Anda di halaman 1dari 9

BAB 5

ANALISIS THEORITICAL CONSTRUCT

5.1 TC Individu 1 Firdaus; “Memahami melalui pengalaman dan interaksi”.


(Interaksionalisme simbolik)”

“keluargaku berbicara tentang etnis jawa/pribumi”


Dengan mata menerawang dan hembusan nafas yang cukup terdengar saat itu, Bunga
bercerita bahwa keluarga dan lingkungan dia (etnis tionghoa) memiliki pandangan tersendiri
tentang etnis jawa/pribumi. Bagi keluarga bunga orang pribumi adalah sosok yang nakal,
tidak punya aturan hidup yang benar, malas, dan akan susah jika hidup dengan mereka. selain
itu keluarga bunga merasa bahwa orang jawa/pribumi tidak sederajat dengan mereka.

“.....,di keluarga saya kalau lihat orang pribumi itu seakan


akan orang pribumi itu terutama laki laki itu akan di cap
nakal, trus....., gak punya aturan kaya gitu.” (RT1a, WA 1,
04/11/16)........, jangan sama orang Jawa......,sudah pasti
hidupnya enggak enak (RT2b, WA1, 04/11/16)......, orang Jawa
itu adalah orang orang yang yaah males, gak mau kerja, trus
bawaannya itu santai santai aja (RT13b, WA1, 04/11/16)........,
ngapain seh pacaran sama orang pribumi......,mereka itu lho
jugak nggak sederajat sama kita (RT64b, WA2, 10//11/16 )

Fenomena semacam tersebut sangat jelas dan sering terjadi dalam sebuah etnis. Ktaz
& Barly (Habib, 2004) menyatakan bahwa prasangka (prejudice) dan pelabelan (stereotype)
tidak dapat dipisahkan keterkaitannya dalam sebuah etnis. Saat ekslusivitas etnis terjadi,
maka upaya untuk mengatakan bahwa etnis lain lebih buruk dari etnisnya akan terjadi, dan
upaya mengungulkan juga akan terjadi.
Tapi bisa dipahami juga munculnya penilaian orang tua bunga terhadap etnis
jawa/pribumi bisa juga disebabkan oleh keadaan yang terjadi pada kehidupannya. Ibu bunga
pernah bercerita pengalaman dia tentang kasus hukum yang terjadi di pekerjaan dirinya.
Nuansa diskriminasi terhadap etnisnya dirasa sangat kental. Kemenangan tetap akan
didapatkan oleh orang jawa kata ibunya.
“bawahannya ini melakukan korupsi,....
waktu di bawa ke pengadilan etah bagaimana
intinya mama saya itu yang malah dituntut
untuk membayar sejumlah uang karena
mencemarkan nama baik sedangkan dia ini
malah terselamatkan (RT5, WA1, 04/11/16)

Teori deprivasi relatif dapat menjelaskan permasalahan di atas. Teori psikologi sosial
ini membahas bahwa seseorang akan merasakan ketidakpuasaan atas kesenjangan yang
dirasakan pada dirinya dan kelompoknya, hingga munculnya ketidakterimaaa, prasangka, dan
segala macam perbandingan kepada kelompok lain, menurut Brown. (Habib, 2004)
Pembahasan diatas yang menjadikan bunga mendapat penolakan dalam hubungan
pacarannya.

“akhirnya yang terjadi mereka menolak hubunganku”


Penolakan itu sangat gamblang ditunjukan oleh orang tua bunga. Mamanya
mengatakan dan langsung melarang begitu mengetahui pacarnya yang beretnis jawa tersebut.
bagi mamanya pacaran dengan beda etnis tidak boleh dilakukan.
“Pacarnya Gina ini etnisnya orang pribumi
tapi dia jawa, mama saya langsung menolak
(RT1d, WA1, 04/11/16)......, mama saya ya. itu
pasti ngelarang banget kalau sampe saya ini
pacaran sama beda etnis.” (RT33, WA2,
10/11/16)

“aku memiliki contoh keluarga dan teman yang menjalin hubungan dengan
etnis jawa/prbumi”
Pada saat bunga mengalami penolakan dari lingkungannya, khususnya keluarganya.
Rupanya beberapa lingkungannya (keluarga dan teman) lebih dulu menjalin relasi intim
dengan etnis yang berbeda. Bahkan salah satu keluarga terdekatnya (koko mamanya)
menjalin relasi intim hingga menikah dengan orang berbeda etnis. Dalam teori sosial
learning milik bandura (Santrock, 2002) vicarious experiences atau yang dimaksud
pengalaman orang lain yang sukses bisa menjadi hal yang cukup menginspirasi dan
menguatkan seseorang dalam mengadopsi hal yang sama untuk dilakukan juga.

kalau kokonya mamaku kan sudah menikah


kalau aku cuman baru pacaran.” (RT21,
WA1, 04/11/16)......,nikah dengan beda etnis
itu berjalan hingga saat ini kok sampe
sekarang. (RT169, WA4, 24/11/16)

“aku bersama orang pribumi membaur dan baik-baik”


Kekuatan teori interaksionalisme simbolik milik blumer terletak pada bahwa
seseorang akan selalu mengkoreksi penilaian dirinya terhadap lingkungan dan segala hal
yang berinteraksi dengan dia, dan kekuatan eksternal tidak bisa membentuk (label) paksa
seseorang. Rupanya pengalaman positif tentang orang jawa, pribumi secara keseluruhan, dan
pacar dari Bunga membuat dirinya menolak segala alasan-alasan ketidak setujuan orang tua
dan lingkungannya (teman). Bunga mengatakan bahwa dia sejak kecil sudah membaur
dengan berbagai macam etnis pribumi, dan tidak pernah mengalami perbedaan perlakuan
antar sesama teman. Pengalaman positif saat membaur dengan teman-teman etnis pribumi
dirasakannya berbeda dengan segala macam prasangka orang tuanya. Bahkan keluarga
pacarnya sangat baik memperlakukan dirinya.

“keluarganya justru ramah...., mamanya


juga baik banget (RT52c, WA2,
10/11/16 )....., Mereka punya pengalaman
tersendiri terhadap etnis-etnis lain. Jadi
kalo dari keluargaku ya kayak gitu. Tapi
kalo dari aku punya pengalaman yang
positif-positif. (RT107A, WA4, 24/11/16)....
Keduanya seimbang sama kok aku dari
SD.....,aku sudah temenan sama orang
pribumi....., sampai sekarang juga kaya gitu
(RT18, WA1, 04/11/16).... enggak ada
perlakuan yang berbeda semuanya sama
(RT19, WA1, 04/11/16)
“mereka salah, pacar dan pacaranku tidaklah seperti yang mereka duga”
Dalam hal yang sama bunga memberikan komentar dan tanggapan tentang status
pacaran dia dan pacarnya. Bahwa tidak ada yang salah dalam pacarannya, karena pacaran
adalah sebuah bentuk rasa cinta satu sama lain. Dia mengatakan bahwa tidak ada yang salah
dengan mencintai, dan mencintai itu tulus tanpa mengenal perbedaaan.
Bunga beranggapan tidak ada yang jelek pada hubungannya. Sudah sepatutnya kata
dia, bahwa perbedaan etnis dalam pacaran itu bukan hal yang harus dipermasalahkan lagi.
Karena hal itu bagi bunga bukanlah bentuk kejahatan/kriminal. Mempermasalahkan
perbedaan etnis hanyalah mengkotak-kotakan manusia. Begitu juga penjelasan Bunga
mengenai pacarnya, bahwa pacarnya adalah sosok yang sama dengan orang lain. Sama-sama
diciptakan tuhan dari tanah, sama-sama manusia, dan dia berusaha menyayanginya,
menerima apa adanya. Tampak sekali disini bahwa Bunga melakukan sebuah proses berpikir
panjang mengenai seperti apa dan siapa pacar dan pacarannya, sebagaimana proses yang
terjadi pada diri manusia saat mengalami sebuah pengalaman kehidupan, berinteraksi dengan
sesuatu. Penjelasan semacam itu terungkap dalam teori interaksionalisme simbolik milik
Blumer (Suprapto, 2002), bahwa pada dasarnya manusia berproses untuk menggunakan
kognisi/fikirannya untuk tetap selalu memperhatikan, menilai, atau memaknai, dan selalu
memperbarui penilaian terhadap sesuatu. Bagi Bunga pacaran dia sangat wajar dan benar,
karena dia tidak menganggap ada hal yang merugikan dia. Pengalaman positif juga selalu
dirasakan dia selama berpacaran dengan status beda etnis.

“menurutku sendiri gak ada yang jelek pada


sebuah hubunganku kok (R26b) WA2,
10/11/16)...., gak ada yang salah dengan
mencintai....., mencintai itu tulus gitu loh.
(RT25c, WA2, 10/11/16)..., Soalnya cinta itu
gak mengenal sebuah perbedaan. (RT34A,
wa2, 10/11/16)...., toh perbedaan etnis itu
Cuma mengkotak-kotakan manusia (RT137,
WA4, 24/11/16)...., Pendapatku, ndak
masalah pacaran dengan beda etnis, toh...,
bukan suatu hal yang buruk, bukan sebuah
kesalahan, bukan sebuah tindakan kriminal
(RT164a, WA4, 24/11/16)..., jadi tidak ada
masalah lah dengan sebuah hubungan yang
dimulai dari sebuah perbedaan.” (RT164b,
WA4, 24/11/16)...., RT79A; Ya karena aku
menjalani hubungan yang berbeda etnis dan
dalam menjalani hubungan yang berbeda etnis
aku punya dampak dampak yang positif kok.
(RT79A, WA5, 01/12/16)

Bagaimana pendapat Bunga tentang pacarnya yang tidak diakui oleh orang tuanya??.
Rupanya bunga mengabaikan semua bentuk ketidak setujuan dari orang tuanya. Dia
beranggapan bahwa pacarnya adalah sosok yang sama dengan orang lain, sama-sama
manusia, tidak dibedakan etnis, mau etnis cina dan jawa sama saja, semua kembali ke
orangnya. Bunga juga menegaskan bahwa dia mengenali hal-hal positif pacarnya, yang
membuat dia berada pada situasi “self-indication”, yang menurut Blumer dalam konsep
teorinya interaksionalisme simbolik dikatakan ada proses komunikasi yang terjadi saat
manusia hidup, dengan memberi makna yang berasal dari interaksi sosial dengan orang lain,
dan akan selalu disempurnakannya. (Suprapto, 2002).

“semua orang itu sama, sama-sama diciptain oleh


tuhan dan dari tanah. (RT42b, WA2, 10/11/16).....,
mau etnis apapun juga aku gak keliatan kok
(RT43B, WA2, 10/11/16)....., aku harus terima apa
adanya (RT45A, WA2, 10/11/16)....,wong kita
sama sama manusia (RT51C, WA2, 10/11/16)
Yang...., rasakan orang etnis Jawa ndak sama
seperti dengan pandangan orang orang cina
(RT52A, WA 2, 10/11/16)....., Iya Jangan
disamakan karena dia beretnis ini maka dia akan
dikatakan seperti itu. (RT176, WA4, 24/11/16 )....,
tetep sama dan menurutku...., sikap dan sifat
seseorang berbeda-beda. Jangan disamakan
karena dia beretnis ini maka dia akan dikatakan
seperti itu (RT176, WA4, 24/11/16)....,
Pemaknaanku ya itu tadi...., sama-sama punya
sifat positif (RT180, WA4/ 24/11/16)...., aku lebih
mengenal kebaikan-kebaikan yang selama ini
dianggap negatif (RT194B, WA4, 24/11/16)
Pacaran yang sehat bagi Bunga yang terpenting adalah saling berhubungan (kontak-
kontakan), saling percaya, dan saling menyayangi. Semua unsur pacaran sehat ala Bunga
yang disampaikannya dalam memandang pacarannya ini merupakan bentuk lain dari teori
pacaran milik kelly. Dalam konsep teorinya Kelly menyebutkan empat komponen dalam
pacaran yang akan membuat pacaran menjadi baik. Tiga diantaranya adalah saling percaya
(trust each other), selalu berkomunikasi/berhubungan (communicate your self), dan
keintiman (Pontoh, 2016) yang di dalamnya terdapat rasa menyayangi. (Pontoh, 2006).

“ini hidup gue, maka aku yang pilih dan jalani”


Merasa memiliki otonomi pada diri sendiri adalah cerminan yang ada pada diri Bunga
dalam konteks menentukan kepada siapa dia mau berpacaran. Kehidupan dia adalah milik dia
sendiri, dia berhak memutuskan, dan tidak bolej orang lain ikut campur. Cukup cepat dia
menjawab saat mengomentari apa keputusannya berpacaran sudah tepat. Dia mengatakan
bahwa pasanganku adalah apa yang aku pilih, dan aku yang menjalani. Setelah itu Bunga
melanjutkan perkataannya bahwa terserah orang mau bilang apa, yang penting aku yang
menjalani.

“terserahlah orang mau bilang apa, yang penting


yg lagi ngejalanin aku bukan mereka. (RT25B,
WA2, 10/11/16 ) gak usah ikut campur masalah
asmaraku (RT41B, WA2,
10/11/16).......,pasanganku.., adalah apa yang aku
pilih, dan itu yang aku jalani. (RT131C, WA4,
24/11/16 )

“aku terus berupaya agar diterima”


Tidak hanya sekedar tetap mempertahankan pacarannya, Bunga juga berusaha selalu
agar proses pacarannya diterima oleh orang tuanya. Cara yang dia lakukan agar mendapat
pengakuan adalah dalam bentuk tetap cerita kepada mamanya tentang kebaikan-kebaikan
pacarnya seperti pemnberian kado, suprise, dan apapun itu. Bunga juga mencoba menjelaskan
kepada kedua orang tuanya alasan kenapa dia memilih pacarnya itu.

“Supaya hubungan lancar sih sampe hari ini aku


tetep cerita ya sama mama. Andaikan aku punya
masalah. Aku dikasih suprise, aku dikasih kado,
dikasih apapun aku akan cerita ke kedua orang
tuaku. (RT37a, WA2/ 11/12/16 )......, aku menjelaskan
oh aku pacaran sama dia karena gini gini mbok ya
tolong diterima gitu lho..” (RT51c, wa5, 01/12/16 )

Dalam menjalin sebuah hubungan dengan seorang pacar yang memiliki etnis yang
berbeda oleh subjek bunga tidak mudah. Pertentangan dan pandangan sebelah mata dari
lingkungan yang memiliki etnis sama (tionghoa) selalu muncul. Segala macam kesulitan itu
bisa diselesaikan dengan cinta yang dimilikinya kepada pasangannya. Hal ini tercermin dari
cara dia menyampaikan secara berulang-ulang bagaimana “perasaan cinta yang mendalam”
terhadap pasangannya itu cukup berarti dalam proses berpacaran dirinya.

“Soalnya menurut saya cinta itu tidak ada yg salah. cinta itu gak
mengenal sebuah perbedaan.” (WA2. RT34A. 04.11.16)
“Tepatnya karena cinta itu gak memilih.jadi gak memilih dia itu
harus etnis apa, harus sama kayak aku atau gimana itu ndak.”
(WA3. RT90. 18.11.16)

.5.2 TC Individu 2 Firdaus; “Kecocokan dan penghargaan membuat tidak berpisah”


(Intimacy)
Kecocokan/kesamaan adalah penjelasan utama bagi bunga untuk tetap
mempertahankan pacaran. Bagi bunga kecocokan yang dia maksud adalah karena adanya rasa
saling mendukung, saling percaya, mengerti satu sama lain, dan menerima
kekurangan/kelebihan pasangan masing-masing, yang semua itu merupakan elemen-elemen
yang ada dalam teori intimacy (Mayo, 2006), bahwa intimacy dapat terjadi melalui
penerimaan, komitmen, kelembutan, kepercayaan terhadap pasangan, dan tidak kalah
penting dari itu adalah saling menjaga perasaan masing-masing.

Kecocokan menjadi alasan untuk tetap mempertahankan


hubungan pacaran (RT49, WA2, 04/11/16)......, kesamaan
biasanya pendapat tentang kesetiaanku ama dia trus
bagaimana dia juga setia sama aku...(RT46, WA2,
04/11/16)....., banyak kecocokan...., dari dia jadi ya sampai
sekarang pun ndak ada pikiran untuk melepaskan dia (RT48,
WA2, 04/11/16)..., Saling mendukung dan percaya untuk
hubungan pacaran (RT55, WA2, 04/11/16)....., saling percaya
trus saling ini mas sabar satu sama lain (RT61a, WA2,
04/11/16)......, Cinta tulus itu yang passti aku bisa menerima
dia apa adanya, kekurangan kelebihannya dia, (RT93A, WA3,
18/11/16)......, aku menjaga perasaanny dengan tidak bicara
etnis (RT51B, wa5, 01/12/16

Bagi bunga pasangannya adalah sosok yang sangat menghargai dirinya dan
keluarganya, walau mengetahui penolakan keluarganya jelas-jelas diketahui. Sifat-sifat
semacam itu dalam sebuah hubungan dibutuhkan dalam penjelasan teori intimacy. Rasa
menghargai pacarnya tersebut membuat bunga mengatakan bahwa akan selalu berusaha
menjaga komitmen untuk tetap bersama

“Ya. dia sangat menghargai saya. menghargai segala sesuatu


yang ada pada saya, dan segala sesuatu yang ada di
keluarga saya meskipun hubungan kita ndak direstui
(RT151, WA4, 24/11/16)...., Harapanku ya kita bisa terus
komitmen harapannya komitmen ini enggak hanya hari ini
aja tapi bisa untuk kedepannya..., jadi pacanku bukan hanya
sampek hari ini jadi bisa diteruskan sampek menikah trus
menjalin rumah tangga bareng bareng (RT33, WA5,
01/12/16)

Kekuatan untuk tetap mempertahankan didasarkan atas alasan-alasan yang telah


disebutkan diatas membuat bunga semakin yakin keputasannya sudah tepat untuk memilih
pasangannya tersebut.
“Yang aku fikirkan ya gak ada. aku memikirkan bahwa
keputusanku sudah tepat kok memutuskan dia jadi
pasanganku.” (RT89, WA3, 18/11/16)

Anda mungkin juga menyukai