Anda di halaman 1dari 4

3 Penggunaan Lahan dan Pemodelan Perubahannya

2.3.1. Penggunaan dan Penutupan Lahan

Definisi mengenai penggunaan lahan (land use) dan penutupan lahan (land cover) pada
hakekatnya berbeda walaupun sama-sama menggambarkan keadaan fisik permukaan bumi.
Lilesand dan Kiefer (1993) mendefinisikan penggunaan lahan berhubungan dengan
kegiatan manusia pada suatu bidang lahan, sedangkan penutupan lahan lebih merupakan
perwujudan fisik objek-objek yang menutupi lahan tanpa mempersoalkan kegiatan manusia
terhadap objek-objek tersebut, contohnya pada penggunaan lahan untuk pemukiman yang
terdiri atap permukaan, rerumputan dan pepohonan. Menurut Rustiadi et al. (2005),
penggunaan lahan dan penutupan lahan dapat memiliki pengertian yang sama untuk
hal-hal tertentu tetapi sebenarnya memiliki penekanan yang berbeda. Penggunaan lahan
menyangkut aktifitas pemanfaatan lahan oleh manusia, sedangkan penutupan lahan lebih
bernuansa fisik. Penggunaan lahan adalah setiap bentuk campur tangan manusia
terhadap sumberdaya lahan, baik yang bersifat permanen atau rotasi yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan baik material maupun spiritual (Vink 1975 dalam Sitorus, 2001).

12 2.3.2. Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor yang Mempengaruhinya

Perubahan penggunaan lahan diartikan sebagai suatu proses perubahan dari penggunaan
lahan sebelumnya ke penggunaan lain yang dapat bersifat permanen maupun sementara, dan
merupakan konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur
sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang baik untuk tujuan komersial maupun
industri. Kim et al. (2002) memandang perubahan penggunaan lahan sebagai suatu sistem
yang sama dengan ekosistem. Hal ini disebabkan pada satu kasus dalam sebuah sistem
dimana penambahan populasi beberapa spesies biasanya menimbulkan kerusakan spesies
lainnya. Bila dicermati secara sekasama, faktor utama penyebab terjadinya
perubahan penggunaan lahan adalah peningkatan penduduk sedangkan
perkembangan ekonomi adalah faktor turunannya. Barlowe (1986) menyatakan bahwa
pertambahan jumlah penduduk berarti pertambahan terhadap makanan dan kebutuhan lain
yang dapat dihasilkan oleh sumber daya lahan,permintaan terhadap hasil-hasil pertanian
meningkat dengan adanya pertambahan penduduk. Demikian pula permintaan terhadap
hasil non-pertanian, kebutuhan perumahan dan sarana prasarana. Peningkatan pertumbuhan
penduduk dan peningkatan kebutuhan material ini cenderung menyebabkan persaingan
dalam penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan dalam pelaksanaan pembangunan
tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut terjadi karena dua hal yaitu adanya keperluan untuk
memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin meningkat jumlahnya dan meningkatnya
tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Mc Neil et al.(1998) menyatakan bahwa
faktor-faktor yang mendorong perubahan pengunaan lahan adalah politik, ekonomi,
demografi dan budaya. Aspek politik adalah adanya kebijakan yang dilakukan oleh
pengambil keputusan. Pertumbuhan ekonomi, perubahan pendapatan dan konsumsi juga
merupakan faktor penyebab perubahan penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan di
suatu wilayah merupakan cerminan upaya manusia dalam memanfaatkan dan
mengelola sumberdaya lahan yang akan memberikan pengaruh terhadap manusia itu sendiri dan
kondisi lingkungannya.

13 2.3.3. Analisis Dinamika Spasial Perubahan Penggunaan Lahan

Menurut Rustiadi et al. (2002) pemahaman dinamika pembangunan lahan dan analisis
pemanfatan ruang suatu wilayah membutuhkan syarat perlu (necessary condition)
pemahaman yang lengkap tentang berbagai aspek dinamis di wilayah tersebut seperti aspek
perkembangan kebijakan penataan ruang, aspek perubahan kondisi fisik lingkungan dan
wilayah, perubahan aktifitas perekonomian dan kondisi sosial masyarakat. Oleh karena
itu diperlukan tolak ukur objektif dalam bentuk peubah-peubah yang akan dikaji untuk
mengevaluasi keseluruhan dari aspek tersebut. Winoto et al. (1996) menyatakan bahwa
dinamika struktur penggunaan lahan dapat mengarah kepada peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Arah perubahan penggunaan khususnya penggunaan pertanian ke non-pertanian
secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat,
perekonomian wilayah dan tara ruang wilayah. Oleh karena itu, perubahan penggunaan
lahan akan memperlihatkan kecenderungan meningkat atau menurun dalam tata ruang dengan
arah mendekati atau menjauhi pusat aktifitas manusia, sehingga membentuk suatu pola
yang dapat dipelajari dan diprediksi. Dengan demikian mempelajari dan memprediksi
dinamika struktur penggunaan lahan dan perubahannya terkait dengan analisis spasial
karena penggunaan lahan mempunyai lokasi yang melekat pada posisi geografi.

Analisis spasial adalah sekumpulan teknik-teknik untuk pengaturan spasial dari kejadian-
kejadian tersebut diatas.Kejadian geografis (geographical event) dapat berupa sekumpulan
obyek-obyek titik, garis atau areal yang berlokasi di ruang geografis dimana melekat suatu
gugus nilai-nilai atribut. Dengan demikian, analisis spasial membutuhkan informasi, baik
berupa nilai-nilai atribut maupun lokasi geografis obyek - obyek dimana atribut melekat
di dalamnya (Rustiadi et al. 2002). Berdasarkan proses pengumpulan informasi kuantitatif
yang sistematis, tujuan analisis spasial adalah :

1.Mendeskripsikan kejadian-kejadian di dalam ruangan geografis (termasuk deskripsi pola)


secara cermat dan akurat.

2.Menjelaskan secara sistematik pola kejadian dan asosiasi antar kejadian atau 14 obyek di
dalam ruang, sebagai upaya meningkatkan pemahaman proses yang menentukan distribusi
kejadian yang terobservasi.

3.Meningkatkan kemampuan melakukan prediksi atau pengendalian kejadian-kejadian di


dalam ruang geografis. Disamping perkembangan metode-metode analisis spasial, peranan
Sistem Informasi Geografis (SIG) di dalam visualisasi data spasial akhir-akhir ini
semakin signifikan.
Menurut Rustiadi et al. (2002), tujuan utama sistem informasi geografis adalah pengelolaan
data spasial. Sistem informasi geografis mengintegrasikan berbagai aspek pengelolaan data
spasial seperti pengolahan database, algoritma grafis, interpolasi, zonasi (zoning) dan
network analysis. Analisis spasial berkembang seiring dengan perkembangan geografi
kuantitatif dan ilmu wilayah (regional science) pada awal 1960-an.
Perkembangannya diawali dengan digunakannya prosedur-prosedur dan teknik-teknik
kuantitatif (terutama statistik) untuk menganalisis pola-pola sebaran titik, garis, dan area
pada peta atau data yang disertai koordinat ruang dua atau tiga dimensi. Pada
perkembangannya, penekanan dilakukan pada indigenous features dari ruang geografis pada
proses-proses pilihan spasial (spatial choices) dan implikasinya secara spatio-temporal.

2.3.4. Pemodelan Perubahan Penggunaan Lahan

Secara umum Briassoulis (2000) menggambarkan klasifikasi pemodelan untuk analisis


penggunaan lahan dan perubahannya. Model perubahan penggunaan lahan
dikategorikan menjadi empat jenis, yaitu model statistik dan ekonometrik (statistical and
econometric models), model interaksi spasial (spatial interaction model), model optimasi
(optimation model) dan model terintegrasi (integrated models).

Teori-teori dari gambar Analytical Hierarchy


Process (AHP)

Regresi adalah persamaan matematik yang menjelaskan hubungan variabel respon dan variabel
prediktor. Dalam analisis regresi terdapat dua variabel, yaitu variabel respon dan variabel prediktor.
Variabel respon disebut juga variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel lainnya, dinotasikan
dengan Y. Variabel prediktor disebut dengan variabel independen yaitu variabel bebas yang dinotasikan
degan X. Berdasarkan hubungan-hubungan antar variabel bebas, regresi linear teridiri dari dua, yaitu
analisi regresi sederhana dan analisis regresi berganda.

a. Pendekatan Keruangan Suatu metode untuk memahami gejala tertentu agar mempunyai
pengetahuan yang lebih mendalam melalui media ruang yang dalam hal ini variabel ruang mendapat
posisi utama dalam setiap analisis. Ditilik dari dimensi praktis, ruang dapat diartikan sebagai bagian
tertentu dari 10 permukaan bumi yang mampu mengakomodasikan berbagai bentuk kegiatan manusia
dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya (Hadi Sabari Yunus, 2010: 44). Ada dua tema analisis dalam
pendekatan ruang yang digunakan dalam penelitian, yaitu: 1) Analisis Interaksi Keruangan (spatial
interaction analysis) Interaksi atau imbal daya adalah merupakan suatu proses saling memengarui
antara dua hal. Oleh karena istilah interaksi dikaitkan dengan ruang maka proses saling memengarui
juga antar ruang yang bersangkutan. Pada awalnya istilah interaksi keruangan (spatial interaction) ini
diperkenalkan oleh Ullman dalam Hadi Sabari Yunus, (2010: 64) yakni “Spatial interaction emphasizes
the interdependence of area and implies the movement of commodities, good, people, information
etc.between areas”. 2) Analisis Komparasi Keruangan (spatial comparison analysis) Analisis ini
menekankan pada komparasi/pembandingan antara wilayah satu dengan wilayah yang lain, minimal ada
dua wilayah yang diteliti. Tujuan praktis yang banyak dilakukan adalah upaya mengetahui keunggulan
dan kelemahan yang ada pada masing-masing wilayah dalam hal yang sama sehingga dapat diketahui
upaya untuk menentukan kebijakan pengembangan wilayah (Hadi Sabari Yunus, 2010: 73)

Anda mungkin juga menyukai