Anda di halaman 1dari 28

1

BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan persaingan dalam berbagai aspek, diperlukan
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi agar mampu bersaing dengan negara lain.
Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas
SDM disuatu negara, yang digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, usia harapan hidup, dan tingkat
pendidikan. Tenaga SDM yang berkualitakas tinggi hanya dapat dicapai oleh tingkat kesehatan dan
status gizi yang baik. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan untuk meningkatkan
status gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi dalam keluarga dan pelayanan gizi pada individu
yang karena kondisi kesehatannya harus dirawat diasuatu sarana pelayanan kesehatan misalnya
rumah sakit.
Masalah gizi di rumah sakit dinilai sesuai kondisi perorangan yang secara langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit yang
terkait gizi pada semua kelompok rentan mulai dari ibu hamil, bayi, anak, remaja hungga usia lanj ut,
memerlukan penatalaksanaan gizi secara khusus. Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan gizi yang
bermutu untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal dan mempercepat
penyembuhan.
Risiko kurang gizi dapat timbul pada keadaan sakit, terutama pada pasien dengan anoreksia,
kondisi mulut dan gigi geligi yang buruk, gangguan menelan, penyakit saluran cernadisertai mual,
muntah dan diare, infeksi berat, lansia dengan penurunan kesadaran dalam waktu lama dan yang
menjalani kemoterapi . Asupan energi yang tidak adekuat, lama hari rawat , penyakit non infeksi dan
diet khusus merupakan faktor yang mempenagruhi terjadinya malnutrisi dirumah sakit.
Pelaksanaan pelayanan gizi di RS Yos Sudarso memerlukan sebuah pedoman sebagai acuan
untuk pelayanan bermutu yang dapat mempercepat proses penyembuhan, memperpendek hari rawat
dan menghemat biaya perawatan. Instalasi Gizi RS Yos Sudarso merupakan suatu wadah yang
mengelola kegiatan pelayanan gizi rumah sakit secara efektif dan efisien yang berfokus pada
keselamatan pasien dan kepuasan pelanggan yang dilayani baik internal maupun eksternal.
A. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan gizi RS Yos Sudarso meliputi :
1. Pelayanan gizi rawat inap
2. Pelayanan gizi rawat jalan
3. Penyelenggaraan makanan
4. Penelitian dan pengembangan gizi mencakup pada indikator mutu pelayanan
2

B. DEFINISI OPERASIONAL
1. Pelayanan Gizi suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi, makanan, dietetik masyarakat,
kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi
pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi,
makanan dn dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat
atau sakit.
2. Terapi Gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien berdasarkan pengkajian gizi
meliputi terapi diet, konseling gizi atau pemberian makanan khusus dalam rangka
penyembuhan penyakit pasien.
3. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur yang memungkinkan
untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut
4. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan sistematik dalam meberikan
pelayanan asuhan gizi yang berkualitas, melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir meliputi
identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan gizi.
5. Dietetik adalah integrasi, aplikasi dan komunikasi dari prinsip prinsip kelimuan makanan, gizi,
sosial, bisnis dan keilmuan dasar untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang
optimal secara individual, melalui pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi
dan makanan diberbagai area/lingkungan/latar belakang praktek pelayanan.
6. Gizi Klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara makanan dan
kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat-zat gizi dan bagaimana dicerna, diserap,
digunakan, dimetabolisme, disimpan dan dikeluarkan dari tubuh.
7. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang
dilaksanakan oleh Ahli Gizi/Dietisien untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap
dan perilaku pasien dalam mengenali masalah gizi
8. Penyuluhan Gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan-pesan gizi dan kesehatan
yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap
serta perilaku positif pasien/klien dan lingkungannya terhadap upaya peningkatan status gizi
dan kesehatan. Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan masyarakat massal,
dan target yang diharapkan adalah pemahaman perilaku aspek kesehatan dalam kehidupan
sehari-hari
9. Profesi Gizi adalah suatu pekerjaan dibidang gizi yang dilaksanakan berdasarkan suatu
keilmuan, memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, memiliki
kode etik dan bersifat melayani masyarakat
10. Tanaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan dibidang gizi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan
11. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh
oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional dibidang pelayanan gizi,
makanan dan dietetik, baik dimasyarakat maupun rumah sakit dan unit pelaksana kesehatan
lain
3

12. Registered Dietisien yang disingkat RD adalah tenaga gizi sarjana terapan gizi atau sarjana gizi
yang telah mengikuti pendidikan profesi (internship) dan telah lulus uji kompetensi
13. Tim Asuhan Gizi/ Nutrition Support Tim/ Terapi Asuhan Gizi adalah sekelompok tenaga profesi
dirumah sakit yang terkait dengan pelayanan gizi pasien beresiko tinggi malnutrisi terdiri dari
dokter, ahli gizi, perawat dan farmasi dari setiap unit pelayanan, bertugas bersama memberikan
pelayanan paripurna yang bermutu
14. Masyarakat Rumah Sakit adalah sekelompok orang yang berada dalam lingkungan RS dan
terkait dengan aktifitas RS, terdiri dari pegawai atau karyawan, pasien rawat inap dan
pengunjung poliklinik
15. Mutu Pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan, kandungan
gizi dan standar terhadap bahan makanan dan minuman
16. Sanitasi Pangan adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan tumbuh dan
berkembangnya jasad renik pembusuk dan patogen dalam makanan, minuman, peralatan dan
bangunan yang dapat merusak pangan dan membahayakan manusia
C. LANDASAN HUKUM
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan gizi dirumah sakit
diperlukan peraturan perundang-undangan pendukung (legal aspect).
Beberapa ketentuan perundang-undangan yang diguanakan sebagai berikut :
1. Undang - Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
2. Undang - Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
3. Undang - Undang No 32 Tahun 1999 Tentang Tenaga Kesehatan
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1333 Tahun 1999 Tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit
5. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 374/Menkes/SKIII/2007 Tentang
Standar Profesi Gizi
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:129/menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78 tahun 2013 tentang Pedoman
Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS)
4

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

No Nama Pendidikan Pengalaman Status Ketenagaan


Kerja
1 Dewi Yanita, SKM  Akademi Gizi 9 tahun Tetap
 SKM
Jurusan Gizi
2 Tiur Mauli TH, AMG Akademi Gizi 4 tahun Tetap
3 Marise Edison, Amd DIII UNP Boga 5 tahun Tetap
4 Firnayanti SMKK Boga 20 tahun Tetap
5 Jumirah SMKK Boga 15 tahun Tetap
6 Trisnawati SMKK Boga 15 tahun Tetap
7 Mulyanti SMP Pekarya Diatas 20 tahun Tetap
8 Yustini SMP pekarya Diatas 20 tahun Tetap
9 Nurmailis SD Diatas 20 tahun Tetap
10 Emnida SD Diatas 20 tahun Tetap
11 Suryani SD Diatas 20 tahun Tetap
12 Poniyem SD Diatas 20 tahun Tetap
13 Nurlaili SD Diatas 20 tahun Tetap
14 Sri rejeki SD Diatas 20 tahun Tetap
15 Zainab SD Diatas 20 tahun Tetap
16 Fatimah Nurdin SD Diatas 20 tahun Tetap
17 Jusnidar SD Diatas 20 tahun Tetap
18 Rida Malau SMP pekarya Diatas 20 tahun Tetap
19 Alismanidar SD Diatas 20 tahun Tetap
20 Ressa Andriani SMKK 3 tahun Peserta pemagangan
21 Shintia Aulia SMKK 3 tahun Peserta pemagangan
22 Juliana Br Milela SMKK 4 tahun Peserta pemagangan
23 Adriani SMA 3 tahun Outsourching
24 Nurfiana SMA 2 tahun Outsourching
25 Rita Hajati SMA 1 tahun Outsourching
26 Rita Sugiarti SMA 1 tahun Outsourching
27 Sherly SMP 1 tahun Outsourching
28 Yunita SMA 1 tahun Outsourching
29 Widya Anggraini SMKK 1 tahun Outsourching
30 Masriani SMP Dibawah 1 tahun Outsourching

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pada saat ini ketenagaan di Instalasi Gizi terdiri dari beberapa shift :
1. Dinas pagi
- Selasa, rabu, kamis, jumat dan sabtu pukul 06:00 s/d 13:00
- Senin karena bongkar besar didapur pukul 06:00 s/d 13:30
- Untuk petugas yang dinas diruang perawatan, mobile, ruang makan dan masak kue pukul
06:00 s/d 13:30
5

2. Dinas sore
- Untuk petugas yang dinas di dapur Instalasi Gizi pukul 13:00 s/d 20:00, tetapi 1 X dalam
seminggu harus masuk pukul 12:30 s/d 20:00
- Untuk petugas yang dinas di ruang perawatan pukul 13:30 s/d 20:30

C. PEMBINAAN TENAGA
1. Melalui pelatihan, pendidikan, kursus dan seminar
Pembinaan tenaga kerja dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti dengan memberikan
pelatihan bersertifikat (sertifikasi), pendidikan lanjutan, kursus, mengikuti symposium/seminar
yang bertujuan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan serta mengembangkan kompetensi
kerja, produktivitas, disiplin, sikap dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian
tertentu,s esuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan.
 Pendidikan dan Pelatihan Berjenjang dan Berjenjang dan Berlanjut
Tujuan pendidikan dan pelatihan berjenjang dan berlanjut bagi tenaga gizi adalah :
- Peningkatan kinerja
- Peningkatan pengetahuan dan wawasan ilmiah terkini
- Peningkatan keterampilan
- Perubahan sikap dan perilaku yang positif terhadap pekerjaan
 Pendidikan dan Pelatihan Formal
Pendidikan dan pelatihan formal adalah pendidikan yang berkesinambungan dalam
menunjang keprofesian, serta kedudukan dan jabatan, baik fungsional maupun struktural
 Pendidikan dan Pelatihan Non-Formal
Tujuan :
Mempersiapkan calon pegawai dalam mengenai lingkungan tempat bekerja, sistem yang
ada diunit pelayanan gizi serta tugas-tugas yang akan diembannya. Dengan demikian
diharapkan pegawai baru akan menghayati hal-hal yang akan dihadapi termasuk kaitan
tugas dengan tujuan unit pelayanan gizi.
 Kursus-kursus
Tujuan :
Mempersiapkan pegawai untuk menjadi tenaga profesional yang handal sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungan, baik lingkungan pekerjaan maupun
lingkungan keilmuan. Keikut sertaan dalam kursus-kursus tertentu, baik itu dietetik, kuliner,
terapi gizi dan lain-lain, diharapkan juga dapat mengubah perilaku positif yang dapat
meningkatkan citra pelayanan gizi unit kerja masing-masing
6

 Simposium, seminar dan sejenisnya


Tujuan :
Meningkatkan kapasitas dan wawasan keilmuan pegawai agar menjadi tenaga yang
profesional sehingga mampu meningkatkan kinerja pelayanan gizi ditempat kerja. Kegiatan
dapat dilakukan didalam lingkungan institusi atau mengirimkan tenaga jika kegiatan
dilakukan diluar institusi
2. Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan sistem pengawasan melekat, melalui berbagai
perangkat atau instrumen evaluasi, atau formulir penilaian secara berkala.
Tujuan dilakukan evaluasi antara lain sebagais alah satu bagian dalam promosi pegawai yang
bersangkutan, jasa pelayanan, penghargaan, peningkatan pendidikan, rotasi tugas, mutasi
petugas atau sebagai pemberian sanksi
7

BAB III
STANDAR FASILITAS

Kegiatan pelayanan gizi rumah sakit dapat berjalan dengan optimal bila didukung dengan sarana dan
prasarana yang memadai untuk melaksanakan pelayanan gizi rawat jalan, rawat inap dan
penyelenggaraan makanan.
A. Denah Ruangan
Terlampir
B. Sarana dan Prasarana Pelayanan Gizi Rawat Jalan
1. Tersedianya ruang konseling gizi
2. Peralatan :
a. Peralatan Kantor; terdiri dari meja, kursi dan lemari penyimpanan food model
b. Peralatan Penunjang Konseling; terdiri dari food model, lefleat, poster, dan daftar penukar
c. Peralatan Antropometri; terdiri dari alat ukur tinggi dan berat dewasa, alat ukur lingkar
lengan atas dan formulir skrining
C. Sarana dan Prasarana Pelayanan Gizi Rawat Inap
1. Sarana
a. Dapur dengan luas 3X4 m
2. Peralatan
a. Peralatan penyajian makanan, terdiri dari aliran air panas dan dingin, bak cuci ganda,
lemari alat gantung, kereta makan, sarana kebersihan dan tempat sampah tertutup, dan
set makan pasien
D. Sarana Penyelenggaraan Makanan
1. Kompor gas 4 tungku
2. Kompor gas 2 tungku
3. Kompor gas 1 tungku
4. Kompor hitachi
5. Boiling pan
6. Rice cooker
7. Bak pencucian
8. Westafel
9. Lemari penyimpanan alat makan pasien
10. Lemari penyimpanan alat masak 4 rak
11. Meja stainlessteel
12. Juicer
13. Mixer
14. Blender
8

15. Pemanggang roti


16. Alat memanaskan makanan (panji, wajan, dll)
17. Alat mengaduk, menggoreng
18. Kulkas sayur
19. Kulkas ikan
20. Kulkas pendingin
21. Freezer
22. Kulkas 2 pintu
23. Kulkas meja
24. Lemari penyimpan kue
25. Gas
26. Tempat sampah tertutup
27. Papan tulis
28. Racun api
29. Boiler
30. Exhause pan
31. Kipas angin
32. Meja kayu
33. Pemanas air
E. Kantor Instalasi Gizi
1. Komputer
2. Printer
3. Meja dan kursi
4. Telepon
5. Buku-buku
6. Lemari
F. Ruangan Susu
1. Meja stainlessteel
2. Bak cuci
3. Westafel
4. Keranjang susu
5. Timbangan
9

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Konsep Pelayanan Gizi RS Yos Sudarso

Pelayanan Gizi di Rumah Sakit Yos Sudarso adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan
dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme tubuh.
Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses
perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien.
Terapi gizi atau terapi diet adalah bagian dari perawatan penyakit atau kondisi klinis yang harus
diperhatikan agar pemberiannya tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk melaksanakan
fungsi metabolisme. Terapi gizi harus disesuaikan dengan perubahan fungsi organ. Pemberian diet
pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan.
1. Visi Instalasi Gizi
Terwujudnya Pelayanan Gizi Berlandaskan Semangat cinta Kasih Dengan Mengutamakan
Pasien Safety dan Kepuasan Pelanggan Sehingga Terciptanya Status Gizi Yang Baik
2. Misi Instalasi Gizi :
Menyelenggarakan pelayanan gizi yang profesional dan semakin berkualitas dengan cara :
1. Meningkatkan semangat dan prestasi kerja
2. Meningkatkan mutu pelayanan dengan menu yang bervariasi sesuai dari segi rasa,
bentuk, tekstur dan warna makanan
3. Pasien dan karyawan dapat dilayani seoptimal mungkin sehingga merasa puas dan
nyaman
4. Meningkatnya citra dimasyarakat bahwa pasien yang dirawat di RS Yos Sudarso tidak
mengalami penurunan gizi
3. Tujuan
Tujuan Umum :
Terciptanya sistem pelayanan gizi yang berutu dan paripurna sebagai bagian dari
pelayanan kesehatan dirumah sakit
Tujuan Khusus :
1. Menyelenggarakan Asuhan Gizi terstandar pada pelayanan gizi
2. Menyelenggarakan makanan sesuai standar kebutuhan gizid an aman dikonsumsi
3. Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling gizi pada klien/pasien dan keluarganya
4. Menyelenggarakan penelitian aplikasi dibidang gizi dan dietetik sesuai perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi
10

B. Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit


1. Asuhan Gizi Rawat Inap
Pelayanan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang dimulai dari proses pengkajian gizi,
diagnosis gizi, intervensi gizi meliputi perencanaan, penyediaan makanan,
penyuluhan/edukasi, dan konseling gizi, serta monitoring dan evaluasi gizi.
A. Tujuan
Memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap agar memperoleh asupan makanan
yang sesuai kondisi kesehatannya dalam upaya mempecepat proses penyembuhan,
mempertahankan dan meningkatkan status gizi.
B. Sasaran
Pasien dan keluarga
C. Alur Proses Asuhan Gizi Rawat Inap

Pasien
Masuk

Skrining Tidak beresiko malnutrisi ( Skrining ulang setelah 7 hari)

Beresiko Malnutrisi

(1) Asasmen Gizi


- Riwayat gizi
- Antrpometri
- Laboratorium (2) (3) Intervensi Gizi
- Pemeriksaan fisik Diagnosa Perencanaan
- Riwayat pasien Gizi Implementasi

Tujuant tidak tercapai/


Tujuan tercapai, ada masalah gizi baru (4) Monitoring & Evaluasi
- Monitoring
- Mengukur hasil
- Evaluasi hasil

Tujuan
tercapai
Stop / Pasien
pulang
11

D. Mekanisme Kegiatan
Mekanisme pelayanan gizi rawat inap adalah sebagai berikut :
1. Skrining Gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh
perawat ruangan dan penetapan order diet awal (prskripsi diet awal) oleh dokter.
Skrining gizi bertjuan untuk mengidentifikasi pasien/klien yang berisiko, tidak beresiko
malnutrisi atau kondisi khusus.
Skrining gizi dilakukan pada pasien baru 1 X 24 jam setelah pasien masuk RS,
bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien berisiko malnutiri, maka dilakukan
pengkajian/asasmen gizi dan dilanjutkan dengan asuhan gizi oleh dietisien. Pasien
dengan skrining gizi baik atau tidak berisiko malnutiri, dilakukan skrining ulang setelah
1 minggu. Jika hasil skrining ulang berisiko malnutrisi maka dilakukan proses asuhan
gizi.
2. Proses Asuhan Gizi
Proses asuhan gizi dilakukan pada pasien yang berisiko kurang gizi, sudah
mengalami kurang gizi dan atau kondisi khusus dengan penyakit tertentu
Langkah Proses Asuhan Gizi :
1. Asasmen Gizi
Tujuan : Mengidentifikasi masalah gizi dan factor penyebabnya melalui
pengumpulan data
Langkah-langkah asasmen gizi :
1. Anamnesa riwayat gizi
Adalah data meliputi asupan makanan termasuk komposisi, pola makan,
kepedulian pasien terhadap gizi dan makanan, aktivitas fisik, olahraga dan
ketersediaan makanan.
2. Biokimia
Adalah meliputi hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan yang berkaitan
dengan status gizi, status metabolic dan gambaran fungsi organ yang
berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi.
3. Antropometri
Adalah merupakan pengukuran fisik pada individu. Antropometri dapat
dilakukan dengan berbagai cara antara lain pengukuran tinggi badan, berat
badan, pada kondisi tidak dapat diukur gunakan panjang badan, lingkar
lengan atas. Penilaian status gizi dilakukan dengan membandingkan
beberapa ukuran tersebut diatas misalnya Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu
ratio BB terhadap TB.
12

4. Pemeriksaan Fisik/klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan utnuk mendeteksi adanya kelainan klinis
berkaitan dengan gangguan gizi atau dapat menimbulkan masalah gizi.
Pemeriksaan fisik terkait gizi merupakan kombinasi dari tanda-tanda vital dan
antropometri yang dapat dikumpulkan dari catatan medik pasien serta
wawancara.
5. Riwayat Personal
Riwayat personal meliputi :
a) Riwayat obat-obatan yang digunakan dan suplemen yang dikonsumsi
b) Sosial budaya.
Status sosial ekonomi, budaya, kepercayaan/agama, situasi rumah,
dukungan pelayanan kesehatan dan sosial serta hubungan social
c) Riwayat penyakit.
Keluhan utama yang terkait dengan masalah gizi, riwayat penyakit
dahulu dan sekarang, penyakit kronik atau resiko komplikasi, riwayat
penyakit keluarga, status kesehatan, mental/emosi serta kemampuan
kognitif seperti pada pasien stroke
d) Data umum pasien antara lain umur, pekerjaan dan tingkat pendidikan
2. Diagnosa Gizi
Diagnosa gizi meliputi 3 domain :
a. Domain asupan
Masalah actual yang berhubungan dengan asupan energy, zat gizi, cairan,
substansi bioaktif dari makanan baik yang melalui oral maupun panenteral dan
enteral
Contohnya:
Asupan protein yang kurang berkaitan dengan perubahan indera perasa dan
nafsu makanan ditandai dengan asupan protein rata-rata sehari kurang dari 40
% kebutuhan
b. Domain klinis
Masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medisatau fisik/fungsi organ
Contohnya:
Gangguan kesulitan menelan makanan atau minuman di dalam rongga,
ketidak mampuan menggigit atau mengunyah makanan untuk membentuk
bolus seingga makanan dapat ditelan karena adanya gangguan pada gerakan
lidah
13

c. Domain perilaku / lingkungan


Masalah gizi yang berkaitan dengan pengetahuan , perilaku/kepercayaan,
lingkungan fisik dan akses keamanan makanan
Contohnya :
Pengetahuan tidak lengkap atau tidak akurat mengenai makanan, zat gizi atau
informasi dan pedoman yang berkaitan dengan gizi karena kurang terpapar
edukasi yang berhubungan dengan gizi ditandai dengan pola makan yang
salah
3. Intervensi Gizi
Perencanaan intervensi meliputi :
a. Kebutuhan kalori (jumlah kalori dan total cairan)
b. Komposisi zat gizi (protein, lemak dan karbohidrat)
c. Cara pemberian (oral, NGT atau panenteral)
d. Waktu pemberian
e. Sumber makanan yang diberikan (formula RS atau komersial)
f. Edukasi gizi
4. Monitoring dan Evaluasi Gizi
Langkah monitoring dan evaluasi gizi, yaitu :
a. Monitor perkembangan yaitu kegiatan mengamati perkembangan kondisi
pasien/klien yang bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi sesuai yang
diharapkan, kegiatannya antara lain :
b. Mengukur hasil
c. Evaluasi hasil
d. Pencatatan pelaporan
2. Penyelenggaraan Makanan Pasien
1. Pengertian
Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan pada konsumen (pasien,
karyawan rumah sakit dan masyarakat) dalam rangka mencapai status kesehatan yang
optimal melalui pemberian diet yang tepat. Dalam hal ini termasuk kegiatan pencatatan,
pelaporan dan evaluasi.
2. Tujuan
Penyelenggaraan makan rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan untuk menyajikan
makanan yang kualitasnya baik dan jumlah yang sesuai kebutuhan serta pelayanan yang
layak dan memadai bagi klien atau konsumen yang membutuhkannya.
14

3. Sasaran
Sasaran penyelenggaraan makanan rumah sakit Yos Sudarso adalah pasien, karyawan
dan masyarakat yang membutuhkan.
Dalam penyelenggaraan makanan rumah sakit standar masukan (input) meliputi:
- Biaya
- Tenaga
- Sarana
- Prasarana
- Metoda
- Peralatan
Sedangkan standar proses meliputi:
- Penyusunan anggaran belanja bahan makanan, perencanaan menu, perencanaan
kebutuhan bahan makanan
- Pembelian bahan makanan
- Penerimaan, penyimpanan bahan makanan
- Persiapan bahan makanan
- Pengolahan bahan makanan dan pendistribusian makanan
Sedangkan standar keluaran ( out put ) adalah mutu makanan dan kepuasan konsumen
4. Bentuk penyelenggaraan makanan di rumah sakit Yos Sudarso
Kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan bagian dari kegiatan Instalasi Gizi
rumah sakit Yos Sudarso sebagai unit pelayanan gizi rumah sakit. Instalasi gizi sebagai
unit pelayanan gizi bertanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan
penyelenggaraan makanan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kecuali
pembelian kebutuhan Instalasi Gizi.
5. Mekanisme kerja penyelenggaraan makanan
Mekanisme kerja penyelenggaraan makanan di RS Yos Sudarso meliputi:
a. Perencanaan anggaran belanja makanan
Pengertian:
Penyusunan anggaran belanja makanan adalah suatu kegiatan penyusunan
anggaran biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi
konsumen / pasien / karyawan yang dilayani
Tujuan:
Tersedianya taksiran anggaran belanja makanan yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan bagi konsumen / pasien / karyawan
yang dilayani sesuai dengan standar kecukupan gizi
15

Prasyarat:
1. Adanya kebijakan rumah sakit
2. Tersedianya data peraturan pemberian makan rumah sakit
3. Tersedianya data standar makanan untuk pasien
4. Tersedianya standar harga bahan makanan
5. Tersedianya data rata-rata jumlah konsumen / pasien yang dilayani
6. Tersedianya siklus menu
7. Tersedianya anggaran makanan yang terpisah dari biaya perawatan
b. Perencanaan menu
Pengertian :
Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan diolah
untuk memenuhi selera konsumen / pasien, dan kebutuhan zat gizi yang memenuhi
prinsip gizi seimbang.
Tujuan :
Tersedianya siklus menu 10 hari + menu ke 11 apabila ada tanggal 31 untuk pasien
dan siklus menu 30 hari untuk karyawan
Prasyarat :
1. Peraturan pemberian makan rumah sakit
2. Standar porsi dan standar resep
3. Standar bumbu
c. Perhitungan kebutuhan bahan makanan
Pengertian:
Perhitungan kebutuhan bahan makanan adalah kegiatan penyusunan kebutuhan
bahan makanan yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan
Tujuan:
Tercapainya usulan anggaran dan kebutuhan bahan makanan untuk pasien dalam
satu tahun anggaran.
Prasyarat:
1. Adanya kebijakan rumah sakit
2. Tersedianya data peraturan pemberian makan rumah sakit
3. Tersedianya data standar makanan untuk pasien
4. Tersedianya standar harga bahan makanan
5. Tersedianya data rata-rata jumlah konsumen / pasien yang dilayani
6. Tersedianya siklus menu
16

d. Pemesanan dan pembelian bahan makanan


Pengertian:
Pemesanan adalah penyusunan permintaan (order) bahan makanan berdasarkan
menu atau pedoman menu dan rata-rata jumlah konsumen atau pasien yang
dilayani.
Tujuan :
Tersedianya daftar pesanan bahan makanan sesuai standar atau spesifikasi
yang ditetapkan.
Prasyarat:
1. Adanya kebijakan rumah sakit tentang pengadaan bahan makanan
2. Adanya surat perjanjian dengan bagian logistik rekanan
3. Adanya spesifikasi bahan makanan
4. Adanya daftar pesanan bahan makanan
5. Tersedianya dana
e. Penerimaan, penyimpanan dan penyaluran bahan makanan
1. Penerimaan bahan makanan
Pengertian:
Suatu kegiatan yang meliputi pemeriksaan / penelitian, pencatatan dan pelaporan
tentang, macam, kualitas dan kuantitas bahan makanan yang diterima sesuai
dengan pesanan serta spesifikasi yang ditetapkan.
Tujuan :
Tersedianya bahan makanan yang siap untuk diolah
Prasyarat:
a. Tersedianya rincian pesanan bahan makanan harian berupa macam dan
jumlah bahan makanan yang akan diterima
b. Tersedianya spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan.
2. Penyimpanan bahan makanan
Pengertian:
Suatu tata cara menata, menyimpan memelihara keamanan bahan makanan
kering dan basah baik kualitas maupun kuantitas digudang bahan makanan
kering dan basah serta pencatatan dan pelaporannya.
Tujuan:
Tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang tepat
sesuai perencanaan
Prasyarat:
a. Adanya system penyimpanan barang
b. Tersedianya fasilitas ruang peyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan
c. Tersedianya kartu stock / buku catatan keluar masuknya bahan makanan
17

3. Penyaluran bahan makanan


Pengertian:
Penyaluran bahan makanan adalah tata cara mendistribusikan bahan makanan
berdasarkan permintaan harian
Tujuan:
Tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang tepat
sesuai pesana
Prasyarat:
a. Adanya bon permintaan bahan makanan
b. Adanya kartu stock / buku catatan keluar masuknya bahan makanan
f. Persiapan bahan makanan
Pengertian:
Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam penanganan
bahan makanan yaitu meliputi berbagai proses antara lain membersihkan,
memotong, mengupas,merendam dan lain-lain.
Tujuan:
Mempersiapkan bahan-bahan makanan serta bumbu-bumbu sebelum di lakukan
kegiatan pemasakan.
Prasyarat:
1. Tersedianya bahan makanan yang akan dipersiapkan
2. Tersedianya peralatan persiapan
3. Tersedianya SPO persiapan
4. Tersedianya aturan proses-proses persiapan
g. Pengolahan bahan makanan
Pengertian :
Pengolahan bahan makanan merupakan suatu kegiatan merubah (memasak)
bahan makanan yang mentah ,menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas
dan aman untuk dikonsumsi.
Tujuan :
1. Mengurangi resiko kehilangan zat gizi bahan makanan
2. Meningkatkan nilai cerna
3. Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa keempukan dan penampilan
4. Bebas dari organism dan zat berbahaya untuk tubuh\
Prasyarat :
1. Tersedianya siklus menu
2. Tersedianya bahan makanan yang akan diolah
3. Tersedianya peralatan pengolahan bahan makanan
4. Tersedianya aturan penilaian
5. Tersedianya SPO pengolahan
18

h. Pendistribusian makanan
Pengertian :
Pendistribusian makanan adalah serangkaian kegiatan menyalurkan makanan
sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan konsumen yang dilayani
(makanan biasa maupun makanan Khusus)
Tujuan :
Konsumen mendapat makanan sesuai dengan diet dan ketentuan berlaku
Prasyarat :
1. Tersedianya standar pemberian makanan rumah sakit menyangkut
penyediaan energy dan zat gizi lainnya serta dietika
2. Tersedianya standar porsi
3. Adanya peraturan pengambilan makanan
4. Adanya bon permintaan makanan
5. Tersedianya makanan sesuai dengan ketentuan diet pasien/kebutuhan
konsumen
6. Tersedianya peralatan makan
7. Tersedianya sarana pendistribusian makanan
8. Tersedianya tenaga pramusaji
9. Adanya jadwal pendistribusian makanan didapur utama
Penyaluran makanan di Instalasi gizi RS Yos Sudarso secara sentralisasi
(dipusatkan), makanan pasien dibagi dan disajikan dalam alat makan ditempat

3. Pelayanan Gizi Rawat Jalan


Pelayanan gizi rawat jalan adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang
berkesinambungan dimulai dari asasmen/pengkajian, pemberian diagnosis, intervensi gizi dan
monitoring evaluasi kepada pasien/klien dirawat jalan. Asuhan gizi rawat jalan pada umumnya
disebut kegiatan konseling gizi dan penyuluhan gizi
A. Tujuan
Memberikan pelayanan kepada pasien rawat jalan atau kelompok dengan membantu
mencari solusi masalah gizinya melalui nasehat gizi mengenai jumlah asupan makanan
yang sesuai, jenis diet, jadwal makan dan cara makan sesuai dengan kondisi
kesehatannya
B. Sasaran
- Pasien dan keluarga
- Individu yang datang atau dirujuk
- Kelompok pasien dengan masalah gizi yang sama
19

C. Alur Proses Asuhan Gizi Rawat Inap

Pasien datang
sendiri/rujukan

(2) Asasmen Gizi


- Riwayat gizi (3) Intervensi
- Antrpometri (2)
Gizi
- Laboratorium Diagnosa Edukasi
- Pemeriksaan fisik Gizi Konsultasi
- Riwayat pasien

Tujuan tidak tercapai


Tujuan tercapai, ada masalah gizi baru Monitoring
Mengukur hasil
Evaluasi hasil
(kunjungan ulang)

Tujuan
tercapai

Stop / Asuhan gizi


tidak dilanjutkan

D. Mekanisme Kegiatan
Mekanisme pasien berkunjung untuk mendapatkan asuhan gizi di rawat jalan berupa
konseling gizi untuk pasien dan keluarga serta penyuluhan gizi untuk kelompok adalah
sebagai berikut :
1. Konseling Gizi
a. Pasien datang keruang konseling gizi dengan membawa surat rujukan dokter dari
poliklinik yang ada di rumah sakit ataupun dari luar rumah sakit
b. Ahli Gizi melakukan pencatatan data pasien dalam buku registrasi
c. Ahli Gizi melakukan asasmen gizi dimulai dengan pengkajian antropometri,
riwayat makan, riwayat personal, membaca hasil pemeriksaan laboratorium dan
fisik klinis bila ada, kemudian menganalisa semua data asasmen gizi
d. Ahli Gizi menetapkan diagnosa gizi
e. Ahli Gizi memberikan intervensi gizi berupa edukasi dan konseling dengan
langkah menyiapkan dan mengisi leaflet/brosur diet sesuai penyakit dan
kebutuhan gizi pasien serta menjelaskan tujuan diet, jadwal, jenis dan jumlah
bahan makanan sehari menggunakan alat peraga / food model, menjelaskan
20

f. tentang makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, cara pemasakan dll yang
disesuaikan dengan pola makan dan keinginan serta kemampuan pasien
g. Ahli Gizi menganjurkan pasien untuk kunjungan ulang, untuk mengetahui
keberhasilan intervensi dilakukan monitoring evaluasi
h. Pencatatan hasil konseling pada catatan terintegrasi dan dimasukkan kedalam
rekam medik pasien
2. Penyuluhan Gizi
a. Persiapan penyuluhan :
- Menentukan materi sesuai kebutuhan
- Membuat susunan / outline materi yang akan disajikan
- Merencanakan media yang akan digunakan
- Pengumuman jadwal dan tempat penyuluhan
- Persiapan ruangan dan alat bantu/media yang dibutuhkan
b. Pelaksanaan penyuluhan :
- Peserta mengisi daftar hadir (absensi)
- Ahli Gizi menyampaikan materi
- Tanya jawab
-
4. Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Gizi
Kegiatan penelitian dan pengembangan gizi di Instalasi gizi rumah sakit Yos Sudarso
merupakan pendukung kegiatan PGRS, yang dilaksanakan secara terencana Dan terus
menerus seperti halnya kegiatan gizi lain dalam rangka meningkatkan pelayanan gizi rumah
sakit.
Kegiatan penelitian dan pengembangan gizi terapan diupayakan dengan mendayagunakan
sarana, fasilitas dan dana yang tersedia. Penelitian dan pengembangan dapat dilakukan
khusus dalam lingkup unit pelayanan gizi terutama, tehnologi, penyederhanaan dan cara kerja
serta penilaian hasil kerja yang dicapai. Diluar unit kerja layanan gizi kegiatan diatas
dilaksanakan melalui kerja sama dengan unit kerja lain dan instalasi terkait.
A. Tujuan :
- Sebagai bahan masukan bagi perencanaan kegiatan PGRS
- Evaluasi kegiatan PGRS
- Mengembangkan teori, tata laksana atau standar baru
B. Ruang Lingkup
- Mandiri
- Kerjasama dengan unit lain dan instansi terkait, baik didalam maupun diluar unit
pelayanan gizi
- Sumber daya manusia
- Standar sarana dan prasarana
21

C. Berbagai standar yang dapat dikembangkan diantaranya adalah:


- Standar terapi diet
- Standar resep
- Standar porsi
D. Standar sarana dan prasarana yang dapat dikembangkan, misalnya:
- Mengurangi banyaknya lalat
- Standar dapur susu
- Standar lemari penyimpanan
- Dll
22

BAB V
LOGISTIK

1. Pengadaan bahan makan segar dilakukan dalam 3 kali seminggu setiap hari senin, rabu dan jumat,
sedangkan bahan makanan kering, alat tulis kantor dan peralatan rumah tangga dilakukan 1 kali
dalam seminggu dengan memperhatikan stok minimal dan maksimal
2. Pemesanan bahan makanan dilakukan dengan menggunakan SIM RS, demikian juga dengan
laporan stok, pelaporan pemakaian dan pembelian.
23

BAB VI
KEAMANAN MAKANAN, SANITASI DAN KESELAMATAN KERJA

Makanan merupakan salah satu komponen penting dalam rantai penyembuhan pasien di
rumah sakit. Makanan tidak hanya harus memenuhi unsure gizi tetapi juga unsure keamanannya,
dalam arti harus bebas dari komponen-komponen yang menyebabkan penyakit. Sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Makanan
A. Keamanan Makanan
Kemanan makanan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah makanan dari
kemungkinan cemaran biologis, kimiawi dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan
membahayakan kesehatan sehingga menjadi hal mutlak harus dipenuhi dalam proses pengolahan
makanan dirumah sakit. Makanan yang tidak aman dapat menyebabkan penyakit foodborne
disease yaitu gejala penyakit yang timbul akibat mengkonsumsi makanan yang mengandung atau
tercemar bahan senyawa beracun atau organism pathogen.
Penerapan kaidah dalam keamanan makanan dapat dilihat pada panduan sanitasi instalasi gizi
B. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja mempunyai kegiatan yang sangat berkaitan erat dengan kejadian yang
disebabkan kelalaian petugas dapat pula mengakibatkan kontaminasi terhadap makanan.
Pekerjaan yang teroorganisir, dikerjakan sesuai dengan prosedur , tempat kerja yang terjamin dan
aman, istirahat yang cukup dapat mengurangi bahaya dan kecelakaan dalam proses
penyelenggaraan makanan banyak.
Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi dapat dicegah, terjadinya dengan tiba-tiba dan
tentunya tidak direncanakan ataupun tidak diharapkan oleh pegawai yang dapat menyebabkan
kerusakan pada alat-alat, makanan dan melukai karyawan/pegawai
1. Pengertian
Keselamatan kerja adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan dalam rangka
menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian
/kesengajaan
2. Tujuan :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian
lain yang berbahaya
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan
f. Memberi perlindungan pada pekerja
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran
24

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibatkerja, baik fisik/ psikis,


keracunan, infeksi dan penularan
i. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
j. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
k. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya
l. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
m. Mencegah terkena aliran listrik
3. Prinsip Keselamatan Kerja Pegawai Dalam Proses Penyelenggaraan
a. Pengendalian teknis mencakup :
1) Letak, bentuk dan konstruksi alat sesuai dengan kegiatan dan memenuhi syarat yang
telah ditentukan
2) Ruangan dapur cukup luas, denah sesuai dengan arus ekrja dan dapur dibuat dari
bahan-bahan atau knstruksi yang memenuhi syarat
3) Perlengkapan alat yang kecil cukup disertai tempat penyimpanan praktis
4) Penerapan dan ventilasi cukup memenuhi syarat
5) Tersedianya ruang istirahat utnuk pegawai
b. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan terciptanya
kebiasaan kerja yang baik oleh pegawai
c. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja dari pegawai
d. Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai dengan jam kerja yang telah ditetapkan,
dan pegawai diberi waktu untuk istirahat setalah 3 jam bekerja, karena kecelakaan kerja
sering terjadi setelah pegawai bekerja > 3 jam
e. Maintenance (perawatan) alat dilakukan secara kntinyu agar peralatan tetap dalam kondisi
yang layak pakai
f. Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai
g. Adanya fasilitas/peralatan pelindung dan peralatan pertolongan pertama yang cukup
h. Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja
4. Prosedur Keselamatan Kerja
a. Ruang Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Makanan
Keamanan kerja di ruang ini terlaksana bila :
1) Menggunakan alat pembuka peti/bungkus bahan makanan menurut cara yang tepat
dan jangan melakukan dan meletakkan posisi tangan pada tempat kearah bagian alat
yang tajam / berbahaya
2) Barang yang berat selalu ditempatkan dibagian bawah dan angkatlah engan alat
pengangkut yang tersedia untuk barang tersebut
3) Pergunakan tutup kotak/tutup panic yang sesuai dan hindari tumpahan bahan
4) Tidak diperkenankan merokok diruang penerimaan dan penyimpanan tumpahan bahan
makanan
25

5) Lampu harus dimatikan bila tidak dipergunakan/diperlukan


6) Tidak mengangkat barang berat dalam jumlah yang besar, yang dapat membahayakan
badan dan kualitas barang
7) Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan licin diruang penerimaan dan
penyimpanan
b. Ruang Persiapan dan pengolahan Makanan
Keamanan kerja di ruang ini terlaksana bila :
1) Menggunakan peralatan yang sesuai dengan cara yang baik, misalnya gunakan pisau,
golok, parutan kelapa dengan baik dan jangan bercakap-cakap selama menggunakan
alat tersebut
2) Tidak menggaruk, batuk, selama mengerjakan / mengolah bahan makanan
3) Menggunakan berbagai alat yang tersedia sesuai dengan petunjuk pemakaiannya
4) Bersihkan mesin menurut petunjuk dan matikan mesin sebelumnya
5) Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang akan dibersihkan
6) Berhati-hatilah bila membuka dan menutup, menyalakan atau mematikan mesin,
lampu, gas/listrik
7) Meneliti dulu semua peralatannya sebelum digunakan
8) Pada saat selesai menggunakannya, teliti kembali apakah semua alat sudah dimatikan
mesinnya
9) Mengisi panic-panci menurut ukuran semestinya, dan jangan melebihi porsi yang
ditetapkan
10) Tidak memasukkan muatan kedalam kereta makan yang melebihi kapasitasnya
11) Meletakkan alat menurut tempatnya dan diatur dengan rapi
12) Bila ada alat pemanas perhatikan cara penggunaannya dan pengisiannya
13) Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat dan jangan mengisi terlalu penuh
14) Perhatikanlah bila membawa makanan pada baki, jangan sampai tertumpah atau
makanan tersebut tercampur
15) Perhatikan posisi tangan sewaktu membuka dan mengeluarkan isi kaleng
c. Ruang Distribusi Makanan di Unit Pelayanan Gizi
Keamanan kerja di ruang ini terlaksana bila :
1) Tidak mengisi panic/piring terlalu penuh
2) Tidak mengisi kereta makan melebihi kapasitas kereta makan
3) Meletakkan alat dengan rapid an teratur
4) Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat atau tidak mengisi tempat tersebut
sampai penuh
5) Bila ada alat pemanas, perhatikan waktu menggunakannya
26

d. Dapur Ruang Rawat Inap


Keamanan kerja di ruang ini terlaksana bila :
1) Menggunakan peralatan yang bersih dan kurang
2) Menggunakan dengan baik peralatan sesuai dengan fungsinya
3) Menggunakan alat pelindung kerja selama didapur ruangan seperti celemek, topi,
masker, sandal tertutup
4) Meneliti dulu semua peralatan sebelum digunakan
5) Mengikuti petunjuk/prosedur kerja yang ditetapkan. Sebelum memulai bekerja dan bila
akan meninggalkan ruangan harus menggunakan sabun dan desinfektan
6) Membersihkan/mencuci peralatan makan/dapur/kereta makan sesuai dengan prosedur
7) Tidak meninggalkan dapur ruangan sebelum yakin bahwa kompor, lampu, gas, listrik
sudah dimatikan dan kemudian pintu dapur harus ditinggalkan dalam keadaan
tertutup/terkunci
e. Alat Pelindung Kerja
1) Baju kerja, celemek dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak licin dan enak
dipakai, sehingga tidak mengganggu gerak pegawai sewaktu kerja
2) Menggunakan sandal yang tidak licin bila berada dilingkungan dapur (jangan gunakan
sepatu berhak tinggi)
3) Tersedianya alat sanitasi yang cukup sesuai misalnya air dalam keadaan bersih dna
jumlah yang cukup, sabun, alat pengering
4) Tersedianya alat pemadam kebakaran yang ebrfungsi baik ditempat yang mudah
dijangkau
5) Tersedia alat/obat P3K yang sederhana
27

BAB VII
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU

Pelayanan gizi di rumah sakit dikatakan bermutu jika memenuhi 3 komponen mutu, yaitu :
1. Pengawasan dan pengendalian mutu untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan aman
2. Menjamin kepuasan konsumen
3. Assasmen yang berkualitas

Dalam Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit (Depkes RI, 2008), ditetapkan bahwa Indikator Standar
Pelayanan Gizi meliputi :
1. Ketepatan waktu pemberian makan kepada pasien ( 100 %)
2. Sisa makanan yang tidak dihabiskan oleh pasien < 20 %
3. Tidak ada kesalahan pemberian diet ( 100 % )
4. Untuk Instalasi Gizi Rumah Sakit Yos Sudarso menambahkan 2 indikator yaitu Kepuasan Pasien
Terhadap Pelayanan Gizi ( 80% ) dan Kepatuhan Pemakaian APD ( 100 % )

Padang, 4 Agustus 2016

Menyetujui,

Dr. Erlis Beby Julianto Dewi Yanita, SKM, RD


Direktur Kepala Instalasi Gizi
28

Anda mungkin juga menyukai