Anda di halaman 1dari 24

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

MEKANISME STASIUN SORTASI


DI PKS RAMBUTAN PTPN III TEBING TINGGI

LAPORAN

Oleh:

Francklien Limit 190308033


Adetya Ramadhan 190308057

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
MEKANISME STASIUN SORTASI
DI PKS RAMBUTAN PTPN III TEBING TINGGI

LAPORAN

Oleh:

Francklien Limit 190308033


Adetya Ramadhan 190308057

Laporan sebagai salah satu syarat untuk dapat memnuhi dan melengkapi mata
kuliah
Praktek Kerja Lapangan di Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh :

Pembimbing Lapangan Manager PKS Rambutan

(Muhammad Teja Hasmar, ST) (Isnandar, B.Sc., S.Kom., M.M)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
MEKANISME STASIUN SORTASI
DI PKS RAMBUTAN PTPN III TEBING TINGGI

LAPORAN

Oleh:

Francklien Limit 190308033


Nia Silviani Br Brahmana 190308056
Adetya Ramadhan 190308057
Sahwedi Limbong 190308059

Laporan sebagai salah satu syarat untuk dapat memnuhi dan melengkapi mata
kuliah
Praktek Kerja Lapangan di Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh :

Ketua Program Studi Dosen Pembimbing

(Taufik Rizaldi, S.TP, M.Si) (Taufik Rizaldi, S.TP, M.Si)


NIP. 197506171999031004 NIP. 197506171999031004

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
KATA PENGANTAR

Piji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat

dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja lapangan (PKL)

ini.

Penulisan laporan ini disusun berdasarkan pengambilan data di PTPN-III

(Persero) PKS Rambutan Kabupaten Serdang Bedagai melalui pengamatan dan

wawancara yang dilakukan selama PKL.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Taufik Rizaldi, STP, M.Si selaku ketua program studi Teknik

Peertanian dan Biosistem, dan sebagai dosen pembimbing kami di Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Isnandar, B.Sc., S.Kom., MM. selaku Manager PTPN-III (Persero)

PKS Rambutan Kabupaten Serdang Bedagai.

3. Bapak Darmawan Amri Mart, SE., S.Sos selaku Asisten Tata Usaha (ATU)

di PTPN-III (Persero) PKS Rambutan Kabupaten Serdang Bedagai yang

telah membimbing dan membantu penulis selama PKL.

4. Ibu Mastarida Lambok F. Sitorus, ST, MP selaku Masinis Kepala di PTPN-

III (Persero) PKS Rambutan Kabupaten Serdang Bedagai

5. Bapak Muhammad Teja Hasmar, S.T selaku Pembimbing Lapangan di

PTPN-III (Persero) PKS Rambutan Kabupaten Serdang Bedagai.

6. Seluruh staff dan Kepala Operator pada pengoperasian pabrik kelapa sawit.

7. Seluruh Karyawan di PTPN-III (Persero) PKS Rambutan Kabupaten

Serdang Bedagai yang memberikan bimbingan serta bantuan selama PKL.


8. Orangtua penulis yang telah memberi dukungan dengan baik.

9. Semua pihak yang turut membatnu dalam penyelesaian laporan PKL ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

ksesmpurnaan laporan ini.

PKS Rambutan, Februari 2023

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................4


DAFTAR ISI ............................................................................................................6
DAFTAR TABEL ....................................................................................................7
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................8
PENDAHULUAN ...................................................................................................9
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................9
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan...................................................................10
1.3 Batasan Masalah...........................................................................................10
1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan...................................................................10
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................12
2.1 Tandan Buah Segar ......................................................................................12
STASIUN SORTASI .............................................................................................14
3.1 Stasiun Sortasi ..............................................................................................14
3.2 Tujuan dan Lingkup .....................................................................................14
3.3 Bahan dan Alat .............................................................................................15
3.4 Alat Pelindung Diri ......................................................................................15
3.5 Rincian Kerja................................................................................................16
3.6 Persyaratan Panen.........................................................................................16
3.7 Pelaksanaan Sortasi ......................................................................................17
3.8 Penanganan TBS yang Tidak Sesuai ............................................................19
3.9 Pendataan Hasil Sortasi ................................................................................19
3.10 Perlakuan TBS Out Growers yang CSPO dan Non CSPO ........................20
3.11 Tindakan Abnormal/Darurat ......................................................................21
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Standar Kematangan TBS Kelapa Sawit di Indonesia ....................................... 12


Tabel 2. Kriteria Kematangan TBS .............................................................................. 16
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tempat Bongkar Truk Setelah Dilakukan Sortasi ......................................... 14


Gambar 2. Pelataran Stasiun Sortasi PKS Rambutan PTPN III ....................................... 15
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh

setiap mahasiswa/I dari lembaga pendidikan. Praktek kerja lapangan adalah salah

satu mata kuliah wajib mahasiswa dengan syarat telah menyelesaikan 110 SKS

mata kuliah dan praktek kerja lapangan merupakan syarat untuk menyelesaikan

studi S-1 di Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara.

PKL merupakan salah satu pembelajaran bagi mahasiswa untuk menambah

pengalaman dalam dunia pekerjaan dan meningkatkan kemampuan dasar yang

dapat digunakan. Kerja praktek sangat penting peranannnya dalam menunjang

segala teori dan praktek yang telah diperoleh, kerja praktek juga dapat digunakan

sebagai wadah untuk mengaplikasikan ilmu yang dimiliki sehingga dapat

mengembangkannya menjadi suatu ide-ide kreatif dalam memanfaatkan teknologi

secara kreatif serta menyempurnakan teknologi yang telah ada sebelumnya.

Dalam pelaksanaan kerja praktek, mahasiswa turut berperan serta dan ikut

dalam bekerja sekaligus menggali ilmu tambahan saat bekerja, Mahasiswa juga

dapat menganalisis, meneliti dan membahas permasalahan yang ada ke dalam karya

akhir sehingga mendapatkan improvisasi untuk perusahaan ataupun pengalaman

tambahan.

Produk dasar dalam proses pengolahan CPO adalah Tandan Buah Segar

(TBS), TBS yang dipanen di kebun akan langsung dikirimkan ke PKS untuk

memulai proses pengolahan. TBS yang telah dikirimkan ke PKS akan dilakukan
penimbangan untuk mendata jumlah berat TBS yang dikirimkan per truk, dan

selanjutnya akan dilanjutkan ke stasiun sortasi yang bertanggung jawab atas mutu

buah yang akan diolah di PKS. Stasiun sortasi merupakan salah satu bagian paling

penting sebagai penentu hasil olahan CPO yang sesuai dengan standar mutu,

dengan demikian maka stasiun sortasi perlu untuk menjaga kesesuaian dalam

proses pemiliahan TBS dan penerimaan TBS dari kebun untuk meminimalisir

kerugian perusahaan.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan

Adapun tujuan dilaksanakannya praktek kerja lapangan adalah sebagai berikut:

1. Memahami tentang diagram mekanisme kerja di stasiun sortasi PKS

Rambutan PTPN III Serdang Bedagai.

2. Mengetahui norma yang digunakan di stasiun sortasi PKS Rambutan PTPN

III Serdang Bedagai.

3. Memahami kesulitan proses yang terjadi dan bagaimana cara mengatasinya.

4. Meningkatkan pengetahuan tentang proses sortasi yang terjadi.

1.3 Batasan Masalah

Untuk memudahkan tercapainya tujuan praktek kerja lapangan di PKS

Rambutan PTPN III Serdang Bedagai, maka dilakukan pembatasan masalah

sebagai berikut ini:

1. Pengenalan tentang peralatan yang digunakan di stasiun sortasi.

2. Mekanisme sortasi yang telah ditetapkan

1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Praktek kerja lapangan telah dilaksanakan di PT.Perkebunan Nusantara III

Pabrik Kelapa Sawit Unit Rambutan, Kecamatan Rambutan, Serdang Bedagai,

Sumatera Utara. Waktu pelaksanaan praktek kerja lapangan ini adalah ± 21 hari

kerja efektif antara tanggal 16 Januari 2023 s/d 4 Februari 2023.


TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tandan Buah Segar

Berdasarkan data dari Food and Agriculture Organization of the United

State (FAO), pada tahun 2010-2014, Indonesia merupakan negara dengan luas

perkebunan kelapa sawit terbesar dan sebagai penghasil Crude Palm Oil (CPO)

terbesar di dunia dengan kontribusi produksi mencapai 48.44%, dan disusul oleh

Malaysia di peringkat kedua dengan hasil produksi sebesar 35.60% (Setiawan &

Ananda, 2020).

Fraksi Kematangan Jumlah Brondolan


00 Sangat mentah 0
0 Mentah 1 - 12.5% buah luar
1 Kurang matang 12.5 - 25% buah luar
2 Matang 1 25 - 50% buah luar
3 Matang 2 50 – 75% buah luar
4 Lewat matang 1 75 – 100% buah luar
5 Lewat matang 2 Buah dalam membrondol
- Tandan Kosong Semua buah membrondol
Tabel 1. Standar Kematangan TBS Kelapa Sawit di Indonesia

Produktivitas hasil olahan CPO dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang

pertama adalah di sisi perkebunan kelapa sawit (lingkungan, genetik, teknik

budidaya tanaman), faktor kedua adalah pada saat penerimaan TBS kelapa sawit

dan pengolahan menjadi CPO di pabrik kelapa sawit. Salah satu masalah utama

yang terjadi di pabrik pengolahan kelapa sawit adalah pemilahan TBS kelapa sawit

yang terbagi menajdi tiga kelas, yaitu mentah, matang dan busuk. (Anizar, 2015)

Pada saat ini pemilihan atau sortasi TBS umumnya dilakukan secara manual

oleh tenaga manusia (grader). Pemilahan TBS dengan cara ini bersifat subjektif,

karena penilaian tingkat kematangan TBS dilakukan berdasarkan jumlah


berondolan. Secara umum, standar kematangan TBS kelapa sawit yang berlaku di

Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

2.2 Stasiun Sortasi

Sortasi merupakan penyeleksian mutu atau kematangan dari buah yang akan

diolah sehingga menghasilkan CPO yang optimal dan berkualitas baik. Sortasi

dilakukan untuk mengontrol, mengawasi dan memeriksa TBS yang akan diolah

untuk mengetahui mutu atau kematangan TBS yang masuk. (Simanjuntak &

Nasution, 2022)

Sebelum dilakukan pemuatan ke dalam loading ramp, TBS akan dilakukan

sortasi agar mencapai rendemen yang sesuai dengan target dari perusahaan. Sortasi

TBS umumnya dilakukan di lantai (peron) loading ramp. Mutu CPO dan rendmen

hasil olahan sangat dipengaruhi oleh mutu TBS dan mutu dari panen, dengan

adanya target mutu maka TBS dapat difungsikan sebagai media untuk menilai mutu

panen dari TBS.


STASIUN SORTASI

3.1 Stasiun Sortasi

Gambar 1. Tempat Bongkar Truk Setelah Dilakukan Sortasi

Stasiun sortasi adalah stasiun yang menerima TBS langsung dari truk kebun

setelah dilakukan penimbangan di stasiun timbangan. Stasiun sortasi PKS

Rambutan terdiri dari Mandor dan 6 pekerja sortasi (3 pagi hari, 3 malam hari).

Stasiun Sortasi PKS Rambutan bersinggungan langsung dengan Loading Ramp

yang bertujuan untuk memudahkan perpindahan TBS setelah dilakukan kegiatan

sortasi. Sortasi yang dilakukan umumnya masih sortasi manual oleh para pekerja,

yang mana ketelitian sangat berpengaruh terhadap hasil sortasi yang dilakukan.

Dari wawancara dengan mandor stasiun sortasi, diketahui bahwa kondisi

pencahayaan merupakan salah satu faktor hasil sortasi dan umumnya sortasi pada

malam hari cenderung lebih sulit untuk dilakukan karena minimnya pencahaan jika

dibandingkan dengan siang hari. Pada staiun sortasi ini sering menjadi celah bagi

para kebun untuk mengirimkan buah pada malam hari untuk meloloskan TBS yang

tidak sesuai dengan persyaratan kematangan.

3.2 Tujuan dan Lingkup


Gambar 2. Pelataran Stasiun Sortasi PKS Rambutan PTPN III

Tujuan dari adanya stasiun sortasi PKS Rambutan PTPN III Serdang

Bedagai adalah menjamin bahan baku TBS Kelapa Sawit dari Kebun dan Out

Growers yang Certified Sustainable Palm Oil (CSPO) dan Non CSPO di terima di

pabrik sesuai kriteria matang panen dengan kaidah-kaidah mutu dan unsur legal

serta prinsip-prinsip pengolahan TBS yang berkesinambungan. Stasiun sortasi

bertanggang jawab atas seluruh TBS kelapa sawit yang di terima di Pabrik Kelapa

Sawit ( PKS ) dengan jaminan produk bersertifikasi Halal.

3.3 Bahan dan Alat

Pada stasiun sortasi alat dan bahan yang digunakan untuk aktivitas sehari-

hari adalah gancu yang berfungsi untuk mengangkat TBS, sekop untuk mengutip

brondolan yang jatuh dalam jumlah banyak, timbangan untuk mengukur berat

TBS, logbook sortasi untuk laporan sehari-hari dan PB 25 untuk mendata TBS

dari kebun dan truk yang digunakan.

3.4 Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri yang umunya digunakan di stasiun sortasi PKS

Rambtuan PTPN III Serdang Bedagai adalah sepatu safety dan helm pengaman

untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja jika tertimpa TBS.


3.5 Rincian Kerja

Stasiun sortasi PKS Rambutan PTPN III Serdang Bedagai memiliki nroma

yang digunakan untuk sortasi dalam penerapan mutu dan komposisi panen yang

ideal. Kriteria kematangan TBS yang digunakan dalam kegiatan sortasi adalah

sebagai berikut:

Jumlah Berondol Di
Kriteria Matang Panen Komposisi Panen ideal
PKS
Mentah <5 Berondol Tidak boleh ada
Matang 1 5-30 Berondol 5%
Matang 2 31-70 Berondol 15%
Matang 3 71-120 Berondol 40%
Matang 4 >120 Berondol 40%
Tabel 2. Kriteria Kematangan TBS

3.6 Persyaratan Panen

Topografi dan usia tanaman sawit dalah faktor penentu dalam jumlah

berondolan yang terdapat dalam tbs, umumnya usia tanam tua memiliki jumlah

berondolan yang lebih banyak dibanding usia tanam muda. Topografi adalah

permukaan lahan tanam yang digunakan sebagai media, topografi berpengaruh

dalam penerimaan nutrisi tanaman yang dapat berpengaruh terhadap hasil

brondolan dalam TBS sehingga dapat dikategorikan sebagai faktor penentu hasil

tanaman dalam pengolahan TBS.

1. Tanaman ≥ Tahun Tanam 6

a. Topografi rata dan bergelombang, presentase berondolan ≥ 7 %

b. Topografi berbukit/curam, presentase berondolan ≥ 5 %


2. Tanaman Muda ( TM 1- 5 )

a. Topografi rata dan bergelombang, presentase berondolan ≥ 5 %

b. Topografi berbukit/curam, presentase berondolan ≥ 3 %

Dengan adanya persyaratan jumlah berondolan per TBS sebagai penentuan

sortasi maka hal ini dijadikan dasar pembayaran yang dilakukan oleh PKS

Rambutan ke kebun yang melakukan panen dan mengirimkan TBS.

3.7 Pelaksanaan Sortasi

Certificate Sustainable Palm Oil (CSPO) adalah sertifikasi standar

international yang menilai keberlanjutan dari produksi minyak sawit dan berfungsi

sebagai patokan pemenuhan permintaan global. Pelaksanaan sortasi untuk TBS

kebun yang tersertifikasi CSPO dan Non CSPO adalah sama perlakuannya, yang

membedakan hanya sumbernya dimana TBS CSPO di stempel CSPO sedangkan

Non CSPO tidak di stempel pada PB -25. Buah yang disortasi hanyalah buah yang

segar (TBS) yang diserahkan pada hari yang sama ke pabrik, hal ini dilakukan untuk

mencegah meningkatnya kadar Asam Lemak Bebas (ALB) pada TBS.

Truck yang mengangkut TBS akan disortasi dipilih secara acak (random)

dari setiap afdeling oleh Asisten Quality Assurance dari secara insidentil ditetapkan

Manajer. Buah yang disortasi adalah 5 % s/d 10 % dari produksi atau minimal 1

truck dari setiap afdeling. Hasil dari sortasi berlaku umum untuk semua produksi

TBS afdeling bersangkutan pada hari yang sama. Sortasi dilakukan untuk

menentukan mutu TBS oleh petugas sortasi di pabrik bersama-sama dengan

pemasok dengan terlebih dahulu buah yang akan disortasi dituang dilantai/pelataran
loading ramp, selanjutnya di pilih dan dipilah atas tingkat kematangan dari TBS

yang didibongkar oleh truk muatan sebagai berikut:

a. Mentah

Buah kategori mentah adalah buah dengan jumlah bronrolan yang kurang

dari 5 dan dikategorikan sebagai tidak layak panen.

b. Matang 1.

Buah kategori matang 1 adalah buah dengan jumlah berondolan antara 5 –

30 dan dikategorikan komposisi panen ideal 5%.

c. Matang 2.

Buah kategori matang 2 adalah buah dengan jumlah berondolan antara 31

– 70 dan dikategorikan sebagai komposisi panen ideal 15%.

d. Matang 3.

Buah kategori matang 3 adalah buah dengan jumlah berondolan antara 71-

120 berondolan dan dikategorikan sebagai komposisi panen ideal 40%.

e. Matang 4.

Buah kategori matang 4 adalah buah dengan jumlah berondolan yang

berkisar lebih dari 120 dengan kategori komposisi panen ideal sebesar 40%.

f. Tangkai panjang ≥ 2,5 cm.

g. Sampah

h. Tandan kosong.
i. Buah sakit.

Buah sakit adalah TBS dengan banyaknya jumlah berondolan yang telah

luka maupun telah mengalami pembusukan (terdapat ciri penyakit TBS).

Tangkai panjang ≥ 2,5 cm, sampah, tandan kosong, buah sakit, buah busuk

dan buah sakit tidak boleh ada dan jika tetap dilakukan pengiriman oleh kebun ke

PKS Rambutan maka akan dikirimkan surat peringatan.

3.8 Penanganan TBS yang Tidak Sesuai

TBS mentah, sampah, buah busuk/tandan kosong dan tangkai panjang

dipisahkan sebagai bukti dasar pembuatan berita acara atau dicatan pada PB-25

yang dipisahkan oleh Asisten Afdeling pengirim dan diterbitkan LK (laporan

ketidaksesuaian) atau sesuai SOP-BPEN-43 “Tindakan perbaikan” pada formulir

FM-BPEN-43/01 Laporan ketidaksesuaian (LK). TBS yang tidak sesuai kriteria

matang panen tetap diolah di pabrik.

3.9 Pendataan Hasil Sortasi

Hasil sortasi panen digunakan untuk menghitung distribusi rendemen ke

tiap-tiap afdeling pemasok, berdasarkan rendemen potensi (material balance) yang

dianalisa bersama PKS dan kebun tersebut. Hasil sortasi panen dan rendemen aktual

disampaikan kepada kebun dan Distrik Manajer pada hari berikutnya. Hasil sortasi

panen harian di catat sesuai SOP-BPEN-14 “Perencanaan & Pengendalian

Proses Pengolahan” pada formulir FM-BPEN-14/01 “Check Sheet Mutu dan

Kriteria/Sortasi TBS Kelapa Sawit di Pabrik”.


Rekapitulasi hasil sortasi panen dan rendemen dikirim setiap minggu sesuai

FM-BPEN-14/14 “Laporan Bulanan Sortasi TBS” ke Kantor Direksi cq. Bagian

Operasional Tanaman (BTAN) dan Bagian Operasional Pengolahan. Rekapitulasi

laporan penerimaan TBS menginap dikirim setiap minggu FM-BPEN14-/16

“Laporan Bulanan Penerimaan Buah Menginap” ke Kantor Direksi cq. Bagian

Operasional Tanaman (BTAN) dan Bagian Operasional Pengolahan.

3.10 Perlakuan TBS Out Growers yang CSPO dan Non CSPO

Pelaksanaan sortasi untuk TBS Out Growers yang CSPO dan Non CSPO

adalah sama perlakuannya, yang membedakan hanya sumbernya dimana TBS Out

Growers yang CSPO di stempel CSPO sedangkan yang Non CSPO tidak. Buah

yang disortasi hanyalah buah yang segar (TBS) yang diserahkan pada hari yang

sama ke pabrik. Truck yang mengangkut TBS disortasi pada seluruh truck dan

menyeluruh. Sortasi dilakukan untuk menentukan mutu TBS oleh petugas sortasi

di pabrik bersama-sama dengan pemasok dengan terlebih dahulu buah yang akan

disortasi dituang diantar/pelataran loading ramp,selanjutnya dipilih dan dipilah atas :

a. TBS mentah : Tidak boleh ada

b. Panjang tangkai buah : Maksimal 2,5 cm

c. Berat tandan : Minimal 8 kg

d. Buah sakit, buah busuk, tandan kosong : Tidak boleh ada

e. Buah jenis dura : Maksimal 10%

f. Berondolan : Minimal 8%
Khusus penerima TBS Out Growers dari Eks Perkebnan Inti Rakyat (PIR)

berat tandan minimal 5 (lima) kg. Semua TBS yang dapat mengakibatkan

penurunan perolehan minyak sawit sewaktu proses pengolahan (menghisap

minyak), dipisahkan dari buah yang layak diolah, seperti : buah aktif, tangkai

panjang, tandan kosong/buah busuk, buah sakit, sampah dan kotoran dibuang atau

dikembalikan kepada pemasok. TBS yang sudah disortasi harus di tempatkan

terpisah antara TBS CSPO dengan Non CSPO. Perhitungan rendemen CPO dan Inti

Sawit dari hasil pengolahan ditetapkan berdasarkan jumlah TBS kelapa sawit yang

diolah. Perbedaan perkiraan rendemen minyak dan total kehilangan minyak yang

dibuat sebagai prakiraan dengan realisasi rendemen minyak dan produksi minyak

yang dihasilkan dibuat secara rinci dan dievaluasi setiap minggu.

Berdasarkan evaluasi secara statistik tersebut diperoleh angka-angka/data

yang dapat digunakan untuk mempertajam perkiraan rendemen CPO dalam

pembelian TBS Pihak III pada periode berikutnya. Proses Sortasi Tandan Buah

Segar Kelapa Sawit harus bebas dari kontaminasi najis karena disesuaikan dengan

sertifikasi halal dan juga untuk menjaga kebersihan dari hasil olahan CPO.

Dalam melakukan tindakan selalu mempertimbangkan dari melakukan

pengolahan risiko termasuk risiko yang berpotensi kecurangan/fraud (kerugian

keuangan, suap menyuap, gratifikasi) sertas mengarsipkan seluruh dokumen yang

berhubungan dengan aktifitas perkerjaan.

3.11 Tindakan Abnormal/Darurat

Tindakan abnormal/darurat adalah tindakan preventif maupun tindakan

untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Salah satu tindakan preventif yang
dapat dilakukan karyawan secara umum dan dapat diterapkan adalah dengan

mematuhi persyaratan dan peraturan perundangan tentang lingkungan dan K3, tidak

merokok pada lokasi larangan merokok, tidak membuang sampah sembarangan,

setiap pekerjaan harus menggunakan Alat Pelindung (APD) sesuai dengan kondisi

lapangan, memelihara dan mengawasi penggunaan alat dan sumber pencemar yang

berpotensi abnormal dan darurat. Tindakan preventif lain yang dapat dilakukan

dalam pencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan adalah melaporkan kepada

atasan jika dalam pengoprasian terdapat hal yang janggal dan tidak dapat

diselesaikan sendiri.

Jika terjadi kecelakaan kerja atau tertimpa TBS kelapa sawit yang dapat

mengakibatkan bahaya kepada manusia lakukan penanganan/pertolongan pertama

dengan segera melaporkan ke Mandor/Asisten untuk diperiksa lebih lanjut

selanjutnya dikirim Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama/Rumah Sakit.


KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara langsung dengan mandor di

bagian stasiun sortasi, maka dapat kami simpulkan beberapa kendala dan

permasalahan yang umunya terjadi di stasiun sortasi sebagai berikut ini:

1. Kegiatan sortasi yang dilakukan masih secara manual.

2. Kurangnya pekerja untuk melakukan kegiatan sortasi dengan jumlah pekerja

yang hanya 3 orang per shift kerja.

3. Banyaknya brondolan dan TBS yang didorong ke loading ramp menggunakan

eskavator untuk mempermudah pengumpulan yang mengakibatkan luka pada

brondolan (peningkatan asam lemak bebas pada buah).

4. Adanya indikasi kecurangan dari kebun yang cenderung banyak mengirimkan

buah untuk disortasi pada malam hari untuk mengurangi ketelitian aktivitas

sortasi dari pada pekerja.

Dengan adanya permasalahan dan kendala dalam aktivitas sortasi, maka

kami dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Mengembangkan mesin sortasi yang dapat digunakan untuk mempermudah

kegiatan sortasi.

2. Menambah pekerja untuk melakukan aktivitas sortasi.

3. Menggunakan pencahayaan yang cukup pada malam hari.

4. Menggunakan alat pengutip brondolan yang lebih aman untuk buah brondolan

sehingga hasil olahan tetap terjaga mutunya.


DAFTAR PUSTAKA

Anizar. (2015). Analisis Desain Tojok Sebagai Alat Sortasi TBS Kelapa Sawit di
Loading Ramp. Jurnal Teknik Industri, 149-154.
Setiawan, A. W., & Ananda, A. R. (2020). PENGEMBANGAN SISTEM
PENILAIAN KEMATANGAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA
SAWIT MENGGUNAKAN CITRA 680 DAN 750 NM. Jurnal Teknologi
Informasi dan Ilmu Komputer (JTIIK), 379-384.
Simanjuntak, A. Y., & Nasution, H. P. (2022). Proses Pengolahan Kelapa Sawit
Menjadi Crude Palm Oil (CPO).

Anda mungkin juga menyukai