Anda di halaman 1dari 22

BAG 8

SISTEM KONTROL I

1.1
Bialangan Biner
PLC
Definisi Programmable Logic Controller menurut Capiel
(1982) adalah : sistem elektronik yang beroperasi secara
dijital dan didisain untuk pemakaian di lingkungan industri,
dimana sistem ini menggunakan memori yang dapat
diprogram untuk penyimpanan secara internal instruksi-
instruksi yang mengimplementasikan fungsi- fungsi
spesifik seperti logika, urutan, perwaktuan, pencacahan dan
operasi aritmatik untuk mengontrol mesin atau proses
melalui modul-modul I/O digital maupun analog.
PLC
• Programmable Logic Controllers (PLC) dirancang untuk menggantikan suatu
rangkaian relay sequensial dalam suatu sistem kontrol. Selain dapat
diprogram alat ini juga dapat dikendalikan dan dioperasikan oleh pengguna
yang tidak memiliki pengetahuan di bidang pengoperasian komputer secara
khusus.
• Sebuah PLC dapat melakukan fitur – fitur berikut ini:
a. Programmable, menunjukkan kemampuan dalam hal memori untuk
menyimpan program yang telah dibuat yang dengan mudah diubah-ubah
fungsi atau kegunaannya.
b. Logic, menunjukkan kemampuan dalam memproses input secara
aritmatik dan logic (ALU), yakni melakukan operasi membandingkan,
menjumlahkan, mengalikan, membagi, mengurangi, negasi, AND, OR,
dan lain sebagainya.
c. Controller, menunjukkan kemampuan dalam mengontrol dan mengatur
proses sehingga menghasilkan output yang diinginkan.
Sistem PLC
PLC merupakan peralatan elektronik yang dibangun dari mikroprosesor untuk
memonitor keadaan dari peralatan input untuk kemudian di analisa sesuai dengan
kebutuhan perencana (programmer) untuk mengontrol keadaan output. Sinyal
input diberikan kedalam input card.

Gambar 7.1. Sistem PLC


Hardware PLC
Umumnya, sebuah sistem PLC memiliki lima komponen dasar. Komponen-
komponen ini adalah unit processor, memori, unit catu daya, bagian
antarmuka input/output, dan perangkat pemrogaman.

Gambar 7.2. Hardware PLC


Hardware PLC
• Unit processor atau central processing unit (unit pengolahan pusat) (CPU)
adalah unit yang berisi mikroprosessor yang mnginterpretasikan sinyal-sinyal
input dan melaksanakan tindakan-tindakan pengontrolan.
• Unit catu daya diperlukan untuk mengkonversikan tegangan AC sumber
menjadi tegangan rendah DC (5V) yang dibutuhkan oleh processor dan
rangkaian-rangkaian di dalam modul-modul antarmuka input dan output.
• Perangkat pemrogaman dipergunakan untuk memasukkan program yang
dibutuhkan ke dalam memori. Program tersebut dibuat dengan menggunakan
perangkat ini dan kemudian dipindahkan ke dalam unit memori PLC.
• Unit memori adalah tempat dimana program yang digunakan untuk
melaksanakan tindakan-tindakan pengontrolan oleh mikroprosessor disimpan.
• Bagian input dan output adalah antarmuka di mana prosesor menerima
infomasi dari dan mengkomunikasikan informasi kontrol ke perangkat-
perangkat eksternal. Sinyal-sinyal input, oleh karenanya, dapat berasal
dari saklar-saklar.
Hardware PLC

Gambar 7.3. Hardware PLC


Jenis dan Ukuran PLC
• PLC mikro, PLC dapat dikatagorikan mikro jika jumlah
input/output pada PLC ini kurang dari 32 terminal.
• PLC mini, Katagori ukuran mini ini adalah jika PLC
tersebut memiliki jumlah input/output antara 32 sampai
128 terminal.
• PLC large, PLC ukuran ini dikenal juga dengan PLC tipe
rack PLC dapat dikatagorikan sebagai PLC besar jika
jumlah input/output-nya lebih dari 128 terminal.
Fungsi PLC
Secara umum fungsi PLC adalah sebagai berikut :
• Sekuensial Control, PLC memproses input sinyal biner menjadi output yang
digunakan untuk keperluan pemrosesan teknik secara berurutan (sekuensial),
disini PLC menjaga agar semua step atau langkah dalam proses sekuensial
berlangsung dalam urutan yang tepat.
• Monitoring Plant, PLC secara terus menerus memonitor status suatu sistem
(misalnya temperatur, tekanan, tingkat ketinggian) dan mengambil tindakan
yang diperlukan sehubungan dengan proses yang dikontrol (misalnya nilai
sudah melebihi batas) atau menampilkan pesan tersebut pada operator.
• Shutdown System, prinsip kerja sebuah PLC adalah menerima sinyal
masukan proses yang dikendalikan lalu melakukan serangkaian instruksi
logika terhadap sinyal masukan tersebut sesuai dengan program yang
tersimpan dalam memori lalu menghasilkan sinyal keluaran untuk
mengendalikan aktuator atau peralatan lainnya.
Contoh Peralatan Yang Dikontrol PLC
1. Analog (input) : 2. Analog (output) :
• Flow transmitters • Electric motor drives
• Pressure transmitters • Analog meters
• Temperature transmitters • Chart data recorders
• Position transmitters • Process controllers
• Level transmitters • Variable speed drives

3. Digital (input) : 4. Digital (input) :


• Selector Switch • Annunciator
• Temperature Switch • Alarm light
• Flow Switch • Electric fan
• Level Switch • Indicating light
• Pushbutton • Electric valve
• Motor starter contacts • Alarm horn
• Limit Switch • Selenoid valve
• Pressure Switch • Motor starters
• Relay Contact
Prinsip Kerja PLC
PLC merupakan peralatan elektronik yang dibangun dari mikroprosesor untuk
memonitor keadaan dariperalatan input untuk kemudian di analisa sesuai dengan
kebutuhan perencana (programmer) untuk mengontrol keadaan output. Sinyal
input diberikan kedalam input card.

Gambar 7.4. Prinsip Kerja PLC


Prinsip Kerja PLC
Setiap input mempunyai alamat tertentu sehingga untuk
mendeteksinya mikroprosesor memanggil berdasarkan alamatnya. Banyaknya
input yang dapat diproses tergantung jenis PLC-nya. Sinyal output
dikluarkan PLC sesuai dengan program yang dibuat oleh pemakai berdasarkan
analisa keadan input.
Ada 2 jenis output card, yaitu :
• Analog output card
• Digital output card
Setiap ouput card mempunyai alamat tertentu dan diproses oleh
mikroprosesor menurut alamatnya. Banyaknya output tergantung jenis PLC-
nya. Pada PLC juga dipersiapkan internalinput dan output untuk proses dalam
PLC sesuai dengan kebutuhan program. Dimana internalinput dan output ini
hanya sebagai flag dalam proses. Di dalam PLC juga dipersiapkan timer
yang dapat dibuat dalam konfigurasi on delai, off delai, on timer, off timer
dan lain- lain sesuai dengan programnya. Untuk memproses timer tersebut,
PLC memanggil berdasarkan alamatnya.
Dasar Pemrograman PLC
Untuk memrogram PLC dapat digunakan prosedur berikut untuk
menyelesaikan permasalahan mengenai kontrol.
1. Langkah 1 : Identifikasi masalah, definisi permasalahan harus menjabarkan
problema kontrol secara tepat dalam bentuk yang detail. Informasi yang
diperlukan yaitu skema posisi, skema sekuensial dan tabel kebenaran
yang menerangkan hubungan antara masukan dan keluaran dan juga
berguna untuk tes terhadap resiko pada saat instalasi.
2. Langkah 2 : Allocation List, berisi kondisi-kondisi program termasuk
identifier atau alamat yang dipakai oleh keluaran atau masukan.
3. Langkah 3 : Pembuatan program, terdapat 4 cara/bahasa untuk membuat
program, yaitu dengan menggunakan ladder diagram (LD), function block
diagram (FBD), structure text (ST atau intruction/statement list (SL).
Ladder Diagram
Prosedur Pemeriksaan dan Start-up PLC
Sebelum memasukan daya ke sistem, pemakai harus melakukan beberapa
pemeriksaan akhir pada komponen dan pengkabelan. Pemeriksaan tersebut akan
membutuhkan waktu lebih. Dibawah ini daftar pemeriksaan yang berkaitan dengan
prosedur start-up :
1. Periksa sistem secara visual untuk memastikan semua komponen PLC sudah
terpasang. Periksa setiap komponen sudah sesuai dengan nomor modelnya.
2. Periksa semua komponen CPU dan modul I/O untuk memastikan telah terpasang
dengan tepat dan aman pada poisi slot
3. Periksa daya masuk sudah dihubungkan ke catu daya dan sistem daya diarahkan
dan disambung secara tepat ke setiap rack I/O.
4. Periksa kabel komunikasi I/O yang terhubung dengan processor dan rack I/O
sesuai dengan alamat rack I/O.
5. Periksa semua pengkabelan I/O sudah diterminasi dengan aman. Gunakan
dokumen alamat I/O untuk memeriksa setiap kabel diterminasi pada titik yang
tepat.
6. Periksa pengkabelan output telah diterminasi dengan tepat sampai pada
perangkat lapangan.
7. Pastikan sistem memori sudah di reset dari pogram kontrol sebelumnya.
Pemeriksaan Statis Pengkabelan Input
Pemeriksaan pengkabelan input harus dilakukan dengan daya masuk ke PLC dan perangkat
input. Pemeriksaan ini akan memastikan bahwasanya setiap perangkat input terhubung ke
terminal input yang tepat dan modul input berkerja dengan baik. Pemeriksaan ini juga
memastikan processor dan alat pemrograman dalam kondisi yang baik. Pemeriksaan pengkabel
input dapat menggunakan prosedur dibawah ini :
1. Atur PLC dalam mode yang mencegah PLC dari operasi otomatis. Mode ini akan berbeda-
beda tergantung pada model PLCnya, umumnya mode stop, program, dan lain-lain.
2. Masukan daya ke sistem catu daya dan perangkat input. Pastikan semua sistem indikator
diagnostik menunjukan operasi yang tepat. Umumnya indikator tersebut adalah AC OK,
DC OK, Processor OK, Memory OK dan I/O Communication OK.
3. Pastikan sirkuit emergency stop akan menon-aktifkan daya ke perangkat I/O.
4. Aktifkan setiap perangkat input secara manual. Monitor status indikator LED pada input
modul dan monitor alamat yang sama pada alat pemrograman. Jika pengkabelannya benar,
indikator akan menyala. Jika indikator yang menyala tidak sesuai dengan yang diharapkan
ketika perangkat input aktif maka perangkat input kemungkinan dihubungkan keterminal
input yang salah. Jika tidak ada indikator yang menyala, maka ada kesalahan pada
perangkat input, pengkabelan atau modul input.
5. Ambil tindakan pencegahan untuk menghindari kecelakaan kerja atau kerusakan ketika
mengkatifkan perangkat input yang terhubung seri dengan beban ekternal ke PLC.
Pemeriksaan Statis Pengkabelan Output
Pemeriksaan pengkabelan output harus dilakukan dengan daya masuk ke PLC dan perangkat
output. Praktik yang aman yaitu memutuskan semua perangkat output yang melibatkan pergerakan
mekanikal (seperti : motor, solenoid, dan lain-lain). Ketika melakukan pemeriksaan pengkabelan
output akan memastikan setiap perangkat output terhubung ke alamat terminal yang tepat dan
perangkat serta modul output berfungsi secara baik. Prosedur dibawah ini sebaiknya digunakan
untuk memastikan pengkabelan output :
1. Putuskan semua perangkat output yang menyebabkan pergerakan mekanikal.
2. Masukan daya ke PLC dan perangkat input/output. Pastikan sirkuit emergency stop bekerja
untuk memutuskan daya ke output.
3. Lakukan pemeriksaan output satu per satu. Jika outputnya berupa motor atau perangkat lain
yang telah diputus, masukan kembali dayanya ke perangkat yang akan diperiksa saja. Operasi
pemeriksaan output dapat dilakukan menggunakan salah satu metode dibawah ini :
4. Asumsikan PLC mempunyai fungsi force, uji setiap output dengan menggunakan alat
permrograman dengan mem-force output ON dan atur alamat terminal bersangkutan menjadi
1. Jika pengkabelannya benar indikator LED akan menyala dan perangkat akan bekerja. Jika
indikator yang menyala tidak sesuai dengan yang diharapkan maka perangkat output
kemungkinan dihubungkan ke terminal output yang salah (Ketidaksengajaan operasi mesin ini
tidak terjadi karena perangkat yang menyebabkan pergerakan telah di putus). Jika tidak ada
indikator yang menyala, maka ada kesalahan pada perangkat output, pengkabelan atau modul
output.
Troubleshoot PLC
Ketika masalah terjadi, langkah pertama yaitu identifikasi masalah dan sumbernya.
Sumber masalah umumnya dapat dipersempit ke modul processor, perangkat keras
I/O, kabel, input atau output mesin atau program. jika masalah sudah ditemukan,
biasanya cukup mudah untuk ditangani.
1. Permasalahan Ground Loop, kondisi ground loop terjadi ketika terdapat dua
jalur listrik atau lebih pada saluran ground. Untuk memeriksa ground loop,
putuskan kabel ground pada titik ground dan ukur tahanan dari kabel ke titik
terminasi. Alat ukur harus membaca nilai tahanan tinggi. Jika alat ukur membaca
tahanan rendah, artinya sistem mempunyai setidaknya satu ground loop.
2. Permasalahan Modul Processor, Processor bertanggungjawab untuk
mendeteksi sendiri kemungkinan masalah. Processor melakukan pengecekan
kesalahan selama bekerja dan mengirim informasi status ke indikator yang
secara normal terletak didepan modul processor. Anda dapat mendiagnosa
kesalahan processor atau memperoleh informasi lebih detail dengan mengakses
processor melalui alat permrograman. Apa yang diindikasikan dapat disimpulkan
sebagai berikut :
Troubleshoot PLC
RUN (Hijau)
• Jika menyala terus menerus mengindikasikan mode RUN.
• Jika kedap-kedip selagi processor bekerja mengindikasikan proses transfer
prgram dari RAM ke modul memori.
• Jika mati mengindikasikan processor dalam mode lain.
FLT (Merah)
• Jika kedap-kedip ketika daya masuk mengindikasikan processor belum
dikonfigurasi.
• Jika kedap-kedip selagi processor bekerja mengindikasikan kesalahan besar pada
processor, chassis atau memori.
• Menyala terus menerus mengindikasikan kesalahan fatal.
• Mati mengindikasikan tidak ada kesalahan.
BATT (Merah)
• Menyala terus menerus mengindikasikan tegangan baterai sudah dibawah tingkat
ambang batas atau baterai tidak tersambung.
• Mati mengindikasikan baterai normal.
Troubleshoot PLC
3. Permasalahan Input PLC, Langkah pertama yaitu mengaktifkan perangkat lapangan,
status indikator harus menyala, mengindikasikan tidak ada masalah pada pengkabelan.
Langkah berikutnya yaitu mengevaluasi PLC dalam membaca modul input, gunakan alat
pemrograman untuk melihat status alamat input tersebut. PLC harus menunjukan nilai 1
dalam table bit sesuai dengan perangkat yang diaktifkan atau instruksi kontak harus
menjadi tertutup ketika perangkat diaktifkan. Jika pembacaan PLC benar maka
permasalahan bukan berada pada modul input. Jika pembacaan tidak benar maka
kemungkinan modul input rusak. Dalam kasus ini modul input harus diganti. Jika
penggantian modul tidak menghilangkan masalah dan pengkabelan diasumsikan benar,
maka rack I/O, kabel komunikasi atau processor harus dicurigai.
4. Permasalahan Output PLC, Pastikan sumber daya pada modul output berada ditingkat
yang benar. Dalam system 220VAC, nilai tegangan harus berada pada rentang 10% (antara
200 – 240VAC). Periksa juga modul output jika terdapat sekring yang putus. Jika modul
output menerima perintah ON dari processor tetapi indikator status tidak ON maka modul
output rusak. Jika indikator menyala tapi perangkat dilapangan tidak bekerja, periksa
tegangan pada terminal modul output untuk memastikan modul bekerja. Jika tidak ada
tegangan maka modul harus diganti. Jika ada tegangan pada terminal modul maka
permasalahan berada pada pengkabelan atau perangkat lapangan. Pada titik ini, pastikan
koneksi pengkabelan perangkat lapangan ke terminal modul atau terminal block benar dan
kabel tidak putus. Periksa perangkat lapangan, ukur tegangan yang datang dari modul ke
perangkat ketika modul output bekerja. Jika ada daya tetapi perangkat tidak bekerja maka
perangkat tersebut rusak.
TERIMA KASIH

Sunu Arsy Pratomo, S.T., M.T.

1.2

Anda mungkin juga menyukai