Filsafat olahraga adalah cabang dari ilmu filsafat yang berupaya menganalisa konsep akan
olahraga sebagian kegiatan manusia, ada beberapa isu yang dibahas dalam filsafat olahraga,
di antaranya ; Aspek Metafisika, Etika dan Moral, Filsafat Hukum, Filsafat Politik dan
Estetika.
Perspektif filosofis pada olahraga berawal di Yunani Kuno kemudian berkembang apa abad
ke 20 berkat pemikiran Paul Weiss dan Howard Slusher, Perspektif olahraga juga melihat
hubungan metafisika anatara olahraga kesenian dan permainan, permasalahan etika terkait
dengan nilai-nilai dan keadilan, serta isu-isu sosiopolitis pada umumnya.
MASA YUNANI KUNO, adalah tempat kelahiran filsafat dan olahraga olimpiade,
keduanya saling berkaitan, dimana filsafat sangat berpengaruh dalam penampilan atletis. Di
Yunani Kuno, pada masa tersebut , kepemimpinan seseorang di ukur melalui kemampuan
olahraga nya. Hal ini dapat dilihat pada karya sastra Odieseia, Olahraga dipandang suatu hal
yang dapat dikaji secara epistemik melalui proses metodologis yang memperbolehkan kita
melihat kebenaran objektif potensi atletik seseorang dengan melibatkan orang tersebut dalam
suatu pertandingan olahraga. Kemampuan atletik dinilai sebagai jalan untuk persoalan
kesenjangan sosial. Olahraga dinilai sebagai pendidikan moral. Plato bahkan mendorong
keterlibatan wanita dalam olahraga untuk memperkaya moral mereka. Aristoteles
menekankan kegiatan fisik sebagai sebuah tanggungjawab etis.
Wiess yang berjudul Sport A Philoshopical Inquary pada tahun 1969, Weiss melihat karya-
karya terkait filsafat olahraga sebagai refleksi elitisme akademis. Dalam pandangannya,
olahraga selalu dipandang sebagai budaya rendah.
Pada abad ke 19, perspektif filosofis akan olahraga dan aktivitas fisik hanya sedikit
didiskusikan dalam reformasi pendidikan kala itu, dengan menguatnya pandangan umum
bahwa kegiatan-kegiatan tersebut meningkatkan kesehatan. Manfaat kesehatan dan
pendidikan dai aktivitas fisik dipandang sebagai komponen kehidupan publik. banyak
pendukung pendidikan olahraga yang melihat olahraga dari aspek filosofis dengan mengkaji
dari segi teknologi, dualisme pikiran dan tubuh, serta metafisik sebagai model " kemanusia-
an ". Filsafat politik turut mempengaruhi pandangan umum terkait olahraga sebagai jawaban
atas permasalahan sosial dan politik pada masa itu dan mengembangkan konsep tanggung
jawab masyarakat dan kewarganegara yang bertanggung jawab.
Meskipun kajian olahraga cenderung terkesan dilakukan negara di Barat, Jepang adalah salah
satu negara Timur yangcukup gencar melakukan analisis filsafat olahraga.
pada masa kontemporer, filsafat olahraga berkembang dengan mempertanyakan nilai nilai
sosial olahraga, estetika pertunjukan olahraga, epistemologi strategis dan treknik
perseorangan dan kelompok, etika berolahraga, logika peraturan, olahraga, metafisika,
olahraga se-bagian- bagian dari " kemanusian " dan lain sebagai nya, Filsafat olahraga "
terus berkembang seiring dengan munculnya olahraga-olahraga baru seperti berselancar dan
sketboard.
LANJUT FORUM 3
ASPEK ASPEK FILSAFAT ILMU Pada setiap kajian disiplin suatu ilmu, biasanya ada
aspek-aspek tertentu yang mendominasi bersifat mayor, disamping ada juga aspek lain yang
yang akan menjadi aspek pendukung yang bersifat minor. Terlebih lagi jika kajian ini
membahas dari suatu induk. Induk yang dimaksud di sini ialah induk pengetahuan itu sendiri
atau sering disebut dengan ‘filsafat’, sebelum melahirkan turunannya yang kemudian menjadi
berbagai cabang berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Tiga hal tersebut itu adalah ontologi, epistemology, dan aksiologi, akan selalu menjadi
prolog suatu pembahasan sehingga dapat membedakan akar suatu pembahasan dengan
pengetahuan yang melingkupi suatu akar pembahasan. Di banyak kesempatan sebagian orang
malah justeru tiga pembahasan tersebut (ontology, epistemology, dan aksiologi) diposisikan
sebagai tiga cabang dari filsafat itu sendiri. Adapun ontologi dimaksud di sini adalah suatu
kajian yang ditujukan untuk menjawab pertanyaan “apa”, sehingga ini sangatlah mendasar
dan awal sebelum membahas hal yang lainnya.
Pembahasan pertama dari tema apapun seharusnya diawali dengan menjawab “apa”, sehingga
akan teridentifikasi batasan-batasan apa yang menjadi kajiannya. Sementara tahapan
berikutnya adalah epistemologi, yaitu bagaimana mencari berbagai pengetahuan yang
berhubungan dan berkaitan terhadap jawaban “apa” yang dimaksud di kajian ontologi seperti
tersebut di atas. Adapun langkah berikutnya adalah, tidak hanya cukup dengan
mendefinisikan ‘apa sesuatu’ itu tetapi harusnya melengkapi berbagai macam halnya tentang
‘sesuatu’ yang sedang menjadi objek pembahasan.
Oleh karena itu berbagai pengetahuan yang berkaitan dengan ‘sesuatu’ yang sedang menjadi
objek pembahasan menjadi target utama aspek epistemologi ini, guna melahirkan suatu
disiplin ilmu tertentu. Hanya dengan dua aspek utama inilah lalu kemudian lahir berbagai
cabang ilmu dan cabang pengetahuan hingga kini berkembang begitu pesat tidak seperti awal
mula filsafat muncul yang hanya melahirkan beberapa disiplin ilmu seperti; logika, biologi,
sosiologi, etika, estetika, ekonomi, dan metafisika. Tetapi lahir berbagai disiplin ilmu
pengetahuan dari induknya yaitu filsafat, dengan melalui tiga aspek utama yang sangat
penting telah diletakkan oleh para filosof Yunani bahkan hingga kini; ontologi, epsitemologi,
dan aksiologi. Melengkapi pertanyaan dari “apa” yang ada di kajian “ontologi’, kemudian
penjelasan tentang pertanyaan dari pertanyaan “bagaimana” yang ada di kajian “epitemologi”
ini, lalu kemudian dilengkapi dengan apa yang dikaji dalam aksiologi. Karena aksiologi ini
membahas tentang daya manfaat dan daya guna dari bahasan tersebut, apakah memberi
kemanfaatan dan berguna ataukah tidak memberikan manfaat dan tidak berguna.
Kata Kunci: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi
PERKULIAHAN KE 5
ONTOLOGI
Ontologo berasal dari bahasa Yunani yaitu On adalah being dan Logos adalah logic. jadi
ontologi adalah the theory of being qua being atau teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan. Ontologi dapat juga diartikan sebagai cabang filsafat yang berkenan dengan
hakikat dari kenyataan. kebanyakan orang awam tidak mencari mau realita karena merasa
sudah cukup menerima apa yang dipercayainya itu sebagai realitas dari budaya yang sudah
saja. Hakikat kenyataan atau realitas memang bisa didekati dengan dua macam sudut
pandang;
1. Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal apa jamak.
EPISTIMOLOGI
Epistimologi adalah masalah filsafat yang berkenan dengan hakikat pengetahuan dan hakikat
mengetahui. Dalam epistimologi pertanyaan yang ingin dijawab adalah kebenaran itu?. Untuk
menetapkan kebenaran mutlak terdapat dua aliran besar yaitu; Aliran yang pertama
mepercayai bahwa kebenaran mutlak itu diwahyukan kepada manusia oleh kekuatan
supranatural yang realitanya terdapat di alam lain dan tidak terjangkau oleh pikiran.
sedangkan aliran yang ke dua berpendapat bahwa kebenaran itu dapat digali secara ilmiah
dari realita yang ada di dunia ini. Masing-masing aliran ini memberikan pengaruh terhadap
cara manusia mengetahui kebenaran.
AKSIOLOGI
Aksiologi alah cabang filsafat yang berkenan dengan masalah nilai (value); yang menjadi
perhatian aksiologi apakah kebaikan? apakah manusia suka? apakah sesungguhnya yang
diinginkan.
Aksiologi dapat dibagi dalam kategori besar yaitu etika dan estetika. Etika berkenan dengan
konsep baik dan buruk dalam kelakuan, "bagaimana sikap dan perbuatan seseorang dalam
situasi tertentu?. Ketulusan. kejujuran, penipuan, kekejaman, kesombongan, kedermawanan,
rendah hati dan sebagainya adalah moral karena hal-hal itu tidak menyangkut hubungan
pergaulan antara manusia. Estetika berkenan dengan kualitas kecantikan dan kesenangan
(enjoyment) dalam pengalaman manusia. Pertanyaan dasarnya adalah apakah yang harus saya
suka? Apakah sensasi inderawi yang menghasilkan kualitas tertinggi dalam kenikmatan
(enjoment) atau apakah keindahan itu.
1. Menyeluruh, seorang ilmuan tidak akan pernah puas jika hanya mengenal ilmu hanya dari
segi pandangan ilmu itu sendiri, Ia ingin tahu hakikat ilmu dari sudut pandang lain. Hal ini
membuat ilmuan tidak merasa sombong dan paling hebat, contonya Socrates yang
menyatakan Ia tidak tahu apa-apa.
2. Mendasar, Yaitu sifat yang tidak begitu saja percaya bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu
itu benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan keteria tersebut dilakukan? Lalu benar
sendiri itu apa? Seperti sebuah pertanyaan melingkar yang harus dimulai dengan menentukan
titik yang benar.
3. Spekulatif, dalam menyusun sebuah lingkaran dan menentukan titik awal sebuah lingkaran
yang sekaligus menjadi titik akhirnya dibutuhkan sebuah sifat spekulatif baik sisi proses,
analisis maupun pembuktiannya. Sehingga dapat dipisahkan mana yang logis atau tidak.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang otonom, berdiri pribadi yang tersusun atas kesatuan
harmoni jiwa-raga dan eksis sebagai individu yang memasyarakat.
1. Dalam perkembangannya, olahraga semakin meluas dan memiliki makna yang bersifat
universal dan unik. Berasal dari kegiatan fisik yang menyehatkan badan, mengisi waktu luang
dan media meng-eksistensi-kan diri, akhirnya bergeser menjadi kegiatan yang mulai
kompleks, telah dipengaruhi dan mempengaruhi fenomena-fenomena lain seperti politik,
ekonomi dan sosial budaya.
2. Pada hubungan olahraga dengan politik terlihat dari intervensi atau turut campur tangannya
pemerintah atas sponsor, organisasi dan fasilitas. Terlebih lagi pada pemerintahan di
Indonesia, peraturan, kebijakan dan pendanaan oleh pemerintah merekflesikan adanya kaitan
yang sangat erat antara olahraga dan politik.
3. Sementara pada bidang sosial dan budaya terjadi pergeseran-pergeseran positif, baik itu
dari segi gender, RAS, agama atau pun perbedaan yang ada di masyarakat. Contohnya pada
suatu even olahraga yang diselenggarakan, di situ masyarakat dapat menyatu dan berbaur
satu sama lain.
4. Dewasa ini aktivitas olahraga juga telah dilakukan secara profesional, karena, dukungan
dan perhatian pemerintah terhadap bidang olahraga juga semakin mengikat. Oleh karena
sebab itu, sekarang, banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada olahraga,
akibatnya, perkembangan industri olahraga pun meningkat.
Latihan fisik yang rutin dapat meningkatkan konsentrasi, kreativitas, kesehatan mental ,
karena olahraga bisa meningkatkan jumlah oksigen dalam darah dan mempercepat aliran
darah menuju otak sehingga dapat mendorong reaksi fisik dan mental yang lebih baik.
Jalan kaki secara teratur dapat membantu mengurangi penurunan mental pada orang usia di
atas 65 tahun. Semakin sering dan lama mereka melakukan, maka, penurunan mental
semakin terkendali.
3. Mengurangi Stres.
Lakukan olahraga dengan senang dan santai, tidak perlu terlalu lama, maka aktivistas itu bisa
meningkatkan hormon-hormon baik dalam otak misalnya adrenalin, serotonin, dopamin dan
endorfin.
Semakin mahir seseorang dalam suatu jenis aktivitas, maka, kepercayaan dirinya pun
semakin meningkat.
B. BERMAIN SPONTAN.
G. BERMAIN FLEKSIBEL.
2. GAME.
A. ADA KOMPETISI.
3. OLAHRAGA.