KELOMPOK 7 (TUJUH)
N
NAMA ANGGOTA KELOMPOK NO. BP
O
1 NOVITA SARI PULUNGAN 1411111007
2 NINDI ELISA 1411111017
3 MONICA GUSPA 1411111022
4 ALFIAN PARNEDI 1411111027
5 HAIMICCITA RATNA 1411111028
6 ANGGIE YULIA SARI 1411112008
7 KHAIRIL AGUSTORIA 1411112025
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAAN
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................................2
1.3 Manfaat........................................................................................................................2
2.1.4 Metoda....................................................................................................................11
2.2.4 Metoda....................................................................................................................26
2.3.4 Metoda....................................................................................................................40
2.4.4 Metoda....................................................................................................................55
2.5.4 Metoda.............................................................................................................75
2.6.4 Metoda....................................................................................................................89
3.1 Kesimpulan................................................................................................................96
3.2 Saran..........................................................................................................................96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Ukuran Panjang Padi....................................................................................11
2. Ukuran Panjang Beras..................................................................................12
3. Sub Jenis atau Rasio Diameter Padi.............................................................12
4. Data Gabah dan Beras..................................................................................14
5. Data Kriteria Gabah dan Beras.....................................................................14
6. Data Biji-Bijian............................................................................................29
7. Kriteria Biji-Bijian........................................................................................30
8. Pengukuran Buah dan Sayuran.....................................................................43
9. Kriteria Buah dan Sayuran............................................................................43
10. Data Poisson Ratio Sawo............................................................................56
11. Data Poisson Ratio Tomat..........................................................................56
12. Data Poisson Ratio Terong Pirus................................................................57
13. Penentuan Terminal Velocity......................................................................78
14. Penentuan Velocity......................................................................................91
15. Data Perhitungan Rendemen......................................................................91
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Grafik Poisson Ratio Sawo I.........................................................................58
2. Grafik Poisson Ratio Sawo II.......................................................................58
3. Grafik Poisson Ratio Sawo III......................................................................59
4. Grafik Rata-Rata Poisson Ratio Sawo..........................................................59
5. Grafik Poisson Ratio Tomat I.......................................................................60
6. Grafik Poisson Ratio Tomat II......................................................................60
7. Grafik Poisson Ratio Tomat III....................................................................61
8. Grafik Rata-Rata Poissin Ratio Tomat.........................................................61
9. Grafik Poisson Ratio Terong Pirus I.............................................................62
10. Grafik Poisson Ratio Terong Pirus II.........................................................62
11. Grafik Poissin Ratio Terong Pirus III.........................................................63
12. Grafik Rata-Rata Poisson Ratio Terong Pirus............................................63
13. Grafik Keseluruhan.....................................................................................64
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
2.1.1.1 Tujuan
2.1.1.2 Manfaat
Sifat fisik bahan pertanian merupakan faktor yang sangat penting dalam
masalah-masalah dalam merancang suatu alat khusus untuk suatu produk
pertanian atau analisa perilaku produk dan cara penanganannya. Karakteristik sifat
fisik pertanian adalah bentuk, ukuran, luas permukaan, warna, penampakan,
berat, prositas, densitas, dan kadar air (Suharto, 1991)
Angle of repose merupakan sifat teknik dari suatu bahanberbentuk granular
yang dituang dalam suatu permukaan horizontal yang akan membentuk
suatugundukan berbentuk kerucut. Sudut antara permukaan gundukan terhadap
permukaan horizontal inilah yang disebut dengan angle of respose. (Khatir, 2006)
Angle of friction adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan kayu dengan
bidang horizontal, pada saat gabah diatas permukaan tersebut karena gaya berat.
Gaya berat adalah massa partikel yang menempati satu unit volume tertentu.
Densitas bulk ditentukan dengan oleh berat wadah yang diketahui volumenya dan
merupakan hasil pembagian dengan berat granular dengan volume wadah.
Porositas merupakan bagian yang tidak ditempati oleh partikel atau bahan
padatan.
Kriteria untuk bentuk dan dapat dibagi atas berbagai macam diantaranya:
1. Charterd Standards (Gambar standar)
Yaitu dengan mengukur penampang memanjang dan menglintang akan
menghasilkan gambar standar. Contoh: round, oblate, oblong, cone, dan lain-lain.
Charted standard sangat sederhana namun bersifat sangat subjektif.
2. Roundnes
Yaitu ukuran keruncingan sudut dari suatu bahan padat. Ada beberap
persamaan untuk melakukan perhitungan dengan roundness diantaranya:
Ap r dr
Rd= atau Rd= atau Rd=
Ac R dt
3. Sphericity
Yaitu perbandingan antara luas permukaan bola yang mempunyai volume
sama dengan diameter bak terkecil yang dapat mengelilingi objek. Nilai dari skala
penentuan sphericity dorentang dari 0-1. Dimana jika suatu benda mendekati nilai
1 maka benda tersebut dapat dinyatakan mendekati nilai kebulatan.
de
Sphericity juga dirumuskan dengan . Asumsi dari bahan yang dianggap
dc
memiliki bentuk ellips. Sphericity secara jelas dapat dijelaskan dengan rumus:
1
volume bahan
Sphericity=( )3
volume bola yang mengelilingi
4. Reseblance to Geometric Bodies (Kemiripan dengan Benda Geometris)
Yaitu penentuan sifat fisik suatu benda dengan benda standar yang selain
standar tersebut dihubungkan dengan benda geometri. Benda geometri yang
dimaksud dapat dikelompokkan menjadi:
a. Bulat memanjang (prolate spheroid)
terkelupas dan gabah patah. Kualitas gabah akan mempengaruhi kualitas dan
kuantitas berasyan dihasilkan. Kualitas gabah yang baik akan berpengaruh pada
tingginya rendemen giling. Rendemen giling adalah persentase berat sosoh
terhadap berat gabah yang digiling.
Kadar air yang optimal untuk melakukan penggilingan adalah 13-15%.
Pada kadar air yang lebih tinggi gabah sulit terkelupas, sedangkan pada kadar air
yang lebih rendah butiran gabah menjadi mudah patah. Gabah yang baru panen
(GKP), memiliki kadar air antara 20-27%. Apabila gabah disimpan sebelum
digiling kadar airnya harus diturunkan terlebih dahulu dengan cara dikeringkan
sampai kadar air maksimum 18%. Pada kadar air ini gabah disebut gabah kering
simpan (GKS). Sebelum digiling GKS dikeringkan lagi hingga kadar air sekitar
13-15%.
Gabah kering panen yang memiliki kadar air sekitar 20% akan menurun
beratsnya sebanyak 7% setelah mengalami proses pengeringan hingga menjadi
gabah kering giling yang memiliki kadar air sekitar 14%. Apabila tidak langsung
digiling, gabah terlebih dahulu disimpan dalam bentuk gabah kering giling. Gabah
kering giling yang memiliki kadar air sekitar 14% dan kotoran sekitar 3%
dianggap sebagai bobot awal (100%) yang merupakan masukan terhadap proses
penggilingan. Proses penggilingan padi diawali dengan pembersihan awal untuk
membersihkan kotoran-kotoran yang berjumlah kira-kira 3% dari bobot gabah
awal. Selanjutnya gabah mengalami proses pemecahan kulit, dimana sekam yang
berbobot 20% dari bobot gabah awal-awal terlepas dari butiran gabah, dan akan
tersisa beras pecah kulit sebanyak 77%. Beras pecah kulit kemudian melalui
proses penyosohan untuk memisahkan bekatulnya dan untuk mendapat warna
beras yang mengkilap. Akibat proses ini diperoleh bekatul sebanyak 10% dari
berat gabah awal. Beras kepala sebanyak 52%. Persentase sekam dan bekatul
sematat-mata disebabkan oleh perbedaan varietas padi, sedangkan persentase
beras patah dan beras kepala banyak dipengaruhi oleh kinerja mesin yng dipakai.
Kadar air merupakan salah satu fisik dari bahan yang menunjukkan
banyaknya air yang terkandung di dalam bahan. Kadar air biasanya digunakan
dalam persentase berat air terhadap bahan basah atau dalam gram air untuk setiap
100gram bahan yang disebut dengan kadar air basis basah (bb). Berat bahan
kering atau padatan adalah setelah mengalami pemanasan beberapa waktu tertentu
sehingga beratnya tetap.
Cara pengerigan secara umum ke dalam empat golongan menurut suhu
udara pengeringnya :
1. Cara pengeringan dengan suhu sangat rendah.
2. Cara pengeringan dengan suhu rendah.
3. Cara pengeringan dengan suhu tinggi.
4. Cara pengeringan dengan suhu sangat tinggi.
2.1.3.1 Bahan
1. Beras 1,5 kg
2. Gabah 1,5 kg
2.1.3.1. Alat
2.1.4 Metoda
a. Ukur panjang (d mayor), lebar (d moderate), dan tebal (d minor) untuk padi
dan beras dengan menggunakan vernier caliper atau jangka sorong. Sampel
pada masing-masing bahan yang digunakan sebanyak 10 butir. Data yang
didapat selanjutnya dimasukkan pada tabel sampel bahan rata-ratanya
dihitung.
b. Tentukan jenis padi berdasarkan ukuran panjangnya
Tabel 1. Ukuran Panjang Padi
Dmayor Jenis
2.1.5.1 Hasil
2.1.5.2 Pembahasan
Pada praktikum objek pertama ini yaitu tentang sifat fisik gabah dan beras.
Dimana telah diketahui bahwa antara gabah dan beras memiliki karakteristik yang
berbeda. Untuk masing-masing bahan (gabah dan beras) diambil sampel secara
acak sebanyak 10 buah sampel dari masing-masing bahan yang ukurannya
berbeda.
Dalam menentukan dmayor, dmoderat, dan dminor harus diperhatikan nilai
pengukuran bahan. Maksudnya adalah agar tidak terjadi kekeliruan terhadap nilai
dmoderat, dan dminor. Karena kebanyakan pembacaan data antara dmoderat, dan
dminorsering salah tempat. Nilai dari dmoderat akan selalu lebih besar
dibandingkan dengan dminor.
Dari data gabah secara rata-rata didapatkan nilai dmayor, dmoderat, dan
dminorberturut-turut adalah 0,800 cm, 0,293 cm, dan 0,153 cm. Sedangkan dari
data rata-rata yang didapatkan dari nilai dmayor, dmoderat, dan dminordari beras
adalah 0,535 cm, 0,198 cm, dan 0,131 cm. Dari data ini menunjukkan bahwa nilai
dari dmayor, dmoderat, dan dminordari gabah akan lebih besar dibandingkan nilai
dmayor, dmoderat, dan dminor dari beras. Faktor yang menyebabkan perbedaan
nilai ini adalah karena beras merupakan bahan dari gabah yang telah kehilangan
sekam. Untuk kasus ini berlaku jika bahan yang dibandingkan berasal dari
varietas yang sama. Namun pada varietas berbeda perbandingan ini tidak berlaku
karena boleh jadi suatu varietas memang ukurannya pendek atau panjang. Hal
inilah yang menyebabkan adanya pembagian sub jenis bahan pertanian.
Sedangkan hasil perhitungan angle of respose dengan pengamatan secara
manual dengan menggunakan alat berupa busur dan menggunakan perhitungan
dengan rumus pada masing-masing bahan terutama pada pencarian nilai dari
angle of friction. Dalam menentukan angle of respose dari gabah dan beras
dilakukan secara manual dimana nilai angle of respose masing-masing adalah
15,01° untuk gabah dan 17,34° untuk beras. Hasil yang berbeda ini dipengaruhi
secara langsung oleh permukaan gabah dan beras yang berbeda. Dimana
permukaan gabah lebih kasar dibandingkan dengan permukaan beras. Sehingga
daya saling memegang antar bahan pada gabah lebih besar dibandingkan dengan
beras.
Dari data angle of friction dari gabah dan beras didapatkan 43° gabah pada
triplek dan 30° beras pada triplek pula. Sedangkan pada plat tipis pada gabah
senilai 40°, sedangkan pada beras sebesar 25°. Hampir sama dengan penjelasan
pada angle of respose dimana nilai pada angle of friction sealin dipengaruhi oleh
permukaan benda/bahan juga dipengaruhi oleh permukaan benda peluncur (triplek
dan plat tipis).
Dalam hal ini nilai angle of friction pada plat tipis lebih rendah dibanding
angle of friction pada triplek disebabkan karena koefisien gesek dari plat tipis
lebih rendah. Hal inilah yang menyebabkan banyak alat pada pengolahan
pertanian lebih sering menggunakan plat tipis terutama jenis plat stainless stell.
Dari nilai bulk density antara gabah dan beras didapatkan nilai bulk density
gabah sebesar 0,593 g/cm³ dan bulk density beras 0,863 g/cm³. Dari perbedaan
data ini dapat diambil kesimpulan bahwa beras sebagai bahan pangan yang
bersifat bulkyatau mengambil banyak tempat dengan jumlah persatuan unit yang
lebih banyak. Hal ini menunjukkan bahwa beras lebih bulky atau menempati
ruang yang sama dengan massa lebih besar dibandingkan dengan gabah.
Dari penentuan persentase berat beras hasil penggilingan berdasarkan
keutuhannya didapatkan head rice sebesar 15,5%, large brokekndan small broken
berturut-turut sebesar 9% dan 5,4%. Perhitungan ini berdasarkan anggapan
sampel sebenarnya sebanyak 299 dari seluruh jumlah X1,X2 dan X3 didapatkan
head rice sebesar 51,8%, sehingga nilai ini merupakan nilai mutu ke IV dari
penentuan mutu beras di Indonesia. Sedangkan large rice sebesar 30,10% dan
small broken sebesar 18%. Jadi secara berturut-turut nilai keutuhannya menjadi V
dan VI diurutan kualitas beras di Indonesia.
Karakteristik teknik bahan pertanian adalah sifat fisik dari bahan pertanian
yang dianalisis dengan tujuan memudahkan dalam mendesain proses dan alat dan
mesin yang terkait dengan penanganan dan aplikasi bahan pertanian. Contoh
bahan pertanian yaitu benih, pupuk, hasil pertanian, hingga limbah biologis hasil
aktivitas pertanian. Sifat fisik yang dianalisis adalah ukuran sederhana (bentuk,
panjang, luas permukaan, volume, massa, massa jenis), sifat listrik, sifat panas
(mencakup konduktivitas, difusivitas, kemampuan pindah panas, dan sebagainya),
karakteristik air (mencakup kadar air, higroskopisitas, kadar air kesetimbangan,
dan sebagainya), sifat optik, tegangan mekanis, rheologi, sifat aerodinamika dan
hidrodinamika, dan sebagainya. Karakteristik tak langsung seperti gesekan yang
terjadi antara bahan pertanian dan bahan pertanian dengan media lain serta
kerusakan mekanik dan fisik juga dianalisis.
Luas permukaan bahan-bahan hasil pertanian bermanfaat untuk berbagai
kebutuhan seperti menentukan kapasitas laju fotosintesis, menentukan hubungan
tanaman, tanah, dan air (transpirasi, evapotranspirasi); menentukan efisiensi
penggunaan pestisida, hingga pengujian kualitas produk hasil pertanian (misal
kualitas daun tembakau).
Metode yang digunakan adalah planimeter di mana bayangan benda
diproyeksikan di atas kertas, lalu luas bayangan benda. Metode lain yang lebih
maju adalah dengan menggunakan alat yang disebut dengan air-flow planimeter.
Perkembangan teknologi sinar laser dan optik yang dihubungkan dengan
komputer mempercepat proses ini dengan fasilitas pemrosesan gambar (image
processing).
Volume dan massa jenis berbagai produk pertanian berperan penting pada
teknologi proses dan dalam evaluasi kualitas produk. Penggunaan sifat ini ada
pada teknologi pengeringan, penyimpanan, penentuan tingkat kemasakan buah,
dan lain-lain. Umumnya keduanya diukur secara bersamaan menggunakan metode
displacement (perpindahan massa) setelah berat bahan diukur.
Aplikasi dari praktikum pada penentuan sifat fisik gabah dan beras ini
diantaranya adalah desain pada mesin pengolahan pertanian seperti Storage
Bings, Hooper, Chutes, Pneumetic Conveying System, Screw Conveyers System,
Forage Harvester, dan Threser.
Desain hooper adalah aplikasi yang sering dimanfaatkan dalam kajian sifat
fisik produk pertanian. Dimana hooper sebagai bagian yang digunakan untuk
memasukkan yang akan diparut dan sekaligus menjadi wadah parutan dan bagian
inilah seorang ahli teknik pertanian harus paham dengan berapa tingkat
kemiringan suatu plat dan jenis plat yang sesuai dengan sifat bahan yang akan
diolah.
Kemudian selanjutnya sifat fisik sering digunakan dalam analisa efektifitas
pada mesin threser. Dimana thereser sebagai mesin perontok padi yang memiliki
bagian pintu masuk sebagai celah perontok batang padi dengan gabah yang akan
dipisahkan. Disinilah peran dari angle of respose sebagai kajian jenis plat yang
sesuai agarpada saat batang padi didirong tidak menyebabkan adanya gerakan
terlalu besar.
Selanjutnya mesin pemotong jerami merupakan alat yang prinsip kerjanya
mirip dengan thereser. Dimana peran angle of friction yang lebih mendominasi.
Dimana kemiringan wadah tempat untuk meletakkan erami sedemikian mungkin
sehingga pada saat pemotongan bagian jerami bisa berjalan tanpa didorong oleh
operator.
Sifat bulk density gabah dan beras juga penting untuk desain penggudangan
sehinggadalam penggudangan dapat ditentukan luasan tempat dan bentuk tempat
yang cocok bagi bahan pertanian tersebut. Pada setiap metode pengukuran ada
kesalahan begitu juga perhitungan, terdapat kesalahan yang disebabkan oleh
praktikan dan juga akurasi alat yang sudah mulai berkurang.
2.1.6 Kesimpulan dan Saran
2.1.6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu, kita dapat menetukan angle of
respose danangle of friction gabah dan beras baik secara manual maupun dengan
perhitungan rumus. Dimana angle of respose dipengaruhi oleh luas gundukan
pada beras dan gabah dimana nilai angle of respose dari beras lebih tinggi
dibandingkan dengan dengan angle of friction dari gabah. Hal ini disebabkan
karena permukaan gabah yang lebih kasar yang disebabkan permukaan sekam
sehingga setian bahan saling memegang satu sama lain sehingga besarnya nilai
sudut menjadi rendah.
Sedangkan nilai angle of friction dari beras lebih kecil dibanding dengan
angle of friction gabah baik itu pada peluncur berupa triplek dan plat tipis .
Dimana hal ini disebabkan karena permukaan beras dan peluncur yang halus
ditambah dengan kemiringan tertentu sehingga nilai sudut yang ditimbulkan juga
semakin kecil. Faktor yang menyebabkan terjadinya hal ini adalah perbedaan
koefisien gesek beras lebih kecil dengan koefisien gesek gabah.
Pada objek ini kita juga dapat menentukan keutuhan beras, sehingga kita
dapat menentukan mutu beras berdasarkan utuh, setengah utuh, dan seperempat
utuh. Aplikasi pada objek ini sering digunakan pada desain hooper karena banyak
mengandung analisa angle of respose dan angle of friction. Selain itu aplikasi
objek ini dapat berupa pada mesin pengolahan bahan pangan diantaranya Storage
Bings, Hooper, Chutes, Pneumetic Conveying System, Screw Conveyers System,
Forage Harvester, dan Threser.
2.1.6.2 Saran
Saran dalam melakukan praktikum ini adalah agar dalam praktikum serius
dalam melakukan pengukuran karena nantinya data yang diperoleh akan berakibat
pada perbandingan dengan data acuan sebenarnya. Selanjutnya dalam melakukan
praktikum ini harus lebih memahami teori diawal sebelum praktikum sehingganya
nanti pada saat melakukan praktikum praktikan telah dapat memahami secara
jelas apa yang harus dilakukan didalam laboratorium.
Kemudian yang paling penting adalah kekompakan anggota kelompok
dalam melakukan praktikum. Hal ini penting karena tanpa adanya koordinasi yang
baik antar anggota kelompok akan meyebabkan terjadinya kesalahpahaman.
Misalkan jika dalam melakukan pengambilan data objek hanya dilakukan oleh
satu orang tanpa adanya pembagian tugas yang jelas maka proses praktikum akan
berjalan cukup lama.
Sifat fisik hasil pertanian berbeda dengan sifat fisik hasil industri. Sifat
fisik yang merupakan ciri khas produk pertanian adalah:
pekerjan fisik yang baik, hati-hati serta teliti dan membutuhkan tempt
penyimpanan yang lebih baik sebelum barang tersebut menjadi busuk. Jika barang
sudah rusak bentuk fisiknya atau busuk, maka sidah pasti nilai dan kualitas barang
tersebut menurun.
Barang-barang bulky relatif membutuhkan biaya penyimpanan dan biaya
pengankutan yang tinggi.
Sifat fisik bahan yang sangat berpengaruh terhadap desain hoper adalah
angle of repose. Sifat ini adalah sifat teknik dari suatu bahan berbentuk granular
yang dituang dalam suatu permukaan horizontal maka akan terbentuk suatu
gundukan berbentuk kerucut. Sudut antara permukaan gundukan terhadap
permukaan horizontal inilah yang disebut dengan angle of repose.
Angle of friction adalah suatu sudut yang dibentuk oleh suatu permukaan
dengan bidang horizontal pada saat gabah diatas permukaan tersebut meluncur
karena gaya berat. Densitas bulk adalah perbandingan antara berat dan volume.
Data dari bulk density penting untuk perhitungan dimensi dari bulk strorege
fasilities penampungan kapasitas tertentu.
Karakteristik fisik pada biji-bijian:
a. Bentuk dan ukuran
Kriteria untuk benruk dan ukuran :
1. Charted standars (gambar standar)
Digunakan untuk mengukur penampang memanjang dan melintang objek.
Contoh bentuknya yaitu:
1. Round (bundar)
2. Oblate (membujur)
3. Cone (kerucut)
2. Roundness
Merupakan ukuran keruncingan sudut dari suatu bahan padat. Nilai round
(kebundaran) suatu bahan padat. Nilai round suatu bahan berkisar dari 0-1.
Apabila nilai kebundaran suatu bahan hasil pertanian mendekati 1, maka bentuk
bahan tersebut bundar. Ada bebrapa metode untuk mengestimasi kebundarn suatu
benda diantaranya adalah :
Roundness( Rd)=
∑r
NR
3. Sphericity
Merupakan perbandingan antara luas permukaan bola yang mempunyai
volume yang sama dengan bahan dan dengan luas permukaan bahan.
Dirumuskan sebagai berikut :
1
volume bahan
(
Sphericity volume bola yang mengelilingi
¿
) 3
a
1
Geometric Mean Diameter (GMD) =(a . b . c) 3
massa
Bulk Density =
volume
Dimana :
1
V= π d2t
4
Biji adalah bakal biji dari tumbuhan berbunga yang telah masak. Biji dapat
terlindung dari organ lain atau tidak. Dari sudut evolusi, biji merupakan embrio
atau tumbuhan kecil yang termodifikasi sehingga dapat bertahan lebih lama pada
kondisi kurang sesuai untuk pertumbuhan.
Kacang kedelai adalah salah satu tanaman polong – polongan yang menjadi
bahan dasar banyak makanan dari asia timur seperti kecap, tahu dan tempe.
Kacang tanah adalah tanaman polong – polongan atau legumeanggota suku
fabaceae yang di budidayakan, serta menjadi kacang – kacangan terpenting
setelah kedelai di Indonesia.
Kacang hijau (vigna radita) adalah sejenis palawija yang di kenal luas di
daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong – polongan (fabaceae) ini
memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari – hari sebagai sumber bahan
pangan berprotein tinggi.Kacang merah hampir sama dengan kacang-kacangan
yang lainnya.
Biji adalah bahan paling mendasar untuk manusia dan hewan. Kandungan
pori yang tinngi, pdad bijian menyediakan sumber energy utama bagi manusia dan
hewan, selain kandungan protein dan lemaknya. Padi, gandum, dan jagung adalah
bijian utama sumber pangan dan telah menjadi makanan pokok sejak awal
peradaban manusia. Termasuk dalam bijian adalh serealia, kacangan, dan bijian
berlemak tinggi.
Bijian merupakan bahan pangan yang tahan lama karena tidak mudah rusak
selama pengangkutan akan dapat mempertahankan mutunya dalam penyimpanan
yang panjang jika telash diperlakukan dengan berat selama panen, pengeringan,
dan penyimpanan. Kegagalan dalam menerapkan cara-cara dan prosedu yang baik
dalam berbagai kegiatan penanganan pascapanen tadi dapat menyebabkan
penurunan mutu yang cepat dan susut yang tinggi.
Pengetahuan mengenai sifat alamiah dan struktur bijian sangat diperlukan
dalam memahami perilaku bijian setelah panen sehingga dapat diupayakan
pengembangan system pascapanen yang cocok untuk produk dan kondisi
lingkungan tertentu. Sebagai contoh struktur biji jagung mungkin akan
mempengaruhi laju pengeringan, misalnya biji jagung akan mengalami kehilangan
air yang cepat bila ada bagian yang pecah atau hilang. Komposisi kimia dan sifat-
sifat fisik juga dapat mempengaruhi karakteristik penyerapan air oleh bijian dan
laju pengeringan.
Tiga jenis bijian utama padi, jagung, dan gandum berasal dari tanaman
jenis rerumputa yang menghasilkan biji atau kerel. Kadar air ketiga jenis bijian ini
ketika dipanen bervariasi, yaitu antara 18%-38% tetapi agar dapat disimpan
dengan aman kadar air harus diturunkan sampai 13%-14% tergantung pada
kondisi dan lama penyimpanan. Dengan demikian pengeringan langsung setalah
panen adalah umum laju pengeringan semakin tinggi bila bulk density semakin
rendah, panas spesifik semakin rendah, porositas semakin tinggi, dan luas
permukaan spesifik semakin tinggi.
Tingkat susut bijian juga dipengaruhi oleh factor fisik, biologis, dan
fisiologis dari bijian itu sendiri. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat
susut bijian antara lain :
1. Faktor fisik, misalnyay terjadi karena :
a. Panen, dimana kemungkinan terjadi ceceran bijian terutama jika
panen dilakukan tanpa bantuan peralatan atau mesin.
b. Perontokan, disebabkan oleh adanya bijian yang tidak dapat
dirontokkan sehingga ikut terbuang bersama tangkai / malai
tanaman.
c. Pengeringan, disebabkan oleh pengeringan yang tidak sempurna
atau tidak merata sehingga banyak kerusakan atau yang tidak
tergiling dengan baik saat penggilingan.
2.2.3.1 Bahan
1. Kedelai 1 kg
2. Kacang tanah 1kg
3. Kacang merah 1 kg
4. Kacang hijau 1kg
2.2.3.2 Alat
2.2.4 Metoda
c. Ditentukan shpericityyaitu :
S = (GMD / d minor )
d. Tentukan bulk densitybahan, yaitu: timbang tabung kosong (W1), timbang
tabung kosong + bahan (W2), ukur volume tabung (V)
m
Bulk density=
v
Dimana: m = massa dari bahan (g)
v = volume tabung (V) = ¼ π d ² t
e. Tentukan angle of repose, yaitu: tuangkan 1,5 kg bahan di atas bidang datar
dan selanjutnya ukur kemiringan tumpukan bahan
t
Angle of respons= arc tan
d
f. Tentukan angle of frictionyaitu : letakkan 10 butir masing masing bahan di
atas permukaan bidang datar ( triplek/karton) selanjutnya miringkan bidang
– bidang pelan dan ukurlah besarsudut kemiringan bidang pada saat bahan
meluncur.
2.2.5.1 Hasil
1 2 3
d mayor 0,825 0,720 0,735 0,760
Massa Bahan
1000 1000 1000 1000
(g)
Volume
1267,232 1479,336 1337,334 981,431
Tabung (cm3 ¿
Bulk Density(g/
0,789 0,676 0,748 1,018
cm3 ¿
Angle of 11,346° ; 10,679° ; 8,611° ; 11,309° ;
Repose 20° 20° 30° 30°
Angle of
10° ; 14° 15° ; 24° 13° ; 20° 7° ; 20°
Friction
2.2.5.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas mengenai sifat fisik biji-bijian. Bahan-
bahan yang digunakan yaitu kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau , dan
kacang merah.
Didalam hasil Geometric Mean Diameter (GMD), data yang di dapat pada
kedelai adalah 0,614 cm. Untuk GMD kacang tanah yang didapat adalah 0,654
cm. GMD kacang merah adalah 0,871 cm dan sedangkan untuk Geometric mean
diameter kacang hijau data yang didapat adalah 0,405 cm.
Dari data yang telah diperoleh,untuk geometic mean diameter kedelai dan
kacang hijau tidak jauh berbeda karena dilihat dari bentuk kacang hijau dan
kedelai yang tidak jauh berbeda. Namun geometric mean diameter pada bahan
lain lumayan jauh berbeda, hal ini disebabkan karena ukuran yang terdapat ada
bahan-bahan tersebut, jenis bahan tersebut dan luas permuakaan dari bahan
tersebut.
Untuk sphericity yang didapat dari bahan tersebut diantaranya yaitu pada
kedalai sphericity yang diperoleh 0,807. Untuk kacang tanah sphericity yang
diperoleh sebesar 0,728. Untuk kacang merah hasil sphericity yang diperoleh
yaitu 0,512. Sedangkan sphericity kacang hijau yang diperoleh adalah 0,769. Dari
semua bahan tersebut data yang diperoleh tidak ada sphericity bahan yang lebih
dari satu. Karena jika bahan sphericitynya mendekati satu , maka bahan tersebut
semakin bulat atau bundar.dari data yang dipeoleh, data yang nilainya mendekati
satu adalah kacang kedelai sedangkan bahan yang nilainya mendekati nol adalah
merah.
Selanjutnya untuk bulk density dari bahan tersebut. Bulk density merupakan
massa sebuah partikel yang menempati suatu bahan. Bulk density ditentukan oleh
berat wadah yang di ketahui volumenya dan merupakan hasil pembagian dari
berat granular dan volume wadah.
Bulk density yang di dapat pada kedelai yaitu 0,789 g/cm3, kacang tanah
sebesar 0,676 g/cm3, kacang merah 0,748 g/cm3 dan kacang hijau sebesar 1,018 g/
cm3. Dari data tersebut bulk density yang didapat berbeda-beda. Hal ini
disebabkan karena bahan tersebut ketika dimasukkan ke dalam tabung,
kedalamannya tidak sama. Hal ini disebabkan karena salah satunya massa yang
berbeda-beda antar bahan tersebut. Selain itu jenis bahan yang digunakan juga
berbeda-beda, meskipun bahan tersebut sama-sama termasuk kelompok kacang-
kacangan.
Dalam praktikum ini, kita juga membahas tentang angle of repose. Angle of
repose merupakan sudut antara permukaan gundukan dengan bidang horizontal.
Jika kita melihat angle of repose dari bahan tersebut, maka sudut yang dihitung
secar manual dan secara rumus sangat berbeda. Contohnya pada kedelai, secara
manual angle of repose yang didapat yaitu 20°, sedangkan secar rumus di
dapatkan sebesar 11,346°. Hal yang mempengaruhi sudut tersebut berbeda antara
manual dan rumus yaitu kurang teliti dalam membaca hasil pengukuran saat busur
yang telah diletakkan diatas gundukan bahan tersebut,kemudian kesalahan dalam
meletakkan busur pada gundukan juga dapat mempengaruhi terjadinya perbedaan
terhadap hasil yang diperoleh, bisa saja sudut antara tangan kita dengan lantai
terlalu dekat dan terlalu jauh ketika menaburkan di atas lantai yang telah
disediakan.
Aplikasi dari sifat fisik biji-bijian di bidang teknik pertanian yaitu untuk
penelitian dalam mendesain alat yang dapat digunakan untuk pengolahan biji-
bijian . selain itu juga dapat berguna untuk mendesain alat penyortir biji-
bijian.dan untuk proses pengemasan bagaimana cara agar dalam suatu tempat atau
wadah yang digunakan terisi secara maksimal.
2.2.6.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa sifat
fisik dari biji-bijian membahas mengenai bentuk dan ukuran dari setiap bahan.
Untuk geometric mean diameter dari bahan ini dari yang terkecil adalah kacang
hijau, kedelai, kacang tanah, kacang merah. Apabila sphericty satu bahan
mendekati satu, maka bahan tersebut semakin bulat. Hal tersebut tergantung
kepada GMD dan panjang dari bahan tersebut. Selain itu, mungkin, semakin kecil
bulk density yang diperoleh, maka akan kecil pula ukuran dari bahan tersebut.
Pada angle of repose, perhitungan rumus dan manual berbeda, hal ini disebabkan
karena kurang telitinya dalam membaca hasil pengukuran.
2.2.6.2 Saran
Dari praktikum yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan kepada
praktikum harus lebih teliti dalam melakukan pengukuran, memahami modul
yang telah diberikan sebelum melakukan praktikum, dan yang terpenting ketika
praktikum adalah pengolahan data yang akurat. Kemudian ketika melakukan
praktikum, perhatikan asisten asisten ketika menjelaskan praktikum. Hal ini
bermaksudkarena kita dapat melakukan praktikum dengan baik dan benar. Untuk
praktikum selanjutnya, sebaiknya berhati-hati dan dalam membaca pengukuran
agar tidak terjadi kesalahan dalam pembacaan skala.
2.3.1.1 Tujuan
2.3.1.2 Manfaat
1. Menentukan perbedaan sifat fisik yang ada pada buah dan sayur .
2. Meengetahui pentingnya sifat fisik buah dan sayur untuk proses
sortasi dan pengemasan .
3. Mengetahui lapisan dinding buah .
4. Mengetahui beberapa bentuk geometri pada buah dan sayur .
5. Mengetahui kegunan berat jenis dari sifat produk pertanian .
Dalam beberapa hal bentuk dapat di aproksimasi dengan salah satu dari
bentuk geometri berikut :
1. Spheroid prolat
Yaitu bentuk bahan yang terjadi apabila sebuah bentuk elips berputar pada
sumbu panjangnya. Contoh: lemon
2. Spheroid oblat .
Yaitu bentuk bahan yang terjadi apabila sebuah elips berputar pada sumbu
pendeknya. Contoh: Anggur
3. Right circular cone atau silinder .
Yaitu bentuk bahan menyerupai kerucut atau silinder. Contoh: wortel dan
timun.
Dengan bentuk-bentuk geometri ini dapat diaprokmasikan.
buah dan sayur sangat penting dalam sortasi dan grading .Seringkali sortasi dan
pengkelasan mutu buah dan sayur ditetapkan secara objektif dan kualitatif .
Sortasi buah dan sayur memiliki permintaan pasar nasional mauoun
internasional yang biasanya melihat mutu suatu produk dari nilai ukuran .warna
mutu,rasa dll.Buah biasanya dibedakan berdasarkan struktur dinding buah
.Klasifikasi berdasarkan dinding buah ini penting bila dikaitkan dengan
penanganan pasca panen secara umum,karena buah dengan karakteristik dinding
buah yang mirip akan mempunyai respon yang mirip terjadi perubahan
lingkungan .
Pada dasarnya dinding buah terdiri atas tiga komponen yaitu :
1. Lapisan luar
2. Lapisan tengah
3. Lapisan dalam
vilotile yang harusnya keluar pada saat memasak tidak keluar karena panci ditutup
sehingga asam vilotile terseut bereaksi dengan klorofil yang menyebabkan warna
menjadi coklat,sedangkan perebusan sayuran dengan panci terbuka asam
volatilenya akan dapat keluar sehingga tidak bereaksi dengan klorofil dan tidak
ada warna kecoklatan .
Pada sayur yang mengalami proses blanching warnanya hijau muda karena
asam volatilenya dapat keluar dari panci dan tidak bereaksi dengan klorofil ,suhu
blanching mempunyai daya kerja memotong esterfital membentuk klorofilid yang
larut dalam air sehingga warnanya hijau segar .Tekstur sayuran yang mengalami
proses blanching juga masih renyah karena kadar air yang masuk ke dalam
sayuran sedikit dibandingkan dengan yang direbus baik dengan ditutup maupun
dibuka tutup pancinya .
1. Tanda-tanda kerusakan pada sayuran dan buah-buahan :
2. Kerusakan sayuran dan buahan sering terjadi akibat benturan
fisik,kehilangan air sehingga layu,serangan serangga ,dan serangan
miroba.
3. Busuk air pada buah dan sayur yang disebabkan oleh kepang yang
membentuk spora ,pertumbuhan beberapa bakteri ditandai dengan adanya
tekstur yang lunak .
4. Perubahan warna yang disebabkan oleh kepang yang mementuk spora
berwarna hitam ,hijau,biru dan abu-abu .
5. Bau alkohol dan rasa asam . Disebabkan oleh pertumbuhan khamir atau
bakteri asam laktat,misalnya pada sari buah.
Untuk mengetahui sifat fisik buah dan sayur cukup dengan mengamati
sifat,ukuran ,bentuk,tekstur,warna,dan penampakan.Sedangkan untuk mengetahui
sifat kimia adalah dengan cara menguji bahan kimia sesuai dengan kandungan
buat tesrsebut .
Tiap-tiap buah dan sayur memiliki sifat fisi yang berbeda-beda. Perbedaan
tingkat kematangan juga menyebabkan perbedaan sifat fisik dan kimia. Sifat fisik
penting untuk sortasi dan grading. Seringkali sortasi dan pengkelasan mutu buah
dan sayur biasanya ditetapkan secar objektif dan kuantitatif. Sifat fisik buah dan
sayuran yang sering diamati yaitu warna, aroma, rasa, bentuk, berat, ukuran, dan
dalamnya kekerasan. Biasanya dalam praktek sehari-hari sifat-sifat fisis ini
diamati secara objektif, sedangkan berat ditentukan secara objektif menggunakan
timbangan. Sedangkan uji coba kimi dapat dilakukan terhadap pH, total asam
padatan terlarut, dan vitamin C.
Sortasi buah dan sayur dilakukan sesuai permintaan pasar nasional maupun
internasional yang biasanya melihat satu produk dan nilai ukuran, mutu, rasa, dan
lain-lain. Buah biasanya dibedakan berdasarkan struktur dinding buah. Klasifikasi
berdasarkan dinding buah ini penting bila dikaitkan dengan penggunaan pasca
panen secara umum, karena buah dengan karakteristik dinding buah yang mirip
akan mempunyai responyang terhadap perubahan lingkungan.
Bahan pangan pada umumnya dalam bentuk cairan dan padatan meskipun
demikian bukan berarti bahan-bahan air tidak mengandung baha-bahan padat
(solid) dan begitu juga sebaliknya, dalam bahan padat terdapat juga bahan cair.
Pada bahan pangan uji sifat fisik biasanya dilakukan terhadap kekerasan, warna,
rasa, dan bau bahan tersebut. Sedangkan uji kimai dapat dilakukan terhadap pH,
total asam, dan kadar gula. Diantara sifat tersebut berat dan volume biasanya
diapakai untuk pemutuan buah berdasarkan kualitas. Dalam kegiatan pasca panen
lainnya seperti pengemasan dan pengangkuta sifat fisik sangat diperhatikan.
Berat jenis dan sifat produk pertanian dapat digunakan untuk menduga
kematangan dari buah. Volume merupakan salah satu sifat fisik yang banyak
digunakan dalam perhitungan awal menduga sifat fisik yang lain seperti massa
jenis. Volume bahan pangan dapat dihitunga dengan menggunakan pengukuran
berdasarkan pendekatan aproksimasi (pendekatan geometris) dan dengan
menggunakan metode platform scale.
Sayuran dan buah-buahan mempunyai kadar air yang tinggi yaitu sekitar 75-
95%. Suatu jenis buah yang disebut unggul karena biasanya memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
2.3.3.1 Alat :
2.3.3.2 Bahan :
1. Wortel 3 buah
2. Cabe merah 3 buah
3. Apel hijau 3 buah
4. Jeruk 3 buah
5. Air secukupnya
2.3.4 Metoda
1. Ukur panjang ( dmayor ) ,lebar ( dmoderat ) ,tebal ( dminor ) untuk buah dan
sayuran dengan menggunakan vernier caliper atau jangka sorong.
Sampel untuk masing-masing bahan adalah 3 butir,masukkan data ke tabel
dan hitung rata-ratanya .
2. Geometrid Mean Diameter [( dmayor ) x ( dmoderat ) x( dminor )]1/3
3. Spericity = ( GMD / dmayor )
2.3.5.2 Pembahasan
Pada praktikum objek tiga yaitu tentang sifat fisik buah dan sayur ,yang
pertama dilakukan adalah mengukur panjang (dmayor ) ,lebar (dmoderat ),dan tebal
(dminor ) dari bahan dengan menggunakan vernier caliper atau jangka sorong
.Masing-masing dari bahan diambil tiga sampel.Pengukuran ini untuk menentukan
ukuran dari bahan praktikum. Dari data yang diperoleh bahwa sampel pada
masing-masing bahan memiliki ukuran yang berbeda .
Pada sampel 3 buah jeruk , panjang (dmayor ) yang didapatkan adalah 6,710
cm,6,420cm,6,210 cm,hasil pengukuran yang didapatkan dari ketiga sampel jeruk
tersebut memiliki panjang yang tidak jauh berbeda.Begitupun dengan lebar (d
moderat ) dengan hasil 6,603 cm,6,215 cm,5,815 cm,nilai yang didapatkan pun tidak
terlalu jauh berbeda .Sedangkan pada pegukuran tebal ( dminor ) dari sampel jeruk
ini didapatkan bahwa pada sampel kedua tebal dari jeruk itu sendiri jauh berbeda
dari tebal sampel jeruk yang lainnya,nilai pengukuran yang didapatkan yaitu
6,405 cm,4,635 cm,dan 5,125 cm .
Pada sampel 3 buah wortel,panjang (dmayor ) yang didapatkan adalah
11,300 cm, 10,500 dan 11,300 cm dan pada pengukuran panjang wortel ini sendiri
pun didapatkan hasil yang hampir mendekati .Pada pengukuran lebar (d moderat )
data pengukuran yang didapatkan adalah 4,105cm, 3,200 cm, 4,335 cm,pada
pengukuran ini juga didapatkan bahwa salah satu dari sampel mimiliki lebar yg
jauh berbeda dari sampel wortel yang lainnya.hal ini mungkin dapat disebabkan
oleh kesalahan saat membaca alat ukur sendiri maupun disebabkan dari perbedaan
ukuran wortel itu sendiri .Pada pengambilan data tebal ( dminor ) didapatkan
hasilnya yaitu 1,620cm, 1,815 cm dan 2,000 cm .
hasilnya yaitu 0,145 cm, 0 210 cm, 0,210 cm.Hasil pengukuran ini pun tidak jauh
berbeda dari ketiga sampel yang diambil .
Pada sampel 3 buah apel ,panjang (dmayor ) yang didapatkan adalah 7,615
cm, 7,545 cm, dan 7,615 cm .Dari data yang didapatkan panjang dari buah apel
yang diukur relatif mendekati satu sama lain.Pada pengukuran lebar (d moderat )
didapatkan hasilnya yaitu 7,535 cm, 7,140cm, 7,130 cm.Dari pengukuran lebar
buah apel satu sampel dari buah apel yang memiliki nilai yang lebih besar
daripada 2 buah sampel yang lainnya,dapat dikarenakan oleh adanya perbedaan
ukuran dari buah apel itu sendiri ada yang besar dan ada yang kecil dan mungkin
dikarenakan adanya kesalahan dari pembaan alat ukur oleh praktikan .Pada
pengukuran tebal ( dminor ) dari buah apel didapatkan hasilnya yaitu 6,935 cm,
6,005 cm dan 7,045 cm .Data pengukuran yan didapatkan dari sampel ini juga
memiliki perbedaan nilai yang sangat jauh,dapat disebabkan oleh perbedaan
ukuran dari buah apel yang diukur.
Untuk mencari volume buah adalah dengan menenggelamkan pada air yang
memiliki ukuran tertentu dan pada praktikum ini jumlah airnya 500g/ml.Lalu
bahan dimasukkan pada air tersebut sehingga perubahan nilai skala yang
ditunjukkan setelah buah tersebut dutenggelamkan dapat kita ukur untuk
menentukan volume bahan tersebut.Sedangkan untuk mencari volume sayur
terlebih dahulu dengan cara mengukur jari-jari dasar, jari-jari atas serta tinggi dari
bahan tersebut,setelah data didapatan lalu dihitung dengan menggunakan rumus.
Hasil dari perhitungan tersebut menjadi volume dari bahan tersebut . Pengukuran
dengan menggunakan metode ini digunakan karena buah dan sayur termasuk
bahan yang mempunyai bentuk tak beraturan. Sehingga jika digunakan
pengukuran dengan alat ukur, data hasil pengukuran menjadi tidak akurat karena
semua bagian bahan dapat dijangkau alat ukur.
Aplikasi dari praktikum ini pada Teknik Pertanian adalah mulai dari bentuk
dan ukuran digunakan untuk analisis pemisahan biji-bijian dari bahan lain seperti
partikel yang tidak diperlukan dan yang ikut tercampur ke dalam . Selain itu juga
berguna dalam proses pengangkutan bahan pertanian agar tidak mudah rusak
dalam perjalanan.Aplikaksi yang dapat digunakan di praktikum ini antara lain dari
analisa bentuk dan ukuran digunakan dalam proses grading/pemisahan produk
maupun dengan skala berat.Selanjutnya aplikasi dari praktikum ini penting untuk
sortasi,penentuan kematangan,dan warna permukaan produk serta pada proses
penyimpanan produk serta pada proses penyimpanan produk itu sendiri.
Bahan yang digunakan pada objek ini terdapat dua jenis bentuk prolate
spheroid yang memiliki bentuk bulat memanjang yang terjadi pada bahan seperti
apel dan jeruk. Sedangkan bahan kedua adalah cabe dan wortel yang memiliki
bentuk silinder kerucut berputar. Aplikasi yang dapat digunakan pada objek kali
ini adalah pada alat grading dimana alat ini dapat digunakan untuk memisahkan
bahan sesuai ukuran, warna kematangan dan indicator keteraturan bentuk.
Selain sebagai alat pemisahan sesuai mutu, analisa pada objek praktikum
ini penting untuk aplikasi pengemasan. Dimana dalam pengemasan antara cabe,
wortel dan bahan lain tentunya berbeda. Disinilah fungsi dari analisa bulk density
untuk masing-masing bahan diperlukan bahkan untuk penyimpanan skala besar.
2.3.6.1 Kesimpulan
Dari praktikum tentang sifat fisik buah dan sayur dapat disimpulkan bahwa
untuk melihat dan membandingkan ukuran dari bentuk bahan dengan melihat
panjang (dmayor ),lebar (dmoderat ),dan tebal (dminor ) pada masing-masing bahan
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan diketahui bahwa apel dan jeruk memiliki
nilai sphericity yang hampir mendekati satu sama lain yaitu 0,942 untuk apel dan
0,928 untuk jeruk .Nilai sphericity menentukan bentuk kebulatan dari suatu benda
,jika nilai sphericity hampir mendekati 1 maka semakin bulat lahsuatu bahan atau
benda tersebut .
Nilai density terbesar ada pada jeruk yaitu 951,060,nilai density tersebut
dipengaruhi oleh massa dan volume .Untuk wortel dan cabe memiliki bentuk
bahan yang jauh dari bulat karena sphericity wortel 1,163 dan cabe 0,138.Secara
nyata hal tersebut juga terbukti bahwa wortel dan cabe memiliki bentuk
memanjang dan jauh dari bentuk bulat .
2.3.6.2 Saran
2.4.1.1 Tujuan
2.4.1.2 Manfaat
Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk menguji sifat mekanis produk
pangan. Pertama, denagn menggunakan indera manusia, yaitu dengan cara
menyentuh, memijit, mengigit, mengunyah, dan sebagainya, selanjutnya kita
sampaikan apa yang kita rasakan, inilah yang disebut dengan amnalisa sensori.
Karena reaksi kita sebagai manusia berbeda-beda maka diperlukan analisa statistik
untuk menyimpulkan skala perbedaan ataupun tingkat kesukaan penguji terhadap
produk tersebut. Cara uji kedua adalah dengan pendekatan fisik, menggunakan
instrumen atau peralatan tertentu, hasilnya dinyatakan dengan unit satuan meter
(m), kilogram (kg), detik (dt). Pendekatan fisik untuk mempelajari sfat nekanis
bahan disebut dengan rheology.RHEOLOGY adalah suatu cabang ilmu fisik, yang
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari perubahan bentuk suatu material.
Gesekan antara bahan padat, sifat alir material bentuk tepung, bahkan pengecilan
ukuran suatu partikel seperti pada proses penggilingan, proses emulsifikasi dan
atomisasi juga termasuk.
Kendala yang dihadapi dalm mempelajari sifat rheologi suatu produk dengan
garis besar adalah sebagai berikut:
Bahan pangan semipadat seperti selai kacang dan margarin bereaksi diantara
bahan padat dan liquid. Hampir semua bahan pangan ini dialirkan dengan
pompaoleh karena itu penting untuk menentukan kebutuhan berada pada proses
pemompaan. Pengangkutan bahan liquid dengan pompa ini ditentukan oleh massa
jenis dan viscositas.
1. Stress
Stress adalah intensitas beban force pada suatu luas permukaan. Force adalah
suatu gaya yang dikenakan pada suatu benda yang mengakibatkan terjadinya
deformasi. Stress didefinisikan sebagai bahan force persatuan luasan, seperti
halnya tekanan, tekanan hidrostatik pada kenyataannya adalah contoh bentuk
stress satuanya sama dengan satuan stress.
Intensitas gaya internal pada suatu titik atau komponen gaya bekerja pada
suatu bidang melalui suatu titik
1. Compressive strength: kekuatan tekan maksimum dimana bahan dapat
bertahan tanpa mengalami kerusakan
2. ELastic limit : tegangan / kekuatan dimana bahan dapat bertahan tanpa
mengalami regangan permanen saat tegangan dilepas
3. Modulus elastic : ratio tegangan dengan regangan dibawah proporsional.
2. Strain
Deformasi, bila suatu bahan padat dikenakan beban stress, maka satu atau
lebih dimensinya akan berubah perubahan dimensi ini yang disebut dengan
deformasi. Strain adalah perubahan dimensi relatif terhadap dimensi awal, satuan
Produk pangan atau produk antara dalam proses pengolahan memiliki bentuk
dan tekstur yang bermacam-macam. Ada produk pangan yang berbentuk cair,
padat, semi padat, dan ada juga yang memiliki sifat elasitis dan kental. Produk
pangan yang berbeda-beda tekstur tersebut memiliki respon yang berbeda apabila
dikenakan gaya. Suatu jenis produk pangan dapat berubah sifat reologinya setelah
diolah kembali. Dengan perubahan sifat tersebut maka pengukuran mutu
teksturpun akan berbeda. Parameter penting mutu pada produk pangan
diantaranya kekenyalan, kelengketan, dan elastisitas.
Perubahan bentuk (deformasi) suatu benda padat, semi padat, plastic, atau cair
dapat terjadi apabila ada gaya yang mengenainya. Gaya yang diberikan dapat
berupa gaya tekan (compression), gaya tarik (tensile), atau gaya geser (shearing).
Gaya tekan dapat menyebabkan ukuran benda tersebut menjadi lebih menyusut,
gaya tarik dapat menyebabkan ukuran benda lebih panjang, sedangkan gaya geser
menyebabkan benda bergerak atau bergeser dari posisinya semula sehingga
memiliki sifat mengalir dan memiliki bentuk yang berberda dari bentuk aslinya.
Setiap produk pangan akan memberikan respon yang berbeda-beda terhadap gaya-
gaya tersebut. Dengan kata lain, produk pangan mempunyai sifat reologi yang
spesifik, sehingga analisis sifat reologi ini sering dilakukan untuk
mengkarakterisai produk pangan ataupun produk antaranya di dalam tahap proses
pengolahannya.
Suatu benda pada prinsipnya dapat berprilaku dalam tiga cara dalam merespon
gaya yang mengenainya, yaitu dapat bersifat elastik, plastik, atau mengalir. Hal ini
diikuti dengan tiga parameter reologi yang banyak digunakan yaitu elastisitas,
plastisitas, dan fluditas. Ketiga parameter reologi tersebut banyak dipakai sebagai
dasar untuk memahami reologi benda padat atau semi padat beserta teknik
pengukurannya.
1. Perilaku Elastis
Perilaku elastis suatu benda dapat dihitung dari beberapa atau seberapa
bersar perubahan panjang yang terjadi setalah gaya diberikan. Perilaku elastis
terjadi apabila tekanan (stress) pada suatu benda berbanding lurus dengan strain.
Tekanan adalah gaya yang diberikan (F) per satuan luas (A), sedangkan strain
adalah akibat yang ditimbulkan dari stress, dan dinyatakan sebagai perubahan
panjang (∆L) per satuan panjang awal (L). ekspresi hubungan keduanya dikenal
dengan elastisitas modulus atau modulus Young (E).
2. Perilaku Pelastik
Benda yang bersifat plastik akan mengalami perubahan bentuk yang
kontinu apabila dikenakan gaya. Walaupun dapat kembali ke bentuk semula tetapi
bentuk benda tersebut tidak dapat kembali kebentuk yang sesempurna
sebagaimana benda elastis. Perilaku plastik ideal dapat dijelaskan dengan
membayangkan suatu benda diletakkan di atas permukaan yang rata. Apabila gaya
mengenainya, maka benda tersebut tidak akan bergerak hingga suatu tingkat stress
tertentu tercapai atau sering disebut dengan yield stress. Setelah yield stress ini
tercapai, maka aliran atau gerakan benda tersebut akan berlangsung seterusnya.
3. Perilaku Mengalir
Perilaku sifat mengalir (fluditas) yang ideal terjadi dalam benda yang
mengalir, dimana perubahan bentuk (daya alir) berbanding lurus dengan gaya
yang diberikan. Sifat mengalir ini biasanya tidak dimiliki oleh benda yang
berbentuk padat.
dengan produk yang bersifat elastis, perubahan bentuk produk yang bersifat padat
kecil. Yang terjadi adalah produk tersebut akan mengalami patah, rapuh atau
hancur bila ada yang menanganinya atau mengenainya melebihi batas daya
tahannya. Tetapi apabila gaya tekan tersebut masih di bawah batas daya tahannya
maka produk tersebut tidak mengalami perubahan bentuk sama sekali.
6. Parameter Reologi
a. Kekerasan
Kekerasan adalah sifat produk pangan yang menunjukkan daya tahan untuk
pecah akibat gaya tekan yang diberikan. Sifat derajat mudah patah dari suatu
benda dapat dinyatakan sebagai nilai kekerasan (hardness) yang dapat diukur
dengan alat instron. Dalam cara mengukur kekerasa, gaya tekan akan
memecahkan produk padat dan pecahnya langsung dari bentuk aslinya tanpa
didahului perubahan bentuk. Caranya adalah benda tersebut ditekan hingga pecah
dan besarnya gaya tekan untuk memecah produk padat ini disebut niali kekerasan.
b. Kekenyalan
Sifat kekenyalan adalh sifat relogi yang menggambarkan daya tahan produk
untuk lepas atau pecah oleh adanya gaya tekan. Bedanya kekerasan untuk
menyatakan sifat benda atau produk pangan padat yang tidak bersifat deformasi,
sedangkan sifat kenyal adalah sifat reologi pada produk pangan elastis yang
bersifat deformasi. Sebagaimana dalam pengukuran kekerasan, gaya yang
diberikan untuk mengukur kekenyalan adalah gaya tekan. Pada pengukuran
kekenyalan, gaya yang diberikan mula-mula menyebabkan perubahan bentuk
produk, baru kemudian memecahkan produk setelah gaya yang diberika melewati
daya tahannya.
c. Elastisitas
Elastisitas adalah sifat reologi yang menggambarkan daya tahan untuk putus
akibat gaya tarik.
d. Kelengketan
Sifat lengket adalah sifat reologi yang menggambarkan sifat perubahan bentuk
benda yang dipengaruhi oleh gaya kohesi dan adhesi.
e. Kerapuhan
Kerapuhan menunjukkan seberapa kuat produk menahan gaya tekan.
Kerapuhan biasanya berkolerasi erat dengan nilai kekerasan, dimana pada
umumnya produk yang rapuh memiliki nilai kekerasan yang rendah.
2.4.3.1 Bahan
1. Sawo
2. Tomat merah
3. Terong pirus
2.4.3.2 Alat
1. Calibration mass
2. Mistar
3. Papan
4. Jangka sorong
2.4.4 Metoda
500
400
poison ratio sawo 1
beban (gr)
300
200
100
0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
poison ratio sawo 1
500
400
beban (gr)
100
0
0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16
poison ratio sawo 2
500
400
beban (gr)
100
0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1
poison ratio sawo 3
500
400
beban (gr)
100
0
0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
rata-rata poison ratio sawo
500
400
beban (gr)
100
0
0 0 0 0 0 0 0
poison ratio tomat 1
500
400
beban (gr)
100
0
0.14 0.16 0.18 0.2 0.22 0.24 0.26 0.28 0.3
poison ratio tomat 2
500
400
beban (gr)
100
0
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
poison ratio tomat 3
500
400
beban (gr)
100
0
0.14 0.15 0.16 0.17 0.18 0.19 0.2 0.21
rata-rata poison ratio tomat
500
400
beban (gr)
100
0
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
poison ratio terong pirus 1
500
400
beban (gr)
100
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
poison ratio terong pirus 2
500
400
beban (gr)
100
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4
poison ratio terong pirus 3
500
400
beban (gr)
100
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
rata-rata poison ratio terong pirus
600
500
400
beban (gr)
300
200
rata-rata sawo
100 rata-rata tomat
rata-rata terong pirus
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
rata-rata sawo, tomat dan terong pirus
2.4.5.2 Pembahasan
Praktikum kali ini adalah membahas tentang sifat rheologi produk
pertaniandengan menggunakan bahan sebagai berikut: sawo, tomat merah, dan
terong pirus. Kajian dalam deformasi kali ini yang harus diperhatikan adalah
mengenai seberapa maksimum ketahan suatu bahan atau produk pertanian saat
diberi beban yang bervariasi yaitu 100 gr, 200 gr, 500 gr. Sehingga dapat kita
ketahui apa saja yang mempengarui produk pertanian seperti bagaimana pengaruh
gaya terhadap produk pertanian dan bagaimana pengaruh gaya tersebut terhadap
waktu, namun untuk praktikum kali ini yang akan dibahas adalah pengaruh gaya
terhadap deformasi produk pertanian.
Sifat rheologi menentukan hubungan antara gaya dan deformasi, gaya yang
diberikan pada produk pertanian menyebabkan peroduk tersebut berubah bentuk
yaitu pertambahan panjang dan penurunan tinggi produk pertanian.
Deformasi dipengaruhi oleh gaya, waktu dan suhu dimana pengaruh gaya
terhadap deformasi adalah semakin besar gaya yang diberikan terhadap produk
pertanian maka deformasi akan semakin jelas terlihat, yaitu petambahan panjang
diameter bahan dan berkurangnya tinggi bahan saat di beri beban secara bertahap,
pada setiap bahan yang diberikan beban didapati hasil yang berbeda-beda karena
Dari praktikum yang telah dilaksanakan terlihat jelas ada hubungan antara
gaya dan deformasi dengan perubahan secara linear, yaitu semakin besar gaya
yang diberikan maka tingkat deformasi yang akan di alami oleh bahan juga akan
semakin tinggi meskipun tingkat kematangan juga akan sangat berpengaruh.
Namun untuk perbandingan antara panjang dari tinggi dan diameternya
berbanding terbalik, yaitu semakin besar beban yang di berikan maka tinggi dari
bahan akan mengalanmi penurunan, sebaliknya saat behan di beri beban yg
semakin besar maka bahan akan mengalami penambahan ukuran diameternya.
Sehingga diameter awal dan tinggi awal mengalami perubahan setelah diberi
gaya.
Pada pengukuran poison ratio sawo 1 didapat hasil sebesar 0,320 dengan
beban 100 gr, pada beban 200 gr hasilnya adalah 0,204 sedangkan pada beban 500
gr poison rationya adalah 0,640. Dari hasil pengukuran, poison ratio sawo 1
dengan beban 500 gr poison rationya lebih besar dibanding poison ratio beban
100 gr dan 200 gr. Poison ratio dengan beban 200 gr lebih kecil dibanding poison
ratio 100 gr hal ini disebabkan karena tingkat kematangan buah yang melewati
batas sehingga buah sudah lembek apalagi sawo yang bertekstur lunak, jadi
deformasi yang terjadi menjadi tidak beraturan.
Pengukuran poison ratio sawo 2 didapatkan hasil dengan beban 100 gr, 200 gr,
500 gr, berturut-turut adalah 0,140, 0,060, 0,140. Sedangkan pada sawo 3 poison
rationya dengan beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,990, 0,253,
dan 0,231. Sehingga rata-rata poison ratio sawo dengan beban 100 gr, 200 gr, 500
gr, berturut-turut adalah 0,483, 0,172, dan 0,337. Poison ratio dengan beban 100
gr lebih besar karena sawo memiliki perbedaan tinggi dan diameter setelah diberi
beban, dimana nilai tinggi awalnya lebih besar dibanding L1.
Pengukuran pada tomat merah, pada tomat merah 1 hasil dengan beban 100
gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,118, 0,206, dan 0,177. Pada tomat
merah 2 didapat hasil dengan beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah
0,275, 0,165 dan 0,209. Sedangkan perhitungan pada tomat merah ke-3
didapatkan hasil dengan beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,059
gr, 0,188 dan 0,219. Pada produk pertanian tomat merah rata-rata perhitungan
poison rationya dengan beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,150,
0.160 dan 0,201. Hal ini disebabkan oleh deformasi pada tinggi dan diameter yang
tidak seirama atau tidak beraturan sehingga didapat hasil dari poison ratio yang
berbeda-beda atau tidak linear.
Pengukuran pada terong pirus, pada terong pirus 1 didapat hasil dengan beban
100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,067, 0,067 dan 0,321. Pada terong
pirus 2 didapat hasil saat beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,
0,017, dan 0,112 dan pada terong pirus yang ke-3 didapat hasil saat beban 100 gr,
200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,062, 0,372 dan 0,356. Sehingga rata-rata
dari terong pirus didapat hasil saat beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut
adalah 0,024, 0,152, dan 0,263. Hasil pengukuran terong pirus rata-ratanya
menunjukan bahwa poison ratio pada saat beban 500 gr lebih besar nilainya
dibanding 100 gr, dan 200 gr.
Perbedaan nilai poison ratio ini dapat disebabkan oleh perbedaan ukuran
panjang dan diameter masing-masing komoditi, tingkat kematangan dan
kekerasan fisik dari bahan juga akan sangat mempengaruhi besar kecilnya
deformasi yang akan terjadi. Selain tingkat kematangan dan kekerasan fisik dari
bahan, bentuk granular dari bahan juga berpengaruh terhadap perbedaan yang
terjadi.
Grafik poison ratio cenderung tidak linear terutama pada poison ratio sawo.
Grafik poison ratio pada sawo cenderung tidak beraturan karena pada beban 100
gr sawo memiliki tinggi yang bernilai besar sehingga poison rationya tinggi, pada
beban 500 gr tingginya sangat berkurang sedangkan diameternya bertambah besar
sehingga poison rationya tinggi juga, sedangkan pada beban 200 gr, tingginya
berkurang seiring dengan pertambahan diameternya, sehingga nilainya berada
ditengah antara poison ratio beban 100 gr dan poison ratio denagn beban 500 gr,
begitupun dengan poison ratio sawo 2 dan poison ratio sawo 3.
Grafik poison ratio tomat merah cenderung linear yaitu saat beban ditambah
maka poison rationya juga bertambah, begitupun dengan grafik poison ratio pada
terong pirus yaitu berbanding lurus atau linear, poison ratio akan bertambah
seiring pertambahan beban.
Alat yang paling umum digunakan pada aplikasi sifat rheologi pertanian salah
satunya rice meeling unit dimana menggunakan kajian kekuatan tahanan beras
sebagai acuan pemberian daya boleh pada gabah.Dengan diketahuinya poison
ration maksimum besar adalah 85,79 (modulus young) N/mm2,dengan tegangan
ketika bahan patah sebesar 16,46 N/m2 dengan beban puncak 25032 N persatuan
kubik menjadikan acuan dalam desain alat agar tidak melebihi daya.Oleh ini agar
didapatkan hasil pengolahan beras yang baik.
2.4.6.1 Kesimpulan
Grafik dari poison ratio produk pertanian cenderung linear kecuali produk
sawo, karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi seperti tingkat kematangan
dan tingkat kekerasan produk pertanian.
Dari praktikum yang telah dilaksanakan terlihat jelas ada hubungan antara
gaya dan deformasi dengan perubahan secara linear, yaitu semakin besar gaya
yang diberikan maka tingkat deformasi yang akan di alami oleh bahan juga akan
semkin tinggi meskipun tingkat kematangan juga akan sangat berpengaruh.
Namun untuk perbandingan antara panjang dari tinggi dan diameternya
berbanding terbalik, yaitu semakin besar beban yang di berikan maka tinggi dari
bahan akan mengalanmi penurunan, sebaliknya saat behan di beri beban yg
semakin besar maka bahan akan mengalami penambahan ukuran diameternya.
Sehingga diameter awal dan tinggi awal mengalami perubahan setelah diberi
gaya.
2.4.6.2 Saran
2.5.1.1 Tujuan
Adapun tujuan yang dapat di ambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.Melihat hubungan kecepatan fluida untuk pemisahan.
2.Menentukan nilai terminal velocity
2.5.1.2 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat di ambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.Mahasiswa dapat mengetahui hubungan kecepatan fluida untuk
pemisahan produk.
2.Mahasiwa dapat mengetahui aplikasi dari sifat aerodinamis produk
pertaian.
3.Mahasiwa dapat mengetahui kegunaan dari terminal velocity dalam
produk pertanian.
4.Mahasiwa dapat mengetahui dari koefisien drag.
5.Mahasiswa dapat mengetahui rumus matematis terminal velocity.
6.Mahasiswa memahami apa itu yang dimaksud dengan terminal
velocity.
Bila densitas partikel lebih besar dari densitas fluida, maka partikel akan
bergerak ke bawah (tenggelam dalam fluida). Bila densitas partikel lebih kecil
dari densitas fliuda, maka partikel akan bergerak naik di atas fluida (mengapung
di permukaan fluida). Ketika aliran udara digunakan untuk memisahkan sekan,
dedak, atau jerami dari gabah, diperlukan pengetahuan tentang kecepatan terminal
dari partikel-partikel yang akan dipisahkan.
Pada rancang bangun pemisah beras, bekatul, dan sekam perlu dimasukka
dalam sifat aerodinamik pada bahan dan udara sehingga bias mendapatkan
pemisah beras dan bekatul secara sempurna dan efisien. Sebagai contoh untuk
penentuan kecepatan terminal produk (Vt) dimana merupakan kecepatan minimal
yang harus diberikan produk untuk dapat diangkat (dipindahkan) dengan
menggunakan energi gerak udara. Kebutuhan secara atau seperti tekanan udara
dipengaruhi oleh yang atau produk yang akan dipindahkan.
Salah satu masalah dalam rancang bangun dan scalae up sistem siklo
untuk pemisahan beras, sekam, dan bekatul adalah belum adanya data spesifik
dari parameter-parameter yang dipengaruhi untuk rancang bangun. Data spesifik
untuk perancang bangunan sistem siklon adalah parameter-parameter
aerodinamika yang diperoleh tersebut kemudian diaplikasikan dalam bentuk
model matematikanya yang merupakan karakteristik sistem siklon untuk
pemisahan beras, bekatul, dan sekam. Karakteristik sistem siklon divalidasi
dengan cara membandingkan antara hasil yang diperoleh secara teoritis dengan
data actual dari sistem siklon terkontrol sehingga jadi secara teknisnya.
Pada aspek keteknikan hal yang paling penting dipelajari adalah sifat fisik
dan geometrik pada produk pertanian.
2 mg
Vt =
√ ρA C d
Cd = koefisien drag
Ρ = densitas udara dimana benda yang jatuh
A = daerah diproyeksikan objek
Koefisien drag (Cd) adalah bilangan yang menunjujja tahanan fluida yang
diterima oleh suatu benda. Harga koefisien drag yang kecil menunjukkan
hambatan fluida.
Mesin air blower screen cleaner selain berfungsi membersihkan gabah dari
kotoran dan memisahkan gabah utuh dari gabah setengah hampa dengan standar
kualitas tinggi yang memenuhi persyaratan benih.
2.5.3.2 Alat
1. Blower
2. Anemometer
3. Tabung
2.5.4 Metoda
1. Siapkan bahan dan alat
2. Ambil sampel masing-masing bahan + 100 gram
3. Pasang botol air mineral yang telah dilubangi pada blower dan hidupkan
4. Masukkan bahan ke dalam tabung
5. lakukan pengamatan saat blower tertutup, terbuka setengan dan hidupkan
6. Ukur kecepatanfluida dengan menggunakan anemometer pada saat
pengamatan
7. Hitung nilai terminal velocity menggunakan rumus
Vt =
√ 2 mg
ρACd
2.5.5.2 Pembahasan
kecepatan udara pada saat tertutup,setengah terbuka dan kecepatan udara pada
saat blower terbuka sempurna.Bahan yang di gunakan dalam praktikum ini
adalah gabah dan beras.Untuk kecepatan udara menggunakan anemometer atau
secara manual.
hasilnya dengan gabah diambil dari tiga buah beras dalam 1 kg berasyang
digunakan praktikan.
Pada bahan praktikum gabah , maka nilai terminal velocity yang didapat
secara berturut – turut adalah sebesar 35,22 m/s , 34,54 m/s , dan 29,31 m/s.
Sehingga didapat nilai terminal velocity rata – rata dari bahan praktikum gabah
sebesar 79,53 m/s. Seadangkan bahan praktikum beras , nilai terminal velocity
yang di dapat pada praktikum tersebutsebesar 35,55cm/s, 34,260 cm/s, dan 36,79
cm/s. Sehingga nilai terminal velocity rata-rata adalah sebesar 947, 018 cm/s. Dari
data tersebut dapat di dilihat bahwa nilai terminalvelocity beras lebih besar dari
pada nilai terminal velocity gabah. Hal tersebut dapat terjadi karena pengaruh dari
massa bahan tersebut.
Massa beras lebih besar dari massa gabah karena beras tidak memiliki
kulit, seingga udara tidak ada yang tersimpan didalamnya, sedangkan gabah
mimiliki luar atau kulit biji. Sehingga kulit tersebut menyebabkan udara tertahan
di dalamnya.Maka hal ini yang membuat gabah lebih ringan dari pada beras.
Pada bahan praktikum beras, nilai terminal velocity yang dapat secara
berturut-turut adalah sebesar 35,55cm/s, 34,260 cm/s, dan 36,79 cm/s. Sehingga
nilai terminal velocity rata-rata adalah sebesar 947, 018 cm/s. Untuk bahan
praktikum gabah didapatkan nilai terminal velocity yaitu sebesar 35,22cm/s,
34,54cm/s dan 29,31 cm/s. Sehingga rata-rata nilai velocity yaitu 79,53 cm/s.
Hal-hal yang mempengaruhi nilai terminal velocity dari gabah dan beras
berbeda antara yang menggunakan rumus dan yang secara manual adalah kurang
teliti dalam membaca skala anemometer yang digunakan untuk mengukur
kecepatan udara pada blower pada saat tertutup, setengah terbuka dan terbuka. Hal
lain yang mempengaruhi mungkin alat anemometer yang sudah kurang akurat.
2.5.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum objek ini adalah lebih teliti
dalam pembaca skala jangka sorong dan skala anemometer.Untuk praktikum
selanjutnya sebaiknya berhati-hati dalam mengolah data.Karena bisa terjadi
kesalahan dalam perhitungan. Sebaiknya membaca modul terlebih dahulu sebelu
melakukan praktikum, karena bisa lebih mengerti dalam melakukan praktiku.
2.6.1.1 Tujuan
1. Melihat pengaruh fluida (air) untuk pemisahan produk
2. Menentukan nilai rendemen produk
3. Menentukan nilai terminal velocity
2.6.1.2 Manfaat
1. Mengetahui metoda pemisahan produk pertanian menggunakan sifat pada
fluida (air)
2. Secara mandiri dapat membersihkan produk pertanian.
3. Mampu mengaplikasikan sifat hidrodinamis produk pertanian.
yang akan dipisahkan. Tujuannya untuk mengetahui jumlah air yang baik untuk
pemisahan biji- bijian dari benda asing. Dengan pengulasan tersebut, jelas bahwa
kecepatan termial telah digunakan sebgai karakteristik aerodinamik dan
hidrodinamik yang penting dari meterial – material dalam penerapan sebagai alat
pengangkutan dan pemisahan bahan - bahan asing dari produk yang diinginkan.
Dua metode cleaning pada proses pengolahan pangan, yaitu dry cleaning
dan wet cleaning . dry claaning merupakan teknik penghilangan partikel dan
kontaminan tidak berguna dan tidak diperlukan dari bahan pertanian dengan
menggunakan udara sebagai alat pemisahnya. Sedangkan wet cleaning dilakukan
dengan cara melarutkan bahan kontaminan yang menempel pada bagian bahan
produk pertanian sehingga mudah untuk di hilangkan. Pemisahan berdasarkan
spesiifik gravity umumnya digunakan untuk memisahkan biji yang sudah masak
(tua) dan yang belum masak (muda). Prinsip pemisahan adalah biji leih berat
daripada yang masih muda dan dapat diendapkan pada larutan tertentu. Dari
cultivular berbeda akan menghasilakn spesifik gravity berbeda.
Proses ini tujuannya untuk mengetahui jumlah air yang baik untuk
pemisahan biji-bijian dari benda asing. Dengan penjelasan tersebut, jelas bahwa
kecepatan terminal telah digunakan sebagai karateristik hidrodinamis dan
aerodinamis yang penting dari material-material dalam penerapan sebagai alat
pengangkutan dan pemisahan bahan-bahan asing dari produk yang diinginkan.
Ada dua metode cleaniang pada proses pengilahan pangan, yaitu dry
cleaning dan wet cleaning. Dry cleaning adalah penghilangan partikel yang tidak
dikehendaki misalnya kerikil atau padatan yang lain. Pemisahan dapat dilakukan
menggunakan aliran udara pada kecepatan tertentu. Produk yang mempunyai
densitas yang lebih rendah akan terpindah dan kontaminan dan yag densitasnya
tinggi atau sebaliknya. Salah satu contoh adalah pemisahan daun atau kulit dan
bijian dengan menggunakan aliran udara. Semakin kering bahan yang dipisahkan
maka akan semakin mudah metode ini. Selain itu, kecepatan aliran udara dan
ukuran partikel juga mempengaruhi dry cleaning. Dry cleaning meliputi
penyaringan, (screening), penyikatan, hembusan udara, menggosok, pemisahan
secara magnetic, pengayakan, abrasi elektrostatik, radio isotope, dan sinar x.
bahan. Perlakuan ini biasanya dibantu dengan penggosokan secara hati-hati agar
bahan tidak tergores.Metode wet cleaning terbagi atas beberapa bentuk yaitu
antara lain ,menggetarkan atau menggosok (soaking), menyemprot(spraying),
mengapungkan kontamin (floating), pembersihan ultrasonic, menyaring
(filtration), mengendapkan (setting).
Hidrolika mempelajari gaya-gaya yang ada atau bekerja pada benda yang
berada dalam keadaan diam, keseimbangan gaya yang mengapung dan melayang
dalam cairan, serta keseimbangan relative.
Viskositas atau kekentalan dari suatu cairan adalah salah satu sifat cairan
yang menentukan besarnya perlawanan terhadap gaya geser. Viskositas terjadi
terutama karena adanya interaksi antara molekul-mlekul cairan.
Perilaku viskositas dari cairan ini adalah menurut hokum newton untuk
kekentalan seperti yang dinyatakan dalam rumus. Dengan demikian maka untuk
cairan ini hubungan grafika antara geser tegangan bergeser dan gradient kecepatan
merupakan garis lurus yang melalui titik pusat salib sumbu kemirigan garis
tersebut adalah t menunjukkan besarnya viskositas.
g ρ A Rumus
Bahan m (g) Cd Vt (m/s)
(g/cm2) (g/cm3) (cm2)
Kacang 0,232 980 1 0,367 0,47 51,417
Kedela 0,170 980 1 0,367 0,47 44,013
2.6.5.2. Pembahasan
dengan nilai GMD yang telah di selesaiakan dengan rumus juga menunjukan
perbedaan anatar kacang hijau dengan kacang kedelai, dimana nilai GMD dari
kacang hijau relatife lebih kecil dari pada nilai GMD kacang hijau. Nilai masssa
dan juga nilai GMD yang telah di dapati setelah di selesaiakan dengan rumus
tersebut mempengaruhi nilai dari terminal velocity dari sampel atau bahan
percobaan. Yang mengakibatakan terjadinya perbedaan nilai GMD dan massa dari
sampel pertama (kacang kedelai) dengan GMD dan masssa sampel kedua (kacang
hijau) adalah bentuk atau shape dari sampel tersebut. Dimana sampel pertama
(kacang kedelai) memeiliki bentuk bulat hampir sempurna dan diameter yang
lebih besar. Di bandingkan dengan sampel kedua (kacang hijau) yang memiliki
diameter yang lebih kecil. Hal ini telah dibuktikan dengan data dari d
mayor,minor, dan moderate masing - masing sampel.
Terminal velocity dari kacang kedelai dan juga kacang hijau memiliki
perbedaan yang cukup bisa dibedakan. Perbedaan ini diakibatkan oleh berat (W =
m.g) dari kacang kedelai dan juga kacang hijau. Kacang kedelai memiliki massa
yang lebih besar, sehigga berat dari bahan juga besar. Sedangkan pada kacang
hijau memiliki berat yang lebih kecil dibandingkan dengan berat kacang kedelai
karena massa dari kacang hijau yang relative lebih kecil. Selain dari berat bahan
hal selanjutnya yang mengakibatkan perbedaan nilai terminal velocity dari kacang
hijau dan juga kacang kedelai adalah A atau luas permukaan yang di proyeksikan
dari masing – masing bahan. Di mana setelah di lakukan dan diperoleh data – data
yang selanjutnya diolah menunjukan bahwa nilai A dari kacang kedelai lebih
besar daripada A kacang hijau. Kemudian ada satu hal lagi yang mempengaruhi
dan menyebabkan perbandingan nilai terminal velocity dari sampel pertama
(kacang kedelai) dengan sampel kedua (kacang hijau) yaitu Cd (koefisien drag).
Koefisian drag dari kacang kedelai lebih besar daripada koefisien drag sampel
kedua (kacang hijau). Koefisien drag merupakan gaya yang lurus pada bahan
pertanian. Atau dengan kata lain gaya yang menahan (drag) sedangkan terminal
velocity adalah kecepatan suatu biji jatuh bebas di mana gaya tekan ke bawah
sama dengan gaya tekan udara. Jadi apabila koefisien drag dari bahan tersebut
lebih kecil daripada terminal velocity maka biji atau bahan tadi akan terbang atau
terangkat dan begitu juga sebaliknya.
kandungan air pada bahan produk pertaian, maka dapat diketahui teknik
pengolahan dan penyimpanan yang cocok untuk bahan pertanian tersebut. Dan
juga perancangan mesin lainnya. Salah satu contoh mesin lainnya adalah mesin
untuk mencuci dan menstrelilkan bahan – bahan prtanian yang mana mesin ini
telah diterapkan pada pabrikan yang mengolah hasil – hasil pertanian. Selain itu
contoh sederhananya adalah pencucian beras yang sering kita lakukan juga
merupakan aplikasi dari sifat hidrodinamis produk – produk pertanian.
2.6.6.2 Saran
Pratikum sifat – sifat produk pertanian objek 6 sifat hidrodinamis pada
produk pertanian ini, di lakukan harusnya dengan hati – hati dan teliti. Karena
untuk mendapatkan hasil yang tepat harus dengan perhitungan dari data yang
akurat. Saat melakukan percobaan harus cekatan untuk mengambil data namun
tidak boleh sampai melukai bahan percobaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa
sifat produk pertanian perlu dipelajari dan diketahui bagaimana karakteristiknya
untuk memudahkan dalam perancangan alat dan mesin pertanian. Sifat produk
pertanian dapat dilihat dari bentuk dan ukurannya, volume, spesifik gravity, dan
luas permukaan dari produk pertanian tersebut.
Dalam menentukan sphericity dari suatu bahan tidak boleh lebih dari
satu, karena sphericity menyatakan kebulatan dari sebuah benda. Untuk
pengukuran dmayor buah dan sayuran berbeda, karena disebabkan oleh bentuk dari
buah dan sayuran yang menggunakan benang agar diperoleh data yang tepat.
3.2 Saran
Adhiguna, Rizky Tirta. 2013. Karakteristik Tenik Sifat Reologi Pada Produk
Pertanian. Jakarta : Erlangga.
Anonim. 2011. Karakteristik Fisik Gabah dan Beras Yang Diamati di Indonesia .
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/56946/BAB%20II
%20TINJAUAN%PUSTAKA.pdf?sequence=3 diakses pada 8
September 2015 pukul 12.06 WIB di Padang.
Anonim. 2012. Sifat Reologi Bahan Pangan Yang Terdapat pada Daerah Tropis.
http://eprints.uny.ac.id/8316/12/12%20bab%2012.pdf diakses pada 19
Oktober 2015 pukul 12.00 WIB di Padang.
Purba. 2012. Teknologi Produksi Benih Gabah dan Beras. Bandung : ITB.
Satuhu. 2004. Penanganan dan Pengolahan Pangan. Jakarta : Penebar Swadaya.
dmoderat : SU = 0,2cm
7 x 0,05
SN = 7mm → = 0,035cm
10
SU + SN = 0,2cm + 0,035cm
= 0,235cm
dminor : SU = 0,1cm
7 x 0,05
SN = 7mm → = 0,035cm
10
SU + SN = 0,1cm + 0,035cm
= 0,135cm
Beras
dmayor : SU = 0,4cm
3 x 0,05
SN = 3mm → = 0,015cm
10
SU + SN = 0,4cm + 0,015cm
= 0,415cm
dmoderat : SU = 0,2cm
2 x 0,05
SN = 2mm → = 0,01cm
10
SU + SN = 0,2cm + 0,01cm
= 0,210cm
dminor : SU = 0,1cm
5 x 0,05
SN = 5mm → = 0,025cm
10
SU + SN = 0,1cm + 0,025cm
= 0,125cm
dmoderat : SU = 0,2cm
6,5 x 0,05
SN = 6,5mm → = 0,033cm
10
SU + SN = 0,2cm + 0,033cm
= 0,233cm
dminor : SU = 0,1cm
1,5 x 0,05
SN = 1,5mm → = 0,0075cm
10
SU + SN = 0,1cm + 0,0075cm
= 0,108cm
Beras
dmayor : SU = 0,5cm
2 x 0,05
SN = 2mm → = 0,01cm
10
SU + SN = 0,5cm + 0,01cm
= 0,510cm
dmoderat : SU = 0,2cm
1 x 0,05
SN = 1mm → = 0,005cm
10
SU + SN = 0,2cm + 0,005cm
= 0,205cm
dminor : SU = 0,1cm
8 x 0,05
SN = 8mm → = 0,04cm
10
SU + SN = 0,1cm + 0,04cm
= 0,140cm
dminor : SU = 0,2cm
6 x 0,05
SN = 6mm → = 0,03cm
10
SU + SN = 0,2cm + 0,03cm
= 0,230cm
Beras
dmayor : SU = 0,6cm
4 x 0,05
SN = 4mm → = 0,02cm
10
SU + SN = 0,6cm + 0,02cm
= 0,620cm
dmoderat : SU = 0,2cm
5 x 0,05
SN = 5mm → = 0,025cm
10
SU + SN = 0,2cm + 0,025cm
= 0,225cm
dminor : SU = 0,1cm
5 x 0,05
SN = 5mm → = 0,025cm
10
SU + SN = 0,1cm + 0,025cm
= 0,125cm
dmoderat : SU = 0,2cm
3 x 0,05
SN = 3mm → = 0,015cm
10
SU + SN = 0,2cm + 0,015cm
= 0,215cm
dminor : SU = 0,1cm
9 x 0,05
SN = 9mm → = 0,045cm
10
SU + SN = 0,1cm + 0,045cm
= 0,145cm
Beras
dmayor : SU = 0,5cm
5 x 0,05
SN = 5mm → = 0,025cm
10
SU + SN = 0,5cm + 0,025cm
= 0,525cm
dmoderat : SU = 0,1cm
7 x 0,05
SN = 7mm → = 0,035cm
10
SU + SN = 0,1cm + 0,035cm
= 0,135cm
dminor : SU = 0,1cm
7 x 0,05
SN = 7mm → = 0,035cm
10
SU + SN = 0,1cm + 0,035cm
= 0,135cm
dmoderat : SU = 0,2cm
8 x 0,05
SN = 8mm → = 0,04cm
10
SU + SN = 0,2cm + 0,04cm
= 0,240cm
dminor : SU = 0,1cm
9 x 0,05
SN = 9mm → = 0,045cm
10
SU + SN = 0,1cm + 0,045cm
= 0,145cm
Beras
dmayor : SU = 0,6cm
1 x 0,05
SN = 1mm → = 0,005cm
10
SU + SN = 0,6cm + 0,005cm
= 0,605cm
dmoderat : SU = 0,2cm
2 x 0,05
SN = 2mm → = 0,01cm
10
SU + SN = 0,2cm + 0,01cm
= 0,210cm
dminor : SU = 0,1cm
6 x 0,05
SN = 6mm → = 0,03cm
10
SU + SN = 0,1cm + 0,03cm
= 0,130cm
Rata-Rata Gabah :
0,820 cm+ 0,800 cm+ 0,735 cm+0,840 cm+0,805 cm
dmayor =
5
4 cm
=
5
= 0,800cm
Rata-Rata Beras :
0,415 cm+ 0,510 cm+ 0,620 cm+0,525 cm+0,605 cm
dmayor =
5
2,675 cm
=
5
= 0,535cm
Gabah
1
Vgabah = π d2t
4
1 6,5 x 0,05
=
4 [ (
x 3,14 x ( 21,4 cm )2 x ( 7 cm ) +
10 ) cm
]
1
= x 3,14 x 457,96 cm 2 x 7,0325 cm
4
= 2528,173 cm3
m
Bulk Density =
v
1,5 kg
=
2528,173 cm3
1500 g
=
2528,173 cm3
g
= 0,593
cm3
t
Angle of Repose = Arc tan
d
( 2 x100,05 ) cm
=
Arc tan [ ( 4,2 cm )+
29,5 cm ]
= Arc tan ( 4,210 cm
29,5 cm )
= 17,34 °
Beras
1
Vberas = π d2t
4
1 6 x 0,05
=
4 [
x 3,14 x ( 21,4 cm )2 x ( 4,8 cm ) +
10 (cm ) ]
1
= x 3,14 x 457,96 cm 2 x 4,83 cm
4
=1736,378 cm3
m
Bulk Density =
v
1.5 kg
=
1736,378 cm3
1500 g
=
1736,378 cm3
g
= 0,863
cm3
( 7 x100,05 ) cm
Angle of Repose =
Arc tan [ (7,5 cm ) +
28,1 cm ]
= Arc tan ( 7,535 cm
28,1 cm )
=15,01°
X1
% Head Rice = x 100 %
X
155
= x 100 %
1000
=15,5%
X2
% Large Broken = x 100 %
X
90
= x 100 %
1000
=9%
X3
%Small Broken = x 100 %
X
54
= x 100 %
1000
=5,4%
II. Objek 2 (SIFAT FISIK BIJI-BIJIAN)
dmoderat : SU = 0,6cm
2 x 0,05
SN = 2mm → = 0,010cm
10
SU + SN = 0,6cm + 0,010cm
= 0,610cm
dminor : SU = 0,5cm
1 x 0,05
SN = 1mm → = 0,005cm
10
SU + SN = 0,5cm + 0,005cm
= 0,505cm
Kacang Tanah
dmayor : SU = 1,5cm
6 x 0,05
SN = 6mm → = 0,03cm
10
SU + SN = 1,5cm + 0,03cm
= 1,530cm
dmoderat : SU = 0,9cm
2 x 0,05
SN = 2mm → = 0,01cm
10
SU + SN = 0,9cm + 0,01cm
= 0,910cm
dminor : SU = 0,7cm
8 x 0,05
SN = 8mm → = 0,04cm
10
SU + SN = 0,7cm + 0,04cm
= 0,740cm
Kacang Merah
dmayor : SU = 1,9cm
6 x 0,05
SN = 6mm → = 0,03cm
10
SU + SN = 1,9cm + 0,03cm
= 1,930cm
dmoderat : SU = 0,6cm
8 x 0,05
SN = 8mm → = 0,04cm
10
SU + SN = 0,6cm + 0,04cm
= 0,640cm
dminor : SU = 0,5cm
8 x 0,05
SN = 8mm → = 0,04cm
10
SU + SN = 0,5cm + 0,04cm
= 0,540cm
Kacang Hijau
dmayor : SU = 0,5cm
1 x 0,05
SN = 1mm → = 0,005cm
10
SU + SN = 0,5cm + 0,005cm
= 0,505cm
dmoderat : SU = 0,3cm
7 x 0,05
SN = 7mm → = 0,035cm
10
SU + SN = 0,3cm + 0,035cm
= 0,335cm
dminor : SU = 0,3cm
3 x 0,05
SN = 3mm → = 0,015cm
10
SU + SN = 0,3cm + 0,015cm
= 0,315cm
dmoderat : SU = 0,5cm
8 x 0,05
SN = 8mm → = 0,04cm
10
SU + SN = 0,5cm + 0,04cm
= 0,540cm
dminor : SU = 0,5cm
2 x 0,05
SN = 2mm → = 0,01cm
10
SU + SN = 0,5cm + 0,01cm
= 0,510cm
Kacang Tanah
dmayor : SU = 1,3cm
0 x 0,05
SN = 0mm → = 0cm
10
SU + SN = 1,3cm + 0cm
= 1,300cm
dmoderat : SU = 0,9cm
4 x 0,05
SN = 4mm → = 0,02cm
10
SU + SN = 0,9cm + 0,02cm
= 0,920cm
dminor : SU = 0,8cm
5 x 0,05
SN = 5mm → = 0,025cm
10
SU + SN = 0,8cm + 0,025cm
= 0,825cm
Kacang Merah
dmayor : SU = 1,5cm
5 x 0,05
SN = 5mm → = 0,025cm
10
SU + SN = 1,5cm + 0,025cm
= 1,525cm
dmoderat : SU = 0,7cm
2 x 0,05
SN = 2mm → = 0,01cm
10
SU + SN = 0,7cm + 0,01cm
= 0,710cm
dminor : SU = 0,5cm
7 x 0,05
SN = 7mm → = 0,035cm
10
SU + SN = 0,5cm + 0,035cm
= 0,535cm
Kacang Hijau
dmayor : SU = 0,5cm
8 x 0,05
SN = 8mm → = 0,04cm
10
SU + SN = 0,5cm + 0,04cm
= 0,540cm
dmoderat : SU = 0,3cm
9 x 0,05
SN = 9mm → = 0,045cm
10
SU + SN = 0,3cm + 0,045cm
= 0,345cm
dminor : SU = 0,3cm
6 x 0,05
SN = 6mm → = 0,03cm
10
SU + SN = 0,3cm + 0,03cm
= 0,330cm
dmoderat : SU = 0,6cm
9 x 0,05
SN = 9mm → = 0,045cm
10
SU + SN = 0,6cm + 0,045cm
= 0,645cm
dminor : SU = 0,5cm
2 x 0,05
SN = 2mm → = 0,01cm
10
SU + SN = 0,5cm + 0,01cm
= 0,510cm
Kacang Tanah
dmayor : SU = 1,3cm
3 x 0,05
SN = 3mm → = 0,015cm
10
SU + SN = 1,3cm + 0,015cm
= 1,315cm
dmoderat : SU = 0,8cm
0 x 0,05
SN = 0mm → = 0cm
10
SU + SN = 0,8cm + 0cm
= 0,800cm
dminor : SU = 0,7cm
2 x 0,05
SN = 2mm → = 0,01cm
10
SU + SN = 0,7cm + 0,01cm
= 0,710cm
Kacang Merah
dmayor : SU = 1,6cm
8 x 0,05
SN = 8mm → = 0,04cm
10
SU + SN = 1,6cm + 0,04cm
= 1,640cm
dmoderat : SU = 0,7cm
6 x 0,05
SN = 6mm → = 0,03cm
10
SU + SN = 0,7cm + 0,03cm
= 0,730cm
dminor : SU = 0,6cm
3 x 0,05
SN = 3mm → = 0,015cm
10
SU + SN = 0,6cm + 0,015cm
= 0,615cm
Kacang Hijau
dmayor : SU = 0,5cm
7 x 0,05
SN = 7mm → = 0,035cm
10
SU + SN = 0,5cm + 0,035cm
= 0,535cm
dmoderat : SU = 0,4cm
2 x 0,05
SN = 2mm → = 0,01cm
10
SU + SN = 0,4cm + 0,01cm
= 0,410cm
dminor : SU = 0,4cm
1 x 0,05
SN = 1mm → = 0,005cm
10
SU + SN = 0,4cm + 0,005cm
= 0,405cm
1
= ( 0,825 x 0,610 x 0,505 ) 3
= 0,633cm
1
GMD2 = (d x d moderat x d minor ) 3
mayor
1
= ( 0,720 x 0,540 x 0,510 ) 3
= 0,583cm
1
GMD3 = (d x d moderat x d minor ) 3
mayor
1
= ( 0,735 x 0,540 x 0,510 ) 3
= 0,587cm
0,633+0,583+0,587
GMDrata-rata =
3
= 0,601cm
Kacang Tanah
1
GMD1 = (d 3
mayor x d moderat x d minor )
1
= ( 1,530 x 0,910 x 0,740 ) 3
= 1,010cm
1
GMD2 = (d 3
mayor x d moderat x d minor )
1
= ( 1,300 x 0,920 x 0,825 ) 3
= 0,996cm
1
GMD3 = (d 3
mayor x d moderat x d minor )
1
= ( 1,315 x 0,800 x 0,710 ) 3
= 0,907cm
1,010+0,996+0,907
GMDrata-rata =
3
= 0,971cm
Kacang Hijau
1
GMD1 = (d x d moderat x d minor ) 3
mayor
1
= ( 0,505 x 0,335 x 0,315 ) 3
= 0,376cm
1
GMD2 = (d x d moderat x d minor ) 3
mayor
1
= ( 0,745 x 0,730 x 0,540 ) 3
= 0,395cm
1
GMD3 = (d x d moderat x d minor ) 3
mayor
1
= ( 0,535 x 0,410 x 0,405 ) 3
= 0,446cm
0,376+0,395+0,446
GMDrata-rata =
3
= 0,744cm
Kacang Merah
1
GMD1 = (d 3
mayor x d moderat x d minor )
1
= ( 1,930 x 0,640 x 0,540 ) 3
= 0,873cm
1
GMD2 = (d 3
mayor x d moderat x d minor )
1
= ( 1,525 x 0,710 x 0,535 )3
= 0,833cm
1
GMD3 = (d 3
mayor x d moderat x d minor )
1
= ( 1,640 x 0,730 x 0,615 ) 3
= 0,902cm
0,873+0,833+0,902
GMDrata-rata =
3
= 0,869cm
Sphericity :
Kacang Kedelai
GMD1 0,633 cm
S1 : =
d mayor 0,825 cm
= 0,767
GMD 2 0,583 cm
S2 : =
d mayor 0,720 cm
= 0,809
GMD3 0,587 cm
S3 : =
d mayor 0,735 cm
= 0,798
0,767+0,809+0,798
Sphericityrata-rata =
3
= 0,791
Kacang Tanah
GMD1 1,010 cm
S1 : =
d mayor 1,530 cm
= 0,660
GMD 2 0,996 cm
S2 : =
d mayor 1,300 cm
= 0,766
GMD3 0,907 cm
S3 : =
d mayor 1,315 cm
= 0,689
0,660+0,766+0.689
Sphericityrata-rata =
3
= 0,705
Kacang Hijau
GMD1 0,376 cm
S1 : =
d mayor 0,505 cm
= 0,744
GMD 2 0,395 cm
S2 : =
d mayor 0,540 cm
= 0,731
GMD3 0,446 cm
S3 : =
d mayor 0,535 cm
= 0,833
0,744+0,731+0,833
Sphericityrata-rata =
3
= 0,769
Kacang Merah
GMD1 0,873 cm
S1 : =
d mayor 1,930 cm
= 0,452
GMD 2 0,833 cm
S2 : =
d mayor 1,525 cm
= 0,546
GMD3 0,902 cm
S3 : =
d mayor 1,640 cm
= 0,550
0,452+ 0,546+0,550
Sphericityrata-rata =
3
= 0,516
Angle of Repose :
Kacang Kedelai
Tinggi : SU = 6cm
SN = 4mm
4 x 0,05
SU + SN = 6+( )
10
= 6,020cm
Massa = 1000gr
Diameter = 30cm
Sehingga :
- Angle of Repose manual : 20 °
- Angle of Repose menggunakan rumus
t
= arc tan
d
6,020 cm
= arc tan
30 cm
= 11,346 °
Kacang Tanah
Tinggi : SU = 7,2cm
SN = 4,5mm
4,5 x 0,05
SU + SN = 7,2+( )
10
= 7,223cm
Massa = 1000gr
Diameter = 38,3cm
Sehingga :
- Angle of Repose manual : 20 °
- Angle of Repose menggunakan rumus
t
= arc tan
d
7,223 cm
= arc tan
38,3 cm
= 10,678 °
Kacang Hijau
Tinggi : SU = 5,4cm
SN = 8mm
8 x 0,05
SU + SN = 5,4+( )
10
= 5,440cm
Massa = 1000gr
Diameter = 29,7cm
Sehingga :
- Angle of Repose manual : 30°
- Angle of Repose menggunakan rumus
t
= arc tan
d
5,440 cm
= arc tan
29,7 cm
= 11,309 °
Kacang Merah
Tinggi : SU = 4,7cm
SN = 5mm
5 x 0,05
SU + SN = 4,7 +( )
10
= 4,725cm
Massa = 1000gr
Diameter = 31,2cm
Sehingga :
- Angle of Repose manual : 30°
- Angle of Repose menggunakan rumus
t
= arc tan
d
4,725 cm
= arc tan
31,2 cm
= 8,611 °
Bulk Density :
Kacang Kedelai
Massa = 1000gr
SN x 0,05
Tinggi = SU +( )
10
5 x 0,05
= 3,5+( )
10
= 3,525cm
1
V = π d2t
4
1
= x 3,14 x (21,4)2 x 3,525
4
= 1267,232 cm3
m
Density =
v
1000 gr
=
1267,232cm3
gr
= 0,789
cm3
Kacang Tanah
Massa = 1000gr
SN x 0,05
Tinggi = SU +( )
10
3 x 0,05
= 4,1+( )
10
= 4,115cm
1
V = π d2t
4
1
= x 3,14 x (21,4)2 x 4,115
4
= 1479,346 cm3
m
Density =
v
1000 gr
=
1479,346 cm3
gr
= 0,675
cm3
Kacang Hijau
Massa = 1000gr
SN x 0,05
Tinggi = SU +( )
10
6 x 0,05
= 2,7+( )
10
= 2,730cm
1
V = π d2t
4
1
= x 3,14 x (21,4)2 x 2,73
4
= 981,430 cm 3
m
Density =
v
1000 gr
=
981,430 cm3
gr
= 1,081
cm3
Kacang Merah
Massa = 1000gr
SN x 0,05
Tinggi = SU +( )
10
4 x 0,05
= 3,7+( )
10
= 3,720cm
1
V = π d2t
4
1
= x 3,14 x (21,4)2 x 3,72
4
= 1337,334 cm 3
m
Density =
v
1000 gr
=
1337,334 cm3
gr
= 0,748
cm3
III. Objek 3 (SIFAT FISIK BUAH DAN SAYUR)
dmoderat : SU = 6,6cm
0,5 x 0,05
SN = 0,5mm → = 2,5 x 10−3cm
10
SU + SN = 6,6cm + 2,5 x 10−3cm
= 6,603cm
dminor : SU = 6,4cm
1 x 0,05
SN = 1mm → = 5 x 10−3cm
10
SU + SN = 6,4cm + 5 x 10−3cm
= 6,405cm
Sample 2
dmayor : SU = 6,400cm
4 x 0,05
SN = 4mm → = 0,020cm
10
SU + SN = 6,400cm + 0,020cm
= 6,420cm
dmoderat : SU = 6,2cm
3 x 0,05
SN = 3mm → = 0,015cm
10
SU + SN = 6,2cm + 0,015cm
= 6,215cm
dminor : SU = 4,6cm
7 x 0,05
SN = 7mm → = 0,035cm
10
SU + SN = 4,6cm + 0,035cm
= 4,635cm
Sample 3
dmayor : SU = 6,200cm
2 x 0,05
SN = 2mm → = 0,010cm
10
SU + SN = 6,200cm + 0,010cm3
= 6,210cm
dmoderat : SU = 5,8cm
3 x 0,05
SN = 3mm → = 0,015cm
10
SU + SN = 5,8cm + 0,015cm
= 5,815cm
dminor : SU = 5,1cm
5 x 0,05
SN = 5mm → = 0,025cm
10
SU + SN = 5,1cm + 0,025cm
= 5,125cm
Rata-Rata
6,710 cm+ 6,420 cm+6,210 cm
dmayor =
3
= 6,447cm
dmoderat : SU = 4,1cm
1 x 0,05
SN = 1mm → = 5 x 10−3cm
10
SU + SN = 4,1cm + 5 x 10−3cm
= 4,105cm
dminor : SU = 1,6cm
4 x 0,05
SN = 4mm → = 0,02cm
10
SU + SN = 1,6cm + 0,02cm
= 1,620cm
Sample 2
dmayor = 10,500 cm
dmoderat : SU = 3,2cm
0 x 0,05
SN = 0mm → = 0cm
10
SU + SN = 3,2cm + 0cm
= 3,200cm
dminor : SU = 1,8cm
3 x 0,05
SN = 3mm → = 0,015cm
10
SU + SN = 1,8cm + 0,015cm
= 1,815cm
Sample 3
dmayor = 11,300 cm
dmoderat : SU = 4,3cm
7 x 0,05
SN = 7mm → = 0,035cm
10
SU + SN = 4,3cm + 0,035cm
= 4,335cm
dminor : SU = 2cm
0 x 0,05
SN = 0mm → = 0cm
10
SU + SN = 2cm + 0cm
= 2,000cm
Rata-Rata
11,000 cm+10,500 cm+11,300 cm
dmayor =
3
= 10,933cm
dmoderat : SU = 0,7cm
1 x 0,05
SN = 1mm → = 5 x 10−3cm
10
SU + SN = 0,7cm + 5 x 10−3cm
= 0,705cm
dminor : SU = 0,1cm
9 x 0,05
SN = 9mm → = 0,045cm
10
SU + SN = 0,1cm + 0,045cm
= 0,145cm
Sample 2
dmayor = 7,300 cm
dmoderat : SU = 0,8cm
8 x 0,05
SN = 8mm → = 0,04cm
10
SU + SN = 0,8cm + 0,04cm
= 0,840cm
dminor : SU = 0,2cm
2 x 0,05
SN = 2mm → = 0,01cm
10
SU + SN = 0,2cm + 0,01cm
= 0,210cm
Sample 3
dmayor = 6,100 cm
dmoderat : SU = 0,9cm
4 x 0,05
SN = 4mm → = 0,02cm
10
SU + SN = 0,9cm + 0,02cm
= 0,920cm
dminor : SU = 0,2cm
2 x 0,05
SN = 2mm → = 0,01cm
10
SU + SN = 0,2cm + 0,01cm
= 0,210cm
Rata-Rata
11,00 cm+7,300 cm+ 6,100 cm
dmayor =
3
= 8,133cm
dmoderat : SU = 7,5cm
7 x 0,05
SN = 7mm → = 0,035cm
10
SU + SN = 7,5cm + 0,035cm
= 7,535cm
dminor : SU = 6,9cm
7 x 0,05
SN = 7mm → = 0,035cm
10
SU + SN = 6,9cm + 0,035cm
= 6,935cm
Sample 2
dmayor : SU = 7,5cm
9 x 0,05
SN = 9mm → = 0,045cm
10
SU + SN = 7,5cm + 0,045cm
= 7,545cm
dmoderat : SU = 7,1cm
8 x 0,05
SN = 8mm → = 0,04cm
10
SU + SN = 7,1cm + 0,04cm
= 7,140cm
dminor : SU = 6cm
1 x 0,05
SN = 1mm → = 5 x 10−3cm
10
SU + SN = 6cm + 5 x 10−3cm
= 6,005cm
Sample 3
dmayor : SU = 7,6cm
3 x 0,05
SN = 3mm → = 0,015cm
10
SU + SN = 7,6cm + 0,015cm
= 7,615cm
dmoderat : SU = 7,1cm
6 x 0,05
SN = 6mm → = 0,03cm
10
SU + SN = 7,1cm + 0,03cm
= 7,130cm
dminor : SU = 7cm
9 x 0,05
SN = 9mm → = 0,045cm
10
SU + SN = 7cm + 0,045cm
= 7,045cm
Rata-Rata
7,615 cm+7,545 cm+7,615 cm
dmayor =
3
= 7,592cm
GMD :
Jeruk
1
GMD1 = (6,710 cm x 6,603 cm x 6,405 cm) 3
= 6,571cm
1
GMD2 = (6,420 cm x 6,215 cm x 4,635 cm)3
= 5,697cm
1
GMD3 = (6,210 cm x 5,815 cm x 5,125 cm) 3
= 5,698cm
6,571+ 5,697+5,698
GMDrata-rata =
3
= 5,989cm
Wortel
1
GMD1 = (11,00 cm x 4,105 cm x 1,620 cm) 3
= 4,182cm
1
GMD2 = (10,500 cm x 3,200 cm x 1,815 cm) 3
= 3,936cm
1
GMD3 = (11,300 cm x 4,335 cm x 2,000) 3
= 4,609cm
4,182+3,936+ 4,609
GMDrata-rata =
3
= 4,242cm
Cabe
1
GMD1 = (11,00 cm x 0,705 cm x 0,145 cm)3
= 1,039cm
1
GMD2 = (7,300 cm x 0,840 cm x 0,210 cm) 3
= 1,087cm
1
GMD3 = (6,100 cm x 0,920 cm x 0,210) 3
= 1,056cm
1,039+ 1,087+1,056
GMDrata-rata =
3
= 1,061cm
Apel
1
GMD1 = (7,615 cm x 7,535 cm x 6,935 cm) 3
= 7,355cm
1
GMD2 = (7,545 cm x 7,140 cm x 6,005 cm) 3
= 6,864cm
1
GMD3 = (7,615 cm x 7,130 cm x 7,045) 3
= 7,259cm
7,355+ 6,864+7,259
GMDrata-rata =
3
= 7,159cm
Sphericity :
Jeruk
GMD 6,571 cm
Jeruk 1 : =
d mayor 6,710 cm
= 0,979
GMD 5,697 cm
Jeruk 2 : =
d mayor 6,420 cm
= 0,887
GMD 5,698 cm
Jeruk 3 : =
d mayor 6,210 cm
= 0,918
0,979+0,887+0,918
Sphericityrata-rata =
3
= 0,928cm
Wortel
GMD 4,182 cm
Wortel 1: =
d mayor 11,00cm
= 0,380
GMD 3,936 cm
Wortel 2: =
d mayor 10,500 cm
= 0,375
GMD 4,609 cm
Wortel 3: =
d mayor 11,300 cm
= 0,408
0,380+0,375+0,408
Sphericityrata-rata =
3
= 0,388cm
Cabe
GMD 1,039 cm
Cabe 1 : =
d mayor 11,000 cm
= 0,094
GMD 1,049 cm
Cabe 2 : =
d mayor 7,300 cm
= 0,149
GMD 1,056 cm
Cabe 3 : =
d mayor 6,100 cm
= 0,173
0,094+0,149+ 0,173
Sphericityrata-rata =
3
= 0,139cm
Apel
GMD 7,355 cm
Apel 1 : =
d mayor 7,615 cm
= 0,965
GMD 6,864 cm
Apel 2 : =
d mayor 7,545 cm
= 0,909
GMD 7,259 cm
Apel 3 : =
d mayor 7,615 cm
= 0,953
0,965+0,909+0,953
Sphericityrata-rata =
3
= 0,943cm
Volume :
Jeruk
WWCF : I = 600
II = 610
III = 620
600+610+620
WWCFrata-rata =
3
= 610ml
WWCF−WWC
V1 =
DW
600−500
=
1000
= 0,100 cm 3
WWCF−WWC
V2 =
DW
610−500
=
1000
= 0,110 cm3
WWCF−WWC
V3 =
DW
620−500
=
1000
= 0,120 cm 3
0,100+0,110+ 0,120
Vrata-rata =
3
= 0,110cm3
Apel
WWCF : I = 710
II = 700
III = 700
710+700+700
WWCFrata-rata =
3
= 703,333cm
WWCF−WWC
V1 =
DW
710−500
=
1000
= 0,210 cm 3
WWCF−WWC
V2 =
DW
700−500
=
1000
= 0,200 cm3
WWCF−WWC
V3 =
DW
700−500
=
1000
= 0,200 cm 3
0,210+0,200+0,200
Vrata-rata =
3
= 0,203cm3
Cabe
V1 = π ( r 1+ r 2 ) ¿
= 3,14 ( 0,352+0,072 ) ¿
= 4,101 cm3
V2 = π ( r 1+ r 2 ) ¿
= 3,14 ( 0,420+ 0,105 ) ¿
= 3,784 cm3
V3 = π ( r 1+ r 2 ) ¿
= 3,14 ( 0,460+ 0,105 ) ¿
= 6,439 cm3
4,101+3,784+ 6,439
Vrata-rata =
3
= 4,755cm3
Wortel
π
V1 = h¿
3
3,14 4,105 4,105 1,620 1,620 2
=
3
x 11[(
2
)¿¿ 2+
2
x (2
+(
2
) ]¿ )
3,14
= x 11 [ ( 4,213 ) + ( 2,053 x 0,810 ) + 0,656 ]
3
= 75,204 cm 3
π
V2 = h¿
3
3,14 3,200 3,200 1,815 1,815 2
=
3
x 10,5[(
2
)¿¿ 2+
2
x (2
+(
2
) ]¿ )
3,14
= x 10,5 [ ( 2,560 )+ (1,600 x 0,908 ) +0,824 ]
3
= 53,156 cm3
π
V3 = h¿
3
3,14 4,335 4,335 2 2 2
=
3
x 11,3[(
2
)¿¿ 2+
2 2(
x +( ) ]¿
2 )
3,14
= x 11,3 [ ( 4,698 ) + ( 2,168 x 1 ) +1 ]
3
= 93,034 cm3
75,204+53,156+93,034
Vrata-rata =
3
= 73,798cm3
Density :
Apel
m1 = 4 gr
m2 = 4 gr
m3 = 2 gr
m 4 gr
Density1 : =
v 0,210 cm3
gr
= 19,048
cm3
m 4 gr
Density2 : =
v 0,210 cm3
gr
= 20,000
cm3
m 2 gr
Density3 : =
v 0,210 cm3
gr
= 10,000
cm3
19,048+ 20,000+10,000
Densityrata-rata =
3
g
= 16,349
cm3
Jeruk
m1 = 96 gr
m2 = 112 gr
m3 = 105 gr
m 96 gr
Density1 : =
v 0,100 cm3
gr
= 960,000
cm3
m 112 gr
Density2 : =
v 0,110cm3
gr
= 1.018,182
cm3
m 105 gr
Density3 : =
v 0,120 cm3
gr
= 875,000
cm3
960,000+11018,182+875,000
Densityrata-rata =
3
g
= 951,061
cm3
Cabe
m1 = 4 gr
m2 = 4 gr
m3 = 2 gr
m 4 gr
Density1 : =
v 4,101 cm3
gr
= 0,975
cm3
m 4 gr
Density2 : =
v 3,784 cm3
gr
= 1,057
cm3
m 2 gr
Density3 : =
v 6,439 cm3
gr
= 0,310
cm3
0,975+1,057+0,310
Densityrata-rata =
3
g
= 0,781
cm3
Wortel
m1 = 67 gr
m2 = 62 gr
m3 = 65 gr
m 67 gr
Density1 : =
v 75,204 cm3
gr
= 0,891
cm3
m 62 gr
Density2 : =
v 53,156 cm3
gr
= 1,166
cm3
m 65 gr
Density3 : =
v 93,034 cm3
gr
= 0,699
cm3
0,891+ 1,166+0,699
Densityrata-rata =
3
g
= 0,919
cm3
VI. Objek 4 (SIFAT RHEOLOGI PRODUK PERTANIAN)
Data Perhitungan :
Sawo
Sampel 1 :
L0 = 6cm
X0 : SU = 5cm
SN = 8mm
8 x 0,05
SU + SN = 5+( )
10
= 5,040cm
Massa 100gr
L1 = 5,7cm
X1 : SU = 5,1cm
SN = 4mm
4 x 0,05
SU + SN = 5,1+( )
10
= 5,120cm
Massa 200gr
L1 = 5,5cm
X1 : SU = 5,1cm
SN = 5mm
5 x 0,05
SU + SN = 5,1+( )
10
= 5,125cm
Massa 500gr
L1 = 5,3cm
X1 : SU = 5,2cm
SN = 0mm
0 x 0,05
SU + SN = 5,2+( )
10
= 5,200cm
Sampel 2 :
L0 = 6cm
X0 : SU = 4,8cm
SN = 0mm
0 x 0,05
SU + SN = 4,8+( )
10
= 4,800cm
Massa 100gr
L1 = 5,7cm
X1 : SU = 4,8cm
SN = 7mm
7 x 0,05
SU + SN = 4,8+( )
10
= 4,835cm
Massa 200gr
L1 = 5,2cm
X1 : SU = 4,8cm
SN = 8mm
8 x 0,05
SU + SN = 4,8+( )
10
= 4,840cm
Massa 500gr
L1 = 5,1cm
X1 : SU = 4,9cm
SN = 0mm
0 x 0,05
SU + SN = 4,9+( )
10
= 4,900cm
Sampel 3 :
L0 = 5,5cm
X0 : SU = 5,4cm
SN = 4mm
4 x 0,05
SU + SN = 5,4+( )
10
= 5,420cm
Massa 100gr
L1 = 5,4cm
X1 : SU = 5,5cm
SN = 3mm
3 x 0,05
SU + SN = 5,5+( )
10
= 5,515cm
Massa 200gr
L1 = 5,3cm
X1 : SU = 5,5cm
SN = 5mm
5 x 0,05
SU + SN = 5,5+( )
10
= 5,525cm
Massa 500gr
L1 = 5cm
X1 : SU = 5,5cm
SN = 7mm
7 x 0,05
SU + SN = 5,5+( )
10
= 5,535cm
Poisson Ratio Sawo :
Sampel 1 :
Massa 100gr
∆X : X1 – X0 = 5,120cm – 5,040cm
= 0,08cm
∆L : L0 – L1 = 6cm – 5,7cm
= 0,3cm
∆ X L0 0,08 cm 6 cm
x = x
X0 ∆ L 5,040 cm 0,3 cm
= 0,320
Massa 200gr
∆X : X1 – X0 = 5,125cm – 5,040cm
= 0,085cm
∆L : L0 – L1 = 6cm – 5,5cm
= 0,5cm
∆ X L0 0,085 cm 6 cm
x = x
X0 ∆ L 5,040 cm 0,5 cm
= 0,204
Massa 500gr
∆X : X1 – X0 = 5,200cm – 5,040cm
= 0,16cm
∆L : L0 – L1 = 6cm – 5,7cm
= 0,3cm
∆ X L0 0,16 cm 6 cm
x = x
X0 ∆ L 5,040 cm 0,3 cm
= 0,640
Sampel 2 :
Massa 100gr
∆X : X1 – X0 = 4,835cm – 4,8cm
= 0,035cm
∆L : L0 – L1 = 6cm – 5,7cm
= 0,3cm
∆ X L0 0,035 cm 6 cm
x = x
X0 ∆ L 4,8 cm 0,3 cm
= 0,140
Massa 200gr
∆X : X1 – X0 = 4,840cm – 4,8cm
= 0,04cm
∆L : L0 – L1 = 6cm – 5,2cm
= 0,8cm
∆ X L0 0,04 cm 6 cm
x = x
X0 ∆ L 4,8 cm 0,8 cm
= 0,060
Massa 500gr
∆X : X1 – X0 = 4,900cm – 4,8cm
= 0,1cm
∆L : L0 – L1 = 6cm – 5,1cm
= 0,9cm
∆ X L0 0,1 cm 6 cm
x = x
X0 ∆ L 4,8 cm 0,9 cm
= 0,140
Sampel 3 :
Massa 100gr
∆X : X1 – X0 = 5,515cm – 5,420cm
= 0,095cm
∆L : L0 – L1 = 5,5cm – 5,4cm
= 0,1cm
∆ X L0 0,095 cm 5,5 cm
x = x
X0 ∆ L 5,420 cm 0,1 cm
= 0,990
Massa 200gr
∆X : X1 – X0 = 5,525cm – 5,400cm
= 0,125cm
∆L : L0 – L1 = 5,5cm – 5cm
= 0,5cm
∆ X L0 0,125 cm 5,5 cm
x = x
X0 ∆ L 5,400 cm 0,5 cm
= 0,253
Massa 500gr
∆X : X1 – X0 = 5,535cm – 5,420cm
= 0,115cm
∆L : L0 – L1 = 5,5cm – 5cm
= 0,5cm
∆ X L0 0,115 cm 5,5 cm
x = x
X0 ∆ L 5,420 cm 0,5 cm
= 0,231
Tomat
Sampel 1 :
L0 = 5,9cm
X0 : SU = 4,5cm
SN = 3mm
3 x 0,05
SU + SN = 4,5+( )
10
= 4,515cm
Massa 100gr
L1 = 5,8cm
X1 : SU = 4,5cm
SN = 9mm
9 x 0,05
SU + SN = 4,5+( )
10
= 4,545cm
Massa 200gr
L1 = 5,5cm
X1 : SU = 4,6cm
SN = 0mm
0 x 0,05
SU + SN = 4,6 +( )
10
= 4,600cm
Massa 500gr
L1 = 5,1cm
X1 : SU = 4,6cm
SN = 9mm
9 x 0,05
SU + SN = 4,6 +( )
10
= 4,645cm
Sampel 2 :
L0 = 5,5cm
X0 : SU = 4,3cm
SN = 3mm
3 x 0,05
SU + SN = 4,3+( )
10
= 4,315cm
Massa 100gr
L1 = 5,4cm
X1 : SU = 4,3cm
SN = 7mm
7 x 0,05
SU + SN = 4,3+( )
10
= 4,335cm
Massa 200gr
L1 = 5,3cm
X1 : SU = 4,3cm
SN = 8mm
8 x 0,05
SU + SN = 4,3+( )
10
= 4,340cm
Massa 500gr
L1 = 5cm
X1 : SU = 4,4cm
SN = 0mm
0 x 0,05
SU + SN = 4,4 +( )
10
= 4,400cm
Sampel 3 :
L0 = 5,9cm
X0 : SU = 4,1cm
SN = 7mm
7 x 0,05
SU + SN = 4,1+( )
10
= 4,135cm
Massa 100gr
L1 = 5,8cm
X1 : SU = 4,1cm
SN = 8mm
8 x 0,05
SU + SN = 4,1+( )
10
= 4,140cm
Massa 200gr
L1 = 5,4cm
X1 : SU = 4,2cm
SN = 0mm
0 x 0,05
SU + SN = 4,2+( )
10
= 4,200cm
Massa 500gr
L1 = 5,2cm
X1 : SU = 4,2cm
SN = 9mm
9 x 0,05
SU + SN = 4,2+( )
10
= 4,245cm
Massa 200gr
∆X : X1 – X0 = 4,600cm – 4,535cm
= 0,065cm
∆L : L0 – L1 = 5,9cm – 5,5cm
= 0,4cm
∆ X L0 0,065 cm 5,9 cm
x = x
X0 ∆ L 4,535 cm 0,4 cm
= 0,206
Massa 500gr
∆X : X1 – X0 = 4,645cm – 4,535cm
= 0,11cm
∆L : L0 – L1 = 5,9cm – 5,1cm
= 0,8cm
∆ X L0 0,11 cm 5,9 cm
x = x
X0 ∆ L 4,535 cm 0,8 cm
= 0,177
Sampel 2 :
Massa 100gr
∆X : X1 – X0 = 4,335cm – 4,315cm
= 0,02cm
∆L : L0 – L1 = 5,5cm – 5,4cm
= 0,1cm
∆ X L0 0,02 cm 5,5 cm
x = x
X0 ∆ L 4,315 cm 0,1 cm
= 0,275
Massa 200gr
∆X : X1 – X0 = 4,340cm – 4,315cm
= 0,025cm
∆L : L0 – L1 = 5,5cm – 5,3cm
= 0,2cm
∆ X L0 0,025 cm 5,5 cm
x = x
X0 ∆ L 4,315 cm 0,2 cm
= 0,165
Massa 500gr
∆X : X1 – X0 = 4,400cm – 4,315cm
= 0,085cm
∆L : L0 – L1 = 5,5cm – 5cm
= 0,5cm
∆ X L0 0,085 cm 5,5 cm
x = x
X0 ∆ L 4,315 cm 0,5 cm
= 0,209
Sampel 3 :
Massa 100gr
∆X : X1 – X0 = 4,140cm – 4,135cm
= 0,005cm
∆L : L0 – L1 = 5,9cm – 5,8cm
= 0,1cm
∆ X L0 0,005 cm 5,9 cm
x = x
X0 ∆ L 4,135 cm 0,1 cm
= 0,059
Massa 200gr
∆X : X1 – X0 = 4,200cm – 4,135cm
= 0,,065cm
∆L : L0 – L1 = 5,9cm – 5,4cm
= 0,5cm
∆ X L0 0,065 cm 5,9 cm
x = x
X0 ∆ L 4,135 cm 0,5 cm
= 0,188
Massa 500gr
∆X : X1 – X0 = 4,245cm – 4,135cm
= 0,110cm
∆L : L0 – L1 = 5,9cm – 5,2cm
= 0,7cm
∆ X L0 0,11 cm 5,9 cm
x = x
X0 ∆ L 4,135 cm 0,7 cm
= 0,219
Terong Pirus
Sampel 1 :
L0 = 6,7cm
X0 : SU = 3,7cm
SN = 7mm
7 x 0,05
SU + SN = 3,7+( )
10
= 3,735cm
Massa 100gr
L1 = 6,65cm
X1 : SU = 3,7cm
SN = 8mm
8 x 0,05
SU + SN = 3,7+( )
10
= 3,740cm
Massa 200gr
L1 = 6,4cm
X1 : SU = 3,7cm
SN = 9mm
9 x 0,05
SU + SN = 3,7+( )
10
= 3,745cm
Massa 500gr
L1 = 6,2cm
X1 : SU = 3,8cm
SN = 5mm
5 x 0,05
SU + SN = 3,8+( )
10
= 3,825cm
Sampel 2 :
L0 = 5,6cm
X0 : SU = 3,9cm
SN = 2mm
2 x 0,05
SU + SN = 3,9+( )
10
= 3,910cm
Massa 100gr
L1 = 5,6cm
X1 : SU = 3,9cm
SN = 2mm
2 x 0,05
SU + SN = 3,9+( )
10
= 3,910cm
Massa 200gr
L1 = 5,6cm
X1 : SU = 3,9cm
SN = 5mm
5 x 0,05
SU + SN = 3,9+( )
10
= 3,925cm
Massa 500gr
L1 = 5,2cm
X1 : SU = 3,9cm
SN = 8mm
8 x 0,05
SU + SN = 3,9+( )
10
= 3,940cm
Sampel 3 :
L0 = 6,2cm
X0 : SU = 4,2cm
SN = 2mm
2 x 0,05
SU + SN = 4,2+( )
10
= 4,210cm
Massa 100gr
L1 = 6,2cm
X1 : SU = 4,2cm
SN = 3mm
3 x 0,05
SU + SN = 4,2+( )
10
= 4,215cm
Massa 200gr
L1 = 6,1cm
X1 : SU = 4,2cm
SN = 7mm
7 x 0,05
SU + SN = 4,2+( )
10
= 4,235cm
Massa 500gr
L1 = 5,8cm
X1 : SU = 4,3cm
SN = 2mm
2 x 0,05
SU + SN = 4,3+( )
10
= 4,310cm
Poisson Ratio Terong Pirus :
Sampel 1 :
Massa 100gr
∆X : X1 – X0 = 3,740cm – 3,735cm
= 0,005cm
∆L : L0 – L1 = 6,7cm – 6,6cm
= 0,1cm
∆ X L0 0,005 cm 6,7 cm
x = x
X0 ∆ L 3,735 cm 0,1 cm
= 0,067
Massa 200gr
∆X : X1 – X0 = 3,745cm – 3,735cm
= 0,01cm
∆L : L0 – L1 = 6,7cm – 6,4cm
= 0,3cm
∆ X L0 0,01 cm 6,7 cm
x = x
X0 ∆ L 3,735 cm 0,3 cm
= 0,067
Massa 500gr
∆X : X1 – X0 = 3,825cm – 3,735cm
= 0,09cm
∆L : L0 – L1 = 6,7cm – 6,2cm
= 0,5cm
∆ X L0 0,09 cm 6,7 cm
x = x
X0 ∆ L 3,735 cm 0,5 cm
= 0,321
Sampel 2 :
Massa 100gr
∆X : X1 – X0 = 3,910cm – 3,910cm
= 0cm
∆L : L0 – L1 = 5,6cm – 5,6cm
= 0cm
∆ X L0 0 cm 5,6 cm
x = x
X0 ∆ L 3,910 cm 0 cm
=0
Massa 200gr
∆X : X1 – X0 = 3,925cm – 3,910cm
= 0,015cm
∆L : L0 – L1 = 5,6cm – 5,6cm
= 0cm
∆ X L0 0,015 cm 5,6 cm
x = x
X0 ∆ L 3,910 cm 0 cm
=0
Massa 500gr
∆X : X1 – X0 = 3,940cm – 3,910cm
= 0,030cm
∆L : L0 – L1 = 5,6cm – 5,2cm
= 0,4cm
∆ X L0 0,03 cm 5,6 cm
x = x
X0 ∆ L 3,910 cm 0,4 cm
= 0,112
Sampel 3 :
Massa 100gr
∆X : X1 – X0 = 4,215cm – 4,210cm
= 0,005cm
∆L : L0 – L1 = 6,2cm – 6,2cm
= 0cm
∆ X L0 0,005 cm 6,2 cm
x = x
X0 ∆ L 4,210 cm 0 cm
=0
Massa 200gr
∆X : X1 – X0 = 4,235cm – 4,210cm
= 0,025cm
∆L : L0 – L1 = 6,2cm – 6,2cm
= 0cm
∆ X L0 0,025 cm 6,2 cm
x = x
X0 ∆ L 4,210 cm 0 cm
=0
Massa 500gr
∆X : X1 – X0 = 4,310cm – 4,210cm
= 0,1cm
∆L : L0 – L1 = 6,2cm – 5,8cm
= 0,4cm
∆ X L0 0,1 cm 6,2 cm
x = x
X0 ∆ L 4,210 cm 0,4 cm
= 0,356
V. Objek 5. (Sifat Aerodinamis Produk Pertanian)
Beras
a. Kecepatan Anemometer
- Terbuka = 14,5
- Setengah terbuka = 12,0
- Tertutup = 6,4
b. Massa
- I = 0,014 gr
- II = 0,013 gr
- III = 0,015 gr
0,014+0,013+ 0,015
Massa Rata-Rata =
3
= 0,014 gr
GMD :
Sampel 1 :
dmayor : SU = 0,6cm
SN = 3mm
3 x 0,05
SU + SN = 0,6 +( )
10
= 0,615cm
dmoderat : SU = 0,2cm
SN = 2mm
2 x 0,05
SU + SN = 0,2 +( )
10
= 0,210cm
dminor : SU = 0,1cm
SN = 6,5mm
6,5 x 0,05
SU + SN = 0,1 +( )
10
= 0,133cm
Sampel 2 :
dmayor : SU = 0,4cm
SN = 6,5mm
6,5 x 0,05
SU + SN = 0,4 +( )
10
= 0,433cm
dmoderat : SU = 0,2cm
SN = 2mm
2 x 0,05
SU + SN = 0,2 +( )
10
= 0,210cm
dminor : SU = 0,1cm
SN = 6mm
6 x 0,05
SU + SN = 0,1 +( )
10
= 0,130cm
Sampel 3 :
dmayor : SU = 0,5cm
SN = 6mm
6 x 0,05
SU + SN = 0,5 +( )
10
= 0,530cm
dmoderat : SU = 0,2cm
SN = 1mm
1 x 0,05
SU + SN = 0,2 +( )
10
= 0,205cm
dminor : SU = 0,1cm
SN = 7mm
7 x 0,05
SU + SN = 0,1 +( )
10
= 0,135cm
1
GMD1 = (0,133 x 0,210 x 0,615)3
= 0,258cm
1
GMD2 = (0,433 x 0,130 x 0,210)3
= 0,228cm
1
GMD3 = (0,530 x 0,135 x 0,205)3
= 0,258cm
0,258+0,228+0,245
drata-rata =
3
= 0,243cm
1
A = π d2
4
1
= x 3,14 ( 0,243 cm )2
4
= 0,046 cm2
Terminal Velocity :
2mg
Vt1 =
√ ρA C d
cm
√
2 x 0,014 x 980
= s2
gr
0,00118
cm x 0,046 cm3 x 0,04
3
6 cm
= √ 12,639 x 10
s
m
= 35,550
s
2mg
Vt2 =
√ ρAC d
cm
√
2 x 0,013 x 980
= s2
gr
0,00118
cm x 0,046 cm3 x 0,04
3
6 cm
= √ 11,737 x 10
s
m
= 34,260
s
2mg
Vt3 =
√ ρA C d
cm
√
2 x 0,015 x 980
= s2
gr
0,00118
cm x 0,046 cm3 x 0,04
3
6 cm
= √ 13,542 x 10
s
m
= 36,790
s
Gabah
c. Kecepatan Anemometer
- Terbuka = 15,7
- Setengah terbuka = 13,6
- Tertutup = 6,8
d. Massa
- I = 0,026 gr
- II = 0,025 gr
- III = 0,018 gr
0,026+0,025+0,018
Massa Rata-Rata =
3
= 0,023 gr
GMD :
Sampel 1 :
dmayor : SU = 0,8cm
SN = 5mm
5 x 0,05
SU + SN = 0,8 +( )
10
= 0,825cm
dmoderat : SU = 0,2cm
SN = 7mm
7 x 0,05
SU + SN = 0,2 +( )
10
= 0,235cm
dminor : SU = 0,2cm
SN = 1mm
1 x 0,05
SU + SN = 0,2 +( )
10
= 0,205cm
Sampel 2 :
dmayor : SU = 0,8cm
SN = 7mm
7 x 0,05
SU + SN = 0,8 +( )
10
= 0,835cm
dmoderat : SU = 0,2cm
SN = 7mm
7 x 0,05
SU + SN = 0,2 +( )
10
= 0,235cm
dminor : SU = 0,1cm
SN = 9mm
9 x 0,05
SU + SN = 0,1 +( )
10
= 0,145cm
Sampel 3 :
dmayor : SU = 0,8cm
SN = 3mm
3 x 0,05
SU + SN = 0,8 +( )
10
= 0,815cm
dmoderat : SU = 0,2cm
SN = 8mm
8 x 0,05
SU + SN = 0,2 +( )
10
= 0,240cm
dminor : SU = 0,2cm
SN = 5mm
5 x 0,05
SU + SN = 0,2 +( )
10
= 0,225cm
1
GMD1 = (0,825 x 0,235 x 0,205) 3
= 0,341cm
1
GMD2 = (0,835 x 0,235 x 0,145) 3
= 0,305cm
1
GMD3 = (0,815 x 0,240 x 0,225)3
= 0,353cm
0,341+ 0,305+0,353
drata-rata =
3
= 0,333cm
1
A = π d2
4
1
= x 3,14 ( 0,333 cm )2
4
= 0,087 cm2
Terminal Velocity :
2mg
Vt1 =
√ ρA C d
cm
√
2 x 0,026 x 980
= s2
gr
0,00118
cm x 0,087 cm3 x 0,04
3
6 cm
= √ 12,411 x 10
s
m
= 35,220
s
2mg
Vt2 =
√ ρAC d
cm
√
2 x 0,025 x 980
= s2
gr
0,00118
cm x 0,087 cm3 x 0,04
3
6 cm
= √ 11,933 x 10
s
m
= 34,540
s
2mg
Vt3 =
√ ρA C d
cm
√
2 x 0,018 x 980
= s2
gr
0,00118
cm x 0,087 cm3 x 0,04
3
6 cm
= √ 8,592 x 10
s
m
= 29,310
s
SN x 0,05
dmoderat = SU +( )
10
8 x 0,05
= 0,6+( )
10
= 0,640cm
SN x 0,05
dminor = SU +( )
10
6 x 0,05
= 0,6+( )
10
= 0,625cm
SN x 0,05
dmoderat = SU +( )
10
6 x 0,05
= 0,6+( )
10
= 0,630cm
SN x 0,05
dminor = SU +( )
10
3 x 0,05
= 0,5+( )
10
= 0,515cm
SN x 0,05
dmoderat = SU +( )
10
4 x 0,05
= 0,7+( )
10
= 0,720cm
SN x 0,05
dminor = SU +( )
10
1 x 0,05
= 0,6+( )
10
= 0,605cm
GMD :
1
GMD1 = (0,840 cm x 0,640 cm x 0,625 cm) 3
= 0,695cm
1
GMD2 = (0,815 cm x 0,630 cm x 0,515 cm) 3
= 0,641cm
1
GMD3 = (0,848 cm x 0,720 cm x 0,605) 3
= 0,717cm
Rendemen :
m1 (massa total) = 1000 gr
massa rusak = 3,724 gr
m2 = m1 – masaa rusak
= 1000 gr – 3,724 gr
= 996,276 gr
m2
Rendemen = x 100 %
m1
996,276 gr
= x 100 %
1000 gr
= 99,628%
Terminal Velocity :
GMD1 +GMD 2 +GMD 3
d =
3
0,695+0,641+0,717
=
3
= 0,684cm
1
A = π d2
4
1
= x 3,14 (0,684 cm)2
4
= 0,367 cm2
m1 +m 2 +m 3
m =
3
0,232+ 0,170+0,223
=
3
= 0,208 gr
cm
g =980
s2
Cd = 0,47
gr
Ρ =1
cm3
2mg
Vt1 =
√ ρAC d
cm
√
2 x 0,232 gr x 980
= s2
g
1
cm x 0,367 cm2 x 0,47
3
cm2
√
= 2643.721
cm
s2
= 51,417
s
2mg
Vt2 =
√ ρAC d
cm
√
2 x 0,170 gr x 980
= s2
g
1
cm x 0,367 cm2 x 0,47
3
cm2
√
= 1937,209 2
s
cm
= 44,014
s
2mg
Vt3 =
√ ρAC d
cm
√
2 x 0,233 gr x 980
= s2
g
1
cm x 0,367 cm2 x 0,47
3
cm2
√
= 2655,116
cm
s2
= 51,528
s
2mg
Vtrata-rata =
√ ρAC d
cm
√
2 x 0,208 gr x 980
= s2
g
1
cm x 0,367 cm2 x 0,47
3
cm2
√
= 2370,232
cm
s2
= 48,685
s
Kacang Hijau
Sampel 1 : massa = 0,060gr
SN x 0,05
dmayor = SU +( )
10
5 x 0,05
= 0,6+( )
10
= 0,625cm
SN x 0,05
dmoderat = SU +( )
10
1,5 x 0,05
= 0,4 +( )
10
= 0,408cm
SN x 0,05
dminor = SU +( )
10
1 x 0,05
= 0,4 +( )
10
= 0,405cm
SN x 0,05
dminor = SU +( )
10
1 x 0,05
= 0,4 +( )
10
= 0,405cm
SN x 0,05
dminor = SU +( )
10
1 x 0,05
= 0,4 +( )
10
= 0,408cm
GMD :
1
GMD1 = (0,625 cm x 0,408 cm x 0,405 cm) 3
= 0,469cm
1
GMD2 = (0,640 cm x 0,410 cm x 0,405 cm) 3
= 0,474cm
1
GMD3 = (0,538 cm x 0,410 cm x 0,408) 3
= 0,448cm
Rendemen :
m1 (massa total) = 1000 gr
massa rusak = 1,266 gr
m2 = m1 – masaa rusak
= 1000 gr – 1,266 gr
= 998,734 gr
m2
Rendemen = x 100 %
m1
998,734 gr
= x 100 %
1000 gr
= 99,873%
Terminal Velocity :
GMD1 +GMD 2 +GMD 3
d =
3
0,469+0,474+ 0,448
=
3
= 0,4636cm
1
A = π d2
4
1
= x 3,14 (0,4636 cm)2
4
= 0,168 cm2
m1 +m 2 +m 3
m =
3
0,060+0,081+0,078
=
3
= 0,073 gr
cm
g =980
s2
Cd = 0,47
gr
Ρ =1
cm3
2mg
Vt =
√ ρAC d
cm
√
2 x 0,060 gr x 980
= s2
g
1
cm x 0,168 cm2 x 0,47
3
cm2
√
= 1507,692 2
s
cm
= 38,829
s
2mg
Vtrata-rata =
√ ρAC d
cm
√
2 x 0,081 gr x 980
= s2
g
1
cm x 0,168 cm2 x 0,47
3
2035,385 cm2
=
√ s2
cm
= 45,115
s
2mg
Vt =
√ ρAC d
cm
√
2 x 0,078 gr x 980
= s2
g
1
cm x 0,168 cm2 x 0,47
3
cm2
√
= 1960
s2
cm
= 44,272
s
2mg
Vtrata-rata =
√ ρAC d
cm
√
2 x 0,073 gr x 980
= s2
g
1
cm x 0,168 cm2 x 0,47
3
cm2
√
= 1834,35
cm
s2
= 42,829
s