimasi jumlah ibu
jumlah ibu
dana cadangan pemerintah
dana pusat,
cadangan
menyusui dana cadangan
pemerintah pusat,
menyusui menyusui
menyusui
pemerintah pusat, provinsi,
pemerintah pusat,
Catatan: pada kondisi pemerintah
provinsi, pusat,
provinsi, kabupaten,kota
provinsi,
Catatan: pada kondisi provinsi,
kabupaten,kota
Catatan: pada kondisi daruratCatatan:
Catatan:
dapat
pada
pada kondisi
kondisi
kabupaten,kota
darurat dapat
Permintaan
kabupaten,kota
diberikan kepada kabupaten,kota
Permintaanmelalui
darurat dapat darurat
darurat dapat
dapat
Permintaan berjenjang
Permintaan
diberikan
setiap kepada
populasi Permintaan
berjenjang melalui
diberikan kepada diberikan
diberikan kepada
kepada
berjenjang melalui Dinkes
berjenjang melalui
setiap
terdampak populasi
tanpa berjenjang
Dinkes melalui
setiap populasi setiap
setiap populasi
populasi Dinkes
Dinkes
terdampakapabila
tanpa stok Dinkes
terdampak tanpa terkecuali
terdampak tanpa
terdampak tanpa stok
terkecuali apabila
terkecuali apabila stok tersedia.
terkecuali
terkecuali
tersedia.
apabila
apabila stok
stok
tersedia. tersedia.
tersedia.
Distribusi MT Ibu • Estimasi jumlah ibu
Distribusi
Hamil MT
dan MT Ibupada
Balita • Makanan • Estimasi
hamil jumlah ibu
KEKjumlah
stribusi MT Ibu Distribusi
Distribusi
Hamil dan MT Ibu
Ibu pada
Balita •• Estimasi
Makananjumlah ibu •• Estimasi
Estimasi jumlah ibu
ibu
sasaran prioritas •• Tambahan Ibu hamil KEK

Hamil Makanan
dan Balita Makanan • Estimasi jumlah
amil dan Balita pada Hamil
sasaran dan Balita pada
prioritas pada Makanan
hamil
Hamil
KEK Ibu
Tambahan •
hamil
hamil KEK
KEK
Estimasi jumlah
sasaranTambahan Ibu Tambahan Ibu balita gizijumlah
kurang
saran prioritas sasaran prioritas
prioritas Tambahan
• Estimasi
Hamil jumlah
• Makanan
Ibu •• Estimasi
Estimasi
balita gizijumlah
kurang
Hamil Hamil
Hamil balita
• balita gizi kurang
Makanan balita gizi kurang
gizi kurang
• Makanan •• Tambahan
Makanan
Makanan
Balita
Tambahan Balita
Tambahan Balita Tambahan
Tambahan Balita
Balita
Pemberian Vitamin A
Pemberian
pada Vitamin
Balita dan Ibu AA • Tablet vitamin A • Estimasi jumlah
emberian Vitamin A Pemberian
Pemberian Vitamin • Tablet vitamin A • Estimasi jumlah
Balita Vitamin
pada untuk dan Ibu A dengan dosis
Nifas
• Balita
pada Tabletdanvitamin
Ibu A ••• Tablet
Estimasi
Tablet vitamin
jumlah A •• bayi 6-11 bulan,
Estimasi jumlah
da Balita dan Ibu pada
Nifas Balita
untuk dan Ibu denganvitamin
100.000 dosis
SI
A
(warna
Estimasi
bayi 6-11
anak 12-59
jumlah
bulan,
bulan
fas untuk peningkatan
Nifas dengandaya
untuk dosis dengan
bayi 6-11 dosis
dengan bulan,
dosis bayi
bayi 6-11
6-11 bulan,
bulan,
Nifas untuk
peningkatan daya 100.000
biru) untuk SIpada
(warna anakIbu
dan 12-59
Nifasbulan
eningkatan daya tahan tubuh
100.000
peningkatan serta
dayaSI (warna 100.000
anak 12-59
100.000 SI (warna
SI bulan
(warna anak
anak 12-59
12-59 bulan
bulan
peningkatan
tahan tubuh sertadaya biru)6-11
bayi untuk pada
bulan. dan Ibu Nifas
pencegahan
biru) campak
untuk pada biru)
dan untuk pada dan
dan Ibu
Ibu Nifas
han tubuh serta tahan
tahan tubuh
tubuh
pencegahan
serta
serta
campak bayiIbu
biru) 6-11Nifas
untuk pada
bulan. Nifas
dan diare
bayi 6-11 bulan. • Tablet
bayi vitamin
6-11 bulan. A
encegahan campak pencegahan
pencegahan campak
campak • bayi
Tablet6-11 bulan.
vitamin A
dan diare dosis 200.000 SI
n diare • diare
dan Tablet vitamin A •• Tablet
Tablet vitamin
vitamin A ASI
dan diare dosis 200.000
(warna merah) SI
dosis 200.000 SI dosis
dosis 200.000
200.000 SI
(warnaanak
untuk merah) berusia
(warna merah) (warna
(warna merah)
merah)
untukbulan
12-59 anak berusia
dan
untuk anak berusia untuk
untuk anak
anak berusia
berusia
12-59
Ibu bulan
nifas. dan
12-59 bulan dan 12-59
12-59 bulan dan
Ibu nifas. dan
bulan
Ibu nifas. Ibu
Ibu nifas.
nifas.

Pemberian TTD pada • Estimasi Jumlah Ibu


Pemberian
Ibu TTD
Hamil dan pada
remaja • Tablet Tambah • Estimasi
hamil Jumlah
danJumlah Ibu
remajaIbu
emberian TTD pada Pemberian
Pemberian TTD
TTD pada
pada • Estimasi Jumlah Ibu
Tablet Tambah •• Estimasi
Estimasi
Ibu
putriHamil dan remaja
•• Darah hamil danJumlah
remajaIbu
u Hamil dan remaja Ibu•Hamil
Tablet
danTambah
remaja Tablet
Tablet
hamil Tambah
Tambah
Darahdan remaja putri
hamil dan remaja
Ibu
putriHamil dan remaja hamil
putri dan remaja
tri putri Darah Darah
Darah
putri putri
putri putri

1 1 .2 P e n y e d ia a n O b a t D a n P e r b e k a la n K e s e h a ta n T e r k a it G iz i Y a n g D ibutuh k a n
1 1 .2 P e n y e d ia a n O b a t D a n P e r b e k a la n K e s e h a ta n T e r k a it G iz i Y a n g D ibutuh k a n
2 Penyediaan Oba11t11D
..22anPPeePn
neyyrb
eed
edkiiaaaaalan
nnO
OKb
beaastteD
haan
D tnaPPneeTrreb
breekkkaaaitllaaGn
nizKKieeYssaeenh
hgaattDaain
nbuTTteeurrhkkakaaiittnG
Giizzii YYaan
ngg D
Diib
buuttu
uhhkkaan
n
● Berdasarkan
Pedoman
kesenjangan
Pelaksanaankesenjangan
obat Masa
Respon Gizi Pada
dan pebekalan kesehatan,
Tanggap Darurat
koordinator sub klaster gizi
Bencana
138 ● Berdasarkan obat dan pebekalan kesehatan, koordinator sub klaster gizi
● mengajukan

● Berdasarkan kesenjangan obat danpermohonan
Berdasarkan
Berdasarkan kesenjangan pengadaan
obat dan
pebekalan kesehatan,
kesenjangan obat dan alat dan bahan
pebekalan
koordinator
pebekalan yang dibutuhkan
kesehatan, koordinator
sub klaster
kesehatan, gizi
mengajukan permohonan pengadaan alat dan bahan yang koordinator
untuk
sub diajukan
sub klaster
klaster
dibutuhkan untuk
gizi
gizi
diajukan
mengajukan
mengajukan permohonan permohonan
pengadaan
mengajukan pengadaan
alat dan bahan
permohonan alat
alat dan
dan bahan
yang dibutuhkan
pengadaan untukyang
bahan dibutuhkan
dibutuhkan untuk
diajukan
yang untuk diajukan
diajukan
Pedoman Pelaksanaan Respon Giizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Pedoman Pelaksanaan Respon Giizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
11.2 Penyediaan Obat Dan Perbekalan Kesehatan Terkait
Gizi Yang Dibutuhkan
• Berdasarkan kesenjangan obat dan perbekalan kesehatan,
koordinator sub klaster gizi mengajukan permohonan
pengadaan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk diajukan
secara berjenjang melalui Dinkes/Kemenkes mengacu
pada Pedoman Pengelolaan Obat dan Perbekalan
Kesehatan Pada Penanggulangan Bencana Kemenkes
2011.
• Persyaratan pendistribusian obat dan perbekalan
kesehatan adalah adanya permintaan dari daerah bencana.
Apabila obat dan perbekalan kesehatan yang diperlukan
tidak tersedia di wilayah yang mengalami bencana maka
diusahakan dari Kemenkes atau Dinkes provinsi terdekat.
Provinsi/kabupaten kota terdekat wajib membantu daerah
tetangga yang terkena bencana.
• Persyaratan obat dan perbekalan kesehatan antara lain
terdiri dari:
- Jenis alat dan bahan sesuai kebutuhan
- Dosis sesuai dengan kondisi di Indonesia/biasa
digunakan (pastikan melalui koordinasi dengan
koordinator sub klaster gizi)
- Berasal dari/dibuat oleh sumber yang jelas
- Waktu kadaluarsa sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun
pada saat diterima
- Penandaan/label dan kemasan yang lazim dikenakan
di Indonesia
• Pemenuhan kesenjangan obat dan perbekalan kesehatan
juga dapat dilakukan dengan melakukan mobilisasi

BAB XI - MANAJEMEN LOGISTIK GIZI 139


sumberdaya yang dimiliki oleh mitra pelaku gizi yang
terlibat di dalam respons bencana.
• Berdasarkan ketersediaan sumber daya di masing-
masing organisasi/instansi, mitra sub klaster gizi dapat
berpartisipasi dalam penyediaan obat dan perbekalan
kesehatan yang diperlukan dalam penanganan gizi
dengan menginformasikan dukungan yang akan diberikan
melalui koordinator sub klaster gizi.
• Mobilisasi sumber daya mitra sub klaster dapat dilakukan
melalui mekanisme koordinasi klaster dengan membagikan
informasi kesenjangan serta mengidentifikasi komitmen
dari mitra sub klaster gizi yang bersedia untuk menyediakan
obat dan perbekalan kesehatan yang diperlukan.
• Persyaratan donasi obat dan perbekalan kesehatan
yang diberikan oleh mitra sub klaster gizi, baik obat dan
perbekalan kesehatan yang berasal dari dalam dan luar
negeri, mengacu pada Pedoman Pengelolaan Obat dan
Perbekalan Kesehatan Pada Penanggulangan Bencana
Kemenkes 2011
• Alur permintaan obat dan perbekalan kesehatan pada
saat terjadinya bencana dapat dilihat Bagan 16.

140 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Kemenkes

Dinkes
Provinsi

Dinas
Kesehatan
Kab/Kota

Puskesmas RSU/RS Fasyankes Fasyankes


Lapangan Swasta TNI/POLRI

posko Pustu
kes

Bagan 16. Alur permintaan dan pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan saat
terjadi bencana.
Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 59 Tahun 2011 Tentang
Pedoman Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Pada Penanggulangan Bencana.

11.3 Penyimpanan dan Pendistribusian


• Untuk menjaga mutu obat dan perbekalan kesehatan,
maka penyimpanan harus dilakukan pada tempat yang
memenuhi persyaratan antara lain tidak terpapar langsung
oleh matahari, disimpan di atas alas/pallet (tidak langsung
di atas tanah), dilengkapi dengan petugas yang terampil
(kompeten).
• Alur distribusi obat dan perbekalan kesehatan pada saat
terjadinya bencana dapat dilihat pada Bagan 16.

BAB XI - MANAJEMEN LOGISTIK GIZI 141


• Pemerintah pusat, pemerintah daerah dan mitra perlu
mengalokasikan biaya distribusi sehingga tidak mengalami
kesulitan dalam mendistribusikan alat dan bahan yang
diperlukan.
• Distribusi alat dan bahan dari tempat penyimpanan
memperhatikan prinsip First-In, First-Out, dimana barang
yang pertama kali datang menjadi barang yang pertama
kali keluar.
• Melalui klaster kesehatan, melakukan kerjasama/
koordinasi lintas program dan lintas (BNPB, TNI, Polri) agar
obat dan perbekalan kesehatan dapat terdistribusi secara
cepat dan efektif ke daerah bencana.

11.4 Pencatatan dan Pelaporan


• Untuk memastikan keseragaman pencatatan dan
pelaporan, koordinator sub klaster gizi dan mitra
memastikan agar pencatatan dan pelaporan obat
dan perbekalan kesehatan terkait gizi mengacu pada
Pedoman Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
Pada Penanggulangan Bencana Kemenkes 2011.
• Pencatatan sebaiknya dilakukan oleh tenaga kesehatan
untuk mengendalikan persediaan obat dan perbekalan
kesehatan terkait gizi dengan menggunakan kartu stok
(Formulir 9 pada Lampiran 11.2).
• Pelaporan dilakukan secara periodik (harian,
mingguan, atau bulanan) yang meliputi penerimaan,
pengeluaran/pemakaian, dan sisa stok sebagai bentuk
pertanggungjawaban setiap tingkat pelayanan kepada

142 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
organisasi di atasnya dan sebagai bahan evaluasi.
• Pelaporan obat dan perbekalan kesehatan dilakukan
dengan menggunakan formulir-formulir yang tertera pada
Bagan 17 (formulir-formulir tersedia pada lampiran 11.3)

11.5 Pemusnahan Obat dan Perbekalan Kesehatan Terkait


Gizi
• Apabila diperlukan pemusnahan obat dan perbekalan
kesehatan terkait gizi, koordinator dan mitra sub klaster
gizi memastikan agar proses tersebut dilakukan melalui
koordinasi dengan Klaster Kesehatan agar dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Kemenkes

Formulir 08

Dinkes Provinsi

Formulir 07

Dinas Kesehatan
Kab/Kota
Formulir 06

Puskesmas RSU/RS Fasyankes Swasta Fasyankes TNI-


Lapangan Polri

Formulir 02

Pos Kesehatan Pustu

Bagan 17. Alur pelaporan obat dan perbekalan kesehatan pada tahap tanggap darurat.
Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 59 Tahun 2011 Tentang
Pedoman Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Pada Penanggulangan Bencana.

BAB XI - MANAJEMEN LOGISTIK GIZI 143


REFERENSI

CHS Alliance, Groupe URD dan the Sphere Project. Core


Humanitarian Standard: Standar Kemanusiaan Inti dalam Hal
Kualitas dan Akuntabilitas. Geneva, 2014.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan


Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 59 Tahun
2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Obat dan Perbekalan
Kesehatan Pada Penanggulangan Bencana. Jakarta, 2011.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman


Penanganan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana. Jakarta
2018.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman


Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita,
Kemenkes 2019 dan Buku Saku Pencegahan dan Tatalaksana
Gizi Buruk pada Balita bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta, 2020.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri


Kesehatan (PMK) No 75 tahun 2019 tentang Penanggulangan
Krisis Kesehatan, Jakarta 2020.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Petunjuk Teknis


Pemberian Makanan Tambahan Berupa Biskuit Bagi Balita
Kurus dan Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK), Jakarta 2019.

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Implementasi

144 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Klaster Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana. Jakarta
2015.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 51


Tahun 2016 Tentang Standar Produk Suplementasi Gizi.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78


Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit.

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Petugas lapangan
penanggulangan krisis kesehatan. Jakarta, 2020.

Sphere Project, The Sphere Handbook: Humanitarian Charter


and Minimum Standards in Disaster Response. Geneva, 2018

UNICEF. Committed to Nutrition. A Toolkit For Action. Fulfilling


UNICEF’s Core Commitments for Children in Humanitarian
Action. Geneva, 2017.

UNICEF. Including Children with Disabilities in Humanitarian


Action. New York. 2018

World Vision International. Supporting Breastfeeding in


Emergencies: The Use of Baby-Friendly Tents. 2011.

BAB XI - MANAJEMEN LOGISTIK GIZI 145


146 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
LAMPIRAN

LAMPIRAN 147
Lampiran 2.1. Contoh Agenda Pertemuan
Koordinasi Sub Klaster Gizi
Agenda Pertemuan Sub Klaster Gizi
Hari/Tanggal :
Waktu/Tempat :

No Waktu Agenda
Pembukaan

a. Sambutan
b. Perkenalan
Paparan dari Koordinator Sub Klaster Gizi

a. Analisa Situasi
b. Prioritas Respon
Pembahasan, Kendala/Kesenjangan, Solusi
(Berdasarkan RTL dari pertemuan sebelumnya)

a. Komponen PMBA
b. Komponen Pencegahan dan Penanganan Gizi
Kurang dan Gizi Buruk
c. Komponen Penanganan Suplementasi Gizi
d. Logistik
e. Manajemen Informasi
f. Isu-isu lintas sektor
g. Tanya jawab
Agenda Lainnya (Tematik berdasarkan siklus
kerangka kerja penanganan gizi)

a. Perencanaan Operasi
b. Pelaksanaan Kajian
c. Analisa/diseminasi hasil kajian
d. Transisi darurat (exit strategi)

Rencana Tindak Lanjut (termasuk solusi, waktu


penyelesaian dan penanggung jawab)
Penutupan

148 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Lampiran 2.2. Formulir Catatan Pertemuan Sub
Klaster Gizi
Waktu: Notulensi Rapat
Tempat: Sub Klaster Gizi [#Rapat]
Moderator: [Bencana]
Notulen:
Juru Bahasa
Isyarat: [Tanggal]
Jumlah Peserta:
Agenda

Rencana tindak
lanjut
Materi Referensi & (tautan ke folder google drive atau
Data 3W dapat di shared file lainnya)
akses di
Narahubung Sub
Klaster Gizi

A. Pembukaan:
[………….]

B. Pembahasan

Agenda 1:
[………….]
Komentar/Pertanyaan/Arahan:
[………….]
Agenda 2:
[………….]
Komentar/Pertanyaan/Arahan:
[………….]
C. Penutupan
[………….]

D. Daftar Peserta (Nama, Organisasi, Kontak)

***

LAMPIRAN 149
Lampiran 2.3. Contoh Kerangka Acuan Pokja
Penanganan Gizi

Kerangka Acuan
Kelompok Kerja Pemberian Makan Anak
dan Bayi (Pokja-PMBA)
Indonesia
I. Latar Belakang

Bahkan sebelum COVID-19 menjadi pandemi global


yang mengancam kesehatan dan kesejahteraan dunia,
diperkirakan tujuh juta anak di bawah usia lima tahun
mengalami pertumbuhan yang terhambat (stunting) dan
satu juta anak mengalami gizi kurang (wasting), yang
menempatkan mereka pada risiko kematian yang lebih
tinggi. Untuk anak-anak yang selamat, kondisi gizi
kurang mempengaruhi pertumbuhan badan,
perkembangan otak, dan prestasi sekolah anak-anak.

Anak dengan gizi kurang merupakan salah satu


kelompok kelompok beresiko pada masa pandemi ini.
Mereka menjadi lebih beresiko karena pelayanan gizi
yang dapat membuat mereka tetap hidup berpotensi
untuk terganggu. Kekurangan gizi membuat mereka
lebih rentan terhadap infeksi. Mereka juga menjadi
lebih rentan karena bergantung kepada orang tua untuk
memberi makan, dan merawat mereka sehari-hari.

Pandemi COVID-19 juga dapat meningkatkan risiko


terjadinya krisis gizi karena sistem pelayanan kesehatan
yang melebihi kapasitasnya, terganggunya sistim pangan,
serta hilangnya pendapatan, yang menyebabkan anak-
anak dan perempuan tidak dapat mengakses asupan

150 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
yang bergizi maupun mendapatkan pelayanan gizi
penting, termasuk deteksi dini dan penanganan anak gizi
kurang.

Dengan gangguan yang terjadi dalam pelayanan rutin


melalui fasilitas kesehatan dan penjangkauan masyarakat
selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), muncul
kebutuhan untuk menemukan cara-cara inovatif dan
praktis untuk tetap dapat memberikan layanan penting
melalui sistem Ketanganan Pangan, Kesehatan, Air Bersih,
Sanitasi dan Kebersihan (Water, Sanitation and Hygiene-
WASH) dan Perlindungan Sosial untuk mendukung
masyarakat dan keluarga dalam menjaga kecukupan diet
serta kesejahteraan bayi dan anak.

Indonesia merupakan contoh utama dari ‘tiga beban


masalah gizi’, bahkan sebelum pandemi COVID-19. Lebih
dari 7 juta anak balita terhambat pertumbuhannya.
Indonesia merupakan negara dengan peringkat tertinggi
kelima di dunia untuk stunting. Lebih dari 2 juta anak di
bawah usia lima tahun menderita gizi kurang (berat badan
rendah untuk tinggi badan), sementara 2 juta lainnya
kelebihan berat badan atau obesitas. Hampir setengah
dari semua ibu hamil menderita anemia karena makanan
yang mereka konsumsi kekurangan vitamin dan mineral
(mikronutrien) yang dibutuhkan.

Hasil survei online menunjukkan bahwa kerawanan


pangan telah meningkat dimana 36% responden
melaporkan bahwa mereka “sering” makan lebih sedikit
daripada yang seharusnya karena kendala keuangan

LAMPIRAN 151
yang dihadapi. Kehilangan pendapatan rumah tangga
meningkatkan risiko lonjakan gizi kurang dan kekurangan
gizi mikro di antara anak-anak.

Pandemi kemungkinan akan menyebabkan peningkatan


masalah gizi pada ibu hamil. Kerawanan pangan rumah
tangga yang dikombinasikan dengan ketidaksetaraan
jender dalam distribusi makanan rumah tangga serta
praktik perawatan ibu yang tidak memadai, diduga akan
menyebabkan peningkatan prevalensi gizi buruk ibu,
terutama anemia dan kekurangan berat badan.
Akibatnya, masalah gizi kurang pada ibu (terutama di
antara ibu menyusui) akan kemudian berkontribusi pada
berbagai bentuk masalah gizi anak.

Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan konteks di


atas, Sub Klaster Gizi telah mendukung koordinasi
diantara aktor-aktor gizi yang terlibat didalam
penanganan pandemi untuk memastikan agar upaya
tanggap darurat dilakukan secara tepat dan efisien
melalui dukungan gizi untuk penyelamatan jiwa sesuai
dengan pedoman nasional dan global.

Melalui kerangka kerja operasional ini, Kelompok Kerja


Pemberian Makan Bayi dan Anak (Pokja-PMBA) telah
dibentuk untuk berkontribusi terhadap pengurangan
masalah gizi pada Ibu, bayi dan anak melalui penyediaan
dukungan teknis berdasakan pengetahuan yang terbaru,
serta pengalaman dari pelaksanaan program-program
PMBA di Indonesia.

152 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
II. Dasar Pembentukan Pokja PMBA

Terlepas dari kebijakan dan pedoman PMBA yang sudah


ada di tingkat Nasional, masih ada kebutuhan atas
pembentukan kelompok kerja di bawah Sub Klaster Gizi
yang bertujuan untuk meningkatkan kelangsungan
hidup anak melalui promosi, perlindungan dan dukungan
praktik PMBA yang optimal. Oleh karena itu,
pembentukan kelompok kerja teknis PMBA akan
melengkapi upaya pemerintah melalui penyediaan
dukungan teknis dalam memperbarui kebijakan dan
pedoman PMBA, serta pelaksanaan dan pemantauan
program.

III. Tujuan Pokja PMBA

1. Melakukan koordinasi pelaksanaan kegiatan


PMBA untuk memastikan implementasi program
yang koheren dan efisien.
2. Memastikan mitra mengetahui adanya kebijakan
dan pedoman nasional PMBA agar rencana kerja
mitra merujuk kepada kebijakan dan pedoman
yang ada.
3. Mendukung program peningkatan kapasitas dan
implementasi program PMBA.
4. Melakukan kajian dan mendukung diseminasi
perihal teknis yang terbaru dan praktik baik PMBA
kepada mitra.

LAMPIRAN 153
IV. Modalitas Kerja

1. Pokja-PMBA melalukan pertemuan satu kali


dalam sebulan. Frekuensi pertemuan akan
ditinjau ulang setelah tiga bulan.
2. Waktu dan tempat pertemuan akan
dikomunikasikan oleh Penanggung Jawab Pokja-
PMBA.
3. Pengambilan Keputusan akan dilakukan melalui
kesepakatan bersama.
4. Pembuatan dan penyebaran catatan pertemuan
akan dilakukan oleh Penanggung Jawab Pokja-
PMBA

V. Keanggotaan

1. Pimpinan: Kemenkes
2. Pemimpin Dukungan/Co-Chair: UNICEF
3. Anggota:
a. Organisasi PBB: UNICEF, WHO
b. LSM: AIMI, HKI, YSTC, WVI, DD, NI, PREDIKT,
GIM, KidzSmile, BSM Umat, Selasi
c. Sektor Pemerintahan terkait: Ketahanan
Pangan (Kementan, Kementerian Kelautan
dan Perikanan), Pengelolaan Camp
(Kemensos dan Kementerian PUPR).
d. Lembaga donor dan professional perorangan.

154 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Lampiran 2.4. Daftar Perlengkapan Personil dan
Alat Pelindung Diri (APD) Penugasan TGC Gizi ke
lokasi bencana.

Perorangan:
1. Rompi TGC
2. Jaket Hujan
3. Senter & baterai
4. Sleeping Bag
5. Tenda
6. Masker N-95
7. Sepatu lapangan
8. Lotion anti nyamuk
9. Kelambu
10. Tablet penjernih air/alat penjernih air portable
11. Makanan minuman secukupnya
12. Laptop

Tim:
1. Alat komunikasi berbasis satelit
2. Alat Tulis Kantor
3. Generator/daya listrik
4. Proyektor

*) Perlengkapan dapat disesuaikan berdasarkan


situasi lokasi bencana

LAMPIRAN 155
Lampiran 2.5. Format laporan situasi harian TGC
LAPORAN SITUASI
Sub Klaster Gizi

Nomor:
Tanggal:
Kontak person: Nama, no tlp, email

1. Rangkuman
Isu-isu prioritas, kebutuhan mendesak, dukungan yang
diperlukan

2. Koordinasi
Kegiatan yang sudah dilakukan, kendala yang dihadapi

3. Kajian Kebutuhan
Kegiatan yang sudah dilakukan, kendala yang dihadapi

4. Intervensi PMBA
Kegiatan yang sudah dilakukan, kendala yang dihadapi

5. Intervensi Pencegahan dan Penanganan Gizi Kurang


dan Gizi Buruk
Kegiatan yang sudah dilakukan, kendala yang dihadapi

6. Intervensi Suplementasi Gizi


Kegiatan yang sudah dilakukan, kendala yang dihadapi

7. Dukungan Gizi Pada Kelompok Rentan Lainnya


Kegiatan yang sudah dilakukan, kendala yang dihadapi

8. Rencana Tindak Lanjut


Rencana kegiatan

9. Dukungan yang diperlukan


Dukungan teknis dan operasional yang dibutuhkan
termasuk dukungan manajemen informasi, SDM, logistik,
pendanaan dan dukungan lain yang diperlukan

156 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Lampiran 2.6. Format laporan Akhir TGC

LAPORAN AKHIR
Tim Gerak Cepat Gizi

Nama Penugasan: [Nama Bencana, Wilayah]


Periode Penugasan: Mulai - Selesai
Struktur TGC:

1. Deskripsi umum kejadian bencana (Jelaskan


secara singkat kejadian bencana, lokasi dan
dampak dari bencana)
2. Tujuan dan cakupan kegiatan TGC (sebutkan
tujuan dan cakupan kegiatan TGC sesuai
dengan kerangka acuan mobilisasi TGC)
3. Kegiatan yang dilaksanakan (Sebutkan dan
jelaskan dukungan yang telah diberikan oleh
TGC semasa penugasan)
4. Tantangan yang dihadapi (sebutkan tantangan
dan isu-isu yang dihadapi selama penugasan)
5. Rekomendasi (berikan rekomendasi untuk
meningkatkan kepasitas dan dukungan TGC di
masa yang akan datang)

LAMPIRAN 157
Lampiran 3.1. Formulir Rencana Kajian.

RENCANA KAJIAN DAMPAK & ANALISA


KEBUTUHAN GIZI
[NAMA BENCANA]

A. Tujuan
B. Metodologi
a. Target Lokasi & Sampling (Purposive
Sampling/Convenient/Random sampling)
b. Perangkat yang Akan Digunakan
C. Pembagian Tugas/Komposisi Tim (pertimbangkan
keseimbangan gender dalam tim)
a. Enumerator
b. Penerjemah Bahasa Lokal
c. Data Analis
d. GIS Analis
e. Logistik
f. Keamanan
D. Timeline: Periode pengumpulan data, Analisa,
penulisan laporan, diseminasi)
E. Sumberdaya yang dibutuhkan, antara lain:
a. Transportasi
b. Akomodasi
c. Makanan dan minuman
d. Peralatan: GPS, Smartphone/Tablet,
kamera, dsb.
e. Alat komunikasi satelit
f. Radio HT & frekwensi
g. Alat P3K

158 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Lampiran 3.2. Formulir RHA Gizi

LAMPIRAN 159
160 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Lampiran 3.3 Formulir Pelaporan RHA

LAMPIRAN 161
162 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
LAMPIRAN 163
Lampiran 3.4. Perangkat Kajian Multi Sektor - Gizi

164 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
LAMPIRAN 165
Laki-laki:_______ Perempuan:__________

Laki-laki:_______ Perempuan:__________

6. Jumlah Ibu Hamil Laki-laki:_______ Perempuan:__________

Laki-laki:_______ Perempuan:__________

166 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Lampiran 3.5 Perangkat Survey PMBA

LAMPIRAN 167
168 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
LAMPIRAN 169
170 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
LAMPIRAN 171
172 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
LAMPIRAN 173
174 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
LAMPIRAN 175
Lampiran 3.6. Formulir Laporan Survei Gizi

Formulir Laporan Survei Gizi

Tujuan
Survei

Waktu dan
Lokasi
Pelaksanaan

1. Dampak Bencana Terhadap Sasaran Gizi

2. Temuan

3. Kebutuhan Mendesak

176 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
4. Pertimbangan Operasional (akses,
komunikasi, ketersediaan listrik,
transportasi, kondisi pasar, keamanan)

5. Rekomendasi

6. Kesenjangan Informasi dan kebutuhan


untuk survei/kajian lanjutan

***

LAMPIRAN 177
Lampiran 4.1. Rencana Response Gizi

Rencana Respon Gizi


[Nama & Lokasi Bencana]
[Periode]
Mohon sediakan detil kegiatan untuk 3 bulan pertama setelah
bencana dan overview kegiatan untuk 3 bulan berikutnya

A. Tujuan Perencanaan

B. Analisis Situasi
• Status gizi sebelum bencana
• Status gizi setelah bencana
• Akses terhadap layanan kesehatan
• Akses terhadap layanan umum

C. Dampak Bencana Terhadap Status Gizi:

178 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
D. Kondisi populasi yang membutuhkan intervensi
Gizi (Kelompok Sasaran):

• Kelompok Sasaran:
• Target Sasaran Sub Klaster Gizi:

E. Strategi Implementasi Kegiatan:

● Keluaran yang diharapkan

F. Kegiatan Pokok dan Target Cakupan

● Kegiatan Pokok Intervensi PMBA


● Kegiatan Pokok Intervensi Pencegahan dan
Penangnan Gizi Kurang dan Gizi Buruk
● Kegiatan Pokok Intervensi Suplementasi Gizi
● Kegiatan pokok intervensi dukungan gizi
pada kelompok rentan
● Kegiatan pokok Komunikasi Risiko dan
pelibatan masyarakat

LAMPIRAN 179
G. Sumberdaya yang dibutuhkan

H. Rencana Exit
• Mekanisme koordinasi
• Kegiatan transisi
• Sumber daya yang dibutuhkan pada masa
transisi

I. Estimasi Anggaran

***

180 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Lampiran 5.1. Contoh Surat Edaran Kebijakan
Pemberian Susu Formula Pada Bayi dan Anak
Korban Bencana

LAMPIRAN 181
182 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
LAMPIRAN 183
184 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Lampiran 5.3. Poster pemberian Makan bayi dan
anak usia 0-23 bulan di situasi normal dan
bencana

LAMPIRAN 185
Lampiran 5.4. Kebutuhan Gizi, standar porsi dan
Menu dapur PMBA

Nilai kebutuhan gizi menu makanan anak usia 1-3


tahun

Standar Porsi Makan Sehari Anak Usia 1-3 Tahun 1125 kkal
menurut Satuan Penukar Bahan Makanan (Kemenkes, 2015)

Nilai kebutuhan Gizi Makanan Ibu Hamil dan


Menyusui 1500 kkal

186 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Standar Porsi Makan Ibu Hamil dan Menyusui 2500
kkal Menurut Satuan Penukar Bahan Makanan
(Kemenkes, 2015)

Contoh menu makanan ibu hamil dan menyusui


2500 kkal pada fase tanggap darurat (Kemenkes,
2018)

LAMPIRAN 187
Contoh menu makanan anak usia 1-3 tahun 1125
kkal pada fase tanggap darurat (Kemenkes, 2018)

188 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Lampiran 8.1. Contoh menu berdasarkan standar
minimal kebutuhan gizi pada situasi bencana

Syarat penyusunan menu makanan bencana yaitu:

o Teknik memasak sederhana (merebus, menumis,


menggoreng, mengukus)

o Dapat dikerjakan dengan cepat

o Praktis dan mudah dibagikan (misalnya daging 1


kg dipotong menjadi 20 porsi @50 gram)

o Berdasarkan pangan yang tersedia/diterima


(bahan makanan lokal)

o Bentuk makanan yang disediakan makanan biasa


dan lunak

o Bahan makanan yang tidak banyak menghasilkan


sampah: Pilih buat utuh (buah tertutup/terbalut
kulitnya seperti pisang, jeruk, salak, jambu dll)

o Memenuhi syarat gizi seimbang dan sesuai Angka


Kecukupan Gizi (AKG) Indonesia yang dianjurkan

o Menu khusus seperti PMBA sesuai anjuran yang


ditetapkan

o Menghindari/mengurangi penggunaan makanan


kemasan

LAMPIRAN 189
Standar porsi makanan sehari perempuan lansia
1900 kkal menurut satuan penukar bahan
makanan (Kemenkes, 2015)

Standar Porsi Makan Sehari Pria Lansia 2100 kkal,


menurut Satuan Penukar Bahan Makanan

190 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Contoh menu makanan perempuan dewasa 2200
kkal pada masa tanggap darurat

LAMPIRAN 191
Contoh menu makanan pria dewasa 2700 kkal
pada masa tanggap darurat

192 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Lampiran 9.1. Tabel Rencana Manajemen
Informasi
No Produk Informasi Sumber Frekuensi Penanggung Diseminasi Status
Data Pembaharuan/ Jawab Kepada
pelaporan
1 Daftar Kontak
2 Peta Sasaran
3 Peta Kesenjangan
4 Informasi 4W
5 ………

LAMPIRAN 193
Lampiran 9.2. Formulir 4W
(Who,What,Where,When)

Formulir dapat diunduh melalui tautan:


https://bit.ly/4Wgizi

WHERE WHEN WHOM


Total Penerima
Manfaat yang
Dijangkau | Total
Tanggal Beneficiaries
Kabupaten Kecamatan Kelurahan/ Desa RT/RW/Dusun Place Name (location in the village in case of Lintang Bujur Tanggal Dimulai Berakhir Jenis Penerima Manfaat | Type of Reached
Regency District Village relocation) Lat Long Status Start Date End Date Beneficiaries (Individuals)

WHO WHAT

Agensi Pelaksana | Implementing Sektor/Klaster Keterangan Aktifitas


No. Agency Sector/Cluster Tipe Bantuan Gizi Sub Kegiatan Activity Description

194 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Lampiran 11.1. Rencana Logistik Penanganan Gizi

RENCANA LOGISTIK PENANGANAN


GIZI

1. Latar
Belakang

Jalur Masuk:
2. Kesenjangan Airport
dan Kendala Pelabuhan
Logistik Jalur Darat

3. Pergudangan

Ketersediaan
Lokasi
Kapasitas
Contact Person

LAMPIRAN 195
4. Transportasi & BBM

Ketersediaan
Jumlah
Kapasitas
Contact Person

5. Tim Logistik

Pembagian tugas tim logistik gizi dan nomor


kontak

196 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
6. Alat dan Bahan yang dibutuhkan
No Alat/Bahan Spesifikasi Jumlah Unit Harga Status/Lokasi
yang Barang
dibutuhkan

(lampirkan daftar)

7. Penyimpanan
No Nama Kapastias Lokasi Narahubung Catatan
Gudang/Tempat

(lampirkan daftar)

LAMPIRAN 197
8. Rencana Pengiriman/Distribusi
No Alat/Bahan Spesifikasi Jumlah Unit Penerima Lokasi
yang Tujuan
dibutuhkan

(lampirkan daftar)

9. Mitra/Penyedia Jasa
No Nama Jasa/Produk Harga/ Kapasitas/Ketersediaan Nomor
Vendor/ Unit Kontak
Organisasi

(lampirkan daftar)

***

198 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Lampiran 11.2. Formulir 6,7 & 8 : pelaporan
pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan

LAMPIRAN 199
200 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
LAMPIRAN 201
CATATAN

202 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
CATATAN

CATATAN 203
CATATAN

204 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
CATATAN

CATATAN 205
CATATAN

206 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
CATATAN

CATATAN 207
CATATAN

208 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
CATATAN

CATATAN 209
CATATAN

210 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
CATATAN

CATATAN 211
CATATAN

212 Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana
TIM PENYUSUN

Pengarah
Dr. Dhian P. Dipo

Kontributor (dalam urutan abjad)


Albert Pardede, Amd; Andri Mursita, SKM, MKM; Asep Adam
Mutaqien, SKM, M.Si; Dakhlan Choeron, SKM, MKM; Dedi
Setiawan; Della Rosa, SKM, MKM; Elisa, SKM, MKM; Evi Fatimah,
SKM, MPH; dr. Fembriana Syarifah; Firda Yani; Haji Samkani,
SKM, M.Kes; Dr. Hera Nurlita, M.Kes; Indriani Oka; Iflan Nauval;
Hikmah Kurniasari; dr. Julina, M.Si; Kartika Wahyu, SKM, MKM;
Lina Marlina, SP, M.Gz; Muhammad Adil, SP, MPH; Natasha
Phebe; Rian Anggraini, SKM, MKM; Siti Hana, SKM, MKM; Tiska
Yumeida, MSE, MA; Willy Rahmat; Zahrotus Sholuhiyah, S.Gz

Penyunting:
Iwan Halwani, SKM, M.Si – Kasubdit Kewaspadaan Gizi
Sri Sukotjo – Nutrition Specialist UNICEF
Yos Malole – Konsultan UNICEF

TIM PENYUSUN 213

Anda mungkin juga menyukai