Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

BENIGHT PROSTAT HYPERPLASIA ( BPH )

DISUSUN OLEH :

NAMA : Jeri Rahendra

NIM : Po.71.20.2.20.075

TINGKAT :2

DOSEN PEMBIMBING :

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

PROGRAM STUDI D111 KEPERAWATAN BATURAJA

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

A. Definisi
Menurut Taufan (2011) Pembesaran jinak kelenjar prostat yang disebabkan karena
hyperplasia beberapa/semua komponen prostat.
Menurut Tanto (2014) Hiperplasia prostat jinak (benign prostate hyperplasia-BPH)
merupakan tumor jinak yang paling sering terjadi pada laki-laki. Insidennya terkait
pertambahan usia, prevelensi yang meningkat dari 20 % pada laki-laki berusia 41-50 tahun
menjadi lebih dari 90% pada laki-laki berusia lebih dari 80 tahun.
2. Etiologi
Menurut Tanto (2014) teori yang umum digunakan adalah bahwa BPH bersifat
multifactorial dan pengaruh oleh sistem endokrin, selain itu ada pula yang menyatakan bahwa
penuaan menyebabkan peningkatan kadar estrogen yang menginduksi reseptor adrogen
sehingga meningkat sensitivitas prostat terhadap testosteron bebas, secara patologis, pada
BPH terjadi proses hiperplesia sejati disertai peningkatan jumlah sel. Pemeriksaan micropis
menunjukan bahwa bPH tersusun atas stroma dan epitel dengan rasio yang bervariasi.
C. Manifestasi Klinis
Menurut Tanto (2014) pada umumnya pasien BPH datang dengan gejala-gejala
truktus urinarius bawah (lower urinari tract symptoms -LUTS) yang terdiri atas gejala
obstruksi dan iritasi.
 Gejala obtruksi :
a. Miksi terputus
b. Hesitancy: saat miksi pasien harus menunggu sebelum urin keluar
c. Harus mengedang saat mulai miksi
d. Kurangannya kekuatan dan pancaran urine
e. Sensasi tidak selesai berkemih
f. Miksi ganda (berkemih untuk kedua kalinya dala waktu ≤ 2 jam setelah miksi
sebelumnya )
g. Menetes pada akhir miksi

Gejala Iri
 tasi
a. Frekuensi sering miksi
b. Urgensi : rsa tidak dapat menahan lagi, rasa ingin miksic. Nokuria : terbangun dimalam
hari untuk miksi
d. Inkotenensia: urine keluar di luar kehendak
D. Patofisiologi
Menurut Tanto (2014) kelenjar prostat terletak dibawah kandung kemih dan tembus
oleh uretra.kelenjar ini dibagi empat zona yaitu zona perifer, sentral, stoma fibromuskularis
anterior, dan transsisional, yang disebut dengan benign prostat obstruksi (BPO). Gejala klinis
yang timbul terbagi atas dua jenis yaitu gejala obstruksi dan gejala iritasi, gejala obstruksi
timbul akibat sumbatan secara langsung akibat uretra, gejala iritatif terjadi sekunder pada
kandung kemih sebagai respon meningkatkan resitensi pengeluaran dan pengosongan yang
tidak sempurna menyebakan rangsangan pada kandung kemih berkontraksi pada kondisi
belum penuh.
E. Pathway keperawatan
Faktor pencetus BPH : Riwayat Kongenital,faktor umum, jenis kelamin

Pembesaran kelenjar prostat

BPH
← →
↓ ↓
Tindakan sistotomi Vesika urinaria tak mampu menampung
↓ ↓
Luka sayatan Vesika urinaria penuh
↓ ↓
Kuman masuk Frekuensi miksi
↓ ↓
RESIKO INFEKSI Terbangun untuk miksi

Mengganggu pola istirahat tidur

GANGGUAN POLA TIDUR

F. Penatalaksanaan
Modalitas terapi BPH adalah :

 Observasi
Yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3-6 bulan kemudian setiap tahun
tergantung keadaan klien.
 Medikamentosa
Terapi ini diindikasikan pada BPH dengan keluhan ringan, sedang, dan berat tanpa
disertai penyulit. Obat yang digunakan berasal dari : phitoterapi ( misalnya : Hipoxis
rosperi, Serenoa repens, dll), gelombang alfa blocker dan golongan supresor
androgen.

 Pembedahan
Indikasi pembedahan pada BPH adalah :
a. Klien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi urin akut.
b. Klien dengan residual urin >100 ml.
c. Klien dengan penyulit.
d. Terapi medikamentosa tidak berhasil.
e. Flowmetri menunjukan pola obstruktif.

Pembedahan dapat dilakukan dengan :


a. TURP ( Trans Uretra Reseksi Prostat → 90-95 % ).
b. Retropubic Atau Extravesical Prostatectomy.
c. Perianal Prostatectomy.
d.Suprapublic Atau Tranvesical Prostatectomy.

 Alternatif lain ( Misalnya : Kriyoterapi, Hipertermia, Termoterapi, Terapi Ultrasonik.

G. Pemeriksaan Penunjang

a. Prostat spesifik anti gen (PSA),


bersifat spesifik tetapi tidak spesifik kanker. Pemeriksaan ini dpat dilakukan untuk menilai
bagaimana perjalan penyakit BPH selanjutnya, keluhan alkibat BPH lebih berat atau
lebihmudah terjadi retensi urine akut, rentang normal nilai PSA adalah:
1) 40-49 tahun : 0-2,5 ng/mL
2) 50-59 tahun : 0-3,5 ng/mL
3) 60-69 tahun : 0-4,5 ng/mL
4) 70-79 tahun : 0-6,5 ng/mL
b. Nilai PSA >4 ng/mL merupakan indikasi tindakan biopsi prostat
c. Flowmetri : Qmax (laju pancaran urine maksimal) turun biasanya < 15 cc
d. USG/kateter untuk menilai volume urine residual
e. Transrectal/transabdominal Ultrasonografi (TRUS/TAUS) mengukur volume prostat dan
menemukan gambaran hipoekoik
f. Pemeriksaan atas indikasi : intravenous

H. Pengkajian focus
 Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik,
mental, sosial dan lingkungan (Nursalam, 2012).
Pengkajian data dasar dalam pengkajian klien dengan Benigh Prostatic
Hyperplasia (BPH)dilakukan mulai dari 3 jam–sampai 3 hari adalah :

 Pemeriksaan fisik

1) Kepala dan leher

 Inspeksi : merintih, menahan aasakit.

 Rambut : Lurus/keriting, warna, Ketombe, kerontokan

 Mata : Simetris/tidak, pupil isokhor, akonjunctiva tidak anemis

 Hidung : Terdapat mukus/tidak, pernafasan cuping hidung.

 Telinga : Simetris, terdapat mukus/tidak

 Bibir : Lembab,tidak ada stomatitis.

 Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid

2) Dada

 Inspeksi : Simetris, tidak terdapat tarikan otot bantu pernafasan

 Palpasi : Denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas, nyeri tekan(-)

 Perkusi : Jantung : Dullness

 Auskultasi : Suara nafas normal

3) Abdomen

 Inspeksi : terdapat luka post operasi di abdomen region inguinal

 Palpasi : Teraba massa, terdapat nyeri tekan pada daerah inguinalis


 Perkusi : Dullness

 Auskultasi : Terdengar bising usus (N= <5 per menit)

4) Ekstremitas

 Atas : Simetris, tidak ada edema

 Bawah : Simetris, tidak ada edema

5) Genetalia

 Inspeksi : Scrotum kiri dan kanan simetris, ada lesi

I. Diagnosis Keperawatan

1.) Gangguan pola tidur b. perubahan status kesehatan


2.) Resiko tinggi infeksi b.d pembedahan

J. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Kriteria hasil Rencana Rasional


keperawatan keperawatan

1. Gangguan pola Setelah dilakukan 1.Memonitor 1. Untuk


tidur B.d tindakan keperawatan jumlah dan kualitas mengetahui
Perubahan status selama 2x 24 jam pada tidur klien. jumlah dan
kesehatan pasien dengan kualitas tidur
gangguan pola tidur 2. klien.
dapat teratasi dengan Menginstruksikan
kriteria hasil : pasien untuk tidur 2. Supaya tidur
pada waktunya. teratur
1. Jumlah jam tidur
dalam batas normal 3. 3. Untuk
( 6-8 jam/hari .) Mengindentifikasi mengetahui
penyebab yang menjadi
2. Pola tidur, kualitas kekurangan tidur penyebab tidak
tidur dalam batas pasien. bisa tidur.
normal.
4. Diskusi dengan 4. untuk bisa
3. Perasaan segar pasien dan tidur teratur
sesudah tidur atau keluarga pasien seperti biasa.
istirahat. umtuk
meningkatkan 5. untuk
4. Mampu teknik tidur. menjadikan jam
mengindentifikasi hal- tidur kembali
hal yang meningkatkan 5. Menentukan
tidur. pola tidur pasien normal

2. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. anjurkan 1. Untuk


infeksi B.d tindakan keperawatan istirahat teratur membuat
pembedahan selama 3 hari masalah keadaan klien
resiko infeksi teratasi 2. Dorong masukan lebih rileks
dengan kriteria hasil : cairan
2. supaya tidak
1. Klien bebas dari 3. Ajarkan cara kekurangan
tanda dan gejala menghindari cairan
infeksi infeksi
3. Supaya tidak
2. Mendeskripsikan 4. Laporkan terjadi infeksi
proses penularan kecurigaan infeksi
penyakit, faktor yang 4. Supaya bisa
mempengaruhi di berikan obat
penularan serta untuk
penatalaksanaannya. mengurangi
infeksi
3. Menunjukan
kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi

4. Jumlah leukosit
dalam batas normal

DAFTAR PUSTAKA

Detter. 2011. Rencana Asuhan Keperawatan (Terjemahan). Edisi 3. Jakarta : EGC.


Dinkes Muara Bungo Jambi Tahun 2016. Jumlah Kejadian Pasien BPH di Dinas Kesehatan
Bungo.

Dinkes Provinsi Jambi Tahun 2018. Jumlah Kejadian Pasien BPH di Dinas
Kesehatan Provinsi Jambi. Provinsi Jambi
Dongoes. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta.
Nusalam. 2015. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Nasional. Edisi 5. EGC : Jakarta.
Purnomo Basuki B. 2008. Dasar-Dasar Urologi. Malang: Anggota IKAPI
Riskesdas RI. 2016. Perawatan Maksimal Pasca Post Op BPH.Jurnal Kesehatan.
Dipublikasikan. Http://blogspot.com. (Diakses Tanggal 10 April 2019, Pukul 20:30 WIB
Sjamjuhidajat, R & Jong Wim De. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Tanto. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius : Jakarta
Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan Penyakita Dalam.
Nuha Medika : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai