ii
MAKALAH
Disusun Oleh :
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Paham Ahlusunnah Waljama’ah” ini dengan tepat waktu guna memenuhi salah
satu tugas dalam mata kuliah Aswaja. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada Bapak Abdul Karim, M.Pd., selaku Dosen Mata Kuliah Aswaja yang telah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk mengerjakan penyusunan makalah
ini.
Kami berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan
pengetahuan kita tentang makna ukhuwah nahdliyah. Kami menyadari bahwa di
dalam makalah ini masih terdapat kesalahan, oleh sebab itu, kritik, saran, serta
usulan dari para pembaca kami harapkan guna menjadi pertimbangan dalam
penyusunan makalah-makalah berikutnya
berikutnya agar lebih baik.
Penyusun
iii
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………….ii
Pengantar…………………………………………………………………….ii
Daftar Isi……………………………………….…………………...
Isi……………………………………….…………………...…………….iii
…………….iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1.Latar
1.1. Latar Belakang …………………………………………………..
…………………………………………………..…
…..………..1
..………..1
1.2.Rumusan
1.2. Rumusan Masalah………………………………..……..…………...
Masalah………………………………..……..…………...………..1
………..1
1.3.Tujuan
1.3. Tujuan ……………………..………..…………...……………………………1
……………………..………..…………...……………………………1
BAB 3. PENUTUP
Kesimpulan…….....……………………...………………………………………10
Kesimpulan…….....……………………...………………………………………10
Daftar Pustaka…….…….………………………………………………………..11
Pustaka…….…….………………………………………………………..11
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah, manusia adalah makhluk sosial yang
tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Islam adalah agama rahmatan lil
‘alamin sudah menjadi keharusan bagi setiap muslin untuk menjaga hubungan
dengan baik, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, maupun dengan Negara.
Dalam ajaran agama islam semua manusia sama statusnya di mata Allah, yang
membedakan hanya dari tingkat ketaqwaan seseorang. Islam mendidik umatnya
melarang besifat individuals, tetapi selalu menyuruh umatnya untuk selalu
menjalin hubungan kepada sesamanya, yang dalam agama dikenal dengan
ukhuwah islamiyah.
1
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
Ukhuwah secara bahasa berasal dari kata (akhun) yang artinya saudara.
Ukhuwah berarti persaudaraan. Persaudaraan yang dimaksud dalam ukhuwah ini
bukan hanya terbatas pada
p ada saudara yang masih punya hubungan darah, melainkan
mel ainkan
saudara seiman. Sehingga dalam ukhuwah Islamiyah
Islamiyah tidak hanya terbatas oleh
oleh
suku, bangsa dan lain sebagainya. Adapun secara istilah ukhuwah islamiyah
adalah kekuatan iman dan spiritual yang dikaruniakan Allaah kepada hamba-Nya
yang beriman dan bertakwa yang menumbuhkan perasaan kasih sayang,
persaudaraan, kemuliaan, dan rasa saling percaya terhadap saudara seakidah.
Dalam al-Qur’an
al-Qur’an dijelaskan: Setiap mukmin adalah saudara yang
diperintahkan Allah untuk saling mengikrarkan perdamaian dan berbuat kebajikan
di antara satu dengan yang lainnya, dalam rangka taat kepada-Nya. 1
ظ اخ م ا ل ق س م و ع ص ى لرس ن ع رض ع دع ع
)اها اا ج(أخجت ح ف ن خ ج ح ف ن و و
ا بت ف ري
“Dari Abdullah Ibn Umar RA. sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda seorang
muslim bersaudara kepada sesama orang muslim, tidak boleh menganiayanya dan
tidak boleh dibiarkan dianiaya oleh orang lain dan siapa menyampaikan hajat
saudaranya, niscaya Allah menyampaikan hajatnya.”(H.R.
hajatnya.”(H.R. Al Bukhori dalam
kitab Pemaksaan)2
1
Juwariyah,
Juwariyah, Hadis
Tarbawi,, (Cet.I: Yogyakarta: Teras, 2010), hlm. 47-48.
Hadis
Tarbawi
2
Annawawy,
Annawawy, Riadhus
Riadhus Shalihin , diterjemahkan oleh Salim Bahreisy dengan judul Tarjamah
Shalihin,
Riadhus Shalihin I (Cet. II; Bandung: PT Al Maarif, 1978), hlm. 238-239.
2
Dari hadis tersebut menjelaskan bahwa orang Islam antara satu dengan
yang lain itu dipandang sebagai saudara. Sehingga satu sama lain tidak boleh
saling menganiaya. Dan jika kita mendapati seseorang dalam penderitaan ataupun
mendapat musibah, hendaknya kita membantunya untuk meringankan penderitaan
yang sedang ia alami.
Sesungguhnya dua orang bersaudara karena Allah SWT, jika salah seorang
dari keduanya lebih tinggi kedudukannya daripada yang lain, maka kedudukannya
akan diangkat bersama saudaranya. Sesungguhnya ia dihubungkan sebagaimana
anak cucu dihubungkan dengan kedua orang tua dan keluarga satu dengan yang
lain. Karena persaudaraan itu, jika didapatkan karena Allah SWT, maka ia tidak
lebih rendah daripada persaudaraan sedarah. 4 Jadi meskipun seorang muslim
bersasal dari golongan dan ras yang berbeda, sesama muslim itu
it u bersaudara antara
satu dengan yang lain karena Alllah SWT yang menjadikan persaudaraan tersebut.
3
Muhammad Al Ghazali, Akhlaq
Ghazali, Akhlaq Seorang Muslim, disunting
Muslim, disunting oleh Drs. H. Moh. Rifai (Cet. I;
Semarang: Wicaksana, 1986), hlm. 347.
4
Sa’id Hawwa,
Hawwa, Al-Mustakhlash
Al-Mustakhlash Fi Tazkiyatil-Anfus,
Tazkiyatil-Anfus , diterjemahkan oleh Abdul Amin dkk (Cet.
III; Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), hlm. 650.
د ن ؤ ؤ ا ن لق س م و ع ص ى
ك وش اا ع س ع
)ةاا بت ف ريا
ا ج* (أخ ص
“Dari Abu Musa bahwa Rasulullah SAW. telah bersabda sesungguhnya seorang
seora ng
mu’min bagi sesama mu’min bagaikan bangunan yang kuat menguatkan setengah
pada setengahnya.” (H.R. Al Bukhori sholat)5
Bukhori dalam kitab sholat)
5
Annawawy,
Annawawy, Riadhus
Riadhus Shalihin,, diterjemahkan oleh Salim Bahreisy dengan judul Tarjamah
Shalihin
Riadhus Shalihin I (Cet. II; Bandung: PT Al Maarif, 1978),
1978), hlm. 234-235.