0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5 tayangan8 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang sel Mikroglia sebagai salah satu jenis sel glia yang memberikan dukungan terhadap kerja sel neuron. Sel Mikroglia berperan sebagai sel fagosit yang membersihkan debris di sistem saraf pusat. Sel ini dapat berubah morfologi menjadi bentuk amoeboid saat teraktivasi untuk membersihkan jaringan rusak. Terdapat dua tipe Sel Mikroglia, yaitu M1 yang proinflamasi dan M2 yang anti-inflam
Dokumen tersebut membahas tentang sel Mikroglia sebagai salah satu jenis sel glia yang memberikan dukungan terhadap kerja sel neuron. Sel Mikroglia berperan sebagai sel fagosit yang membersihkan debris di sistem saraf pusat. Sel ini dapat berubah morfologi menjadi bentuk amoeboid saat teraktivasi untuk membersihkan jaringan rusak. Terdapat dua tipe Sel Mikroglia, yaitu M1 yang proinflamasi dan M2 yang anti-inflam
Dokumen tersebut membahas tentang sel Mikroglia sebagai salah satu jenis sel glia yang memberikan dukungan terhadap kerja sel neuron. Sel Mikroglia berperan sebagai sel fagosit yang membersihkan debris di sistem saraf pusat. Sel ini dapat berubah morfologi menjadi bentuk amoeboid saat teraktivasi untuk membersihkan jaringan rusak. Terdapat dua tipe Sel Mikroglia, yaitu M1 yang proinflamasi dan M2 yang anti-inflam
FAKULTAS BIOLOGI PROGRAM STUDI BIOLOGI MEDIK UNIVERSITAS NASIONAL 2021 PENDAHULUAN
Otak merupakan organ tubuh yang mempunyai peran sangat
penting dalam mengatur dan mengontrol semua aktivitas tubuh termasuk perilaku, tumbuh kembang, dan reproduksi. Sel-sel penyusun otak manusia sekitar 90% terdiri dari sel-sel glial dan sisanya yaitu sekitar 10% terdiri dari sel saraf. Sistem saraf merupakan salah satu sistem dalam tubuh yang dapat berfungsi sebagai media untuk berkomunikasi antar sel maupun antar organ dan dapat berfungsi sebagai kendali berbagai organ, serta dapat memproduksi hormon. Sistem persarafan dalam tubuh dibangun oleh dua jenis sel, yaitu sel neuron dan sel neuroglia. Neuroglia merupakan sel glia yang memberikan dukungan, nutrisi dan melindungi sel neuron. Tidak seperti sel neuron, sel glia tidak membentuk atau menyalurkan impuls saraf. Selama beberapa waktu semenjak penemuannya, sel glia di anggap oleh para ilmuwan adalah “semen” pasif yang secara fisik menopang neuron dan secara fungsional merupakan sel yang penting. Sel glia berfungsi membantu menunjang sel neuron baik secara fisik maupun metabolik. Sel-sel ini secara homeostatis mempertahankan komposisi lingkungan ekstrasel khusus yang mengelilingi neuron didalam batas-batas sempit yang optimal bagi fungsi neuron. Salah satu jenis sel glia yang memberikan dukungan terhadap kerja sel neuron adalah sel Mikroglia. A. Sel Mikroglia
Mikroglia pertama kali ditemukan oleh ahli Neuroanatomi
berkebangsaan Spanyol, Pio del-Rio-Hortega (1882-1945), sebagai komponen ketiga dari sistem saraf pusat. Sedangkan komponen utamanya adalah sel neuron, dan komponen keduanya adalah sel astrosit. Mikroglia menyusun 10-15% dari total sel yang menempati otak. Mikroglia merupakan sel glia yang ukurannya paling kecil dan memiliki sifat-sifat fagosit dan merupakan sel pertahanan imun pada sistem saraf pusat. Sel “pembersih” ini adalah sepupu dari monosit yang sama-sama membentuk lini pertahanan. Ia berasal dari sel prekursor monosit saat embryogenesis dan memiliki banyak kesamaan fungsi dengan makrofag sehingga tergolong sebagai turunan dari sel fagosit lainnya seperti sel dendritik dan makrofag. Mikroglia dan makrofag merupakan sel utama dalam sistem kekebalan tubuh organisme, dan mereka berperan penting dalam perbaikan dan juga proses regenerasi. Akan tetapi mikroglia juga merupakan produsen utama proinflamasi sitokin, yang dapat menghambat perbaikan otak dan neurogenesis. Oleh karena itu peran ganda mikroglia juga dapat menghambat restorasi otak setelah stroke. Kinerja mikroglia dan makrofag yang seirama ini disebabkan oleh adanya bukti definitif dari analisis pemetaan yang menunjukkan bahwa mikroglia berasal dari makrofag primitive selama perkembangan otak, akan tetapi lingkungan dan perkembangan otak membuat mikroglia mengalami perubahan beberapa aspek-aspek tertentu yaitu genetik atau karakteristik fungsional nya, sehingga hal ini yang membedakan mikroglia dari makrofag yang beradar pada organ lain. Sifat mikroglia yang menjadi aktif terhadap kerusakan atau perbaikan jaringan otak banyak ditemukan di berbagai penyakit seperti penyakit neurodegeneration, stroke, trauma, dan tumor otak. Mikroglia secara normal berada pada kondisi inaktif dengan morfologi sel memiliki bahan sel kecil dan prosesus-prosesus. Mikroglia juga memiliki nukleus yang berperan dalam metabolisme dan pertumbuhannya. Juga terdapat organel lain seperti retikulum endoplasma, mitokondria, dan aparatus golgi. B. Letak Spesifik sel Mikroglia
Mikroglia berasal dari jaringan sumsum tulang belakang
yang sama dengan yang menghasilkan monosit. Selama perkembangan masa mudigah, mikroglia bermigrasi ke sistem saraf pusat, tempat sel-sel ini berdiam diri sampai di aktifkan jika ada infeksi atau cedera. C. Fungsi Sel Mikroglia Mikroglia memiliki fungsi spesifik sebagai komponen fagositik yang berperan penting dalam menyingkirkan debris-debris yang berasal dari sel otak yang sudah mati maupun bakteri dan lain-lain. Sehingga sistem saraf pusat terhindar dari infeksi. Dalam keadaan istirahat, mikroglia adalah sel berhulu dengan banyak cabang panjang yang memancar keluar. Namun mikroglia dalam keadaan istirahat bukan hanya sekedar sel pengawas, akan tetapi sel ini mengeluarkan fakto-faktor pertumbuhan dalam konsentrasi rendah misalnya, faktor pertumbuhan saraf yang membantu sel neuron dan sel glia lain untuk bertahan hidup dan tumbuh. Dalam keadaan aktif, pada saat terjadi masalah di sistem saraf pusat, mikroglia menarik cabang-cabangnya dan membulat sehingga menjadi sangat mobile, lalu bergerak menuju daerah yang bermasalah untuk menyingkirkan semua benda asing atau sisa-sisa jaringan. Mikroglia juga mengeluarkan bahan-bahan kimia destruktif untuk menyerang sasaran mereka, namun para peneliti mencurigai bahwa pengeluaran yang berlebihan terhadap bahan kimia ini dapat merusak neuron yang harusnya mereka lindungi sehingga membahayakan, seperti yang dijumpai pada pasien Stroke, Alzheimer, Demensia, dan penyakit Neurodegeneratif lainnya. D. Spesialisasi sel Mikroglia Bila teraktivasi oleh patogen, maka sel ini akan mengalami perubahan morfologi, meliputi berkurangnya cabang-cabang dengan badan sel membesar berbentuk amoeboid dan menunjukkan perubahan pada permukaan sel nya. Sehingga pada saat jar saraf rusak, mikroglia akan bermigrasi, berproliferasi menjadi fagosit dan menghilangkan jaringan mati atau sel asing dari sistem saraf pusat. Perubahan morfologi dan fungsi mikroglia meliputi pembesaran, penebalan, produksi protein proinflamasi, dan perubahan perilaku dalam proliferasi, migrasi, dan fagositosis nya. Contohnya pada saat iskemia terjadi, bersama dengan pengurangan aliran darah ke otak, mikroglia akan mengalami perubahan morfologi. Mikroglia yang diaktifkan akan mulai memperluas tonjolan menuju pembuluh darah yang berdekatan, lalu ia mulai menelan sel endotel melalui proses fagositosis. Sel Mikroglia yang Sel mikroglia yang berbentuk Ramified berbentuk Amoeboid pada saat inaktif pada saat diaktifkan
E. Transformasi Mikroglia M1 dan M2
Mikroglia juga memiliki Toll-Like-Receptor (TLR) yang penting untuk meningkatkan respon imun dalam melawan peradangan. TLR ini juga diketahui berperan aktif dalam mengontrol aktivitas mikroglia. TLR menjadi pintu awal terjadinya proses molekuler akibat adanya rangsangan dari senyawa asing yang berbahaya yang dikenal sebagai Damage-Associated- Molecular Patten-Induced (DAMP). Selain dibedakan secara morfologinya, mikroglia juga dapat dibedakan secara fisiologis fungsi serta senyawa penstimulusnya, yaitu mikroglia tipe M1 dan mikroglia tipe M2. Mikroglia M1 dikenal sebagai mikroglia proinflamasi karena secara aktif mensekresikan senyawa sitokin seperti IL-IB, II-6 maupun TNF-a. Namun dalam jangka waktu panjang dan stimulus yang terus menerus , senyawa sitokin tersebut dapat merusak sel neuron disekitarnya sehingga memicu timbulnya neurotoksisitas, neurotoksisitas sendiri lebih lanjut akan berdampak pada munculnya gangguan sistem saraf pusat yang meliputi penyakit Alzheimer, Parkinson, maupun Huntington. Sel mikroglia dewasa yang bertransformasi menjadi mikroglia tipe M2 merupakan tipe mikroglia anti-inflamasi yang mensekresi sitokin anti-inflamasi seperti IL-10 dan TGF-B yang bersifat melindungi sel-sel neuron disekitarnya sehingga disebut juga sebagai mikroglia neuroprotektif. Saat ini para ilmuwan masih berusaha melakukan penelitian untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap dan jelas tentang transformasi mikroglia M1/M2. Misalnya tentang senyawa apa saja yang mendorong terjadinya transformasi, dan bagaimana proses transformasi berlangsung, dan apakah mikroglia M1 dapat berubah menjadi M2 ataupun sebaliknya. DAFTAR PUSTAKA