Anda di halaman 1dari 35

LEMBAR PENGESAHAN

Hasil laporan kegaiatan kesehatan jiwa masyarakat dan desa siaga sehat jiwa dengan
judul :

Laporan Kegiatan Kesehatan Jiwa Masyarakat (Keswasmas)


dan Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ) di Dusun Kiringan
Desa Kalegen Kecamatan Bandongan

ini telah di laksanakan dari tanggal 6-18 Mei 2019.

Mengetahui,

Kepala Dusun Kiringan Dosen pembimbing

Tulus Puji Hastuti,S.Kep.,Ns.,M.Kes


..................
NIP. 19671012 199003 2 001
.........

Mengetahui,
Kepala Puskesmas Bandongan

Dr. Ma’sumah
NIP.19690304 200701 2 013
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas dengan judul “Laporan Kegiatan
Kesehatan Jiwa Masyarakat (Keswamas) dan Desa Siaga Sehat Jiwa di Dusun Kiringan
Desa Kalegen Kecamatan Bandongan” sesuai dengan waktu yang direncanakan. Dalam
pembuatan hasil laporan kegiatan penulis banyak menghadapi masalah dan hambatan.
Penulis menyadari bahwa kegiatan penulisan ini dapat diselesaikan berkat adanya dukungan
dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat
dan terima kasih kepada :

1. Marsum BE, M.HP Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang

yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan praktek klinik

perawatan keswamas dan DSSJ

2. Hermani Triredjeki S.Kep.,Ns.,M.Kes., Ketua Program Studi D III Keperawatan

Magelang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan praktek

klinik perawatan keswamas dan DSSJ

3. Drg. Maya Chistanti, Kepala Puskesmas Bandongan yang telah memberikan ijin dan

kesempatan untuk melaksanakan praktek klinik perawatan keswamas dan DSSJ di

Dusun Kiringan Desa Kalegen Kecamatan Bandongan

4. Kepala Desa Kalegen yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan

praktek klinik perawatan keswamas dan DSSJ di Dusun Kiringan Desa Kalegen

Kecamatan Bandongan

5. Tulus Puji Hastiti, S.Kep.,Ns.,M.Kes.,selaku dosen pembimbing di lahan praktek DSSJ

dusun Kiringan Desa Kalegen

6. Ibu Siti Rokhmawati, Ibu Wulan, Ibu Dhawiyah, Ibu Puji selaku kader Dusun Kiringan

Desa Kalegen.

7. Warga masyarakat Dusun Kiringan Desa Kalegen Kecamatan Bandongan


8. Teman-teman kelas Gatotkaca 1 dan Gatotkaca 2 yang telah berjuang yang terbaik

untuk menjalankan praktek kesehatan jiwa masyarakat dan desa siaga sehat jiwa.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu

dalam kegiatan Keswamas dan DSSJ

Penulis berharap semoga hasil penulisan ini dapat memberikan manfaat khususnya

masyarakat Desa Kalegen dan para kader kesehatan. Penulis menyadari bahwa laporan

kegiatan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan dan kritik untuk perbaikan

laporan kegiatan keswamas dan DSSJ pada masa mendatang sangat penulis harapkan.

Magelang Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan dan Manfaat..........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................4
A. Desa Siaga Sehat Jiwa......................................................................................4
B. Konsep Desa Siaga Sehat Jiwa.........................................................................5
C. Pengelolaan dalam Desa Siaga Sehat Jiwa.......................................................5
D. Peran Perawat Desa Siaga Sehat Jiwa..............................................................9
E. Sasaran dalam Pengembangan Desa Siaga.....................................................10
G. Indikator Keberhasilan Desa Siaga................................................................13
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN..................................................................15
A. Kerangka Pemecahan masalah.......................................................................15
B. Realisasi Pemecahan Masalah........................................................................16
C. Khalayak sasaran dan metode........................................................................17
D. Waktu dan tempat kegiatan............................................................................17
E. Sarana dan Alat yang digunakan....................................................................19
F. Pihak – Pihak yang terlibat.............................................................................19
G. Berbagai kendala yang dihadapi.....................................................................21
H. Upaya Pemecahannya.....................................................................................22
I. Kegiatan Penilaian yang dijalankan untuk melihat keberhasilan.......................22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................23
A. Hasil................................................................................................................23
B. Pembahasan....................................................................................................27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................28
A. Kesimpulan.....................................................................................................28
B. Saran...............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................29
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kumpulan SAP

Lampiran 2 : Kumpulan leaflet

Lampiran 3 : Rekap absen kehadiran penyuluhan

Lampiran 4 : Dokumentasi kegiatan


BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada individu dan keluarga di masyarakat
membutuhkan penanganan praktisi kesehatan. Keperawatan sebagai salah satu profesi
kesehatan meyakini adanya kolaborasi dan kerja tim untuk mengatasi masalah kesehatan
yang dialami individu, keluarga maupun masyarakat sehingga beberapa tindakan
keperawatan membutuhkan kolaborasi dengan berbagai profesi kesehatan lainnya.

Satu bentuk trobosan program dari dinas kesehatan untuk mengusahakan


kesejahteraan masyarakat yang berfokus pada lingkup sutu desa adalah Desa Siaga Sehat
Jiwa. Pemeliharaan sehat jiwa akan sangat membantu dalam menjadikan masyarakat
sehat seutuhnya karena sehat jiwa merupakan salah satu aspek penting dalam komponen
sehat secara utuh disamping sehat fisik dan sehat sosial. Salah satu dusun yang sudah
menjalankan program DSSJ adalah Dusun Kiringan.

Dusun Kiringan merupakan salah satu dusun di desa Kalegen kecamatan


Bandongan. Terletak di sebelah utara dusun Kaweron, sebelah selatan berbatasan dengan
dusun Kebatan, sebelah barat berbatasan dengan dusun Wonosobo dan sebelah timurnya
adalah dusun Wonoboyo. Dusun Kiringan memiliki 138 KK dengan jumlah ....
penduduk. Terdiri atas ....... penduduk laki-laki ...orang dan penduduk perempuan .....
orang. Dusun Kiringan merupakan Rukun Warga (RW) 001 dengan 3 Rukun Tetangga
(RT). Mayoritas penduduk Kiringan mempunyai mata pencaharian sebagai petani
dengan rata-rata pendapatan penduduk Rp 750.000,00 -1.000.000,00 per bulan.
Dusun Kiringan memiliki 4 kader dengan 3 kader kesehatan DSSJ dan 1 kader
kesehatan. Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan kader desa siaga sehat jiwa
(DSSJ) sebelumnya, terdeteksi ..... penduduk sehat dan ... penduduk berisiko.
Dari hasil observasi dan wawancara terhadap kader dan masyarakat yang telah
penulis lakukan di Dusun Kiringan ditemukan masalah dimasyarakat yaitu kurangnya
pengetahuan mengenai cara penanganan penyakit yang tepat di masyarakat dan
kurangnya peran aktif kader DSSJ terhadap masyarakat yang memiliki masalah dengan
kesehatannya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tindak lanjut terhadap masyarakat sehat jiwa yang belum dilakukan oleh
kader DSSJ ?
2. Apa yang perlu dilakukan sehingga kader mau dan mampu mendokumentasikan
evaluasi pada masyarakat yang berisiko gangguan jiwa dan keluarga ?
3. Apa yang perlu dilakukan sehingga kader mau dan mampu mendokumentasikan
evaluasi pada masyarakat yang mengalami masalah kesehatan dan keluarga ?
4. Bagaimana cara mengoptimalkan pendampingan kader terhadap masyarakat yang
berisiko gangguan jiwa dan mengalami masalah kesehatan ?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
a) Meningkatkan kemampuan kader DSSJ dalam memahami kesehatan jiwa di
masyarakat Dusun Kiringan Desa Kalegen
b) Meningkatkan kemampuan kader DSSJ dalam memahami masalah psikososial di
masyarakat Dusun Kiringan Desa Kalegen
c) Meningkatkan kemampuan kader DSSJ dalam memahami gangguan jiwa di
masyarakat Dusun Kiringan Desa Kalegen
d) Memotivasi kader DSSJ untuk mempertahankan semangat melaksanakan
pendampingan pada masyarakat tentang kesehatan jiwa masyarakat di Dusun
Kiringan Desa Kalegen
e) Memotivasi kader DSSJ untuk mempertahankan semangat melaksanakan
pendampingan pada masyarakat tentang masalah-masalah psikososial di Dusun
Kiringan Desa Kalegen
f) Melakukan pendidikan kesehatan jiwa di masyarakat Dusun Kiringan Desa
Kalegen
g) Melakukan pendampingan dan pelayanan keperawatan kepada masyarakat yang
mengalami masalah-masalah psikososial di Dusun Kiringan Desa Kalegen
2. Manfaat
a) Bagi institusi kesehatan / puskesmas
Laporan yang telah tersusun diharapkan dapat memberi manfaat bagi institusi
Kesehatan/puskesmas sebagai sumber informasi terhadap sejauh mana
pelaksanaan DSSJ Dusun Kiringan Desa Kalegen dan evaluasi kader DSSJ

2
b) Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan laporan yang sudah tersusun dapat di gunakan sebagai bentuk
evaluasi kader maupun mahasiswa dalam pelaksanaan DSSJ di Dusun Kiringan
Desa Kalegen
c) Bagi Kader
Diharapkan pengetahuan dan kemampuan kader dalam pelaksanaan DSSJ dapat
meningkat dan bertambah.
d) Bagi Masyarakat
Dengan adanya program DSSJ di harapkan masyarakat dapat lebih memahami
tentang kesehatan jiwa.
e) Bagi Pembaca
Penulis berharap laporan yang telah tersusun dapat menambah wawasan dan
pengetahuan tentang pelaksanaan DSSJ bagi para pembaca

3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA

A. Desa Siaga Sehat Jiwa


Desa siaga sehat jiwa merupakan sebuah program, yang mengajak masyarakat
untuk ikut berperan serta dalam mendeteksi penyakit  serta siaga terhadap munculnya
masalah kesehatan jiwa di masyarakat (Apsari, 2010).
Rochana Dwi Astuti mengungkapkan, desa siaga sehat jiwa merupakan
gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu mencegah dan mengatasi berbagai
ancaman terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi, bencana, serta masalah
gangguan kejiwaan, dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong.
Beberapa tahapan yang akan dilaksanakan di desa siaga sehat jiwa diantaranya, meliputi
persiapan, sosialisasi, pelatihan kader, pendampingan, monitoring, dan pelaporan.
dengan dibentuknya desa siaga sehat jiwa, diharapkan dapat mengurangi dampak dan
kerugian akibat dari adanya penderita gangguan jiwa yang tidak dirawat (Apsari, 2010).
Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ) merupakan pengembangan kesehatan mental
berbasis masyarakat bertujuan agar masyarakat di desa binaan tanggap
terhadap masalah kesehatan jiwa masyarakat, dapat mencegah timbulnya masalah
kesehatan jiwa serta dapat menanggulangi masalah kesehatan jiwa di masyarakat (Yuni,
2010).
Desa siaga sehat jiwa merupakan sebuah program, yang mengajak masyarakat
untuk ikut berperan serta dalam mendeteksi penyakit  serta siaga terhadap munculnya
masalah kesehatan jiwa di masyarakat (Jogyatv, 2010).
Desa Siaga Sehat jiwa merupakan salah satu program CMHN (Community
Mental Health Nursing) yang bertujuan untuk (Meru, 2011) :
1. Pendidikan kesehatan jiwa untuk masyarakat sehat.
2. Pendidikan kesehatan jiwa untuk resiko masalah psikososial.
3. Resiko jiwa untuk mengalami gangguan jiwa.
4. Terapi aktivitas bagi pasien gangguan jiwa mandiri.
5. Rehabilitasi bagi pasien gangguan jiwa mandiri.
6. Askep bagi keluarga pasien gangguan jiwa

4
B. Konsep Desa Siaga Sehat Jiwa
Desa Siaga Sehat Jiwa merupakan satu bentuk pengembangan dari pencanangan
Desa Siaga yang bertujuan agar masyarakat ikut berperan serta dalam mendeteksi
pasien gangguan jiwa yang belum terdeteksi, dan membantu pemulihan pasien yang
telah dirawat di rumah sakit, serta siaga terhadap munculnya masalah kesehatan jiwa di
masyarakat melalui kegiatan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat atau komunitas
(Community Mental Health Nursing). CMHN merupakan bentuk pengelolaan
pelayanan asuhan keperawatan jiwa yang mendasarkan pada prinsip – prinsip pelayanan
keperawatan yang holistik dan komprehensif. Keperawatan jiwa yang holistik dan
komprehensif yakni pendekatan pelayanan yang meliputi aspek biologis, psikologis,
sosial kultural, dan spiritual dalam hubungannya dengan prevensi primer, sekunder dan
tersier.

C. Pengelolaan dalam Desa Siaga Sehat Jiwa


1. Kemitraan
Kemitraan dalam pelayanan kesehatan di komunitas merupakan bentuk
strategi kemitraan lintas program dan lintas sector yang terintegrasi atas prinsip
kesetaraan, keterpaduan, kesepakatan  dan keterbukaan (Depkes RI., 2010). Bentuk
kemitraan antara masyarakat dan professional dilakukan melalui keputusan yang
diambil secara bersama-sama dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Hasil yang diharapkan dari upaya pengembangan kemitraan adalah semua
sektor baik pemerintah, swasta maupun masyarakat mampu menyelenggarakan
pelayanan dan pembinaan sesuai bidang, peran, kemampuan dan kesepakatan
bersama.
Dalam pelaksanaan kemitraan diperlukan komunikasi sebagai media
informasi yang diperlukan oleh semua sektor agar terjadi koordinasi dan kerjasama
yang efektif dalam mencapai tujuan. Koordinasi dapat dilakukan di setiap jenjang
administrasi dengan melaksanakan pembentukan tim di Tingkat Kabupaten, Tingkat
Kecamatan dan Tingkat Desa/Kelurahan.
Kemitraan di bagi menjadi 2 ,yaitu :
a. Kemitraan Lintas Sektor
Kemitraan lintas sektor adalah bentuk kerjasama yang dibangun antara tenaga
kesehatan, khususnya perawat CMHN dengan sektor terkait baik pemerintah
maupun non pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan  jiwa di

5
masyarakat yang dilakukan melalui kesepakatan bersama tentang peran dan
tanggung jawab nasing-masing.
Pelaksanaan kemitraan lintas sektor dapat dilakukan di Tingkat Kabupaten,
Tingkat Kecamatan maupun  di Tingkat Desa dengan cara  menggalang kerjasama
dengan  berbagai sektor baik pemerintah maupun swasta dalam mencari dukungan
(dana, sarana dan prasarana, kebijakan pemerintah setempat) dalam mendukung
pelaksanaan program CMHN.
b. Kemitraan Lintas Program
Kemitraan lintas program merupakan bentuk kerjasama yang dibangun antar
tenaga kesehatan (multidisiplin) yaitu tenaga kesehatan yang ada di puskesmas
termasuk GP+, maupun di luar puskesmas seperti praktik tenaga kesehatan :
dokter, bidan, psikolog klinik, psikiater   dalam memberikan pelayanan kesehatan
jiwa di masyarakat yang dilakukan melalui kesepakatan bersama tentang peran
dan tanggung jawab masing-masing.
2. Pemberdayaan
Dalam mengembangkan Desa Siaga Sehat Jiwa perlu adanya
keterlibatan masyarakat desa setempat dalam upaya mencapai tujuan yaitu
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.  Strategi pemberdayaan masyarakat
bermanfaat untuk mengidentifikasi, mengatasi masalah kesehatan jiwa dan
mempertahankan kesehatan jiwa di wilayahnya. Pemberdayaan masyarakat
merupakan proses pengembangan potensi baik pengetahuan maupun keterampilan
masyarakat sehingga mereka mampu mengontrol diri dan terlibat dalam
memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Kader merupakan sumber daya masyarakat
yang perlu di kembangkan dalam pengembangan Desa Siaga Sehat Jiwa.
Pemberdayaan kader kesehatan jiwa sebagai tenaga potensial yang ada di
masyarakat diharapkan mampu mendukung program CMHN yang diterapkan di
masyarakat. Seorang kader akan mampu melakukan kegiatan  apabila kader
tersebut sejak awal diberikan pembekalan. Metoda dalam mengembangkan kader
kesehatan jiwa sebaiknya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk
menentukan jumlah kader.
a. Proses Rekruitmen Kader
Rekruitmen  kader adalah suatu proses pencarian dan pemikatan para calon
kader yang mempunyai kemampuan dalam mengembangkan Desa Siaga Sehat
Jiwa. Proses awal dalam merekruit kader adalah dengan melakukan sosialisasi

6
tentang pembentukan Desa Siaga Sehat Jiwa disertai dengan kriteria kader yang
dibutuhkan.
Adapun kriteria kader sebagai berikut :
1) Sehat jasmani dan rohani
2) Mampu membaca dan menulis dengan lancar menggunakan Bahasa
Indonesia.
3) Bersedia menjadi kader kesehatan jiwa sebagai tenaga sukarela.
4) Mempunyai komitmen untuk melaksanakan program kesehatan jiwa
masyarakat.
5) Meluangkan waktu untuk kegiatan CMHN.
6) Mendapat ijin dari suami atau istri atau keluarga.
Proses rekruitmen kader dilakukan dengan cara:
1) Perawat CMHN mengadakan pertemuan dengan kepala desa dan tokoh
masyarakat setempat dengan menjelaskan tentang pembentukan Desa Siaga
Sehat Jiwa dan kebutuhan kader kesehatan jiwa.
2) Perawat CMHN menjelaskan tentang kriteria kader dan jumlah kader yang
dibutuhkan untuk tiap desa dan dusun.
3) Tokoh masyarakat melakukan pencarían calon kader berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan.
4) Kader yang telah direkruit mengisi biodata dalam formulir (Lampiran 1)
yang telah disediakan untuk proses seleksi selanjutnya.

Proses seleksi calon kader di Desa Siaga Sehat Jiwa adalah :

1) Perawat CMHN melakukan koordinasi dengan tokoh masyarakat/tokoh


agama  atau organisasi masyarakat yang ada di masyarakat dalam
menentukan calon kader yang memenuhi syarat
2) Kader terpilih mengisi surat pernyataan bersedia sebagai kader kesehatan
jiwa dan bersedia menjalankan program CMHN (  lampiran 2 )
3) Kader terpilih diwajibkan mengikuti pelatihan kader kesehatan jiwa.
b. Proses orientasi Kader
Setiap kader yang akan melaksanakan program kesehatan jiwa akan melalui
masa orientasi yaitu mengikuti sosialisasi program CMHN dan pelatihan kader
kesehatan jiwa . Orientasi yang dilakukan juga mencakup  informasi budaya
kerja  Desa Siaga Sehat Jiwa  dan informasi umum tentang  visi, misi, program,

7
kebijakan dan peraturan. Kegiatan orientasi menggunakan metode klasikal
selama 2 hari, praktik lapangan selama 3 hari, dan praktik kerja (implementasi
Desa Siaga Sehat Jiwa).

Materi pelatihan kader mencakup :

1) Program Desa Siaga Sehat Jiwa


2) Deteksi dini kasus di masyarakat ( kelompok keluarga sehat, kelompok
keluarga dengan masalah psikososial, dan kelompok keluarga
dengan gangguan jiwa )
3) Peran serta dalam mengerakkan masyarakat pada :
a) Pendidikan kesehatan kelompok keluarga sehat jiwa
b) Pendidikan kesehatan kelompok risiko masalah psikososial
c) Pendidikan kesehatan kelompok dengan gangguan jiwa
d) Terapi aktivitas kelompok  pasien gangguan jiwa
4) Supervisi keluarga dan pasien yang telah mandiri
5) Rujukan kasus
6) Pelaporan kegiatan kader kesehatan jiwa
Selama masa orientasi, dilakukan evaluasi atau penilaian terhadap kinerja
kader  dalam melaksanakan program CMHN di Desa Siaga Sehat
Jiwa.  Penilaian kader meliputi penilaian selama pelatihan di kelas (pre dan
post test) serta penilaian penampilan di lapangan.
3. Manajerial
Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Menurut Swanburg (2010), manajemen didefinisikan sebagai ilmu atau seni tentang
bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan yang dilakukan oleh banyak
orang sehingga ilmu manajemen perlu diterapkan dalam bentuk manajemen
keperawatan. Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota
staf keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan, dan bantuan terhadap
pasien.
a. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai suatu
tujuan penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan akan menentukan

8
cara pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal,
yang   bertangung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga dalam pelayanan kesehatan
komunitas (di MKKJK) Desa Siaga Sehat Jiwa menggunakan pendekatan lintas
sektoral dan lintas  program . Setiap  perawat CMHN di puskesmas bertanggung
jawab terhadap sejumlah desa  yang menjadi area binaaan.   Toma dan
kader pada setiap dusun  bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien.
Pengorganisasian di MKJJK Desa Siaga Sehat Jiwa terdiri dari:
1) Struktur organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu
organisasi. Pada pengertian struktur organisasi menunjukkan adanya
pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan
yang berbeda-beda  diintegrasikan atau dikoordinasikan. Struktur organisasi
juga menunjukkan spesialisasi pekerjaan.
2) Daftar  Jadwal  Kegiatan
Daftar yang berisi  jadual kegiatan, Fasilitator CMHN, Perawat CMHN,
Toma, Kader,  dan penanggung jawab kegiatan pada setiap daerah binaan.
3) Daftar  pasien pada kelompok binaan   
   
D. Peran Perawat Desa Siaga Sehat Jiwa
Secara umum perawat jiwa komunitas dapat berperan sebagai perawat
praktisioner, perawat pendidik, dan peran perawat koordinator.
1. Perawat Pelaksana
Perawat pelaksana (praktisioner = direct nursing care) adalah peran perawat
jiwa komunitas yang memungkinkan terjadinya interaksi antara perawat CMHN dan
klien/keluarga dalam rangka memberikan asuhan kasus keperawatan secara
langsung, melului aktifitas asuhan dengan menggunakan proses keperawatan.
Hubungan perawat klien mempunyai tujuan peningkatan kemampuan klien dalam
hal penyelesaian masalah dan peningkatan fungsi klien. Aktifitas intervensi
keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen kasus kesehatan jiwa,
intervensi keperawatan pada individu dan keluarga serta aktivitas kolaborasi dengan
tim kesehatan lain. (Kompetensi dan aktifitas manajemen kasus terlampir).

9
2. Perawat Pendidik (Edukator)
Peran perawat pendidik cukup luas, tetapi secara khusus pada perawat jiwa
adalah dalam rangka menjalankan fungsi independen pendidikan
kesehatan/keperawatan bagi klien dan keluarga agar mampu menjalankan lima
fungsi keluarga sehat jiwa dan mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah.
Aktifitas keperawatan yang dapat dijalankan sesuai dengan fungsi keluarga yang
meliputi peningkatan kemampuan mengenal masalah, mengambil keputusan,
kemampuan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah psikososial atau
gangguan jiwa, memodifikasi lingkungan klien dan keluarga yang dapat mendukung
penyelesaian masalah dan kemampuan dalam menggunakan fasilitas atau sumber-
sumber di lingkungan sekitar klien yang dapat dijadikan sebagi sumber koping dalam
menyelesaikan masalah kesehatan jiwa.
3. Perawat Koordinator
Peran perawat koordinator adalah melakukan hubungan dalam
rangka   koordinasi dan negosiasi kepada pihak-pihak terkait. Aktifitas keperawatan
yang dapat dikerjakan meliputi kegiatan penemuan kasus kesehatan jiwa dan
menjalankan fungsi rujukan kasus gangguan jiwa maupun masalah psikososial yang
menjadi asuhannnya.

E. Sasaran dalam Pengembangan Desa Siaga


Menurut Efendi (2012), sasaran dalam pengembangan desa siaga:
1. Pihak yang dapat memengaruhi individu dan keluarga, yaitu tokoh masyarakat,
lembaga swadaya masyarakat (LSM), kader dan media massa.
2. Pihak-pihak yang dapat memberi dukungan atau bantuan, yaitu pejabat atau dunia
usaha.
3. Semua individu dan keluarga didesa.

Semua sasaran diatas diharapkan dapat lebih mandiri dalam mengatasi masalah-
masalah kesehatan. Untuk menuju desa siaga, ada beberapa criteria yang harus
dipenuhi, yaitu desa tersebut minimal mempunyai pos kesehatan desa (poskesda).
Poskesda disini merupakan suatu upaya bersumber daya masyarakat (UKBM) yang
minimal melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti berikut:

1. Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang berpotensi menjadi


kejadian luar biasa (KLB) serta factor-faktor resikonya.

10
2. Penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi kejadian luar
biasa serta kekurangan gizi.
3. Kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana kegawatdaruratan kesehatan.
4. Pelayanan kesehatan dasar, sesuai dengan kompetensinya.
5. Kegiatan lain-lain misalnya promosi untuk sadar gizi, perilaku hidup bersih dan
sehat, penyehatan lingkungan, dan kegiatan pengembangan.

Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran dibedakan menjadi tiga


kelompok, yang dalam pendekatannya harus dilakukan secara simultan, ketiga
kelompok tersebut adalah (Pahlevi, 2012):

1. Sasaran Primer
Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu melaksanakan hidup
sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.
2. Sasaran Sekunder
Pihak - pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu dan keluarga di
desa atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut
yaitu tokoh - tokoh pemerintahan, masyarakat, agama, perempuan, pemuda, PKK,
dan lain – lain.
3. Sasaran Tersier
Pihak - pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan
perundang - undangan, tenaga, sarana, dana, dan lain - lain yaitu Camat, Kepala
Desa, pejabat pemerintahan lainnya, dunia usaha, donatur, dan stakeholders lain.

F. Kriteria Desa Siaga

Agar sebuah desa   menjadi Desa Siaga maka desa tersebut harus memiliki
forum desa / lembaga kemasyarakatan yang aktif dan adanya sarana / akses  pelayanan
kesehatan dasar.  Dalam pengembangannya Desa Siaga  akan meningkat  dengan
membagi menjadi 4 Kriteria Desa Siaga (Pahlevi, 2012) :

1. Tahap Bina
Pada tahap ini forum masyarakat desa mungkin belum aktif, namun telah ada
forum / lembaga masyarakat desa yang telah berfungsi dalam bentuk apa saja,
misalnya kelompok rembug desa, kelompok yasinan atau persekutuan doa, dan
sebagainya.  Demikian juga Posyandu dan Polindesnya mungkin masih pada tahap
pertama.  Pembinaan intensif dari petugas kesehatan dan petugas sektor lainnya

11
sangat diperlukan, misalnya dalam bentuk pendampingan saat ada pertemuan forum
desa untuk meningkatkan kinerja forum dengan pendekatan PKMD.
2. Tahap Tumbuh
Pada tahap ini  forum masyarakat desa telah aktif lamdari anggota forum
untuk mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat selain posyandu ,
Demikian juga Polindes dan Posyandu sedikitnya sudah pada tahap madya.
Pendampingan dari tim Kecamatan atau petugas dari sektor/LSM masih
sangat diperlukan untuk pengembangan  kualitas Posyandu atau pengembangan
UKBM lainnya. Hal  penting lain yang diperhatikan adalah pembinaan dari
Puskesmas PONED sehingga semua hamil  bersalin nifas serta bayi baru lahir yang
risiko tinggi  dan mengalami komplikasi dapat ditangani dengan baik. Disamping itu
sistem surveilans berbasis masyarakat juga sudah sudah dapat berjalan, artinya
masyarakat mampu mengamati penyakit ( menular dan tidak menular ) serta faktor
risiko di lingkungannya secara terus menerus dan melaporkan serta memberikan
informasi pada petugas kesehatan / yang terkait.
3. Tahap Kembang
Pada tahap ini forum kesehatan masyarakat telah berperan secara aktif dan
mampu mengembangkan UKBM-UKBM sesuai kebutuhan masyarakat dengan biaya
berbasis masyarakat. Sistem Kewaspadaan Dini masyarakat menghadapi bencana
dan kejadian luar biasa telah dilaksanakan dengan baik, demikian juga dengan sistem
pembiyaan kesehatan berbasis masyarakat.
Jika selama ini pembiayaan kesehatan oleh masyarakat sempat terhenti
karena kurangnya pemahaman terhadap sistem jaminan, masyarakat didorong lagi
untuk mengembangkan sistem serupa dimulai dari sistem yang sederhana dan jelas
dibutuhkan oleh masyarakat, misalnya tabulin.  Pembinaan masih diperlukan
meskipun tidak terlalu intensif.
4. Tahap Paripurna
Pada tahap ini semua indikator dalam kriteria Desa Siaga sudah terpenuhi. 
Masyarakat sudah hidup dalam lingkungan sehat serta berperilaku hidup bersih dan
sehat.  Masyarakatnya sudah mandiri dan siaga tidak hanya terhadap masalah
kesehatan yang mengancam , namun juga terhadap kemungkinan musibah / bencana
non kesehatan. . Pendampingan dari Tim Kecamatan sudah tidak diperlukan lagi.
Desa siaga tidak hanya sekedar konsep yang bertengger di atas awan. Dengan
mengacu visi Departemen Kesehatan agar rakyat indonesia dapat mewujudkan

12
kesehatan secara mandiri, perlu dilakukan tindakan - tindakan nyata. Sebagai contoh,
pembentukan Pos Kesehatan Desa ( Poskesdes ) yang bertujuan agar setiap desa
mampu mengidentifikasi dan mencegah bencana, wabah, kurang gizi dan persoalan -
persoalan lain. Poskesdes diharapkan pula untuk merevitalisasi upaya - upaya
kesehatan bersumber masyarakat seperti posyandu, pos obat desa, ambulans desa,
bank daerah desa, kelompok pemakai air dan koperasi jamban.

G. Indikator Keberhasilan Desa Siaga


Keberhasilan upaya Pengembangan Desa Siaga dapat dilihat dari empat kelompok
indikatornya, yaitu (Pahlevi, 2012):
1. Indikator masukan
Indikator masukan adalah indikator untuk mengukur seberapa besar masukan
telah diberikan dalam rangka pengembangan Desa siaga. Indikator masukan terdiri
atas hal-hal berikut:
a. Ada/tidaknya Forum Masyarakat Desa.
b. Ada/tidaknya sarana pelayanan kesehatan serta perlengkapan / peralatannya.
c. Ada/tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat.
d. Ada/tidaknya tenaga kesehatan( minimal bidan ).
e. Ada/tidaknya kader aktif.
f. Ada/tidaknya sarana bangunan / Poskesdes sebagai pusat pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan.
g. Ada/tidaknya alat komunikasi yang telah lazim dipakai masyarakat yang
dimanfaatkan untuk mendukung penggerakan surveilans berbasis masyarakat
misal: kentongan, bedug, dll.
2. Indikator Proses
Indikator proses adalah indikator untk mengukur seberapa aktif upaya yang
dilaksanakan di suatu desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga Indikator proses
terdiri atas hal - hal sebagai berikut :
a. Frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa.
b. Berfungsi / tidaknya UKBM Poskesdes.
c. Ada / tidaknya pembinaan dari Puskesmas PONED.
d. Berfungsi / tidaknya UKBM yang ada.
e. Berfungsi/tidaknya Sistem Kegawatdaruratan dan Penanggulangan Kegawat
daruratnya dan bencana.

13
f. Berfungsi / tidaknya Sistem Surveilans berbasis masyarakat.
g. Ada / tidaknya kegiatan kunjungan rumah kadarzi dan PHBS.
h. Ada / tidaknya deteksi dini gangguan jiwa di tingkat rumah tangga.
3. Indikator Keluaran
Indikator Keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil
kegiatan yang dicapai di suatu desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
Indikator keluaran terdiri atas hal - hal berikut :
a. Cakupan pelayanan kesehatan dasar ( utamanya KIA ).
b. Cakupan pelayanan UKBM - UKBM lain.
c. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang ada dan  dilaporkan.
d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan
PHBS.
e. Tertanganinya masalah kesehatan dengan respon cepat.
4. Indikator Dampak.
Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar dampak
dari hasil kegiatan desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator proses
terdiri dari atas hal-hal sebagai berikut.
a. Jumlah penduduk yang menderita sakit.
b. Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.
c. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia.
d. Jumlah balita dengan gizi buruk.
e. Tidak terjadinya KLB penyakit.
f. Respon cepat masalah kesehatan.

14
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Kerangka Pemecahan masalah


1. Prioritas Masalah 1
Adanya permasalahan belum optimalnya kunjungan rumah guna mendeteksi dini
risiko ODGJ maka kerangka pemecahan masalah yang dapat dilakukan diantaranya
yaitu :
a. Bersama kader lakukan kunjungan rumah, pendampingan dan pemantauan
terhadap masyarakat serta memotivasi kader untuk melakukannya secara rutin
dan berkala.
2. Prioritas masalah 2
Adanya permasalahan tentang kesehatan yang belum ditindaklanjuti maka kerangka
pemecahan masalah yang dapat dilakukan diantaranya yaitu :
a. Lakukan pendekatan kepada kader
b. Orientasi kepada para kader dalam pelaksanaan kunjungan rumah
c. Analisis masalah
d. Berikan penyuluhan dan motivasi kepada para kader.
e. Evaluasi kemampuan kader dalam pendampingan terhadap masyarakat sehat.
3. Prioritas Masalah 3
Adanya permasalahan belum terdokumentasikannya evaluasi kemampuan
masyarakat risiko ODGJ dan keluarga oleh kader, maka kerangka pemecahan
masalah yang dapat dilakukan diantaranya yaitu :
1. Berikan pengertian tentang pentingnya dokumentasi dan evaluasi terhadap
keluarga atau masyarakat dengan risiko ODGJ.

B. Realisasi Pemecahan Masalah


1. Prioritas masalah 1:
Realisasi pemecahan masalah yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan
kunjungan rumah guna mendeteksi dini risiko ODGJ antara lain:
a. Bersama kader melakukan kunjungan rumah, pendampingan dan pemantauan
terhadap masyarakat untuk mendeteksi dini risiko ODGJ serta memotivasi kader
untuk melakukannya secara rutin dan berkala.

15
2. Prioritas masalah 2:
Realisasi pemecahan masalah yang dapat digunakan untuk menindaklanjuti
masyarakat yang sehat jiwa diantaranya yaitu :
a. Mengingatkan kembali kepada kader mengenai tugas kader untuk mendeteksi dini
masyarakat sehat, risiko, dan gangguan jiwa
b. Mengingatkan kembali tugas kader untuk mengenali masalah kesehatan jiwa,
c. masalah psikososial dan gangguan jiwa
d. Mengingatkan dan memotivasi tugas kader untuk melakukan pendampingan pada
masyarakat.
e. Melakukan penyuluhan kepada kader tentang tindak lanjut terhadap masyarakat
yang sehat.
f. Melakukan evaluasi terhadap kader tentang kemampuan kader dalam melakukan
pendampingan terhadap masyarakat sehat.
3. Prioritas masalah 3 :
Realisasi pemecahan masalah yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemauan
dan kemampuan kader dalam mendokumentasikan kegiatan pendampingan
kunjungan rumah masyarakat guna mendeteksi dini adanya risiko ODGJ yang telah
dilakukan diantaranya yaitu :
1. Memberikan penjelasan tentang pentingnya dokumentasi sebagai bukti tertulis
dari tindakan yang telah dilakukan terhadap masyarakat guna mendeteksi dini
adanya risiko ODGJ
2. Memberikan motivasi kader agar mampu dan mau melakukan dokumentasi
tindakan pendampingan terhadap masyarakat guna mendeteksi dini adanya
risiko ODGJ
C. Khalayak sasaran dan metode
1. Prioritas masalah 1:
1. Sasaran yang dituju untuk mengoptimalkan kemampuan kader dalam melakukan
pendampingan terhadap masyarakat guna mendeteksi dini adanya ODGJ yaitu:
semua kader DSSJ dan kader kesehatan dengan menggunakan metode
penyuluhan, diskusi dan tanya jawab.
2. Prioritas masalah 2:
Sasaran yang dituju untuk menindaklanjuti pada masyarakat sehat jiwa yaitu: semua
kader DSSJ dan juga kader kesehatan dengan menggunakan metode penyuluhan,
diskusi, dan tanya jawab.

16
3. Prioritas masalah 3:
Sasaran yang dituju untuk meningkatkan kemauan dan kemampuan kader untuk
meningkatkan status kesehatan dan kesadaran masyarakat agar peduli dengan
kesehatan dirinya dengan cara : semua kader DSSJ dan juga kader kesehatan dengan
menggunakan metode penyuluhan, dan demonstrasi pendokumentasian tindakan.

D. Waktu dan tempat kegiatan


1. Prioritas masalah 1:
1. Realisasi pemecahan masalah yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan
kunjungan rumah masyarakat guna mendeteksi dini adanya risiko ODGJ.
a. Bersama kader melakukan kunjungan rumah, pendampingan dan pemantauan
terhadap masyarakat guna mendeteksi dini adanya risiko ODGJ serta
memotivasi kader untuk melakukannya secara rutin dan berkala.
1) Waktu : Kamis, 9 Mei 2019
2) Tempat Kegiatan : Dusun Kiringan RT 02
2. Prioritas masalah 2:
Realisasi pemecahan masalahan tentang belum ditindaklanjutinya masyarakat sehat
jiwa oleh kader DSSJ.
Pada prioritas masalah 2 terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan diantaranya
yaitu :
a. Mengingatkan kembali kepada kader mengenai tugas kader untuk mendeteksi
dini masyarakat sehat, risiko, dan risiko gangguan jiwa
1) Waktu : Jumat, 10 Mei 2019
2) Tempat Kegiatan : rumah Bapak Sulaeman (Bapak RW) di dusun Kiringan
RT 02
b. Mengingatkan kembali tugas kader untuk mengenali masalah kesehatan jiwa,
masalah psikososial dan gangguan jiwa
1) Waktu : Jumat, 10 Mei 2019
2) Tempat Kegiatan : rumah Bapak Sulaeman (Bapak RW) di dusun Kiringan
RT 02
c. Mengingatkan dan memotivasi tugas kader untuk melakukan pendampingan
pada masyarakat.
1) Waktu : Jumat, 10 Mei 2019

17
2) Tempat Kegiatan : rumah Bapak Sulaeman (Bapak RW) di dusun Kiringan
RT 02
d. Melakukan penyuluhan kepada kader tentang tindak lanjut terhadap masyarakat
yang sehat.
1) Waktu : Sabtu, 11 Mei 2019
2) Tempat Kegiatan : rumah Bapak Sulaeman (Bapak RW) di dusun Kiringan
RT 02
e. Melakukan evaluasi terhadap kader tentang kemampuan kader dalam melakukan
pendampingan terhadap masyarakat sehat
1) Waktu : Rabu, 15 Mei 2019
2) Tempat Kegiatan : rumah Bapak Sulaeman (Bapak RW) di dusun Kiringan
RT 02
3. Prioritas masalah 3: Realisasi pemecahan masalah yang dapat digunakan untuk
meningkatkan status kesehatan dan kesadaran masyarakat agar peduli dengan
kesehatan dirinya.
a. Memberikan penjelasan tentang hipertensi
1. Waktu : Rabu, 15 Mei 2019
2. Tempat Kegiatan : rumah Bapak Sulaeman (Bapak RW) di dusun Kiringan
RT 02
b. Memberikan motivasi masyarakat agar rutin memeriksa dan menjaga status
kesehatan dirinya dan keluarganya
1. Waktu : Rabu, 15 Mei 2019
2. Tempat Kegiatan : rumah Bapak Sulaeman (Bapak RW) di dusun Kiringan
RT 02
c. Sarana dan Alat yang digunakan
1. Prioritas masalah 1 : Adanya permasalahan belum optimalnya kunjungan
rumah guna mendeteksi dini risiko ODGJ
Adapun sarana dan alat yang digunakan pada kegiatan di prioritas masalah
1 adalah lcd, power point dan leaflet.
2. Prioritas masalah 2 : Cara mengoptimalkan pendampingan kader terhadap
masyarakat sehat
Adapun sarana dan alat yang digunakan pada kegiatan di prioritas masalah 2
adalah lcd, power point dan leaflet.

18
3. Prioritas masalah 3 : Meningkatkan status kesehatan dan kesadaran
masyarakat agar peduli dengan kesehatan dirinya.
Adapun sarana dan alat yang digunakan pada kegiatan di prioritas masalah
4 adalah lcd, leaflet dan power point.
d. Pihak – Pihak yang terlibat
4. Prioritas masalah 1 : Adanya permasalahan belum optimalnya kunjungan
rumah guna mendeteksi dini risiko ODGJ
a. Bersama kader melakukan kunjungan rumah, pendampingan dan
pemantauan terhadap ODGJ serta memotivasi kader untuk melakukannya
secara rutin dan berkala.
Dalam kegiatan tersebut pihak yang terlibat adalah ibu-ibu kader
(terlampir)
2. Prioritas masalah 2: Cara mengoptimalkan pendampingan kader terhadap
masyarakat dengan masalah kesehatan dan sehat
a. Mengingatkan kembali kepada kader mengenai tugas kader untuk
mendeteksi dini masyarakat sehat, risiko, dan risiko gangguan jiwa. Dalam
kegiatan tersebut pihak yang terlibat adalah ibu-ibu kader dan mahasiswa
(terlampir)
b. Mengingatkan kembali tugas kader untuk mengenali masalah kesehatan
jiwa, masalah psikososial dan gangguan jiwa. Dalam kegiatan tersebut
pihak yang terlibat adalah ibu-ibu kader dan mahasiswa (terlampir)
c. Mengingatkan dan memotivasi tugas kader untuk melakukan
pendampingan pada masyarakat. Dalam kegiatan tersebut pihak yang
terlibat adalah ibu-ibu kader dan mahasiswa (terlampir)
d. Melakukan penyuluhan kepada kader tentang pentingnya dokumentasi
evaluasi tindakan dan kemampuan . Dalam kegiatan tersebut pihak yang
terlibat adalah ibu-ibu kader (terlampir)
3. Prioritas masalah 3 : Meningkatkan status kesehatan dan kesadaran
masyarakat agar peduli dengan kesehatan dirinya.
a. Memberikan penjelasan tentang pentingnya hipertensi sebagai tolak ukur
dari status kesehatan karena banyaknya warga yang terkena hipertensi.
Dalam kegiatan tersebut pihak yang terlibat adalah ibu-ibu PKK
(terlampir)

19
b. Berbagai kendala yang dihadapi
1. Prioritas masalah 1:
Pengoptimalan kemampuan kader dalam melakukan pendampingan terhadap
deteksi dini adanya risiko ODGJ
1) Bersama kader melakukan kunjungan rumah, pendampingan dan pemantauan
terhadap masyarakat guna mendeteksi dini adanya risiko ODGJ serta memotivasi
kader untuk melakukannya secara rutin dan berkala
Kendala : kunjungan rumah belum bisa dilakukan secara rutin, dikarenakan
kegiatan setiap kader berbeda, sehingga untuk menemukan waktu bersama sedikit
sulit.
2. Prioritas masalah 2 : tindak lanjut terhadap masyarakat yang sehat jiwa dan dengan
masalah kesehatan
a. Mengingatkan kembali kepada kader mengenai tugas kader untuk mendeteksi
dini masyarakat sehat, risiko, dan gangguan jiwa
Kendala : kader kurang teliti dalam mengelompokkan antara masyarakat yang
gangguan dan risiko.
b. Mengingatkan kembali tugas kader untuk mengenali masalah kesehatan jiwa,
masalah psikososial dan risiko gangguan jiwa
Kendala : (tidak ada masalah)
c. Mengingatkan dan memotivasi tugas kader untuk melakukan pendampingan
pada masyarakat
Kendala : kader merasa kesulitan jika harus sesuai dengan evaluasi pada buku
panduan kader.
d. Melakukan penyuluhan kepada kader tentang tindak lanjut terhadap masyarakat
yang sehat.
Kendala : belum ada
e. Melakukan evaluasi terhadap kader tentang kemampuan kader dalam melakukan
pendampingan terhadap masyarakat sehat.
Kendala: kader masih merasa kesulitan untuk melakukan penyuluhan kesehatan
jiwa terhadap masyarakat sehat jiwa.
3. Prioritas masalah 3: peningkatan kemauan dan kemampuan kader dalam
mendokumentasikan kegiatan pendampingan kunjungan masyarakat dengan risiko
ODGJ dan dengan masalah kesehatan.

20
a. Memberikan penjelasan tentang pentingnya dokumentasi sebagai bukti tertulis
dari tindakan yang telah dilakukan terhadap masyarakat dengan risiko ODGJ
dan dengan masalah kesehatan
Kendala : tidak ada kendala
b. Memberikan motivasi kader agar mampu dan mau melakukan dokumentasi
tindakan pendampingan terhadap masyarakat dengan risiko ODGJ dan dengan
masalah kesehatan
Kendala: belum tersedianya buku khusus dokumentasi kegiatan pendampingan
ODGJ.

c. Upaya Pemecahannya
1. Prioritas masalah 1: pengoptimalan kemampuan kader dalam melakukan kunjungan
rumah serta deteksi dini adanya risiko ODGJ
a. Kendala 1: kunjungan rumah belum bisa dilakukan secara rutin, dikarenakan
kegiatan setiap kader berbeda, sehingga untuk menemukan waktu bersama
sedikit sulit.
Upaya 1 : menyarankan agar dibuat jadwal dimana kader bisa meluangkan
waktu minimal 1 minggu sekali untuk melakukan kunjungan rumah
2. Prioritas masalah 2: cara pendampingan terhadap masyarakat sehat dan dengan
masalah kesehatan
a. Kendala 1 : kader kurang tepat dan kurang teliti dalam mengelompokkan
antara masyarakat yang gangguan dan risiko.
Upaya 1: dengan diskusi bersama pengelompokan antara masyarakat sehat,
masyarakat dengan risiko, dan gangguan jiwa
b. Kendala 2: kader merasa kesulitan jika harus sesuai dengan evaluasi pada
buku panduan kader.
Upaya 2: mendorong kader agar mengusahalan evaluasi disesuaikan dengan
buku panduan agar dapat dianalisa perkembangan kondisi masyarakat
c. Kendala 3: kader masih merasa kesulitan untuk melakukan penyuluhan
kesehatan jiwa terhadap masyarakat sehat jiwa dan dengan gangguan kesehatan
Upaya 3: memotivasi masyarakat sehat untuk meningkatkan kesadaran akan
kesehatan jiwa.

21
3. Prioritas masalah 3: peningkatan kemauan dan kemampuan kader dalam
mendokumentasikan kegiatan pendampingan kunjungan rumah guna deteksi dini
adanya risiko ODGJ dan dengan masalah kesehatan
1) Kendala 1: belum tersedianya buku khusus dokumentasi kegiatan
pendampingan
Upaya 1: bersama kader mengajari pembuatan buku untuk dokumentasi
kegiatan pendampingan kunjungan
d. Kegiatan Penilaian yang dijalankan untuk melihat keberhasilan
Kegiatan penilaian yang dijalankan untuk melihat keberhasilan yaitu dengan
melakukan evaluasi kepada kader dan masyarakat Dusun Kiringan yang menjadi
sasaran penulis dalam pemberian penyuluhan maupun pendampingan dalam
pelaksanaan kunjungan rumah masyarakat guna mendeteksi dini adanya risiko ODGJ.

22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Dari kegiatan kesehatan jiwa masyarakat (Keswasmas) dan desa siaga sehat jiwa
(DSSJ) yang dilakukan pada tanggal 6-18 Mei 2019 di peroleh hasil sebagai berikut :
1. Kegiatan penyuluhan kepada kader
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan kepada kader di Dusun Kiringan didapatkan
hasil sebagai berikut :
a. Kader mampu menjelaskan kembali pengertian, ciri-ciri masyarakat sehat,
risiko dan gangguan jiwa serta cara mencegahnya.
b. Kader mau dan mampu mendeteksi dini masyarakat sehat, risiko dan gangguan.
c. Kader mampu menjelaskan kembali pentingnya melakukan dokumentasi
evalusi tindakan pendampingan risiko gangguan jiwa dan masyarakat yang
mengalami masalah kesehatan.
d. Kader mengikuti penyuluhan dari awal sampai akhir.
e. Kader dapat memberikan umpan balik, menjawab pertanyaan dan berinisiatif
untuk bertanya.
2. Kegiatan penyuluhan kepada masyarakat sehat
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan jiwa kepada masyarakat sehat RT 1, RT 2
RT 3 Dusun Kiringan, didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Masyarakat mampu menjawab pertanyaan mengenai ciri-ciri masyarakat sehat,
risiko, dan gangguan jiwa, cara mencegah gangguan jiwa dilingkungan
keluarga, serta upaya perawatan ODGJ dimasyarakat.
b. Mayarakat mengikuti penyuluhan dari awal sampai akhir.
c. Masyarakat mampu memberikan umpan balik dan mau bertanya.
3. Kegiatan penyuluhan kepada keluarga yang memiliki anak remaja
Setelah dilakukan penyuluhan kenakalan remaja di Dusun Kiringan didapatkan
hasil sebagai berikut :
a. Keluarga mampu menjawab pertanyaan tentang pengertian, macam-macam
kenakalan remaja, penyebab, dampak, dan hubungan antara kenakalan remaja
dan keberfungsian sosial keluarga.
b. Keluarga mengikuti kegiatan penyuluhan dari awal sampai akhir.

23
c. Keluarga kooperatif, mampu memberikan umpan balik dan memiliki kemauan
untuk bertanya.
4. Kegiatan penyuluhan kepada masyarakat usia dewasa
Setelah dilakukan penyuluhan kenakalan remaja di Dusun Kiringan didapatkan
hasil sebagai berikut :
a. Masyarakat mampu menjawab pertanyaan mengenai masalah yang terkait
dengan perkembangan usia dewasa.
b. Mayarakat mengikuti penyuluhan dari awal sampai akhir.
c. Masyarakat mampu memberikan umpan balik dan mau bertanya.
5. Kegiatan penyuluhan kepada masyarakat usia lansia
Setelah dilakukan penyuluhan kenakalan remaja di Dusun Kiringan didapatkan
hasil sebagai berikut :
a. Masyarakat mampu mempraktikan relaksasi otot progresif yang telah
diajarkan.
b. Masyarakat mampu menjawab pertanyaan mengenai masalah yang terkait
dengan perkembangan usia lansia.
c. Mayarakat mengikuti penyuluhan dari awal sampai akhir.
d. Masyarakat mampu memberikan umpan balik dan mau bertanya
6. Kegiatan kunjungan rumah
Selama praktik keswamas dan DSSJ, bersama kader, penulis melakukan kunjungan
rumah yang ada di Dusun Kiringan dengan laporan kunjungan terlampir.

B. Pembahasan
Secara keseluruhan kendala pada pelaksanaan pengabdian masyarakata tidak banyak,
karena kegaitan ini sudah dipersiapkan jauh-jauh hari. Dukungan dari masyarakat
sangat besar sehingga kegiatan ini berjalan sangat mariah. Antusias dan pengertian
masyarakat akan pentingnya kesehatan dan pemahaman tentang informasi kesehatan
masih sangat perlu untuk ditingkatkan agar dapat diterapkan daam kehidupan sehari-
hari. Pendidikan kesehatan akan membawa dampak pada perubahan inidu, kelompok,
dan masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui proses belajar.
Perubahan tersebut mencakup antara lain, pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui
proses pendidikan kesehatan (Machfoedz, 2015). Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, baik melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, maupun
dari indra perabaan. Namun demikian sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

24
melalui indera penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting bagi terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih sesuai dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2013).
Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu
tahu/ know (mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya),
memahami/comprehension (kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar), aplikasi/
application (kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi nyata),
analisis/ analysis (kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain), sintesis/ synthesis
(kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru), dan evaluasi/ evaluation (tingkatan pengetahuan tertinggi berkaitan dengan
kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah tingkat pendidikan,
informasi, budaya, pengalaman dan tingkat sosial ekonomi. Pengukuran pengetahuan
dapat dilakukan dengan wawancara langsung atau dengan angket yang menanyakan
tentang isi materi yang ingin diukur dari responden atau subjek penelitian. Kedalaman
pengetahuan responden yang ingin diukur atau diketahui, dapat disesuaikan dengan
tingkat pengetahuan. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan pada
akhirnya adalah agar masyarakat dapat mempraktekkan hidup sehat bagi dirinya sendiri
dan bagi masyarakat. Menurut Mariyani (2010), kegiatan penyuluhan/ pendidikan
kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang secara bermakna jika
dibandingkan dengan yang tidak diberikan penyuluhan. Pendidikan kesehatan dan
peningkatan pengetahuan dapat meningkatkan perilaku kesehatan.
Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai beberapa tingkatan yaitu
menerima/ receiving (orang/subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
objek), merespon/ responding (memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan tugas
yang diberikan adalah indikasi dari sikap), menghargai/ valuing (mengajak orang lain
untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah dengan orang lain), dan tingkatan
terakhir adalah bertanggung jawab/ responsible (bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang telah dipilihnya). Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan
responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

25
pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan bagaimana pendapat responden
(Notoatmodjo,2013). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap yaitu pengalaman
pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media
massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, dan pengaruh faktor emosional.
Sikap merupakan respon evaluatif yang dapat berbentuk positif maupun negatif. Hal
ini berarti dalam sikap terkandung adanya preferensi atau rasa suka-tak suka terhadap
suatu objek. Beberapa metode pengukuran sikap yang secara historik telah dilakukan
meliputi; observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan pengungkapan langsung (Azwar,
1995). Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh inidu baik yang diamati secara
langsung maupun tidak langsung. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu
aktivitas dari pada manusia itu sendiri, oleh karena itu perilaku manusia mempunyai
bentangan yang sangat luas (Notoatmodjo, 2013). Untuk mengetahui sikap seseorang
terhadap sesuatu, dapat dilihat dari perilakunya,sebab perilaku merupakan salah satu
indikator sikap inidu (Azwar,2015).
Dusun Kiringan memiliki 4 kader DSSJ dan kader kesehatan. Dalam kegiatan praktik
DSSJ ini, penulis lebih memfokuskan pendampingan terhadap masyarakat yang
mengalami masalah kesehatan dan beresiko mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan
observasi dan hasil analisis penulis, tidak semua kader mampu berperan aktif dalam
pelaksanaan kegiatan DSSJ dalam upaya kesejahteraan kesehatan jiwa masyarakat. Hal
ini dikarenakan waktu yang dimiliki tiap kader kurang efektif dalam pendampingan
terhadap masyarakat karena setiap kader memiliki kesibukan masing-masing.
Dalam pelaksanaannya, kader telah mampu melakukan tugasnya tetapi masih belum
optimal. Tindakan untuk masyarakat yang masih sehat belum dilakukan, maka penulis
bersama kader melakukan kegiatan penyuluhan terhadap masyarakat sehat tentang
kesehatan jiwa dan masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Penulis bersama kader
melakukan kunjungan rumah namun belum dilakukan secara rutin, maka penulis
memotivasi kader agar kegiatan dan pemantauan masyarakat dengan masalah kesehatan
dapat dilakukan secara rutin agar lebih terlihat perkembangan kondisi masyarakat.
Selama kegiatan praktik DSSJ di Dusun Kiringan, penulis menemukan hambatan
yaitu kurangnya motivasi kader dalam pendokumentasian kegiatan yang sudah
dilakukan. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pemahaman yang berbeda akan pentingnya
dokumentasi yang dilakukan. Menilik pendapat Notoatmodjo (2013) yang
mengemukakan bahwa respon individu terhadap sesuatu yang datang dari luar
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Orang yang berpendidikan tinggi akan

26
memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan
berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan
tersebut. Rendahnya tingkat pengetahuan seseorang atau masyarakat sangat
berpengaruh juga terhadap peningkatan derajat kesehatan, oleh karena sikap masyarakat
yang belum terbuka dengan hal-hal atau inovasi baru. Hal tersebut sependapat dengan
pernyataan kader yang menganggap bahwa dokumentasi kurang memberikan
keuntungan yang berarti bagi masyarakat maupun kader. Anggapan kader yaitu yang
penting sudah melakukan tugasnya. Oleh karena itu, upaya yang dilakukan penulis
adalah membangkitkan kembali motivasi dengan melakukan penyuluhan tentang
pentingnya dan keuntungan maupun dampak dari pendokumentasian yang dilakukan.

27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Setelah dilakukan pendampingan pada kader kesehatan Jiwa dalam kegiatan
praktik DSSJ dan Keswamas yang dilakukan oleh penulis telah mampu
meningkatkan pengetahuan kader tentang:
a. Deteksi dini kesehatan jiwa masyarakat di dusun Kiringan
b. Menggerakkan keluarga sehat untuk mengikuti penyuluhan kesehatan jiwa
c. Penyuluhan kesehatan jiwa terhadap masyarakat sehat jiwa
d. Pendampingan ODGJ dan kunjungan rumah
e. Merujuk pasien gangguan jiwa untuk dilakukan tindak lanjut
f. Manfaat pendokumentasian pelaksanaan kegiatan DSSJ
2. Setelah dilakukan pendampingan pada kader kesehatan Jiwa dalam kegiatan
praktik DSSJ dan Keswamas yang dilakukan oleh penulis telah mampu
meningkatkan keterampilan kader dalam melakukan:
a. Pemriksaan deteksi dini kesehatan jiwa pada keluarga
b. Deteksi dini kunjungan rumah pada keluarga sehat
c. Deteksi dini pada keluarga risiko
d. Deteksi dini pada keluarga gangguan
e. Melakukan pendokumentasian kegiatan yang telah dilakukan
B. Saran

1. Kader perlu mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dalam


pelaksanaan DSSJ
2. Perawat CMHN dan tim kesehatan yang telah ditunjuk dari Puskesmas perlu
memberikan pendampingan dan evaluasi secara berkala terkait pelaksanaan desa
siaga sehat jiwa kepada para kader. Selain itu juga perlunya memperbaharui data
secara berkala sehingga perkembangan kesehatan masyarakat Dusun Kiringan
dapat terpantau.

28
DAFTAR PUSTAKA

Apsari, Afirtha Diah dan Heri Purnomo. (2010). Pencanangan Desa Siaga Sehat
Jiwa. Diakses tanggal 20 Maret 2017 di
http://www.jogjatv.tv/berita/24/11/2010/pencanangan-desa-siaga-sehat-jiwa.

Efendi, Ferry. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Keliat, B. A., Akemat, Helena, N., & Nurhaeni, H. (2015). Keperawatan Kesehatan
Jiwa Komunitas : CMHN (Basic Course). Jakarta: EGC.

Meru, Ijam. 2011. Community Mental Health Nursing. Diakses pada tanggal 15 Mei
2019 di http://ijammeru.blogspot.com/2011/04/tutor-community-mental-health-
nursing.html.

Pahlevi, Muhamad Reza. (2012). Konsep Dasar Desa Siaga. Diakses pada tanggal 15
Mei 2019 di http://muhamadrezapahlevi.blogspot.com/2012/07/konsep-dasar-
desa-siaga.html

Yogyatv. (2010). Pencanangan Desa Siaga Sehat Jiwa.Diakses pada tanggal 14 Mei


2019 di http://www.jogjatv.tv/berita/24/11/2010/pencanangan-desa-siaga-sehat-
jiwa.

Yuni, Azmi. (2010). Efektifitas Pengembangan Desa Siaga Sehat Jiwa (Dssj)


Terhadap Sikap Masyarakat Tentang Masalah Kesehatan Jiwa Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kasihan Ii Bantul Yogyakarta. Diakses pada tanggal 13 Mei 2019 di
http://publikasi.umy.ac.id/index.php/psik/article/view/2537.

29

Anda mungkin juga menyukai