Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN TUGAS TERSTRUKTUR

MATA KULIAH KONSELING PERNIKAHAN DAN KELUARGA

JUDUL

PENGARUH KEPELIKAN FINANSIAL PADA MASA PANDEMI COVID-19


TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA

DISUSUN OLEH:
RANI BUANA PANGASTUTI
201901500746
R5H

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI JAKARTA
SEMESTER GASAL 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan hubungan terikat antara dua atau lebih individu yang hidup
dalam satu ruang lingkup yaitu rumah, terdiri dari kepala keluarga dan anggota keluarga
lain seperti ibu dan anak. Anggota keluarga menetap didalam satu rumah karena adanya
hubungan ikatan darah, perkawinan, atau adopsi secara sah dengan mengikuti hukum
yang berlaku. Diantara anggota keluarga memiliki peran, hak, dan kewajiban masing-
masing ketika berada dirumah, mereka saling berinteraksi satu sama lain sehingga
menciptakan kehangatan dan kenyamanan didalam rumah. Menurut BKKBN (1999)
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak,
bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota
keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.
Terbentuknya keluarga dimana sepasang individu (laki-laki) sebagai suami dan
(perempuan) sebagai istri yang tergabung dalam satu ikatan yang sah secara hukum dan
memutuskan untung saling berbagi pengalaman hidup, melakukan pendekatan
emosional, dan mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari suatu keluarga yang
didasari oleh cinta dan kasih sayang, saling menghargai, dan rela berkorban satu sama
lain untuk kepentingan bersama dalam ikatan keluarga, kemudian dari hasil cinta dan
kasih sayang dua individu tersebut lahirlah anak-anak yang diinginkan oleh setiap
individu dalam ikatan pernikahan.
Hidup sebagai satu keluarga didalam satu atap yang sama, kesejahteraan didalam
keluarga harus diciptakan dengan sebaik mungkin untuk dapat menciptakan hubungan
pernikahan yang kuat serta dapat bertahan untuk selamanya dengan saling percaya dan
saling menyesuaikan diri diantara anggota keluarga terutama untuk suami dan istri,
bagaimana mereka saling mempercayai pasangannya satu sama lain dengan pemikiran
dan tindakan yang positif, dan bagaimana mereka memberi pengertian serta selalu
menerima keadaan pasangannya baik pada saat senang maupun susah. Dengan
demikian, kedua pasangan tersebut menyadari kekurangan dan kelebihan masing-
masing sehingga mampu dengan ikhlas menerima segala nya.
Konsep kesejahteraan adalah bagian dari kesejahteraan sosial yang dapat
dikaitkan secara langsung maupun tidak langsung dengan pengukuran uang. (Pigou:1960)
Kesejahteraan diperuntukan pada bagian-bagian baik tingkat individu, keluarga, dan
masyarakat. Pada tingkat keluarga, kecukupan kondisi rumah dan kebutuhan keluarga
yang jika segala hal yang berkaitan dengan kebutuhan tersebut terpenuhi maka kondisi
keluarga akan menjadi nyaman, aman, kondusif ,dan sejahtera dalam satu atap, sehingga
perasaan-perasan tersebut dapat dinikmati oleh setiap anggota keluarga sehari-hari.
Kebutuhan keluarga akan terlihat terpenuhi jika beberapa hal sudah tercukupi seperti:
makan, pakaian, perumahan, keuangan, pendidikan, dan hiburan. Jika dikelompokan,
terdapat 3 kebutuhan dalam keluarga, yaitu: kebutuhan jasmani, kebutuhan rohani, dan
kebutuhan sosial psikologis/ kesehatan.
Menurut Mosher, hal yang paling penting dari kesejahteraan adalah pendapatan
atau finansial, karena beberapa aspek dari kesejahteraan pada rumah tangga tergantung
pada tingkat pendapatan dan kondisi finansial. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dibatasi
oleh kondisi finansial yang dimiliki, terutama bagi masyarakat yang berpengahsilan
rendah. Semakin tinggi besarnya penghasilan rumah tangga maka akan semakin
berkurang pengeluaran untuk kebutuhan dan tidak merubah pola konsumsi maka rumah
tangga tersebut dikatakan sejahera, begitu sebaliknya apabila pendapatan rumah tangga
rendah dan merubah pola konsumsi kebutuhan sehari-hari maka rumah tangga tersebut
tidak sejahtera.
Sejak dua tahun kebelakang hampir seluruh penjuru dunia dilanda pandemi,
bermula dari kota Wuhan tepatnya di Tiongkok yang menyebabkan timbulnya penyakit
coronavirus disease 2019 atau yang biasa disebut dengan Covid-19. Sejak munculnya
suscpect Covid-19 pertama di Indonesia hingga saat ini, covid-19 tidak hanya merugikan
dari sisi kesehatan melainkan juga sangat berdampak pada perekenomian negara.
Berdasarkan Data Kementrian Ketenagakerjaan dan BPJS, terdapat 2,8 juta pekerja yang
terkena dampak langsung akibat virus covid-19 yang terdiri dari 1,7 juta pekerja formal
yang dirumahkan dan 794,4 ribu pekerja di PHK. Selain itu, juga terdapat 282 pekerja
informal yang usahanya terganggu.
Adanya dampak yang merugikan pada sektor perekonomian negara akibat covid-
19 juga berimbas kepada masyarakat baik masyarakat yang berpenghasilan tinggi,
menengah, dan rendah. Namun, yang paling tersorot atas dampak pada sektor
perekonomian adalah masyarakat yang berpenghasilan rendah dan menengah yang sangat
rentan bersiko mengalami terpuruknya kondisi finansial sehingga tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhan jasmani, kebutuhan rohani, dan yang paling utama adalah
kebutuhan sosial psikologis dan kesehatan. Dengan tidak dapat terpenuhinya kebutuhan-
kebutuhan tersebut seperti makanan, pakaian, rumah, alat, barang dan lain-lain dengan
kendala keterbatasan dan kepelikan finansial yang dialami akan berpengaruh terhadap
tingkat kesejahteraan suatu keluarga dan dapat menyebabkan adanya ketidaksejahteraan
didalam suatu keluarga.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk membahas
dan meneliti permasalahan ini dengan judul “Pengaruh Kepelikan Finansial Pada Masa
Pandemi Covid-19 Terhadap Kesejahteraan Keluarga”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan, bahwa
permasalahan yang akan dikaji mengenai permasalahan yang muncul dimasyarakat
adalah:
1. Adakah pengaruh dampak covid-19 pada perekonomian negara terhadap
kepelikan finansial pada suatu keluarga?
2. Adakah pengaruh kepelikan finansial pada masa pandemi Covid-19 terhadap
kesejahteraan keluarga?

C. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dampak dari covid-19 pada
bagian perekonomian terutama terhadap suatu keluarga.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepelikan finansial terhadap
kesejahteraan keluarga pada masa pandemi covid-19 saat ini.

D. Kegunaan
Kegunaan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai mahasiswa BK, untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan
mengenai permasalahan yang diteliti.
2. Sebagai mahasiswa BK, untuk dapat mengasah kemampuan bagaimana
menerapkan ilmu konseling pernikahan dan keluarga yang telah diperoleh
ketika melaksanakan kegiatan.
3. Sebagai mahasiswa BK, agar mampu terbiasa untuk melakukan observasi
dan wawancara dengan responden ( masyarakat) secara sistematis dan tepat.

E. Ruang Lingkup
Observasi yang dilakukan dibatasi pada kesejahteraan keluarga dimasa pandemi
covid-19 yang berdampak dari kepelikan finansial yang dialami oleh bebeberapa
keluarga berpenghasilan rendah, hal ini dimaksudkan agar observasi terfokus untuk
mengidentifikasi dan menganalisis adanya pengaruh kepelikan finansial pada masa
pandemi covid-19 terhadap kesejahteraan keluarga. Peneliti melakukan pengamatan
terkait dengan pengaruh kepelikan finansial yang dialami pada saat covid-19 terhadap
kesejahteraan keluarga didaerah sekitar lingkungan rumah dengan memilih subjek
pengamatan yaitu warga yang berdagang didepan rumahnya dikarenakan kepelikan
finansial yang dialaminya pada saat ini.
Seperti yang kita tahu, seluruh dunia dilanda pandemi covid-19 hampir kurang
lebih selama dua tahun, selama dua tahun itu pula perekonomian negara pun
mengalami penurunan yang juga berimbas kepada perekonomian baik untuk
masyarakat berpenghasilan tinggi, menengah, maupun rendah. Namun, yang paling
tersorot dan paling rentan beresiko mengalami kepelikan finansial ialah masyarakat
yang berpenghasilan menengah dan rendah, sehingga dari kepelikan finansial yang
dialami didalam suatu keluarga terkadang membuatnya sulit untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan rumah tangga seperti makanan, pakaian, rumah, alat, barang
dan lain-lain setiap harinya.
Kepelikan finansial pada pandemi covid-19 saat ini sangat berpengaruh pada
tingkat kesejahteraan rumah tangga khusus nya pada beberapa warga didaerah
lingkungan rumah peneliti, dimana beberapa warga yang berdagang didepan
rumahnya sebagai subjek dalam pengamatan observasi ini mengalami adanya
ketidaksejahteraan didalam rumah tangga mereka akibat dari kepelikan finansial yang
dialaminya selama beberapa tahun kebelakang. Seharusnya, di dalam membina
pernikahan dan perkawinan pasangan harus memahami sikap dan dasar bagaimana
menjadi satu kesatuan didalam keluarga untuk menciptakan kesejahteraan kehidupan
rumah tangga. Dasar utama yang harus adalah dalam ikatan perkawinan adalah
kepercayaan dan saling toleransi antar anggota keluarga dalam kondisi apapun, baik
pada kondisi senang maupun susah ( termasuk pada saat mengalami kepelikan
finansial).
Anggota keluarga terutama suami dan istri harus mampu menjadi individu yang
rasional dalam mengambil segala keputusan yang menyangkut rumah tangga untuk
segala hal contohnya seperti bagaimana cara pengelolaan keuangan atau finansial
yang baik, suami dan istri harus saling terbuka dan saling melengkapi dalam
mengatasi permasalahan kepelikan finansial yang dialami dengan pikiran-pikiran
yang positif dan berusaha keras untuk melakukan sesuatu yang menghasilkan agar
mampu untuk menghasilkan solusi atau jalan keluar yang baik, sehingga
kesejahteraan keluarga seiring berjalannya waktu akan kembali tercipta dengan
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan rumah tangga setiap harinya.
Dalam pengamatan observasi, penulis hanya melihat, mengamati, mencatat, dan
membuat dokumentasi observasi. Pengamatan dilakukan dengan cara seminimal
mungkin agar tidak mengganggu jalannya aktivitas pekerjaan sehari-hari yang
dilakukan oleh objek observasi. Penulis juga berbaur dengan tetangga sekitar dengan
berkomunikasi dan interaksi.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Deskripsi Teori Terkait Kepelikan / Kesulitan Keuangan


1. Pengertian Kepelikan / Kesulitan Keuangan
Kepelikan atau Kesulitan Keuangan (Financial Distress) merupakan
kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau likuidasi yang
harus dihadapi sebelum terjadinya kebangkrutan dan penurunan kondisi finansial.
Menurut Shilpa & Amulya (2017) Financial Distress didefinisikan sebagai
ketidakmampan perusahaan atau individu untuk mengetahui kondisi. Individu atau
perusahaan yang mengalami financial distess dapat dilihat dari beberapa kondisi
yaitu pendapatan sebelum pajak lebih kecil dari biaya keuangan dalam dua tahun
berturut-turut, dan penurunan nilai pasar. Suatu perusahaan maupun Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) diklasifikasikan sebagai tertekan secara finansial
jika kondisi pendapatan sebelum pajak dua tahun berturut-turut lebih kecil (<) dari
biaya keuangan.
Pada saat terjadi kesulitan keuangan, perusahaan baik perusahaan besar
maupun UMKM akan mengalami kekurangan modal kerja (working capital).
Kekurangan modal kerja biasanya disebabkan oleh tingginya biaya operasi dan
kewajiban. Tetapi, biaya kesulitan keuangan tergantung dari aset yang dimiliki,
terutama pada biaya akan ditentukan dari seberapa mudahnya kepemilikian aset
dapat berpindah tangan. Perusahaan besar maupun UMKM yang gagal dalam
mempromosikan produk yang akan dijualnya, akan mengalami penurunan pada
hasil penjualanya dan nilai aset perlahan-lahan akan menghilang, sehingga
perusahaan besar atau UMKM pun mengalami kerugian operasional dan kerugian
bersih untuk tahun berjalan.

2. Penyebab Kepelikan / Kesulitan Keuangan


Menurut Carolina, Marpaung, dan Pratama (2018:141), terdapat
beberapa faktor yang menjadi penyebab kesulitan keuangan / kepelikan
keuangan (Financial Distress), yaitu:
a. Kesulitan arus kas
Terjadi ketika adanya kesalahan manajemen saat mengelola kas untuk
pembayaran aktivitas perusahaan yang dapat memperburuk keuangan
perusahaan serta perusahaan tidak dapat menutupi biaya-biaya yang
timbul karena aktivitas operasi perusahaan.
b. Kerugian dalam kegiatan operasional selama beberapa tahun
Hal ini terjadi karena beban operasional lebih besar dari pada
pendapatan. Dapat dilihat dari jumlah pendapatan yang diterima dengan
jumlah biaya yang dikeluarkan. Baik buruk keadaan dapat dilihat
melalui laporan-laporan keuangannya.
c. Besarnya jumlah utang
Pengambilan utang dapat menutupi biaya yang timbul akibat biaya
operasional, sehingga menimbulkan kewajiban untuk mengembalikan
utang dimasa yang akan datang. Maka dilakukan penyitaan untuk
menutupi kekurangan tagihan saat tidak ada dana untuk membayar saat
jatuh tempo.
Resesi Ekonomi, 2020 akibat pendemi global yang menyebabkan
kepelikan keuangan atau financial distress. Dimana financial distress
merupakan suatu kondisi dimana perusahaan atau individu tidak mampu untuk
menghasilkan pendapatan, penghasilan, atau laba yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, sehingga dari kepelikan finansial tersebut tidak dapat
membayar kewajiban-kewajiban keuangan keluarganya. Biasanya, financial
distress digunakan untuk kondisi keuangan suatu perusahaan, namun ungkapan
ini juga bisa digunakan untuk individu atau mereka yang sedang mengalami
kondisi keuangan atau kepelikan finansial. Berikut adalah penyebab financial
distress bagi individu:
a. Keadaan keuangan keluarga yang lemah dan terbatas
Kondisi keuangan yang lemah dan terbatas biasanya menjadi sumber
tidak adanya kesejahteraan didalam keluarga, karena kondisi
keuangannya hanya cukup untuk kebutuhan harian saja. Jadi, apabila istri
tidak mampu untuk membantu dan memberikan dorongan agar
mendapatkan solusi yang baik, suami akan mengalami depresi, hal ini
yang menyebabkan terjadinya keributan kecil dan akan menjadi besar
jika tidak segera diselesaikan dengan pemikiran yang rasional. Kondisi
keuangan yang lemah akan menjadi bermasalah apabila sang istri selalu
menuntut untuk hidup berkecukupan, adanya keegoisan didalam rumah
tangga yang menjadi permasalahan utama. Permasalahan ini harus
dibicarakan dengan baik dan secara terbuka satu sama lain terhadap
pengeluaran-pengeluaran yang harus diutamakan sehingga tercapainya
kesejahteraan keluarga.
b. Penghasilan istri lebih besar
Perbedaan penghasilan atau gaji antara sepasang dua invidiu yang ada
dalam ikatan perkawinan (suami dan istri) juga bisa menjadi
permasalahan yang cukup serius. Hal ini terjadi jika penghasilan atau gaji
istri lebih besar dibandingkan dengan gaji suami, maka bisa menjadikan
istri merasa bahwa ia berjasa dan bekerja sebagai penyelamat keluarga
yang akan membuat suami mempunyai perasaan tidak nyaman sehingga
menjadi penyebab terjadinya pertengkaran yang berakhir pada
penceraian. Maka dari itu, pentingnya pengertian dan saling toleransi
dalam hubungan keluarga.
c. Istri atau suami boros
Sikap boros juga salah satu penyebab permasalahan didalam rumah
tangga, dengan menerapkan hidup yang boros pasti suatu saat akan
menjadi bumerang. Jika boros, maka kondisi keuangan keluarga akan
dirasakan tidak pernah cukup dan akan sulit untuk menabung.
Seharusnya, didalam keluarga terutama suami dan istri harus mampu
untuk membedakan antara keinginan dan kebutuhan.
d. Tidak jujur tentang kondisi keuangan satu sama lain
Dalam membina rumah tangga harus dilandasi dengan kejujuran karena
selalu melibatkan dua individu, maka dari itu baik suami ataupun istri
harus jujur dan terbuka terkait dengan kondisi keuangan satu sama lain.
e. Adanya permasalahan dalam mengelola keuangan
Tidak adanya kekompakan dalam mengelola keuangan adalah
permasalahan utama dalam kepelikan finansial yang dialami suatu
keluarga. Dengan keegoisan masing-masingnya dalam mengelola
keuangan yang hanya akan menjadikan berantakan. Menghabiskan uang
penghasilan masing-masing dan tidak mencatat pengeluaran sehingga
tidak mampu untuk berinvestasi dimasa depan. Pengelolaan keuangan
harus dikelola dengan baik, karena jika tidak kebutuhan sehari-hari tidak
akan pernah cukup. Manfaat dari perencanaan dan pengelolaan
keuamgan adalah untuk mengetahui banyaknya pengeluaran untuk
sehari-hari, sehingga dapat menyisihkan beberapa penghasilan untuk
tabungan, investasi, maupun dana cadangan (darurat).

3. Upaya Mengatasi Masalah Keuangan


Upaya yang bisa dilakukan didalam rumah tangga untuk dapat mengatasi
masalah keuangan atau kepelikan finansial, adalah sebagai berikut:
a. Terbuka
Dalam mengatur keuangan hal yang pertama yang harus dilakukan
adalah dengan bersikap terbuka terhadap pasangan. Tidak ada yang
disembunyikan tentang kondisi keuangan dan jumlah penghasilan yang
diperoleh, utang yang dimiliki, memilih invevtasi, dan lain-lain.
b. Berhemat dan sederhana
Sikap hemat dan sederhana akan menciptakan kesejahteraaan bagi siapa
saja termasuk keluarga jika mampu untuk menerapkannya. Dengan
sikap hemat dan sederhana, maka berarti mampu untuk mengalokasikan
dana penghasilan sesuai dengan kebutuhan bukan keinginan. Hidup
sederhana identik dengan tercukupinya kebutuhan sehari-hari dan tidak
melebihi batas, menerapkan hidup sederhana adalah inividu yang
mampu membedakan apa yang mereka butuhkan dan tidak dibutuhkan.
c. Sisihkan uang
Sisihkan uang terutama uang untuk hiburan atau senang, gunakan dana
pengasilan untuk uang hiburan jangan terlalu banyak agar tidak boros.
Anggap uang hiburan atau senang adalah sebagai reward atas kerja keras
pasangan.
d. Bekerjasama untuk mengatur keuangan
Pasangan harus saling bekerjasama untuk mengatur dan mengelola
keuangan, tidak boleh ada yang terlalu mendominasi atau pasif jika
berkaitan dengan pemasukan, pengeluaran, dan pengaturan keuangan
rumah tangga. Dengan memiliki keuangan yang teratur, setidaknya bisa
membuat keaadan finansial lebih terjaga tetap dalam batasan positif.
Dalam mengaturnya juga harus secara realistis untuk membantu
pasangan bersikap objektif soal pengeluaran yang berlebihan.

4. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan dua orang atau lebih yang disatukan dengan ikatan-
ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta mengidentifikasi diri mereka
sebagai bagian dari keluarga (Zakaria, 2017). Duval dan Logan (1986, dalam
Zakaria, 2017) mengatakan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan
ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan pertumbuhan fisik, mental,
emosional serta sosial diri tiap anggota keluarganya. Keluarga merupakan unit
yang perlu dirawat, walaupun tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum
tetapi akan tetap berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka mampu
menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga utuh.
Dalam mencapai kesejahteraan keluarga, Paul B. Horton dan Chester L.
Hunt telah mengidentifikasi beberapa fungsi-fungsi keluarga, yaitu fungsi
pengaturan seksual, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi, fungsi penentuan
status, fungsi perlindungan, dan fungsi ekonomi. Jika beberapa fungsi-fungsi
tersebut berjalan dengan seiring dan seimbang, maka akan menciptakan
kesejahteraan keluarga secara lahir maupun batin pada kehidupan sehari-hari.

5. Konsep Kesejahteraan Keluarga


Kesejahteraan merupakan hal yang digunakan untuk dapat melihat
tingkat kesejahteraan yang mana terciptanya rasa aman, kesejahteraan,
kebebasan dan jati diri seseorang dalam memenuhi kebutuhannya
(Rosni,2017:57). Indikator untuk dapat melihat tingkat kesejahteraan dapat
dilihat melalui empat indikator yaitu rasa aman (security), kesejahteraan
(welfare), kebebasan (freedom), dan jati diri (identity). Kesejahteraan adalah
sebuah kondisi dimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan pokok, baik
kebutuhan akan tempat tinggal, makanan, pakaian, air bersih, serta kesempatan
untuk mengenyam pendidikan lebih lanjut dan memiliki pekerjaan tetap yang
memadai dan dapat menunjang kualitas hidup individu sehingga dapat bebas
dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan, dan kekhawatiran yang dapat membuat
hidup individu lebih aman, tentram lahir dan batin (Rosni, 2017:57). Undang-
undang No.11 Tahun 2019 tentang Kesejahteraan Masyarakat; kondisi dimana
terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial agar warga negara dapat
hidup dengan layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat
melaksanakan hak dan kewajiban sosialnya.
Berdasarkan pengertian mengenai konsep kesejahteraan diatas, peneliti
menyimpulkan pengertian kesejahteraan keluarga dapat diukur dengan melihat
dari terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar manusia seperti tempat tinggal
yang memadai, dan lingkungan hidup yang sehat. Sehingga dari terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut, masyarakat akan lebih terjamin hidupnya
yang mampu untuk menunjang kualitas hidup sehingga dapat terlepas dari
rantai kemiskinan, kebodohan, dan kekhawatiran lahir dan batin.
6. Indikator Kesejahteraan
Menurut (BKKBN:2017) terdapat beberapa indikator keluarga yang
dapat dikategorikan sebagai keluarga yang sejahtera sesuai dengan
tingkatannya, adalah sebagai berikut:
a. Tahapan Keluarga Prasejahtera (KPS)
Dimana keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu dari 5
kebutuhan dasar atau basic needs sebagai keluarga sejahtera I.
b. Tahapan Keluarga Sejahtera I (KS I)
Dimana keluarga yang mampu memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal, namun belum dapat kebutuhan secara psikologis atau
psycological needs. Terdapat indikator didalam KS I, yaitu:
1. Anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih.
2. Anggota keluarga mempunyai pakaian yang berbeda-beda untuk
sekedar dirumah, maupun bekerja, sekolah, dan berpergian.
3. Rumah yang ditempati oleh keluarga mempunyai atap, lantai,
dan dinding yang layak atau baik.
4. Jika ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke sarana kesehatan.
5. Jika pasangan usia subur ingin ber KB pergii ke sarana pelayanan
kontrasepsi.
6. Anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah.
c. Tahapan Keluarga Sejahtera II (KS II)
Dimana keluarga yang mampu untuk memenuhi kebutuhan dasar, dan
juga telah dapat memenuhi kebutuhan psikologis. Namun, belum
mampu untuk dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya, seperti
kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi. Terdapat
indikator didalam KS II, yaitu:
1. Anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaan masing-masing.
2. Kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan
daging/ ikan/ telur.
3. Seluruh anggota keluarga memperoleh kurang satu stel pakaian
baru dalam setahun.
4. Luas lantai rumah paling kurang 8 m² untuk setiap penghuni
rumah.
5. Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat sehingga dapat
melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing.
6. Seluruh anggota keluarga umur 10-6- tahun mampu membaca
dengan baik tulisan latin.
7. Pasangan usia subur dengan dua anak atau lebih menggunakan
alat atau obat kontrasepsi.
d. Tahapan Keluarga Sejahtera III (KS III)
Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,
sosial psikologis, dan pengembangan keluarganya. Pada KS III,
kebutuhan fisik, sosial psikologis, dan pengembangan telah terpenuhi.
Terdapat indikator pada KS III, yaitu:
1. Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama.
2. Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau
barang.
3. Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu
sekali dimanfaatkan untuk berkomunikasi.
4. Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat dilingkungan tempat
tinggal.
5. Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar, majalah, radio,
tv, dan internet.
e. Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus (KS III+)
keluarga telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan
sosial psikologis, dan kebutuhan pengembangannya serta akuntabilitas
diri yang telah terpenuhi. Terdapat indikator didalam KS III+, yaitu:
1. Anggota keluarga secara teratur sukarela memberikan
sumbangan kegiatan sosial dan aktif sebagai pengurus sosial.
B. Penelitian Yang Relevan
Dalam kegiatan penelitian ini, terdapat beberapa penelitian yang relevan
digunakan sebagai referensi perbandingan, antara lain:
1. Nurlaila Hanum, 2018. “Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga terhadap
Kesejahteraan Keluarga di Gampong Karang Anyar Kota Langsa”
Universitas Samudra.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa: Hasil uji t (uji parsial) untuk
variabel anggota keluarga memperoleh sig.t lebih kecil dari α (0,00 < 0,05),
sehingga dapat dinyatakan bahwa jumlah anggota keluarga berpengaruh
signifikan terhadap kesejahteraan atau konsumsi pada masyarakat Gampong
Karang Anyar. Hasil uji t untuk variabel pendapatan memperoleh nilai sig.t
lebih kecil dari α (0,00 < 0,05), sehingga dinyatakan bahwa pendapatan
berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan atau konsumsi pada
masyarakat Gampong Karang Anyar. Hipotesis dalam penelitian nya
menyatakan kondisi sosial dan ekonomi keluarga secara parsial dan simultan
berpengaruh secara signifikan terhadap kesejahteraan keluarga di Gampong
Karang Anyar bisa dibuktiktikan atau dapat diterima. Hasil uji koefisien
determinasi (R2 ) memperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,726.
Hasil ini menyatakan bahwa variabel-variabel jumlah anggota keluarga dan
pendapatan memiliki kontribusi pada kesejahteraan atau konsumsi pada
masyarakat Gampong Karang Anyar sebesar 72,6%; sementara sisanya
sebesar 27,4% yang dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti
dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil analisis regresi dan uji hipotesis
diperoleh bahwa jumlah anggota keluarga maupun pendapatan secara parsial
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kesejahteraan atau
konsumsi pada masyarakat Gampong Karang Anyar. Secara simultan, jumlah
anggota keluarga maupun pendapatan juga terbukti pengaruh yang signifikan
pada tingkat kesejahteraan atau konsumsi pada masyarakat Gampong Karang
Anyar.
2. Komariah Setia, 2017. “Tingkat Kesejahteraan Keluarga Pada Home Industry
(Studi Kasus Pada Home Industri Makanan Ringan ‘ELIS’ Bojongsari Depok
Jawa Barat)” Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa: Home Industry “ELIS”
merupakan investor untuk mengolah makanan ringan yang membuka peluang
bagi berbagai sektor maupun pihak lain yang berada didalamnya. Home
industry tersebut membuka lapangan kerja untuk para pekerjanya agar
kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi dengan baik. Tingkat kesejahteraan
pada keluarga yang bekerja di home industry makanan ringan”ELIS” rata-rata
masuk kedalam kategori keluarga sejahtera tingkat I yaitu setiap anggota
keluarga memiliki pakaian yang berbeda-beda, melakukan ibadah ketika
memasuki waktu sholat, anak-anaknya pun mengenyam pendidikan
berjenjeng sesuai dengan usia nya dan terutama mereka makan sehari lebih
dari dua kali.
3. Misnatun,2020. “Pengaruh Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga
Terhadap Kesejahteraan Petani Penggarap Kopi” Universitas Negeri Sulthan
Thaha Saifudin.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa: (1) Hasil analisis regresi
dengan t hitung menunjukan semakin rendahnya pendapatan yang didapatkan
oleh para petani maka pendapatan yang diterima para petani penggarap kopi
semakin menurun sehingga belum bisa dikatakan sejahtera. (2) Berdasarkan
hasil analisis regresi ditunjukkan t pada konsumsi rumah tangga secara parsial
tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kesejahteraan petani
dikarenakan konsumsi rumah tangga dirasa belum mampu meningkatkan
kesejahteraan petani dalam memenuhi kebutuhannya, selain itu juga belum
dapat mendorong kecukupan mereka dalam memenuhi konsumsi rumah
tangga pada petani di Kelurahan Desa Mekar Jaya kec. Betara kuala tungkal,
kab. Tanjung Jabung Barat.
BAB III
PRA OBSERVASI

A. Persiapan mahasiswa sebelum melaksanakan tugas observasi


Penulis telah mempersiapkan beberapa persiapan sebelum melakukan kegiatan
observasi dilingkungan rumahnya dengan subjek untuk dijadikan sumber data atau
infomasi adalah warga lingkungan sekitar atau tetangga yang berdagang didepan
rumahnya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sebelum melakukan
observasi, penulis sudah meminta izin terlebih dahulu kepada tetangga sekitar dan
salah satu tetangga yang berdagang didepan rumah yaitu bernama AM atas
ketersediannya untuk diadakannya kegiatan observasi agar tidak menggangu jalannya
kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukan oleh mereka. Untuk melengkapi struktur
yang ada didalam observasi, penulis membuat isntrument yang berkaitan dengan
kesejahteraan keluarga baik kesejahteraan secara fisik maupun non-fisik, penulis
membuat instrumentasi berdasarkan dari aspek dan indikator yang terdapat dalam
kesejahteraan keluarga kemudian dikembangkan menjadi item penilaian pada setiap
kondisi fisik maupun non-fisik rumah tangga maupun lingkungan sekitarnya untuk
dijadikan penilaian pada subjek observasi. Pada penulisan instrumen, penulis
membuat se-realitis mungkin dengan kenyataan yang ada sehingga hasilnya akan
sesuai dengan kondisi yang terjadi saat itu. Penulis juga mempelajari langkah-
langkah observasi yang benar dan tepat pada sebuah penelitian agar hasil yang
diperoleh akan memuaskan dan sesuai dengan kondisi yang ada, selain itu melatih
keberanian dan kepercayaan diri sebelum melakukan kegiatan observasi agar ketika
dilakukannya observasi dapat terlaksana dengan baik.

B. Usaha Mendapatkan tempat observasi


Dalam usaha mendapatkan tempat untuk pelaksanaan kegiatan observasi guna
memenuhi tugas terstruktur Laporan Konseling Pernikahan dan Keluarga, penulis
telah menetapkan subjek yang akan di observasi, subjek tersebut berada dilingkungan
sekitar rumah penulis yaitu dijalan Jelutung 7 Kp. Sugutamu RW. 021, Sukmajaya,
Kota Depok. Penulis menentukan subjek yang akan diobservasi yaitu warga yang
memiliki pekerjaan sehari-hari yaitu berdagang baik yang berdagang dipasar, ruko,
maupun didepan dirumah.
Pada kegiatan observasi kali ini penulis akan meng-observasi warga yang
berdagang didepan rumah bernama AM, dimana setiap hari AM bekerja sebagai
pedagang rumahan yang menjual aneka ragam makanan dan minuman cemilan untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari. Sebelum melakukan
observasi terhadap AM sebagai subjek pengamatan, penulis terlebih dahulu meminta
izin atas ketersediaan AM dan beberapa warga lingkungan sekitar yang bersangkutan
dalam dilakukannya kegiatan observasi dilingkungan tersebut agar terhindarnya
kesalahpahaman dan hal-hal yang tidak diinginkan antara penulis dan warga sekitar.
BAB IV
PROSES OBSERVASI

A. OBSERVASI berisi tentang penjelasan kegiatan observasi dan (Instrumen yang


digunakan)
Kegiatan observasi penulis dilaksanakan untuk memenuhi laporan tugas
terstruktur mata kuliah Konseling Pernikahan dan Keluarga. Pelaksanaan observasi,
dapat memberikan gambaran secara nyata bagaimana kondisi dan situasi tertentu
terutama pada subjek pengamatan yaitu kondisi kepelikan finansial pada masa
pandemi covid-19 yang berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga terutama pada
keluarga pedagang rumahan. Observasi kesejahteraan keluarga dilingkungan rumah
penulis memberikan wawasan dan pengalaman bagi penulis mengenai kondisi-
kondisi apa saja yang mempengaruhi kesejahteraan dalam hidup berumah tangga dan
bagaimana cara untuk mengatasi agar kesejahteraan keluarga selalu terbina dengan
baik.
Selama kegiatan observasi berlangsung, penulis melakukan pencatatan dan
pendokumentasian kegiatan sehari-hari subjek observasi. Pencatatan bertujuan untuk
menyimpan data atau informasi dalam segala aspek pada kegiatan sehari-hari yang
dilakukan oleh subjek observasi. Pendokumentasian juga dilakukan dengan cara
memfoto kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek observasi dengan handphone
penulis. Berikut ini adalah pelaksanaan kegiatan observasi yang dilakukan oleh
penulis:

1. Tempat dan waktu pelaksanaan kegiatan observasi.


Observasi dilaksanakan disekitar daerah lingkungan rumah penulis, yaitu
Jalan Jelutung7 Kp. Sugutamu, Sukmajaya, Kota Depok. Adapun yang
menjadi subjek observasi adalah warga yang bekerja sehari-hari dengan
berdagang aneka makanan dan minuman cemilan di depan rumah yaitu AM.
Observasi mulai dilaksanakan pada pertama, yakni hari Sabtu 30 Oktober
2021, pukul 11.00-14.00 WIB. Pada hari kedua, yakni hari Minggu 31
Oktober 2021, pada pukul 15.00 – 17.00 WIB. Dalam satu kali tatap muka
dengan mengamati kegiatan sehari-hari subjek observasi untuk melihat
kondisi secara nyata.

2. Aspek-aspek yang berkaitan dengan observasi.


Subjek observasi: AM sebagai warga yang berdagang aneka makanan
dan minuman cemilan didepan rumahnya.
Sebelum dan sesudah kegiatan observasi penulis mengamati bahwa
subjek pengamatan berdagang dan melakukan kegiatan atau pekerjaan
lainnya seperti mengurusi kedua anaknya untuk sekolah, makan siang, dan
lain-lain. Sementar itu, suami nya bekerja sebagai tukang bengkel, namun
terkadang hanya dirumah tidak melakukan pekerjaan.

3. Instrumen observasi
Untuk memenuhi struktur observasi guna memperoleh data dan
informasi sesuai dengan kondisi nyata terhadap subjek pengamatan, penulis
menyusun instrumentasi berdasarkan aspek dan indikator yang berkaitan
dengan kesejahteraan keluarga berhubungan dengan kesejahteraan secara
fisik dan kesejahteraan secara non-fisik. Adapun aspek dan indikator nya
adalah sebagai berikut:
a. Kesejahteraan Secara Fisik

ASPEK YANG SKOR / RATING


NO INDIKATOR KETERANGAN
DINILAI ADA TIDAK
a. Atap Seng
b. Lantai Ubin/ Semen
1 Bangunan Rumah
c. Dinding Batu
d. WC / Kamar Mandi
a. Kursi
b. Meja
c. Lemari
2 Isi Bangunan d. Kasur/ Tempat Tidur
e. AC
f. Kipas Angin
g. Kulkas
a. Kompor Gas
b. Rice cooker
c. Dispenser
3 Fasilitas Dapur d. Cooker Hood/
Penghisap Asap Dapur

e. Westafel
f. Oven/ Pemanggang
a. PDAM
4 Sumber Air
b. Sumur
Listrik / Sarana
5 a. Watt Listrik
Penerangan

a. Hak Milik Pribadi


6 Kepemilikan Rumah
b. Hak Milik Orang Lain
a. Motor
7 Alat Transportasi
b. Mobil
b. Kesejahteraan Secara Non-Fisik

ASPEK YANG SKOR / RATING


NO INDIKATOR KETERANGAN
DINILAI BAIK TIDAK
Berkomunikasi satu sama
lain
Menceritakan segala
sesuatu secara terbuka
Fokus kepada anggota
1 keluarga dirumah
Hubungan Antar
Keluarga Memanfaatkan waktu
luang bersama keluarga
Bekerja sama dalam
pekerjaan rumah
Interaksi antar keluarga
sehari hari
Toleransi dengan
tetangga
Memberi segala jenis
bantuan
Kehidupan
2 Perasaan positif terhadap
Bertetangga
tetangga
Hubungan timbal balik
antar tetangga
Saling menghargai
pendapat anggota
keluarga
Tidak memaksakan
kehendak pribadi
Penerapan
Mendengarkan pendapat
3 Musyawarah Mufakat
antar anggota keluarga
didalam Keluarga
Penerimaan positif hasil
musyawarah
Bertenggang rasa antar
anggota keluarga
SKOR / RATING
NO ASPEK YANG DINILAI INDIKATOR KETERANGAN
BAIK TIDAK
Pekerja Perusahaan

Jenis Pekerjaan yang Pedagang Rumahan


4
ditekuni Buruh Pabrik
Ojek Online
Konsisten dalam
Menjalankan Pekerjaan
5 menjalankan pekerjan
yang dimiliki dengan Baik
sehari-hari
Menabung pendapatan
perhari/ perbulan
Sandang, Pangan, dan
Papan terpenuhi setiap
Kemampuan Mengelola
6 hari/ bulan
Pendapatan
Mengutang dengan
bank
Menyumbang Materiil
Kegiatan Sosial secara
berkala
Kemampuan menahan
emosi ketika
pendapatan tidak stabil
Kemampuan Mengelola
7 Kemampuan berpikir
Emosi
rasional ketika
pekerjaan mengalami
masalah

Kemampuan untuk
kembali menhangatkan
suasana didalam
8 Akses Pendidikan keluarga
Semua anggota
keluarga mengenyam
pendidikan
BAB V
PEMBAHASAN DAN TINDAK LANJUT

A. Pembahasan Hasil dari kegiatan Observasi dan Perlu tidaknya tindak lanjut atas
temuan dalam kegiatan Observasi
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kegiatan observasi selama 2 hari yakni
pada tanggal 30-31 Oktober 2021, penulis memperoleh data dan informasi terkait dengan
profil dan kondisi keluarga objek pengamatan (AM).
AM (30) tinggal bersama seorang suami yang bernama UR (32) dan juga kedua
anaknya bernama AP (11) dan MD (4). AM sebagai ibu rumah tangga dan bekerja sehari-
hari dengan berdagang aneka jenis makanan dan minuman cemilan didepan rumahnya,
sedangkan suami nya bekerja di bidang jasa yaitu bengkel motor. Meskipun bekerja di
bengkel, suami AM sering sekali tidak pergi ke bengkel motor tempat ia bekerja dan
hanya berdiam diri saja dirumah tanpa melakukan pekerjaan apapun. Melihat suaminya
yang terkadang berlaku semaunya, AM tidak bisa tinggal diam, ia terus berusaha dan
bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari terlebih lagi kebutuhan untuk kedua
anaknya yang masih memerlukan banyak kebutuhan.
Pada masa pandemi covid-19 saat ini, AM mulai berdagang mulai dari jam 11.30
sampai dagangan nya sekiranya habis. Hasil dari berdagang setiap hari digunakan untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangganya, baik secara fisik maupun non-fisik. Penghasilan
yang diperoleh AM perhari terkadang masih kurang cukup untuk memenuhi semua
kebutuhan terlebih lagi dengan kelakuan suaminya yang terkadang tidak pergi bekerja
untuk mencari uang dan sangat tertutup terkait dengan pekerjaannya, sehingga
menimbulkan keributan atau pertengkaran yang berlarut-larut diantara AM dengan
suaminya karena tidak tercukupinya kebutuhan fisik dan non-fisik rumah tangga mereka.
Penghasilan yang diperoleh oleh AM perhari hanya mampu mencukupi setengah
kebutuhan rumah tangga, pun dengan suami AM, penghasilannya jauh dari kata “cukup”
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari terlebih lagi pada masa sulit seperti
sekarang yaitu adanya pandemi Covid-19.
Dengan terjadinya kepelikan finansial yang dialami dalam rumah tangga AM pada
masa pandemi covid-19 ini, sering sekali memicu timbulnya ketidaksejahteraan keluarga
terhadap rumah tangganya yang dapat membuat hubungan didalam rumah tangganya
menjadi tidak kondusif. Hal tersebut disebabkan karena tidak adanya keterbukaan yang
melandasi hubungan suami istri, tidak saling menghargai dan memahami satu sama lain,
sehingga menyebabkan tidak adanya kehangatan dan kenyamanan dalam rumah tangga
dalam ikatan pernikahan mereka.
Melihat permasalahan yang dialami yakni kepelikan finansial pada masa pandemi
covid-19 saat ini yang berpengaruh terhadap kesejahteraan rumah tangga AM dan suami,
perlunya tindak lanjut untuk melakukan konseling pernikahan (Marriage Counseling)
sebagai upaya untuk membantu AM dan suami dengan arahan tenaga konselor ahli atau
profesional agar dapat berkembang dan mampu untuk memecahkan permasalahan yang
dialami didalam rumah tangganya melalui beberapa cara yakni saling menghargai,
toleransi, terbuka dengan komunikasi yang penuh dengan pengertian dan kepala dingin,
sehingga akan tercapai motivasi berkeluarga, perkembangan, kemandirian, dan
kesejahteraan keluarga pada keluarga subjek pengamatan. Karena, jika kondisi tersebut
terjadi secara terus-menerus dan berkelanjutan akan menimbulkan permasalahan-
permasalahan lain yang dapat menyebabkan terganggu nya psikis pada kedua anaknya
dan bahkan berakhir pada penceraian.
Dalam melakukan konseling pernikahan (Marriage Counseling) konselor dapat
mengupayakan penyelesian permasalahan yang didalami oleh keluarga AM melalui
beberapa upaya seperti membantu pasangan suami istri (AM dan suami) untuk
berkomunikasi secara terbuka dan rasional untuk menemukan solusi atau jalan keluar
dalam menyelesaikan permasalahan internal yang dialami.
BAB VI
PENGEMBANGAN DIRI
A. Waktu dan frekuensi Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan observasi pada subjek pengamatan ( AM ) dilakukan
sekitar 2 hari lamanya, yakni:
1. Hari pertama, Sabtu 30 Oktober 2021 pukul 11.00 – 14.00 WIB.
Penulis mengamati kegiatan AM memulai hari untuk berdagang didepan
rumahnya dengan menyiapkan segala bahan makanan dan minuman yang
akan dijualnya pada hari itu. AM menyiapkan dan merapihkan segala
kebutuhan bahan dagangan yang akan dijualnya, warung dagangan nya
dibuka pada sekitar pukul 11.30. Disamping itu, penulis juga mengamati
kondisi rumah AM sesuai dengan instrumen pertama yang telah dibuat
sebelumnya, penulis mengamati dan menilai kondisi fasilitas tempat tinggal
AM sesuai dengan kondisi kenyataan dilapangan. Instrumen yang digunakan
penulis pada hari pertama yaitu “Instrumen Kesejahteraan Secara Fisik”
untuk memberikan gambaran kondisi kesejahteraan secara fisik keluarga pada
kegiatan observasi pada hari itu.
2. Hari kedua, Minggu 31 Oktober 2021 pukul 15.00 – 17.00 WIB.
Pada hari kedua, penulis mengamati bagaimana proses berjalannya kegiatan
AM berdagang didepan rumahnya sehari-hari dan kondisi kesejahteraan
keluarga subjek pengamatan sesuai dengan instrumen kedua yaitu “Instrumen
Kesejahteraan Secara Non-Fisik” yang berhubungan dengan anggota
keluarga lainnya, seperti suami dan anak-anak Instrumen ini berguna untuk
memberikan gambaran terkait kondisi kesejahteraan keluarga secara non-fisik
dan bagaimana hubungan antara subjek pengamatan dengan suami dan anak-
anaknya sehari-hari.
B. Kendala Yang Dihadapi
Kendala yang dihadapi oleh penulis pada saat kegiatan observasi dilakukan yaitu
sedikit gugup dan kurangnya kepercayaan diri ketika awal permulaan untuk observasi
karena masih harus memperbanyak pengalaman dengan observasi langsung ke
lapangan. Selain itu, pengetahuan dan wawasan tentang masalah klien masih sangat
terbatas, yang mana subjek pengamatan atau klien adalah seseorang yang sudah
berkeluarga selama kurang lebih 7 tahun meskipun mengalami permasalahan didalam
keluarganya. Antara penulis dengan klien hanya sebatas mengenal dan bertetangga
saja sehingga penulis tidak tahu betul bagaimana kondisi kesejahteraan pada keluarga
klien lebih dalam. Akan tetapi, klien sangat terbuka dan kooperatif ketika
dilaksanakannya kegiatan observasi, sehingga sangat membantu untuk memperoleh
data atau informasi dalam kegiatan observasi yang berjalan dengan lancar sesuai
rencana. Tidak terdapat kendala lain dalam kegiatan observasi ini, karena budaya,
bahasa, dan kebiasaan klien dapat diterima dan dimengerti oleh penulis dengan sangat
baik sehingga dengan mudah untuk ditafsirkan kedalam bentuk data atau informasi
terkait dengan permasalahan yang dialami oleh klien.

C. Diskusi Profesional
Dikarenakan tugas laporan terstruktur pada mata Kuliah Konseling Pernikahan
dan Keluarga merupakan tugas individu sehingga penulis tidak melakukan diskusi
profesional dengan kelompok, namun penulis merasakan banyak manfaat yang
diperoleh dalam kegiatan observasi ini, yaitu:
1. Menambah pengalaman observasi secara langsung yang berkaitan dengan
kesejahteraan keluarga.
2. Memperluas pengetahuan bahwa dalam berkeluarga dan membina rumah
tangga harus dilandasi dengan adanya keterbukaan dan toleransi diantara
pasangan baik dalam keadaan senang maupun susah.
3. Mengetahui pentingnya manajemen finansial saat sudah berkeluarga.
4. Mengetahui bahwa harus menjadi pribadi yang rasional dan mampu
mengendalikan emosi pada saat mengalami permasalahan didalam keluarga.
seperti contohnya: kepelikan finansial.
Adapun keterbatasannya penulis tidak dapat berdiskusi dengan kelompok, tetapi
tindak lanjut yang tepat untuk permasalahan yang dialami oleh klien pada keluarganya
adalah konseling pernikahan (Marriage Counseling) yang harus ditangani oleh tenaga
konselor ahli dan profesional agar mampu untuk menciptakan kesejahteraan
keluarganya kembali dengan upaya-upaya yang akan diberikan oleh konselor ketika
klien dan suaminya melalukan konseling pernikahan (Marriage Counseling).
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari kegiatan observasi yang penulis lakukan di daerah sekitar lingkungan
rumahnya Jl. Jelutung 7 Kp. Sugutamu, Sukmajaya, Kota Depok didapatkan
kesimpulan, yaitu:
1. Adanya pengaruh kepelikan finansial pada masa pandemi covid-19 saat ini
terhadap kesejahteraan keluarga, salah satunya keluarga subjek pengamatan.
Dimana penghasilan sehari-hari yang didapat oleh subjek pengamatan tidak
mampu untuk mencukupi kebutuhan fisik dan non-fisik sehari-hari terlebih lagi
suami terkadang tidak pergi bekerja dan penghasilan yang didapat pun jauh
dari kata “cukup” sehingga kebutuhan fisik maupun non-fisik sulit untuk
dipenuhi jikalau subjek pengamatan tidak berdagang sehari-hari didepan
rumahnya.
2. Kondisi kepelikan finansial pada masa pandemi covid-19 yang dialami
keluarga subjek pengamatan menyebabkan keributan dan pertengkaran yang
berlarut antara subjek pengamatan dengan suaminya karena tidak adanya
keterbukaan dan perasaan saling menghargai serta memahami diantara mereka
terkait dengan finansial untuk memenuhi kehidupan sehari-hari.
3. Ikatan pernikahan dalam suatu keluarga perlu dibina dengan baik agar
menciptakan kesejahteraan keluarga, dapat dibina dengan cara saling toleransi,
saling memahami, saling menghargai, dan selalu terbuka satu sama lain
terhadap kondisi apapun terutama permasalahan finansial. Jika ikatan
pernikahan tidak dibina dengan baik, akan menimbulkan permasalahan-
permasalahan lain yang akan berdampak pada psikologis anak dan bahkan
berakhir pada penceraian. Dengan adanya hubungan yang positif antara suami
dan istri, maka mereka akan menemukan solusi atau jalan keluar yang positif
dan rasional terhadap permasalahan yang dialaminya dalam berumah tangga.
B. Saran
Berlandaskan kesimpulan yang telah dinyatakan, maka disarankan agar pasangan
suami istri dalam suatu ikatan pernikahan atau satu keluarga yang dimana tinggal
dalam satu atap, diharapkan untuk dapat meningkatkan kualitas hubungan didalam
rumah tangga dengan menciptakan hubungan yang sehat, normal, dan memuaskan
yang dilandasi dengan rasa cinta dan kasih sayang diantara setiap anggota keluarga
terutama pasangan suami istri. Keterbukaan, rasa saling menghargai , dan saling
memahami harus diterapkan pada setiap anggota keluarga yang berada dalam satu atap
setiap harinya. Dengan meningkatkan hubungan kualitas yang baik dalam ikatan
pernikahan atau sesama anggota keluarga akan menciptakan kesejahteraan keluarga
karena semua anggota keluarga terlebih lagi suami istri mampu bekerja sama untuk
terbuka, saling menghargai, dan memahami pada setiap kondisi yang dialaminya.
Dengan adanya aspek-aspek yang penting seperti keterbukaan, saling menghargai,
saling memahami, dan lain-lain didalam suatu keluarga maka peluang untuk
menemukan jalan keluar atau solusi yang positif dan rasional akan lebih besar ketika
mengalami permasalahan yang terdapat dalam ikatan rumah tangga terutama
permasalahan finansial atau kondisi kepelikan finansial pada suatu keluarga tanpa
harus menimbulkan keributan atau pertengkaran berlarut yang dapat menyebabkan
adanya ketidaksejahteraan keluarga. Selain itu, harus adanya kerja sama dalam
pengelolaan keuangan karena dengan memiliki keuangan yang teratur, setidaknya bisa
membuat keaadan finansial lebih terjaga tetap dalam batasan positif. Dalam mengatur
keuangan keluarga juga harus secara realistis untuk membantu pasangan bersikap
objektif soal pengeluaran yang berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA

Komariah Setia, 2017. “Tingkat Kesejahteraan Keluarga Pada Home Industry (Studi
Kasus Pada Home Industry Makanan Ringan “ELIS” Bojongsari Depok Jawa Barat)”.
Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Misnatun, 2020. “Pengaruh Pendapatan Dan Konsumsi Rumah Tangga Terhadap


Kesejahteraan Petani Penggarap Kopi”. Skripsi. Jambi: Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin

Nur Fatimah Binti Abdul Manaf, 2018. “Metode Mengatasi Permasalahan Keuangan
Dalam Rumah Tangga Di Jabatan Hal Ehwal Agama Terengganu (JHEAT) Melalui
Pendekatan Bimbingan Konseling Islami”. Skripsi. Medan: Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara

“Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian dan Kebijakan Pemerintah Indonesia”.


Universitas Bung Hatta. 10 Oktober 2020. 31 Oktober 2021. Beranda (bunghatta.ac.id)

Hanum, Nurlaila. “Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Kesejahteraan


Keluarga di Gampong Karang Anyar Kota Langsa” Jurnal Samudra Ekonomi Dan Bisnis,
Vol. 9. 2018. 42. Accesed 31 Oct. 2021

Mahaningrum, A. A. I. A dan Merkusiwati, Ni Ketut Lely Aryani. “Pengaruh Rasio


Keuangan pada Financial Distress” Jurnal Akuntansi, Vol.30 No.8. 2020. 1969-1984.
Accesed 31 Oct. 2021.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Instrument Observasi
MENGAMATI KESEJAHTERAAN KELUARGA YANG MENGALAMI
KEPELIKAN FINANSIAL PADA MASA PANDEMI COVID-19
Kesejahteraan Secara Fisik

SKOR / RATING
NO ASPEK YANG DINILAI INDIKATOR KETERANGAN
ADA TIDAK
a. Atap Seng ✓
b. Lantai Ubin/ Semen ✓
1 Bangunan Rumah
c. Dinding Batu ✓
d. WC / Kamar Mandi ✓
a. Kursi ✓
b. Meja ✓
c. Lemari ✓
2 Isi Bangunan d. Kasur/ Tempat Tidur ✓
e. AC ✓
f. Kipas Angin ✓
g. Kulkas ✓
a. Kompor Gas ✓
b. Rice cooker ✓
c. Dispenser ✓
3 Fasilitas Dapur d. Cooker Hood/ Penghisap
Asap Dapur ✓
e. Westafel ✓
f. Oven/ Pemanggang ✓
a. PDAM ✓
4 Sumber Air
b. Sumur ✓

5 Listrik / Sarana Penerangan a. Watt Listrik ✓


a. Hak Milik Pribadi ✓
6 Kepemilikan Rumah
b. Hak Milik Orang Lain ✓
a. Motor ✓
7 Alat Transportasi
b. Mobil ✓
Instrument Observasi
MENGAMATI KESEJAHTERAAN KELUARGA YANG MENGALAMI
KEPELIKAN FINANSIAL PADA MASA PANDEMI COVID-19
Kesejahteraan Secara Non-Fisik

SKOR / RATING
NO ASPEK YANG DINILAI INDIKATOR KETERANGAN
BAIK TIDAK
Berkomunikasi satu sama lain ✓
Menceritakan segala sesuatu Suami tertutup dan
secara terbuka ✓ suka marah-marah
Fokus kepada anggota

keluarga dirumah
Suami sibuk dengan
Memanfaatkan waktu luang
1 Hubungan Antar Keluarga ✓ handphone setiap
bersama keluarga
harinya

Suami tidak
Bekerja sama dalam pekerjaan
rumah ✓ membantu AM
dalam bekerja
Interaksi antar keluarga sehari

hari
Toleransi dengan tetangga ✓
Memberi segala jenis bantuan ✓

Perasaan positif terhadap


2 Kehidupan bertetangga
tetangga ✓

Hubungan timbal balik antar


tetangga ✓

Saling menghargai pendapat


anggota keluarga ✓

Tidak memaksakan kehendak


3
Penerapan Musyawarah
pribadi ✓
Mufakat didalam Keluarga
Mendengarkan pendapat antar
anggota keluarga ✓
Penerimaan positif hasil
musyawarah ✓

Bertenggang rasa antar



anggota keluarga
Pekerja Perusahaan -
Berdagang makanan
dan minuman
Jenis Pekerjaan yang Pedagang Rumahan ✓ cemilan didepan
4
ditekuni rumah
Buruh Pabrik -
Ojek Online -
Menjalankan Pekerjaan yang Konsisten dalam menjalankan Namun, Suami AM

dimiliki dengan Baik pekerjan sehari-hari tidak bekerja
5
Menabung pendapatan Kadang-kadang
perhari/ perbulan ✓ kalau ada sisa
Sandang, Pangan, dan Papan

terpenuhi setiap hari/ bulan
Kemampuan Mengelola
6 Mengutang untuk
Pendapatan
Mengutang dengan bank ✓ kebutuhan sehari-
hari
Menyumbang Materiil
Kegiatan Sosial secara berkala ✓

Suami terkadang
Kemampuan menahan emosi
✓ marah dan tidak
ketika pendapatan tidak stabil
Kemampuan Mengelola pulang kerumah
7
Emosi Kemampuan berpikir rasional
Suami sering
ketika pekerjaan mengalami ✓ mengacuhkan AM
masalah
Kemampuan untuk kembali
menghangatkan suasana ✓
didalam keluarga
8 Akses Pendidikan
Semua anggota keluarga

mengenyam pendidikan
Dokumentasi

Kondisi Dalam Rumah AM Kondisi Depan Rumah AM

Kegiatan AM berdagang Bahan-bahan AM untuk


sehari-hari berdagang
Daftar Klien

Klien 1
Nama : AM
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 30 tahun
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Jelutung 7 Kp. Sugutamu RW. 021, Sukmajaya, Kota Depok.
Pekerjaan : Pedagang

Klien 2
Nama : UR
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 32 tahun
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. Jelutung 7 Kp. Sugutamu RW. 021, Sukmajaya, Kota Depok.
Pekerjaan : Pekerja Bengkel
Laporan Konseling

1. Deskripsi Masalah
AM merupakan ibu rumah tangga yang bekerja sehari-hari dengan berdagang
aneka makanan dan minuman cemilan didepan rumahnya untuk memenuhi kebutuhan
secara fisik maupun non-fisik keluarganya sehari-hari. AM mempunyai suami (UR),
dua anak (AP) dan (MD). Akan tetapi pada masa pandemi covid-19 saat ini, keluarga
AM mengalami kondisi kepelikan finansial yang berdampak pada kesejahteraan
keluarga nya.

2. Analisis Masalah
Berdasarkan hasil kegiatan observasi yang telah dilakukan, penulis menganalisis
permasalahan yang dialami oleh keluarga AM yaitu mengalami tidak adanya
kesejahteraan keluarga baik secara fisik maupun non-fisik karena kepelikan finansial
yang dialaminya pada saat masa covid-19.

3. Rencana Layanan Yang Akan Diberikan


Berdasarkan hasil kegiatan observasi pada AM, maka rencana layanan yang
seharusnya diberikan untuk dapat mengentaskan permasalahan dan menemukan jalan
keluar yang positif pada permasalahan yang dialami oleh AM adalah Layanan
Konsultasi pada Konseling Pernikahan (Marriage Counseling) yang dilakukan dengan
konsultasi jangka pendek pada awal proses konseling.

4. Tindak Lanjut
Untuk mengetahui perkembangan hubungan antara AM dengan suami, maka
dibutuhkan tindak lanjut jika AM dan suami berkomitmen untuk melakukan proses
konseling selanjutnya agar dapat mengentaskan permasalahan yang dialami hingga
mencapai jalan keluar dan mendapatkan solusi yang positif berdasarkan upaya-upaya
yang disesuaikan dengan kebutuhan yang diberikan oleh tenaga ahli (konselor).

Anda mungkin juga menyukai