Anda di halaman 1dari 6

Nama : Musal As’ari

NIM : 857702519

TTM 1 PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

1) Jelaskan pengaruh genetic dan lingkungan terhadap perkembangan kecerdasan


anak!
Arthur Jensen (1969) mengemukakan pendapatnya bahwa kecerdasan itu
diwariskan (diturunkan). Ia juga mengemukakan bahwa lingkungan dan budaya
hanya mempunyai peranan minimal dalam kecerdasan. Dia telah melakukan
beberapa penelitian tentang kecerdasan, di antaranya ada yang membandingkan
tentang anak kembar yang berasal dari satu telur (identical twins) dan yang dari
dua telur (fraternal twins). Identical twins memiliki genetik yang identik, karena
itu kecerdasan (IQ) seharusnya sama. Fraternal twins pada anak sekandung
genetiknya tidak sama karena itu IQ-nya pun tidak sama. Menurut Jensen bila
pengaruh lingkungan lebih penting pada identical twins yang dibesarkan pada dua
lingkungan yang berbeda, seharusnya menunjukkan IQ yang berbeda pula. Kajian
terhadap hasil penelitian menunjukkan bahwa identical twins yang dibesarkan
pada dua lingkungan yang berbeda korelasi rata-rata IQ-nya 82. Dua saudara
sekandung yang dipelihara pada dua lingkungan yang berbeda korelasi rata- rata
IQ-nya 50.
Keturunan dan lingkungan berjalan bersama atau bekerja sama dan menghasilkan
individu dengan perkembangan kecerdasan. Karena pengaruh lingkungan
bergantung kepada karakteristik genetik, maka dapat dikatakan bahwa antara
keduanya terdapat interaksi.
Pengaruh genetik terhadap kecerdasan terjadi pada awal perkembangan anak dan
berlanjut terus sampai dewasa. Kita ketahui pula bahwa dengan dibesarkan pada
keluarga yang sama dapat terjadi perbedaan kecerdasan secara individual dengan
variasi yang kecil pada kepribadian dan minat. Salah satu alasan terjadinya hal itu
ialah mungkin karena keluarga mempunyai penekanan yang sama kepada anak-
anaknya berkenaan dengan perkembangan kecerdasan yaitu dengan mendorong
anak mencapai tingkat tertinggi. Mereka tidak mengarahkan anak ke arah minat
dan kepribadian yang sama. Kebanyakan orang tua menghendaki anaknya untuk
mencapai tingkat kecerdasan di atas rata-rata.

2) Jelaskan hubungan proses-proses biologis, kognitif, dan social terhadap fase-fase


perkembangan anak masa prenatal sampai dengan remaja!
Hendaknya selalu diingat bahwa antara ketiga proses, yaitu biologis, kognitif, dan
sosial terdapat jalinan yang erat. Perubahan pada perkembangan merupakan
produk dari proses-proses biologis, kognitif dan sosial. Proses-proses itu terjadi
pada perkembangan manusia yang berlangsung pada keseluruhan siklus hidupnya.
Untuk memudahkan pemahaman tentang perkembangan maka dilakukan
pembagian berdasarkan waktu-waktu yang dilalui manusia dengan sebutan fase.
Perkiraan waktu ditentukan pada setiap fase untuk memperoleh gambaran waktu
suatu fase itu dimulai dan berakhir.
a. Fase pranatal (saat dalam kandungan) adalah waktu yang terletak antara
masa pembuahan dan masa kelahiran. Pada saat ini terjadi pertumbuhan yang
luar biasa dari satu sel menjadi satu organisme yang lengkap dengan otak
dan kemampuan berperilaku, dihasilkan dalam waktu lebih kurang sembilan
bulan.
b. Fase bayi adalah saat perkembangan yang berlangsung sejak lahir sampai 18
atau 24 bulan. Masa ini adalah masa yang sangat bergantung kepada orang
tua. Banyak kegiatan-kegiatan psikologis yang baru dimulai misalnya;
bahasa, koordinasi sensori motor dan sosialisasi. Di samping itu bayi dilatih
pula untuk mengetahui waktu dan tempat untuk buang air besar dan buang air
kecil dengan istilah “toilet training”. Adapun caranya ialah dengan melatih
mereka untuk buang air kecil sebelum tidur dan buang air kecil pula segera
setelah bangun. Hal ini akan menghindari anak “mengompol”.
c. Fase kanak-kanak awal adalah fase perkembangan yang berlangsung sejak
akhir masa bayi sampai 5 atau 6 tahun, kadang-kadang disebut masa pra
sekolah. Selama fase ini mereka belajar melakukan sendiri banyak hal dan
berkembang keterampilan-keterampilan yang berkaitan dengan kesiapan
untuk bersekolah dan memanfaatkan waktu selama beberapa jam untuk
bermain sendiri ataupun dengan temannya. Pada fase ini kanak-kanak
berusaha pula berlatih untuk terampil berbicara, sehingga akan didapati
mereka melakukan monolog atau berbicara sendiri yang seolah-olah sedang
berbicara dengan orang lain. Memasuki kelas satu sekolah dasar menandai
berakhirnya fase ini.
d. Fase kanak-kanak tengah dan akhir adalah fase perkembangan yang
berlangsung sejak kira-kira umur 6 sampai 11 tahun, sama dengan masa usia
sekolah dasar. Anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan dasar
membaca, menulis, dan berhitung. Secara formal mereka mulai memasuki
dunia yang lebih luas dengan budayanya. Pencapaian prestasi menjadi arah
perhatian pada dunia anak, dan pengendalian diri sendiri bertambah pula.
e. Fase remaja adalah masa perkembangan yang merupakan transisi dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa awal, yang dimulai kira-kira umur 10 sampai 12
tahun dan berakhir kira-kira umur 18 sampai 22 tahun. Remaja mengalami
perubahan-perubahan fisik yang sangat cepat, perubahan perbandingan ukuran
bagian-bagian badan, berkembangnya karakteristik seksual seperti
membesarnya payudara, tumbuhnya rambut pada bagian tertentu, dan
perubahan suara. Pada fase ini dilakukan upaya-upaya untuk mandiri dan
pencarian identitas diri. Pemikirannya lebih logis, abstrak, dan idealis.
Semakin lama banyak waktu dimanfaatkan di luar keluarga.

3) Amati perubahan-perubahan yang terjadi pada anak kelas 1-3 SD, kemudian
klasifikasikan mana yang termasuk bagian perkembangan dan pertumbuhan!
Berilah tanda (V) pada tabel berikut
No Perubahan yang terjadi Perkembangan Pertumbuhan
1. Mulai mengembangkan kemampuan V
berpikir logis dan mengolah informasi
2. Memahami perintah yang terdiri dari 3 V
bagian terpisah
3. Bisa melakukan penambahan dan V
pengurangan dasar sampai 20
4. Bisa duduk diam dan memperhatikan V
sesuatu yang menarik selama 30-45
menit
5. Anak akan mengalami gigi susu yang V
lepas, dan ompong hingga gigi
permanennya tumbuh
6. Anak akan mengalami kenaikan berat V
badan dan tinggi badan anak akan
mengalami peningkatan

4) Jelaskan beberapa tipe masalah emosional yang pernah terjadi di sekolah saudara
dan upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasinya!
a. Masalah emosional berkelahi, yang menjadi penyebab anak berkelahi
dengan teman-temannya biasanya kalau tidak tersinggung karena diejek
temannya, ditertawakan teman setelah jatuh akibat di dorong. Tidak jarang
anak-anak berkelahi sampai cakar-cakaran dan pukul-pukulan dengan
temannya.
Anak-anak di usia ini memang masih perlu belajar bagaimana menyelesaikan
konflik dengan teman secara asertif. Guru harus sabar dan hati-hati dalam
menghadapi masalah anak seperti ini. Coba minta anak dan temannya yang
terlibat perkelahian untuk menceritakan kejadian menurut versi mereka.
Setelah itu, tanyakan kepada masing-masing anak, apa yang mereka rasakan
dan apa yang mereka ingin teman lakukan. Setelah mereka mengemukakan
jawaban mereka, guru bisa mulai menjelaskan bahwa dalam berteman tidak
boleh saling menyakiti dan setiap masalah harus diselesaikan dengan damai.
Belum tentu anak langsung mengerti dan bisa menahan emosinya, oleh sebab
itu tak cukup sekali untuk mengingatkan anak mengenai hal ini, jadi, perlu
diulang dan dilatih berkali-kali. Bukan hanya guru, melainkan para orang tua
juga wajib untuk mengajarkan indahnya perdamaian dalam persahabatan
kepada anak-anaknya.
b. Masalah emosional berbohong, seorang anak baru melempar bola saat
bermain hingga membuat kaca ruang kelas pecah. Karena takut dimarahi guru,
anak ini mengatakan bahwa dia tidak melempar bola tersebut, tapi temannya
yang melakukan.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya tanya dengan lembut dan ajak
bicara hanya berdua. Mulai bertanya dengan nada yang rendah dan santai,
mengapa anak berbohong. Dengarkan hingga selesai, jika anak Menyukai
sikap diam maka bujuk dengan kelembutan hati agar dia mau bicara. Berjanji
Tidak akan menghukum jika anak berkata jujur.
Anak-anak akan sering berbohong untuk menghindari hukuman. Meskipun itu
hal yang normal, kita ingin anak-anak mampu bertanggung jawab atas
tindakan mereka.
Anda lebih berfokus pada disiplin berbasis konsekuensi, maka Anda dapat
mengajarkan anak-anak bahwa mereka mampu mengatasi konsekuensi dari
perilaku mereka. Berikan anak konsekuensi atas kesalahannya, dan
konsekuensi lain atas kebohongannya.

5) Perkembangan social anak, peranan orang tua dan guru sangat penting, jelaskan
kapan reward and punishment dapat dilakukan untuk perkembangan sosial
seorang anak!
Hadiah (reward) dan hukuman (punishment) adalah dua hal yang berlawanan.
Hadiah diberikan sebagai imbalan terhadap prestasi yang dicapai anak, sedang
hukuman adalah sesuatu yang diberikan apabila terjadi pelanggaran atau
kesalahan yang dilakukan anak. Hadiah atau pujian akan berperan efektif sebagai
sarana memotifasi anak untuk mengulangi hal yang sama dan memperkuat
perilaku yang sudah tepat secara kontinyu dan bahkan menjadi lebih baik lagi.
Hadiah yang diberikan dapat bermacam-macam bentuknya diantaranya adalah
dapat berupa barang atau materi, berupa pujian seperti ungkapan "bagus, jempol,
baik" dan lainnya, tanda-tanda berupa mimic wajah, angka-angka atau nilai dan
lain sebagainya.
Hadiah sebagai alat untuk mendidik tidak boleh bersifat imbalan, karena imbalan
merupakan sesuatu yang diberikan sebagai ganti atas tindakan yang telah
dilakukan seseorang. Jika hadiah sudah bersifat imbalan, maka anak akan
melakukan kebaikan hanya karena mengharapkan imbalan, dan tidak lagi bersifat
mendidik. Pemberian hadiah harus bernilai pendidikan, yaitu anak memiliki
pengetahuan bahwa perbuatannya baik sehingga layak mendapatkan penghargaan
sehingga memotivasi anak untuk mengulangi perbuatan baik tersebut dan
memperkuat perilaku yang dapat diterima oleh lingkungan.
Hukuman dilakukan untuk mengurangi terjadinya suatu perilaku yang melanggar
dan tidak sesuai dan berlaku sebagai perbaikan bukan sebagai suatu siksaan.
Hukuman sebaiknya diberikan dengan cara-cara yang lembut dan menghindari
hal-hal yang keras dan kasar karena akan mengakibatkan rasa takut dan rasa
kurang percaya diri pada anak.
Anak belajar tentang salah dan benar melalui hukuman, mengajari anak suatu
aturan yang harus difahami dan dipatuhi, yang menuntunnya untuk mengetahui
bahwa ada hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Namun dalam pemberian
hukuman tidak boleh dilakukan dengan sewenang-wenang dan secara emosional.
Karena tujuan hukuman yang sebenarnya (memberikan penyadaran dan tidak akan
mengulangi) tidak akan tercapai dengan efektif. Peraturan dan hukuman yang
didiskusikan antara orang tua dan anak juga akan berdampak baik pada anak, anak
akan siap menerima hukuman jika suatu saat dia melakukan tindakan yang
melanggar peraturan yng telah disepakati. Hukuman juga harus dilakukan melalui
beberapa tahapan, yaitu mulai dari yang paling ringan dan sampai yang paling
berat.
Hadiah dan hukuman dalam proses pembelajaran adalah suatu motivasi untuk
anak agar selalu bersemangat untuk melakukan hal-hal yang baik dan selalu
berusaha untuk menghindari perilaku-perilaku yang menyimpang dan melanggar,
dan pada akhirnya hal ini akan menjadi suatu kebiasaan bagi anak dalam
menjalani kehidupannya.

Anda mungkin juga menyukai