DEMAM TIFOID
Disusun Oleh :
NIM : 018.06.0074
Kelas :B
Modul :Digestive II
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
Demam tifoid adalah infeksi akut saluran cerna yang disebabkan oleh
Salmonella typhi. Demam paratifoid adalah penyakit sejenis yang disebabkan oleh
Salmonella Paratyphi A,B, dan C. Gejala dan tanda penyakit tersebut hampir
sama, nanum manifestasi paratifoid lebih ringan.
Gejala demam tifoid sangat bervariasi, dari gejala ringan yang tidak
memerlukan perawatan hingga gejala berat yang memerlukan perawatan. Masa
inkubasi demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Pada awal periode penyakit
ini, penderita demam tifoid mengalami demam. Sifat demam adalah meningkat
perlahanlahan terutama pada sore hingga malam hari. Pada saat demam tinggi,
dapat disertai dengan gangguan system saraf pusat, seperti kesadaran menurun,
penurunan kesadaran mulai dari apatis sampai koma. Gejala sistemik lain yang
menyertai adalah nyeri kepala, malaise, anoreksia, nausea, myalgia, nyeri perut
dan radang tenggorokan. Gejala gastrointestinal pada kasus demam tifoid sangat
bervariasi. Pasien dapat mengeluh diare, obtipasi, atau optipasi kemudian disusul
dengan diare, lidah tampak kotor dengan warna putih ditengah, hepatomegaly dan
splenomegaly.
Gambaran klinis demam tifoid pada anak umur < 5 tahun, khususnya di
bawah 1 tahun lebih sulit diduga karena seringkali tidak khas dan sangat
bervariasi.Masa inkubasi demam tifoid berkisar antara 7-14 hari, namun dapat
mencapai 3-30 hari.Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal,
yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak
bersemangat.Kemudian menyusul gejala dan tanda klinis yang biasa
ditemukan.Gejala Semua pasien demam tifoid selalu menderita demam pada awal
penyakit.Demam berlangsung 3 minggu bersifat febris, remiten dan suhu tidak
terlalu tinggi.Pada awalnya suhu meningkat secara bertahap menyerupai anak
tangga selama 2-7 hari, lebih tinggi pada sore dan malam hari,tetapi demam bisa
pula mendadak tinggi.Dalam minggu kedua penderita akan terus menetap dalam
keadaan demam, mulai menurun secara tajam pada minggu ketiga dan mencapai
normal kembali pada minggu keempat.Pada penderita bayi mempunyai pola
demam yang tidak beraturan, sedangkan pada anak seringkali disertai menggigil.
Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan nyeri, perut kembung, konstipasi dan
diare.Konstipasi dapat merupakan gangguan gastrointestinal awal dan kemudian
pada minggu kedua timbul diare. Selain gejala – gejala yang disebutkan diatas,
pada penelitian sebelumnya juga didapatkan gejala yang lainnya seperti sakit
kepala , batuk, lemah dan tidak nafsu makan.
Manifestasi klinis tergantung usia, makin tua umur anak makin berat
mendekati gejala demam tifoid dewasa. Gejala klasik penyakit ini adalah demam
tinggi pada minggu kedua dan ketiga sakit, biasanya dalam 4 minggu simptom
telah hilang, meskipun kadang-kadang bertambah lebih lama. Gejala lain yang
sering ditemukan adalaah anoreksia, malaise, nyeri otot, sakit kepala, batuk dan
konstipasi.Pada usia sekolah dan remaja awitan perlahan-lahan (insidious),
mulamula demam remiten diserai malaise, mialgia, nyeri kepala, dan nyeri
abdomen yang lokalisasinya tidak dapat ditentukan, buang air besar mula-mula
dapat diare, namun selanjutnya konstipasi. Suhu meningkat secara bertahap setiap
hari dan akan mencapai titik tertinggi pada akhir minggu pertama (step ladder
temperature chart), selanjutnya demam akan bertahan tinggi. Pada saat demam
tinggi, seringkali disertai delirium. Apabila sakit melanjut pasien dapat
mengalami disorientasi, letargi, bahkan stupor. Pada balita, penyakit ini lebih
jarang terjadi, biasanya lebih ringan daripada anak besar dan sulit dibedakan
dengan infeksi virus. Seringkali disertai diare sehingga didiagnosis sebagai
gastroenteritis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Juwono, R., 2016, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Fakultas Kedokteran UI,
Jakarta.
2. Musnelina, L., Afdhal, A.F., Gani, A., Andayani, P., 2004, Pola Pemberian
Antibiotik Pengobatan Demam Tifoid Anak di Rumah Sakit Fatmawati
Jakarta Tahun 2001-2002, Makara Kesehatan, 8 (2), 59-64.
3. Safitri, I.R., 2009, Analisis Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Demam
Tifoid Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta Tahun 2009, Skripsi , Fakultas Farmasi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta
4. Gunawan,S.G.,2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi Kelima, Penerbit
Departemen Farmakologi dan Therapeutik FKUI, Jakarta.