Anda di halaman 1dari 6

LAMA WAKTU PERENDAMAN BENIH MENGGUNAKAN ASAM

SULFAT (H2SO4) TERHADAP DAYA KECAMBAH


DAN PERTUMBUHAN
SEMAI SAGA (Adenanthera pavonina L.)

SEED IMMERSION TIME USING SULFURIC ACID(H2SO4) OF


GERMINATION AND GROWTH Adenanthera pavonina L. SEED

Junita Saila1, M. Mardhiansyah2, Tuti Arlita2


Forestry Department, Agriculture Faculty, University of Riau
Address BinaWidya, Pekanbaru, Riau
Email: junitasaila93@gmail.com

ABSTRACK
Diversityof tree speciescan be foundin the forest. One of diversity of tree
species is Adenanthera pavonina L. Adenanthera pavonina L. used tree parts such
as seed, leaves andwood. One of the seed used forcultivation. Germination of
Adenanthera pavonina L. still thereobstacles which Adenanthera pavonina L.
Seed has dormanty time. Skerification can be used by Sulfuric Acid (H2SO4). This
research aims to find out seed immersion effect used H2SO4 and knowing better
seed immersion time of germination Adenanthera pavonina L. This research
compiled in Completely Randomize Design (CRD) with3treatments and 3
replications. The treatment inthis study wasa longtimeimmersionfor 10 minutes,
20minutes and30minutes. Datawere analyzedbyanalysis of
varianceusingPortableSAS.9.1.3. Subsequentlyfollowed bymultiplerange
testDNMRTlevel of 5%. Research resultsobtainedisa longtimeimmersioneffect
onseed germinationsaga. The length of timeit is best toseedimmersionfor
30minuteswith germinationof48.66%, germinationpercentage ofthe seeds of
32,66%andthe seedsgerminateaverageof 6.75days.

Keywords : Adenanthera pavonina L., dormancy, germination, immersion.

PENDAHULUAN Kandungan protein yang terdapat


Saga (Adenanthera pavonina pada biji saga pohon tersebut juga
L.) merupakan tanaman serbaguna. lebih besar bila dibandingkan dengan
Semua bagian tanaman bermanfaat kedelai dan beberapa tanaman
mulai dari biji, kayu, kulit batang dan komersil lainnya (Sutikno, 2009).
daunnya. Saga mampu memproduksi Biji saga dipakai sebagai
biji kaya protein serta tidak penimbang emas karena beratnya
memerlukan lahan khusus untuk yang selalu konstan. Jenis ini
penanaman karena bisa tumbuh di umumnya dipakai sebagai peneduh di
lahan kritis, tidak perlu dipupuk atau jalan-jalan besar dan juga mudah
perawatan intensif. Selain itu, hama ditemukan di pantai. Daunnya dapat
dan gulmanya minim sehingga tidak dimakan dan mengandung alkaloid
memerlukan pestisida, jadi bersifat yang berkhasiat bagi penyembuh
ramah lingkungan karena dapat reumatik. Bijinya dapat digunakan
ditanam bersama tumbuhan lainnya. sebagai bahan tempe non kedelai
1
Mahasiswa JurusanKehutanan, FakultasPertanian, Universitas Riau
2
Staf PengajarJurusanKehutanan, FakultasPertanian, Universitas Riau
JomFaperta Vol.3 No.1 Februari 2016
karena kaya protein dan sumber memanfaatkan H2SO4 sebagai bahan
energi alternatif (biodiesel) karena untuk perendaman benih saga.
mengandung asam lemak. Kayunya Perkecambahan tumbuhan
keras sehingga banyak dipakai tidak memulai kehidupan akan tetapi
sebagai bahan bangunan serta mebel meneruskan pertumbuhan dan
(Sutikno, 2009). perkembangan yang secara temporer
Tanaman saga memiliki dihentikan ketika benih menjadi
manfaat multiguna yang tidak hanya dewasa dan embrionya menjadi tidak
secara ekologis, skala rumah tangga aktif. Benih yang bersifat dorman
sampai kebutuhan industri. Salah satu tidak akan berkecambah, meskipun
upaya untuk mempertahankan disemaikan pada tempat yang
kelestariannya yaitu melakukan menguntungkan sampai pada
pengelolaan dan pembudiyaan yang lingkungan tertentu menyebabkan
tepat. Salah satu cara yang bisa benih mengakhiri keadaan dormansi
dilakukan adalah dengan teknik tersebut (Anonim,2010).
budidaya melakukan perlakuan Menurut Yuniarti (2002)
terhadap benih saga yaitu dormansi dibedakan menjadi
perendaman menggunakan H2SO4. dormansi fisik dan dormansi
H2SO4 merupakan asam fisiologis. Dormansi fisik disebabkan
mineral (anorganik) yang kuat. Zat oleh pembatas struktural terhadap
ini larut dalam air pada semua perkecambahan benih, seperti kulit
perbandingan. Kegunaan H2SO4 di benih yang keras dan kedap air
Laboratorium umumnya sebagai sehingga menjadi penghalang
reagent atau pereaksi yang umumnya mekanis terhadap masuknya air dan
digunakan di dalam suatu reaksi gas ke dalam benih. Sedangkan
asam-basa atau reaksi lainnya. dormansi fisiologis dapat disebabkan
Berbahaya bila kontak dengan kulit oleh sejumlah mekanisme, tetapi
dan mata. Perendaman biji saga pada umumnya disebabkan oleh zat
menggunakan H2SO4 memiliki tujuan pengatur tumbuh, baik yang berupa
yang sama halnya penggosokan penghambat maupun perangsang
dengan menggunakan amplas yakni tumbuh. Penelitian ini bertujuan
untuk melukai bagian kulit benih agar untuk mengetahui pengaruh lama
dapat mematahkan dormansi kulit waktu perendaman menggunakan
benih saga yang keras (Anonim, H2SO4 terhadap perkecambahan
2010). Setyasih (2002) menyatakan benih saga. Mengetahui lama
bahwa pengujian benih dilakukan perendaman benih yang terbaik
untuk mengurangi resiko kegagalan menggunakan H2SO4 terhadap
dalam memperhitungkan kebutuhan perkecambahan benih saga.
bibit di lapangan, dengan
membandingkan jumlah kecambah BAHAN DAN METODE
yang hidup terhadap benih yang Penelitian ini dilakukan di
dikecambahkan. Perlakuan yang UPT Kebun Percobaan Fakultas
diberikan terhadap benih saga, yaitu Pertanian Universitas Riau.
dengan merendamnya dalam H2SO4 Penelitian ini dilakukan selama 1
diharapkan dapat berperan menjaga (satu) bulan. Bahan penelitian yang
kualitas benih saga tetap baik. digunakan adalah biji saga
Berdasarkan banyaknya kegunaan (Adenanthera pavonina L.) sebanyak
H2SO4 maka dalam penelitian ini 450 benih, H2SO4 konsentrasi 10%
dilakukan salah satu cara (Sudrajat, dkk, 2003) dan air. Media
tanam yang digunakan adalah pasir.

JomFaperta Vol.3 No.1 Februari 2016


Alat-alat yang digunakan dalam waktu perendaman yang berbeda-
penelitian adalah baki kecambah, beda sesuai dengan perlakuan
gelas ukur, toples, galah, ayakan, berpengaruh nyata terhadap daya
masker, kertas lebel, alat tulis dan berkecambah benih saga. Hasil uji
kamera. Rancangan percobaan yang lanjut dengan menggunakan DNMRT
digunakan dalam penelitian ini pada taraf 5% dapat dilihat pada
adalah dengan menggunakan metode Tabel 1.
Rancangan Acak Lengkapyang terdiri Tabel 1. Daya berkecambah benih
dari 3 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan Daya berkecambah benih (%)
W3 48,66 a
Masing-masing perlakuan terdiri dari W2 40,66 b
50 butir benih saga, dengan total W1 32,66 c
jumlah benih saga keseluruhan Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf kecil
yang tidak sama adalah berbeda nyata menurut uji
sebanyak450 butir. W1 =Perendaman DNMRT pada taraf 5%.
benih saga selama 10 menit; Benih saga mempunyai sifat
W2=Perendaman benih saga selama dormansi yang disebabkan oleh kulit
20 menit; W3 =Perendaman benih benih yang keras, sehingga untuk
saga selama 30 menit. Respon yang mematahkan dormansi tersebut
diukur untuk melihat pengaruh lama diperlukan suatu perlakuan
waktu perendaman terhadap daya pendahuluan tertentu terhadap benih.
kecambah dan pertumbuhan saga Hasil penelitian menunjukkan bahwa
adalah daya berkecambah benih, ketika benih saga diberi perlakuan
persentase benih berkecambah, perendaman menggunakan H2SO4
kecepatan benih berkecambah, waktu dalam waktu perendaman yang
benih berkecambah mencapai berbeda-beda sesuai perlakuan
80%dan pertambahan tinggi semai. memberi pengaruh terhadap daya
Data yang diperoleh dianalisis secara berkecambah benih saga dimana
statistik menggunakan sidik ragam benih dengan kulit yang keras pada
ANOVA (Analysis Of Variance) akhirnya mampu berkecambah.
dengan menggunakan SAS 9.1.3 Daya berkecambah yaitu
Portable. Selanjutnya apabila ada jumlah dari persentase benih yang
perbedaan pengaruh antar perlakuan berkecambah danpersentase benih
akan dilanjutkan dengan uji jarak yang tidak berkecambah, tetapi masih
ganda 'XQFDQ 1HZ¶V 0XOWLSOH 5DQJH berisi dan hidup (Indriyanto, 2008).
Test (DNMRT) pada taraf 5%. Pengujian daya kecambah benih juga
Pelaksanaanpenelitianmeliputi: dihitung jumlah dari benih yang
Persiapanbenih, perendamanbenih, berpotensi hidup. Benih berpotensi
persiapan media perkecambahan, hidup ini termasuk benih segar tetapi
penyemaian dan tidak tumbuh namun tetap baik serta
pemeliharaan.Pengamatan yang sehat dan mampu menjadi kecambah
meliputi: Dayaberkecambah (%), normal. Benih berpotensi hidup dapat
persentase hidup semai (%), rata-rata menyerap air, sehingga dapat terlihat
benihberkecambah, waktu benih benih tampak mengembang, namun
berkecambah mencapai 80%dan tidak ada pemunculan struktur
pertambahan tinggi semai. penting dari perkecambahan.
Hasil penelitian menunjukkan
HASIL DAN PEMBAHASAN benih saga mengalami peningkatan
1. DayaBerkecambahBenih daya kecambah tertinggi adalah
Hasil dari analisis ragam dengan lama waktu perendaman
menunjukkan bahwa perendaman selama 30 menit (W3) mencapai
benih saga dengan H2SO4 dan lama 48,66%. Hal ini diduga karena

JomFaperta Vol.3 No.1 Februari 2016


rangsangan yang diberikan H2SO4 sehingga dapat dilalui oleh air dengan
pada benih dalam perendaman 30 mudah. Menurut Delvin (1975)
menit mampu mempercepat perendaman benih dalam larutan
penerimaan benih terhadap O2.Hasil H2SO4 akan mengakibatkan rusaknya
penelitian ini serupa dengan kulit benih. Kerusakan kulit benih ini
penelitian Sudrajat dkk (2003), yang diikuti dengan membukanya sel yang
melakukan perendaman benih akasia menyalurkan air ke dalam jaringan
dengan konsentrasi H2SO4 10% dan benih yang akan merangsang
waktu perendaman 10 menit, 20 perkecambahan benih lebih cepat.
menit dan 30 menit, maka diperoleh Hasil analisis ragam
hasil daya kecambah benih akasia memperlihatkan bahwa lama
yang tertinggi adalah perlakuan perendaman benih saga
perendaman selama 30 menit dimana menggunakan H2SO4 memberikan
persentase daya kecambah benih pengaruh nyata terhadap persentase
akasia tersebut mencapai 88%. benih berkecambah. Hasil uji lanjut
Tujuan dari perlakuan kimia dengan menggunakan DNMRT pada
adalah menjadikan kulit benih lebih taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 2.
mudah dimasuki air pada waktu Tabel
proses imbibisi. Imbibisi merupakan 2.PersentaseBenihBerkecambah
penyerapan air oleh benih dalam Persentase benih berkecambah
Perlakuan
(%)
proses awal perkecambahan, benih W3 32,66 a
akan membesar, kulit benih pecah, W2 26,66 b
dan terjadi perkecambahan yang W1 23,33 c
Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf kecil
ditandai oleh keluarnya radikula dari yang tidak sama adalah berbeda nyata menurut uji
dalam benih. DNMRT pada taraf 5%.
Benih saga yang direndam Hasil penelitian membuktikan
selama 10 menit (W1) menunjukkan bahwa saga dengan waktu lama
persentase daya yang kecambah yang perendaman 30 menit (W3)
rendah yaitu 32,66%. Hal diduga menunjukkan persentase benih
karena perendaman selama 10 menit berkecambah tertinggi yakni sebesar
terlalu cepat untuk dapat 32,66% dan berbeda nyata dengan
mematahkan dormansi. Menurut perlakuan lainnya. Hal ini diduga
Sutopo (2004) dalam Winarni (2009), karena kulit benih cukup lunak
larutan asam kuat H2SO4 sering sehingga benih dapat menyerap air
digunakan dengan konsentrasi yang secara optimum sehingga mendukung
bervariasi sampai pekat tergantung perkecambahan. Benih yang
jenis benih yang diberi perlakukan, direndam selama 30 menit (W3) ini
sehingga kulit biji menjadi lunak. mampu tumbuh dengan baik hingga
Larutan kimia yang digunakan dapat akhir penelitian.
pula membunuh cendawan atau Sedangkan perendaman benih
bakteri yang dapat membuat benih saga selama 10 menit (W1) yakni
dorman. sebesar 23,33%. Hal ini diduga
2. PersentaseBenihBerkecambah karena kondisi kulit yang masih keras
Mekanisme dari perlakuan di bandingkan dengan benih yang
kimia adalah menjadikan agar kulit direndam selama 30 menit (W3)
benih lebih mudah dimasuki air pada sehingga pelunakan kulit yang terjadi
waktu proses imbibisi. Larutan asam sedikit (minim). Perlakuan kimia
kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan perendaman dalam H2SO4
dengan konsentrasi pekat membuat dilakukan untuk melunakkan kulit
kulit benih menjadi lebih lunak benih yang keras. Waktu yang

JomFaperta Vol.3 No.1 Februari 2016


digunakan untuk perendaman benih Semai saga yang
saga berbeda-beda, rentan waktu mendapatkan perlakuan lama
tersebut di anggap cukup untuk perendaman benih saga dengan
meresapnya H2SO4 kedalam benih H2SO4 selama 30 menit (W3)
saga yang akan melunakkan benih menghasilkan pertambahan tinggi
tersebut sehingga terpecah masa semai jauh lebih baik yakni 4,36 cm
dormansinya. H2SO4 bersifat asam, dan berbeda nyata dengan perlakuan
sangat keras, berbau menyengat dan lainnya. Perlakuan lama perendaman
dapat mereduksi lapisan bahan pada benih saga selama 20 menit
dengan cepat. (W2) menghasilkan pertambahan
4.3. Pertambahan Tinggi Semai tinggi semai yakni 3,36 cm dan
Hasil dari analisis ragam berbeda nyata dengan perlakuan lama
memperlihatkan bahwa perendaman perendaman selama 10 menit (W1)
benih saga dengan berbagai menghasilkan pertambahan tinggi
perlakuan lama waktu perendaman yang terendah yakni 2,57 cm.
yang berbeda memberikan pengaruh Pertambahan tinggi semai
nyata terhadap pertambahan tinggi saga memang dipengaruhi oleh
semai saga. Hasil uji lanjut dengan kondisi semai. Semakin baik
menggunakan DNMRT pada taraf perlakuan yang diberikan tentu akan
5% dapat dilihat pada Tabel 3. semakin baik pertumbuhan semai
Tabel 3. Pertambahan tinggi semai saga tersebut sehingga semakin baik
PerlakuanPetambahan tinggi semai (cm) pula pertambahan tinggi semainya.
W3 4,36 a
W2 3,36 b
KESIMPULAN DAN SARAN
W1 2,57 c
Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf kecil
Kesimpulan
yang tidak sama adalah berbeda nyata menurut uji 1. Perendaman benih saga
DNMRT pada taraf 5%. menggunakan H2SO4
Sutopo (2002) menyatakan memberikan pengaruh terhadap
bahwa ada dua faktor yang perkecambahan saga
mempengaruhi perkecambahan benih (Adenanthera pavonina L.)
yaitu dari faktor dalam (tingkat 2. Perendaman benih saga
kemasakan benih, ukuran benih, (Adenanthera pavonina L.)
dormansi) dan faktor laur (air, dalam waktu lama perendaman
temperatur dan cahaya). 30 menit (W3) merupakan
Perlakuandengan lama perlakuan yang terbaik
perendamanbenih saga menghasilkan daya berkecambah
diasumsikanmampumenjagakondisic mencapai (48,66%), persentase
adanganmakanan yang benih berkecambah (32,66%)
adadidalambenih saga yang dan pertambahan tinggi semai
berpengaruhpadapeningkatanpertumb (4,36 cm).
uhansemai saga Saran
Menurut Sutopo (2002) Disarankan untuk melakukan
didalam biji terdapat cadangan penelitian lebih lanjut mengenai
makanan yang nantinya akan pematahan dormansi benih saga
dirombak pada tahap metabolisme (Adenanthera pavonina L.) dengan
perkecambahan, semakin baik mutu menggunakan asam sulfat (H2SO4)
benih diikuti juga dengan cadangan dengan konsentrasi yang berbeda-
makanan yang baik, maka beda. Penelitian lebih lanjut
metabolisme perkecambahan akan mengenai larutan asam kuat lainnya
berjalan dengan baik juga. yang dapat mematahkan dormansi

JomFaperta Vol.3 No.1 Februari 2016


pada benih tanaman lain juga Giberelin terhadap Daya
diperlukan. Berkecambah Benih Rotan
Manau. Buletin Teknologi
Reboisasi No. 8/2002 hal. 17-
DAFTAR PUSTAKA 30.
Anonim. 2010. Laporan dormansi Winarni, T, B. 2009. Pengaruh
dan Perkecambahan Biji. Perlakuan Pendahuluan dan
http:/dwikahenny24.wordpres Berat Benih Terhadap
s.com (Diakses tanggal 24 Perkecambahan Benih
Januari 2015). Kayu Afrika (Maesopsis
Delvin, R. M. 1975. Plant eminii Engl.). Skripsi.
Physiology Edition III. New Fakultas Kehutanan. Institut
York. D. Van Nostard Pertanian Bogor.
Company. Worker Jr. .G.F. and Ruckman. 1968.
Indriyanto. 2008. Pengantar Variation In Protein Levels
Budidaya Hutan.Bumi InGrain Sorghum In The
Aksara. Jakarta. 234 h. Southwest Desert. Agron. J.
Isbandi. 1989. Pertumbuhan dan 60: hlm. 48-487.
Perkembangan Tanaman. Yuniarti, N. 2002. Saga Pohon
UGM Press. Yogyakarta. (Adenanthera microsperma
Setyasih, M. 2002. Pengujian Saga T&B.). Atlas Benih
Pohon (Adenanthera Tanaman Hutan Indonesia
pavoninaL.) di Pusat III. Badan Penelitian dan
Pengembangan Sumber Pengembangan Kehutanan.
Daya Hutan Cepu Balai Litbang Teknologi
(Pusbanghut). PKL Fakultas Perbenihan. Bogor.
Pertanian UPN Veteran. Jawa
timur.
Sudrajat, D.J., E. Suita dan E.R.
Kartiana. 2003.
Standardisasi Pengujian
Mutu Fisik dan Fisiologis
Benih Acacia crassicarpa.
Laporan Hasil Penelitian.
Balai PenelitianTeknologi
Perbenihan. Bogor.
Sutikno. 2009. Fermentasi Tempe.
http://sutikno.blog.uns.ac.id/2
009/04/28/ fermentasi -
tempe/.( Diakses tanggal 24
Januari 2015).
Sutopo, L. 2002.
TeknologiBenih.Rajawali.
Jakarta.
Tekrony, D.M. and D.B. Egi.
1992.Relationship of seed
vigor to crop yield: A review
Crp Sci. 31:616822
Panjaitan. 2002. Pengaruh
Pemberian Asam Sulfat dan

JomFaperta Vol.3 No.1 Februari 2016

Anda mungkin juga menyukai