Anda di halaman 1dari 9

Pembagian Waris Menurut Islam

MAKALAH

Tugas Ini Disusun untuk Memenuhi Suatu Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

Guru Mata Pelajaran: Pak Jamil, Innayatullah, S.Ag.

Disusun oleh:

Silvya Tasya Adiningsih (31)

12 IPA 6

SMAN 1 PURWAKARTA

Tahun ajaran 2018/2019


A. Dasar Hukum Waris
Sumber hukum ilmu mawaris yang paling utama adalah al-Qur'an, kemudian As-
Sunnah/hadits dan setelah itu ijma’ para ulama serta sebagian kecil hasil ijtihad para
mujtahid.
1. Al-Qur'an.
Dalam Islam saling mewarisi di antara kaum muslimin hukumnya adalah wajib
berdasarkan al-Qur'an dan Hadis Rasulullah Saw. Banyak ayat al-Qur'an yang
mengisyaratkan tentang ketentuan pembagian harta warisan ini. Di antaranya firman
Allah Swt.,
a. QS. an-Nisa' ayat 7

Artinya: “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan
kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-
bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah
ditetapkan.” (QS. an-Nisa' : 7)
b. QS. an-Nisa' ayat 11.

Artinya: "Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-


anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak
perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka
dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka
ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya
seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak;
jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya
(saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai
beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian
tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar
hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di
antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan
dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. an-
Nisa' : 11) QS. al-Ahzab ayat 4.

"Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya;
dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu sebagai ibumu, dan Dia
tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang
demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang
sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar)." (QS. al-Ahzab : 4)

2. As-Sunnah
a. Hadis dari Ibnu Mas’ud berikut:.

Ibnu Mas'ud pernah berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah


bersabda kepadaku: Hendaklah kalian belajar ilmu, dan ajarkanlah kepada manusia,
pelajarilah ilmu fara`idl dan ajarkanlah kepada manusia, pelajarilah Al Qur`an dan
ajarkanlah kepada manusia, karena aku seorang yang akan dipanggil (wafat), dan
ilmu senantiasa akan berkurang sedangkan kekacauan akan muncul hingga ada dua
orang yang akan berselisih pendapat tentang (wajib atau tidaknya) suatu kewajiban,
dan keduanya tidak mendapatkan orang yang dapat memutuskan antara keduanya."
(HR. ad-Darimi)
b. Hadist dari Ibnu Abbas
Hadist ini menjelaskan cara membagi harta peninggalan, shahib furudh didahulukan
setelah itu baru ashabah bi an-nafs.

Artinya: Dari Ibnu Abbas ra. Dari nabi saw. Nabi bersabda: “berikanlah bagian-
bagian pasti kepada ahli waris yang berhak. Sesudah itu sisanya diutamakan (untuk)
orang laki-laki (‘ashabah). (H.R al-Bukhari)

B. Mawaris Menurut KHI


Hukum kewarisan Islam adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang
berkenaan dengan peralihan hak dan kewajiban atas harta kekayaan seseorang setelah ia
meninggal dunia kepada ahli warisnya.
Menurut Kompilasi Hukum Islam, Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur
tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan
siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-masing.Ini
dapat kita lihat dalam Buku II KHI, pasal 171 poin (a).

(Tabel hukum mawaris menurut KHI)


C. Ketentuan Mawaris dalam Islam
a. Ketentuan Mawaris
Mawaris ialah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari cara-cara pembagian
harta waris. Mawaris disebut juga faraidh karena mempelajari bagian-bagian
penerimaan yang sudah ditentukan sehingga ahli waris tidak boleh mengambil harta
waris melebihi ketentuan.
Ahli Waris ialah orang yang berhak menerima warisan, ditinjau jenisnya dapat
dibagi dua, yaitu zawil furud dan ashobah.
Ahli ada dua jenis lelaki dan perempuan .
1) Ahli Waris lelaki terdiri dari.
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki sampai keatas dari garis anak laki-laki.
3. Ayah
4. Kakek sampai keatas garis ayah
5. Saudara laki-laki kandung atau seayah atau seibu
6. Anak laki-laki saudara kandung atau seayah sampai kebawah.
7. Paman kandung atau seayah
8. Anak paman kandung atau seayah sampai kebawah.
9. Suami
10. Laki-laki yang memerdekakan
2) Ahli Waris wanita terdiri dari
1. Anak perempuan
2. Cucu perempuan sampai kebawah dari anak laki-laki.
3. Ibu
4. Nenek sampai keatas dari garis ibu
5. Nenek sampai keatas dari garis ayah
6. Saudara perempuan kandung
7. Saudara perempuan seayah
8. Yang Saudara perempuan seibu.
9. Isteri
10.Wanita yang memerdekakan

D. Sebab-sebab seseorang menerima harta warisan


a. Adanya pertalian darah dengan yang meninggal baik pertalian ke bawah
ataupun ke atas.
b. Hubungan pernikahan, yaitu suami atau isteri.
c. Adanya pertalian agama. Contoh jika seorang hidup sebatang kara, lalu
meninggal maka harta waris masuk baitul mal.
d. Karena memerdekakan budak.

E. Sebab-sebab seseorang tidak mendapat harta waris


a. Hamba
b. Pembunuh, orang yang membunuh tidak dapat mewarisi harta dari yang
dibunuh.
c. Murtad dan kafir, orang yang keluar dari Islam, yaitu antara pewaris atau
yang mati, murtad salah satunya.

F. Ketentuan Pembagian Hak Waris Menurut Hukum Islam

Ditinjau dari sudut pembagian, Ahli waris terbagi dua yaitu : Ashhabul furudh
dan Ashobah.
1. Ashabul furudh
yaitu orang yang mendapat bagian tertentu. Terdiri dari:
- Yang dapat bagian ½ harta.
a. Anak perempuan kalau sendiri
b. Cucu perempuan kalau sendiri
c. Saudara perempuan kandung atau seayah kalau sendiri
d. Suami
- Yang mendapat bagian ¼ harta
a. Suami dengan anak atau cucu
b. Isteri atau beberapa kalau tidak ada anak atau cucu
- Yang mendapat 1/8
a. Isteri atau beberapa isteri dengan anak atau cucu.
- Yang mendapat 2/3
a. dua anak perempuan atau lebih
b.dua cucu perempuan atau lebih
c.dua saudara perempuan kandung maupun seayah atau lebih
-Yang mendapat 1/3
a. ibu jika tidak ada anak
b. cucu dari garis anak laki-laki
c. dua saudara kandung seayah atau seibu.
d. dua atau lebih anak ibu baik laki-laki atau perempuan
- Yang mendapat 1/6
a. Ibu bersama anak laki-laki, cucu laki-laki atau dua atau lebih saudara perempuan
kandung atau perempuan seibu.
b. Nenek garis ibu jika tidak ada ibu dan terus keatas
c. Nenek garis ayah jika tidak ada ibu dan ayah terus keatas
d. Satu atau lebih cucu perempuan dari anak laki-laki dan satu anak perempuan
kandung
e. Satu atau lebih saudara perempuan seayah atau sekandung.
f. Ayah bersama anak laki-laki atau cucu laki-laki
g. Kakek jika tidak ada ayah
h. Saudara seibu satu orang, baik laki-laki atau perempuan.
2. Ahli waris ashobah
Yaitu para ahli waris tidak mendapat bagian tertentu tetapi mereka dapat
menghabiskan bagian sisa ashhabul furud. Ashobah terbagi tiga jenis yaitu
ashabah binafsihi, ashobah bighairi dan ashobah menghabiskan bagian tertentu
* Ashobah binafsihi, yaitu ashobah dengan sendirinya. Rukun ashobah binafsihi
sebagai berikut:
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki terus kebawah
c. Ayah
d. Kakek dari garis ayah keatas
e. Saudara laki-laki kandung atau seayah
f. Anak laki-laki saudara laki-laki kandung atau seayah sampai kebawah
g. Paman kandung atau seayah
j. Anak laki-laki paman kandung atau seayah sampai kebawah
l. Laki-laki yang memerdekakan yang meninggal
* Ashobah dengan dengan saudaranya
a. Anak perempuan bersama anak laki-laki atau cucu laki.
b. Cucu perempuan bersama cucu laki-laki
c. Saudara perempuan kandung bersama saudara laki-laki kandung atau saudara
laki- laki seayah.
d. Saudara perempuan seayah bersama saudara laki-laki seayah.
e. Anak perempuan kandung satu orang bersama cucu perempuan satu atau lebih
g. Saudara perempuan kandung bersama saudara perempuan seayah
Daftar Pustaka:

https://nurabdirusdy.wordpress.com/2017/03/11/hukum-waris-dalam-perspektif-kompilasi-
hukum-islam/

https://www.bacaanmadani.com/2018/03/pengertian-warisan-dasar-dasar-hukum.html

http://fahmilaziz.blogspot.com/2012/11/sumber-sumber-hukum-mawaris.html

http://dunkdaknyonk.blogspot.com/2011/03/ketentuan-mawaris.html

https://dalamislam.com/hukum-islam/pembagian-warisan-menurut-hukum-islam

http://www.nu.or.id/post/read/86530/empat-sebab-seseorang-berhak-mendapat-harta-warisan

Anda mungkin juga menyukai