Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK KECIL

BLOK 15 MODUL 1
PENCABUTAN GIGI

Disusun oleh: Kelompok 3


1. HANIDA FITRI HASANAH 1810025004
2. TIARA AQILAH 1810025007
3. LIYAH INDAH RAHMADHANI 1810025006
4. TASYA CITRA KIRANA 1810025003
5. ANA FITRI NURYANTI 1810025031
6. MUHTASYA HUSNUL IZZA 1810025025
7. VINSENSIA APRILLA ANANDA I. 1810025001
8. NUR HIJRIA MIFTAHUL KHAIRI 1810025010
9. FAIRUZ SALSABILA FAISAL 1810025023
10. RIZKA PUTRI OCTAVIANI N. 1810025022
11. MUHAMMAD LUTFI ARYA B.P 1810025021
12. MELINIA 1810025002

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang
berjudul “Pencabutan Gigi” ini tepat pada waktunya. Laporan ini kami susun dari
berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari Diskusi Kelompok Kecil (DKK) kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga terselesaikannya laporan ini, antara lain:
1. drg. Cicih Bhakti Purnamasari, M.Med.Ed selaku tutor kelompok 3 yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan Diskusi Kelompok Kecil (DKK).
2. drg. Aziz Mohpul selaku dosen penanggung jawab kuliah modul ini yang telah
membimbing dan memberikan tugas kepada kami.
3. Teman-teman kelompok 3 yang telah menyumbangkan pemikiran dan tenaganya
sehingga Diskusi Kelompok Kecil (DKK) 1 dan 2 dapat berjalan dengan baik,
serta dapat menyelesaikan laporan hasil Diskusi Kelompok Kecil (DKK).
4. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
angkatan 2018 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per
satu.
Kami menyadari bahwa kemampuan kami dalam menyusun laporan ini
sangat terbatas. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil Diskusi
Kelompok Kecil (DKK) ini.

Samarinda, 28 November 2020

Kelompok III

ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ..................................................................................... ...................i
Kata Pengantar ..................................................................................................... .ii
Daftar Isi................................................................................................................ iii
BAB 1: Pendahuluan........................................................................................... 4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Tujuan Penulisan...........................................................................................5
C. Manfaat Penulisan.........................................................................................5
BAB 2: Pembahasan.............................................................................................5
Skenario......................................................................................................5
A. Identifikasi istilah sulit...............................................................................6
B. Identifikasi masalah....................................................................................6
C. Analisa masalah..........................................................................................6
D. Strukturisasi konsep...................................................................................10
E. Learning Objective.....................................................................................10
F. Belajar mandiri...........................................................................................10
G. Sintesis.......................................................................................................10
BAB 3: Penutup...................................................................................................30
A. Kesimpulan................................................................................................30
B. Saran..........................................................................................................30
Daftar Pustaka.....................................................................................................31

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekstraksi atau pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan tanpa rasa sakit
satu gigi utuh atau akar gigi dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung
gigi, sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat
masalah prostetik dimasa mendatang. Pencabutan gigi merupakan suatu proses
pengeluaran gigi dari alveolus, dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan
perawatan lagi. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang sangat komplek yang
melibatkan struktur tulang, jaringan lunak dalam rongga mulut serta keseluruhan
bagian tubuh. Terdapat dua metode dalam pencabutan gigi yaitu, metode tertutup dan
metode terbuka. Pencabutan gigi dengan metode tertutup atau secara intra-alveolar
adalah pencabutan gigi yang erupsi dengan perluasan soket tulang alveolar saja,
menggunakan prinsip tuas, irisan dan roda. Sedangkan pencabutan dengan metode
terbuka atau ekstraksi transalveolar adalah prosedur pembedahan kecil yang
dilakukan untuk pengangkatan terapeutik gigi impaksi dan tidak erupsi yang
mencakup akses melalui flap bedah untuk visualisasi dan pengangkatan tulang yang
sesuai untuk membuat jalur persalinan dan memfasilitasi ekstraksi.
Tindakan ekstraksi gigi dapat diindikasikan untuk mencegah keadan yang lebih
buruk terhadap rongga mulut ataupun gigi itu sendiri. Indikasi dan kontraindikasi
sangat penting diketahui dengan cara melakukan pemeriksaan sebelum tindakan
ektraksi gigi. Ekstraksi gigi pada anak sedikit berbeda dengan orang dewasa,
terutama pada alat dan bahan yang akan digunakan. Pada anak perlu tingkat kehati
hatian yang tinggi pada saat melakukan proses ekstraksi, karena pada anak terdapat
benih gigi permanen yang akan erupsi dan menggantikan gigi sulungnya. Komplikasi
pada saat melakukan ekstraksi gigi juga sangat perlu diperhatikan karena dapat
mempengruhi keadaan jaringan disekitar area pasca pencabutan dan dapat berakibat
tidak baik pada rongga mulut dikemudian hari.

4
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan laporan ini adalah agar mahasiswa mampu :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi dan kontra indikasi ekstraksi gigi.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan sesudah dan sebelum ekstraksi
gigi.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan alat dan bahan yang digunakan untuk
ekstraksi gigi.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan prosedur ekstraksi gigi dengan metodetertutup
dan metode terbuka.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan prosedur ekstaksi gigi pada anak
dan orang dewasa.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi dari ekstraksi gigi.

C. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan laporan ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan
menjelaskan mengenai indikasi dan kontraindikasi ekstaksi gigi, pemeriksaan
sesudah dan sebelum ekstraksi gigi, alat dan bahan yang digunakan untuk ekstraksi
gigi, prosedur ekstraksi gigi dengan metode tertutup dan metode terbuka, perbedaan
prosedur ekstraksi gigi pada anak dan orang dewasa serta komplikasi yang dapat
terjadi setelah ekstraksi gigi dilakukan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Identifikasi Istilah Sulit


1. Nekrosis pulpa : Kondisi irreversible ditandai dengan destruksi jaringan pulpa,
etiologi yaitu iritan dari infeksi bakteri
2. Persistensi : Keadaan dimana gigi sulung belum tanggal, namun gigi permanen
pengganti nya sudah erupsi. Etiologi nya yaitu resorbsi akar gigi sulung yang
lambat, gangguan nutrisi dan adanya posisi benih gigi yang abnormal
3. Pencabutan gigi : Suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus karena gigi tersebut
sudah tidak dapat direstorasi, bersifat irreversible dan terkadang menimbulkan
komplikasi, termasuk prosedur bedah.
4. Perawatan endodontik : Perawatan pulpa gigi dengan tujuan mempertahankan gigi
vital maupun non vital dalam lengkung gigi, untuk mengatasi permasalahan pada
gigi tanpa melakukan pencabutan.
5. Kegoyangan gigi 3o : Keadaan kegoyangan gigi >1 mm ke segala arah dan dapat
ditekan kearah apical
6. SOP : Standar operasional prosedur yaitu alur kerja yang telah terstandarisasi.

B. Identifikasi Masalah
1. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari pencabutan gigi?
2. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi dari proses pencabutan gigi?
3. Bagaimana tahapan dari pencabutan gigi?
4. Apa saja alat yang digunakan dalam melakukan pencabutan gigi?
5. Apa instruksi yang diberikan dokter gigi setelah dilakukan pencabutan gigi?
6. Apa yang membuat sakit setelah perawatan endodontik?
7. Pada gigi apa yang terjadi kegoyangan 3o dan apa penyebabnya?
8. Apakah terdapat perbedaan dalam pencabutan gigi permanen dan gigi sulung?
9. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan sebelum melakukan pencabutan gigi?
10. Apakah terdapat perbedaan prosedur antara pencabutan gigi yang nekrosis dan yang
normal?

C. Analisa Masalah
1. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari pencabutan gigi?

6
a. Indikasi :
• Karies yang parah dan tidak bisa direstorasi lagi
• Nekrosis pulpa
• Penyakit periodontal yang parah
• Perawatan ortodontik
• Gigi malposisi
• Gigi supernumerary
• Gigi yang terlibat lesi patologis, contohnya kista odontogenic
• Masalah keuangan, tidak mampu melakukan perawatan yang lain
b. Kontraindikasi:
• Pasien dengan penyakit sistemik (DM tidak terkontrol, karena proses
penyembuhan luka akan lama karena sistem imun nya terganggu)
• Hipertensi, tidak dilakukan pencabutan ketika tekanan darah > 200/110
mmHg

2. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi dari proses pencabutan gigi?
• Anastesi yang berkepanjangan
• Dry socket
• Pendarahan
• Sakit yang berlebih
• Fraktur tulang rahang
• Dislokasi mandibula
3. Bagaimana tahapan dari pencabutan gigi?
a. Evaluasi klinis (status gigi)
b. Pengambilan gambar radiografi
c. Posisi pasien
d. Pemberian antiseptik pada pasien

Metode tertutup (teknik intraalveolar)

Prinsip mekanis ekstraksi: Tuas jenis pertama, Baji, Roda dan poros

Syarat-syarat:

• Akses dan visualisasi dapat terpenuhi

7
• Jalur ekstraksi yang leluasa
• Penggunaan gaya yang dapat dikontrol

Tahapan:

• Melonggarkan perlekatan jaringan lunak ke gigi dengan menggunakan bein


• Luksasi gigi, mengeluarkan gigi dari soket
• Adaptasi forcep terhadap gigi
• Luksasi gigi dengan tang (menggunakan prinsip roda dan poros)
• Pencabutan gigi dari soket

Metode terbuka

• Evaluasi pra-operasi (Pemeriksaan klinis, radiografi, dan lain-lain)


• Pembuatan flap pada jaringan lunak untuk memudahkan akses dan visualisasi
• Pembuatan jalur pengangkatan
• Penggunaan kekuatan terkontrol untuk mengurangi resiko fraktur
• Penutupan flap

4. Apa saja alat yang digunakan dalam melakukan pencabutan gigi?


• Elevator
- Cryer : Mengambil sisa akar gigi
- Bein : Melepas perlekatan gigi dengan gingiva
• Tang
- Tang maksila : tang anterior berbentuk lurus dan tang posterior berbentuk
s, tang sisa akar / tang bayonet
- Tang mandibula
• Pisau bedah
• Benang jahit
• Syringe
• Citoject
• Spuit
• Jarum
• Bone file

8
5. Apa instruksi yang diberikan dokter gigi setelah dilakukan pencabutan gigi?
• Menggigit kasa untuk mengurangi perdarahan
• Tidak memakan makanan yang keras
• Menggunakan rahang yang tidak dilakukan pencabutan saat makan
• Mengonsumsi analgesik
• Kembali setelah 1 minggu dilakukan operasi
• Melakukan sikat gigi namun untuk daerah luka dihindari sementara
• Jika terjadi edema, kompres dengan menggunakan es selama 15-20 menit pada
area yang mengalami pembengkakan

6. Apa yang membuat sakit setelah perawatan endodontik?


Obsturasi yang tidak optimal

7. Pada gigi apa yang terjadi kegoyangan 3o dan apa penyebabnya?

Pada skenario, gigi yang mengalami kegoyangan 3o adalah gigi 51 Ani, penyebab
kegoyangan nya yaitu terjadi persistensi, gigi permanen sudah tumbuh sehingga gigi yang
persistensi mengalami kegoyangan.

8. Apakah terdapat perbedaan dalam pencabutan gigi permanen dan gigi sulung?
• Terdapat perbedaan alat, dimana tang pada gigi sulung lebih kecil daripada gigi
permanen
• Anastesi pada gigi permanen menggunakan syringe/ citoject, pada gigi sulung
menggunakan anastesi topical
• Melakukan pendekatan lebih kepada anak-anak

9. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan sebelum melakukan pencabutan gigi?


• Pemeriksaan klinis (intra oral
• Pemeriksaan penunjang (radiografi), untuk melihat akar gigi

10. Apakah terdapat perbedaan prosedur antara pencabutan gigi yang nekrosis dan yang
normal (tidak ada kelainan)?
Pada gigi yang nekrosis, lebih berhati-hati karena gigi mudah rapuh dan patah

9
D. Strukturisasi Konsep
Ekstraksi
gigi

Indikasi dan Alat dan


kontraindikasi
Pemeriksaan
Bahan
Prosedur Komplikasi

Metode
terbuka

Metode
tertutup

Perbedaan
ekstraksi gigi pada
anak-anak dan
dewasa

E. Learning Objective
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang indikasi dan kontraindikasi ekstraksi gigi
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pemeriksaan sebelum dan sesudah
ekstraksi gigi
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang alat dan bahan yang digunakan untuk
ekstraksi gigi
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang prosedur ekstraksi gigi (metode terbuka
dan metode tertutup)
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang komplikasi dari ekstraksi gigi
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang prosedur ekstraksi gigi pada anak-anak
dan dewasa

F. Belajar Mandiri
Pada step ini masing-masing anggota kelompok belajar secara mandiri untuk
menemukan learning objective yang sebelumnya sudah disepakati Bersama

G. Sintesis
1. Indikasi dan Kontraindikasi Ekstraksi Gigi
a. Indikasi
• Karies gigi yang terdapat kelainan pulpa

10
Ketika terapi endodontik tidak berhasil dan pasien tidak dapat menahan
lagi, ekstraksi gigi diindikasikan

• Gigi dengan kelainan apikal

Gigi dengan kelainan apikal harus diekstraksi jika perawatan konservatif


sebelumnya mengalami kegagalan, sebelum melibatkan jaringan disekitarnya

• Periodontitis

Gigi yang mengalami gangguan periodontal, yang tidak dapat


diselamatkan dengan terapi periodontal walaupun keadaan anatomis gigi baik.

• Gigi malposisi dan overerupsi

Gigi malposisi diindikasikan untuk diekstraksi karena dapat mengganggu


harmoni oklusal.

• Gigi impaksi

Apabila gigi impaksi menyebabkan nyeri wajah, gangguan periodontal


disekitar gigi, gangguan TMJ, diindikasikan untuk diekstraksi

• Resistensi gigi sulung

Apabila gigi sulung tidak tanggal melewati batas tanggalnya, diindikasikan


untuk diekstraksi untuk mencegah maloklusi pada gigi permanen.

• Gigi pada garis fraktur

Gigi pada garis fraktur diindikasikan untuk diekstraksi jika seandainya


ada kemungkinan menjadi penyebab infeksi.

• Gigi dengan fraktur akar

Yaitu gigi dengan fraktur akar vertical yang tidak dapat dirawat secara
konservatif diindikasikan untuk diekstraksi.

• Tujuan ortodontik

11
Biasanya pada gigi premolar dan molar permanen tertentu diekstraksi
untuk menyediakan ruang yang cukup saat gigi digerakkan.

• Tujuan prostetik

Biasanya pada gigi premolar dan molar permanen tertentu diekstraksi


untuk menyediakan ruang yang cukup saat gigi digerakkan.

b. Kontraindikasi
1) Kontraindikasi absolut:
• Diabetes tidak terkontrol
• Leukemia
• Gagal ginjal
• Gagal jantung

2) Kontraindikasi relative:
• Diabetes

Jika ekstraksi dilakukan pada pasien diabetes yang tidak terkontrol, dia
akan lebih rentan untuk mengembangkan infeksi pada luka ekstraksi yang
meluas ke jaringan sekitarnya. Hal ini disebabkan pengendapan kolesterol
di sirkulasi perifer (penipisan arteriol) dan kedua, mekanisme kemotaktik,
yang membantu penyembuhan luka, terganggu pada pasien diabetes.

Pasien diabetes yang menjalani prosedur pembedahan kecil dapat


menyebabkan ketoasidosis diabetik karena stres. Respon stres mengarah
pada rantai perubahan metabolik dan neurohormonal, yang menciptakan
mekanisme untuk mengatasi stres. Hiperglikemia yang disebabkan oleh
stres dikaitkan dengan hipersekresi counter regulatory hormones seperti
katekolamin, glukagon, kortisol dan hormon pertumbuhan yang melawan
efek insulin dengan meningkatkan produksi glukosa. Hal ini menyebabkan
peningkatan sirkulasi glukosa dari glikogenolisis dan gangguan
penggunaan glukosa (hiperglikemia mengganggu penggunaan glukosa dan
sekresi insulin sisa).

12
• Hipertensi

Ekstraksi dapat dilakukan pada hipertensi ringan atau sedang, yaitu bila
tekanan sistolik kurang dari 200 mmHg dan tekanan diastolik kurang dari
110 mmHg. Ekstraksi dikontraindikasikan bila tekanan darah melebihi nilai
yang disebutkan di atas.

• Kehamilan
Pertimbangan khusus sebelum ekstraksi pada pasien hamil.
- Jika prosedurnya elektif, maka perawatan harus dijadwalkan
selama trimester kedua, yang dianggap sebagai waktu optimal
- Anestesi lokal seperti lignokain, bupivakain, dan kodein diyakini
paling tidak membahayakan janin.
- Keadaan darurat karena nyeri, infeksi, atau masalah akut lainnya
dapat dilakukan dengan anestesi umum, dengan
mempertimbangkan norma keamanan. Jika anestesi umum (GA)
diperlukan, kombinasi barbiturat kerja pendek intravena
(pentothal), relaksan otot (suksinilkolin), dan nitrous oxide adalah
metode pilihan.
• Pasien dengan terapi steroid

Pasien yang menggunakan steroid mungkin mengalami penekanan pada


produksi hormon adrenokortikotropin dari kelenjar pituitari. Bahkan pasien
yang terapi steroidnya telah dihentikan beberapa tahun yang lalu
menunjukkan sekresi adrenal yang tidak mencukupi untuk menahan
tekanan ekstraksi. Pendapat dokter harus dicari dan steroid harus diresepkan
satu atau dua hari sebelum dan setelah pencabutan. Riwayat komplikasi
sistemik yang terperinci harus diperoleh sebelum operasi untuk
menghindari krisis adrenal akibat stres.

• Pasien dengan terapi anticoahulant

Pasien yang menjalani terapi antikoagulan yang akan menjalani


prosedur bedah mulut mungkin menghadapi perdarahan pascaoperasi yang
berkepanjangan dan / atau kecelakaan tromboemboli yang fatal atau dalam

13
6 bulan setelah infark miokard. Penilaian pra operasi dari pembekuan darah
dan profil termasuk BT, CT, PT, INR adalah wajib.

2. Pemeriksaan Sebelum dan Sesudah Ekstraksi Gigi


a. Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan yang akurat merupakan informasi yang paling penting bagi
seorang dokter gigi untuk mennetukan apakah pasien aman atau tidak untuk
dilakukan perawatan gigi. Dokter gigi harus mempersiapkan untuk antisipasi
bagaimana masalah medis atau masalah lain dalam pasien yang dapat mengganggu
atau merubah respons tubuh pasien terhadap agen anestesi dan pembedahan.

b. Pemeriksaan Klinis
Selain pemeriksaan umum yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi pada regio oral dan maksilofasial, dalam ekstraksi gigi penting
dilakukan asesmen khusus pada gigi yang meliputi :
• Morfologi mahkota
• Morfologi akar (dilaserasi, fusi, impkasi, ankilosis, hipersementosis atau
divergen)
• Kepadatan tulang disekeliling gigi
• Adanya patologis pada gigi atau tulang disekitarnya
• Kondisi yang mengindikasikan kelainan dental dan dentoalveolar seperti
hipersementosis.

c. Instruksi post perawatan


• Istirahat : setelah pembedahan, pasien diinstruksikan untuk tetap dirumah
dan tidak beraktivitas ataupun bekerja selama 1 atau 2 hari, tergantung
pada perluasan luka pada pembedahan dan kondisi fisik pasien
• Analgesia : memberikan painkiller (tetapi jangan diberikan salisilat dan
aspirin) setiap 4 jam selama rasa sakitnya persisten.
• Edema : setelah prosedur pembedahan, pengaplikasian kompres dingin
seperti ice pack pada area pembedahan secara ekstraoral selama 10-15
menit dan diulang setiap setengah jam selama setidaknya 4-6 jam.

14
• Perdarahan : pasien diinstruksikan untuk menggigit kasa pada area luka
selama 30-45 menit. Jika perdarahan berlanjut, dapat diganti dengan kasa
lain dan diletakkan pada area luka selama lebih dari 1 jam.
• Antibiotik : diresepkan hanya pada pasien yang memiliki kondisian
tertentu atau inflamasi
• Diet : diet pasien pada ahri dilakukan prosedur ialah makan makanan yang
lunak seperti pudding, yogurt, susu, sup dingin dan lain lain
• Orah hygiene : tidak diperkenankan membilas mulut selama 24 jam
pertama. Setelah 24 jam, area mulut dapat dibilas dengan chamomile
hangat atau air bergaram 3 kali selama 3-4 hari. Pasien juga diinstruksikan
untuk menyikat dan mem-flos gigi tetapi harus menghindari area
pembedahan.
• Pengangkatan jahitan : jika terdapat jahitan pada luka, jahitan tersebut
harus diangkat setelah 1 minggu.

3. Alat dan bahan yang digunakan untuk ekstraksi gigi


a. Dental Elevator

Tiga komponen utama elevator adalah handle, shank dan blade. Handle elevator
biasanya memiliki ukurannya yang besar, sehingga bisa dipegang dengan nyaman
di tangan untuk diaplikasikan. Instrumen ini harus digunakan dengan baik dan hati-
hati karena jika
digunakan dengan
kekuatan yang
berlebihan dapat
membuat gigi dan tulang
Gambar 1. Komponen elevator. (Sumber : Hupp J,
mengalami keretakan.
Ellis E, Tucker M. Contemporary oral and
Shank memiliki ukuran maxillofacial surgery 7 th ed. 2019. Missouri:
Elsevier)
yang besar dan memiliki
kekuatan untuk mengirimkan gaya ke blade. Shank elevator hanya
menghubungkan handle ke working end, atau blade dari elevator. Blade digunakan
sebagai working tip dan digunakan untuk mengirimkan gaya ke gigi, tulang, atau
keduanya.

15
Tiga tipe dasar elevator adalah (1) tipe lurus, (2) segitiga, dan (3) pick-type.
• Elevator dengan tipe lurus
merupakan elevator yang
paling sering digunakan untuk
pencabutan gigi.
• Elevator kedua yang paling
Gambar 2. Elevator segitiga (cryer
umum digunakan adalah ) kiri dan kanan. (Sumber : Hupp J,
elevator segitiga. Elevator ini Ellis E, Tucker M. Contemporary
oral and maxillofacial surgery 7 th
disediakan berpasangan: kiri
ed. 2019. Missouri: Elsevier)
dan kanan. Elevator segitiga
paling berguna apabila terdapat akar yang fraktur yang tetap berada di
soket gigi dan soket yang berdekatan kosong Contohnya adalah ketika
gigi molar satu rahang bawah retak, meninggalkan akar distal pada soket
tetapi akar mesial dilepas dengan mahkota. Elevator kemudian diputar
dengan roda-dan-poros rotasi, dengan ujung tajam elevator menempel
pada sementum dari akar distal yang tersisa; elevator kemudian diputar.
Elevator segitiga tersedia dalam berbagai jenis dan angulasi, tetapi
elevator cryer adalah tipe yang paling umum. (Pasangan elevator ini
juga biasa disebut sebagai east-west elevator.)

• Elevator jenis ketiga yang biasa digunakan adalah elevator pick-type.


Elevator jenis ini digunakan untuk mengambil akar. Salah satu jenisnya
adalah pick Crane. Instrumen
ini digunakan sebagai
pengungkit untuk mengangkat
akar yang patah dari soket gigi. Gambar 3. Elevator pick crane.
Biasanya perlu mengebor lubang (Sumber : Hupp J, Ellis E, Tucker
M. Contemporary oral and
sekitar 3 mm ke dalam akar tepat maxillofacial surgery 7 th ed.
di puncak tulang. Ujung pick 2019. Missouri: Elsevier)
kemudian dimasukkan ke dalam lubang, dengan tulang bukal sebagai
titik tumpu, dan akarnya terangkat dari soket gigi.

16
b. Periotom

Periotom adalah instrumen yang


digunakan untuk mencabut gigi sekaligus
mempertahankan anatomi soket gigi.
Prinsip umum di belakang
Gambar 4. Periotom (Sumber :
penggunaannya adalah untuk
Hupp J, Ellis E, Tucker M.
memutuskan beberapa ligamen gigi Contemporary oral and
periodontal untuk memudahkan maxillofacial surgery 7 th ed. 2019.
Missouri: Elsevier)
pencabutannya. Ada berbagai jenis periotom dengan bentuk bilah yang berbeda.
Ujung bilah periotom dimasukkan ke dalam ligament periodontal dan maju
menggunakan tekanan ke arah apical di sepanjang sumbu panjang gigi. Jika
pemutusan ligamen periodontal telah tercapai, gigi dicabut dengan menggunakan
elevator gigi, tang pencabutan, dan tetap berhati-hati untuk menghindari konservasi
atau patah tulang yang berlebihan.

c. Tang ekstraksi

Tang pencabutan adalah alat yang digunakan untuk mencabut gigi dari tulang
alveolar. Idealnya, tang digunakan untuk mengangkat elevator-lux gigi dari
rongganya daripada mencabut gigi dari rongganya. Tang dirancang memiliki
banyak gaya dan konfigurasi
untuk beradaptasi pada variasi
gigi yang digunakan. Setiap
desain dasar memiliki
berbagai variasi. Komponen
dasar tang pencabutan gigi
Gambar 5. Komponen tang. (Sumber : Hupp J, adalah handle, hinge dan beak.
Ellis E, Tucker M. Contemporary oral and
Handle biasanya berukuran
maxillofacial surgery 7 th ed. 2019. Missouri:
Elsevier) cukup untuk digunakan
dengan nyaman dan untuk memberikan tekanan yang cukup untuk mencabut gigi
yang dibutuhkan. Pegangan tang dipegang secara berbeda tergantung pada posisi
gigi yang akan dicabut. Tang rahang atas dipegang dengan telapak tangan ke
samping atau di bawah tang sehingga paruh diarahkan ke arah superior. Tang yang

17
digunakan untuk mencabut gigi rahang bawah yang dipegang dengan telapak
tangan di atas tang sehingga paruhnya mengarah ke bawah ke arah gigi. Pegangan
tang biasanya lurus, tetapi beberapa mungkin melengkung Hinge, digunakan untuk
menghubungkan handle ke beak. Berfungsi mentransfer dan memusatkan gaya
yang diterapkan pada handle ke beak. Beak adalah sumber kekuatan-variasi terbaik
di antara tang. Beak dirancang untuk beradaptasi dari akar gigi ke persimpangan
mahkota dan akar.

d. Instrument Tray

Banyak dokter gigi yang merasa praktis menggunakan metode tray untuk
mempersiapkan instrumen yang
akan digunakan untuk jenis prosedur
tertentu. Set instrumen standar
dikemas bersama, disterilkan, dan
kemudian dapat dibuka bungkusnya
saat operasi. Instrumen ekstraksi
dasar yang sering digunakan
termasuk jarum suntik anestesi lokal, Gambar 6. Basic extraction tray
jarum, kartrid anestesi lokal, elevator (Sumber : Hupp J, Ellis E, Tucker M.
periosteal No 9, kuret periapikal, Contemporary oral and maxillofacial
surgery 7 th ed. 2019. Missouri:
elevator lurus kecil dan besar, tang, Elsevier)
hemostat melengkung, penjepit
handuk, retraktor Austin atau Minnesota, suction tip , dan 2x2 inci atau kain kasa
4 × 4 inci. Tray yang digunakan untuk ekstraksi bedah terdiri barang-barang
ekstraksi dasar ditambah pemegang jarum dan jahitan, jahitan gunting, tang
jaringan Adson, kikir tulang, retraktor lidah, elevator Cryer. Instrumen ini
memungkinkan sayatan dan refleksi jaringan lunak, pengangkatan tulang,
pemotongan gigi, pengambilan akar, debridemen luka, dan penjahitan jaringan
lunak.

e. Benang Jahit
Terdapat 2 kategori benang jahit secara umum yakni resorbable dan
nonresorbable. Benang jahit resorbable dapat diserap oleh jaringan sedangkan
nonresorbable tidak dapat diserap sehingga harus diangkat setelah sekitar 7 hari.

18
f. Agen Hemostatik Lokal
Agen hemostatik digunakan untuk menghentikan perdarahan yang parah yakni
saat terdapat kerusakan pada kapiler atau arteriola. Berikut beberapa agen
hemostatik :

• Alginic acid

Gambar 7. Alginic acid. (Sumber :


Fagiskos, F. D. Oral Surgery. 2007. Berlin:
Springer

• Natural collagen sponge

Gambar 8. Natural collagen sponge.


(Sumber : Fagiskos, F. D. Oral Surgery.
2007. Berlin: Springer

19
• Gelatin sponge

Gambar 9. Gelatin sponge (Sumber :


Fagiskos, F. D. Oral Surgery. 2007. Berlin:
Springer

• Oxidized sponge

Gambar 10. Oxidized sponge (Sumber :


Fagiskos, F. D. Oral Surgery. 2007. Berlin:
Springer

4. Prosedur Ekstraksi Tertutup dan Terbuka


a. Ekstraksi Tertutup
1) Asepsis
Asepsis merupakan teknik untuk mengurangi atau menghilangkan
kontaminasi bakteri memasuki bidang operasi dalam pembedahan untuk
mencegah infeksi. Teknik asepsis dapat dilakukan dengan pengaplikasian

20
antiseptik. Antiseptik merupakan bahan kimia yang diaplikasikan pada
jaringan seperti kulit atau membran mukosa untuk mencegah infeksi
dengan menghambat pertumbuhan bakteri. Sebelum ekstrasi, beberapa ahli
bedah menyarankan pasien untuk berkumur dengan obat kumur antiseptik
seperti chlorhexidine. Berkumur dengan obat kumur antiseptik dapat
mengurangi kontaminasi bakteri di mulut pasien.
2) Anestersi
Anaetesi selalu diperlukan dalam setiap ekstraksi gigi,baik pencabutan
untuk gigi permanen atau gigi sulung agar pasien tidak merasakan rasa sakit
pada saat ektraksi gigi. Ada 2 macam anastesi, yaitu anestesi umum dan
anestesi lokal. Untuk praktik dokter gigi biasanya menggunakan anestesi
local.
3) Melonggarkan jaringan lunak di sekitar gigi dengan instrumen yang tajam
seperti pisau bedah atau elevator periosteal. Tujuan melonggarkan jaringan
lunak dari gigi yaitu memungkinkan ahli bedah untuk memastikan bahwa
anestesi sudah bekerja atau belum. Sedikit tekanan terasa pada langkah ini,
tetapi seharusnya tidak ada sensasi dari ketajaman instrumen jika anestesi
lokal bekerja
4) Luksasi gigi menggunakan bein. Bein dimasukkan tegak lurus dengan gigi
ke dalam ruang interdental. Bein kemudian digerakkan untuk mengarahkan
bagian blade ke arah apikal. Bein kemudian diputar kecil-kecil gerakan
maju mundur.
5) Melibatkan tang pada gigi yang akan diekstraksi. Pemilihan tang harus
disesuaikan dengan gigi yang akan diekstraksi. Paruh tang diletakkan pada
bagian lingual terlebih dahulu kemudian bagian bukal. Operator harus
memastikan bahwa ujung paruh forsep tidak menempel pada gigi yang
berdekatan

6) Menggerakkan gigi menggunakan tang. Operator harus menggunakan


kekuatan yang lambat, berkelanjutan, dan stabil untuk menggerakan gigi ke
bukal. Gigi tersebut kemudian digerakkan kembali menuju arah yang
berlawanan dengan tekanan yang lambat, disengaja, dan kuat.

21
7) Melakukan pencabutan gigi dari soket. Harus diingat bahwa luksasi gigi
dengan tang dan pencabutan gigi dari tulang adalah langkah terpisah pada
ekstraksi.

b. Ekstrakti Terbuka
1) Teknik Ekstraksi Terbuka pada Gigi Berakar Tunggal

Teknik ekstraksi terbuka dari gigi berakar tunggal sangat mudah tetapi
membutuhkan perhatian terhadap
detail karena beberapa keputusan harus
dibuat selama operasi. Teknik ini pada
dasarnya sama untuk gigi berakar
tunggal yang gagal upaya ekstraksi
tertutup atau yang telah retak dan, oleh
karena itu, hanya ada sebagai akar.
Langkah pertama adalah memberikan
visualisasi dan akses yang memadai
dengan membuat flap mukoperiosteal
Gambar 11. (Sumber: Hupp, J. R.,
yang cukup besar.
Ellis, E., & Tucker, M. R.2019.
Setelah flap yang memadai telah Contemporary oral and maxillofacial
ditahan pada posisi yang tepat dengan surgery. Philadelphia:Elsevier)

elevator periosteal, ahli bedah harus


menentukan kebutuhan untuk pengangkatan tulang. Tersedia beberapa opsi.
Pertama, ahli bedah mungkin mencoba untuk memasang kembali tang
pencabutan secara langsung dan dengan demikian mencapai keuntungan
mekanis yang lebih baik dan mencabut gigi tanpa operasi pengangkatan tulang
sama sekali (Gambar 11).
Pilihan kedua adalah memegang sedikit tulang bukal di bawah paruh bukal
forsep untuk mendapatkan keuntungan mekanis dan pemahaman yang lebih
baik dari akar gigi. Hal ini memungkinkan ahli bedah untuk mencabut gigi
tanpa pengangkatan tulang tambahan. Sejumlah tulang bukal dicabut dengan
gigi.

22
Pilihan ketiga adalah menggunakan elevator, mendorongnya ke arah apeks
di ruang ligamen periodontal gigi
(Gambar 12). Jari telunjuk tangan
dokter bedah harus menopang gaya
elevator agar pergerakan terkontrol.
Gerakan memutar digunakan untuk
membantu memperluas ruang
ligamen periodontal, yang
memungkinkan elevator untuk masuk
dan melanjutkan ke apikal ke dalam
ruang dan bertindak sebagai wedge Gambar 12. (Sumber: Hupp, J. R.,
untuk menggeser akar secara oklusal. Ellis, E., & Tucker, M. R. 2019.
Contemporary oral and maxillofacial
Ini berlanjut dengan penggunaan
surgery. Philadelphia:Elsevier)
elevator yang lebih besar sampai gigi
berhasil dilepas.

Pilihan keempat dan terakhir adalah melanjutkan dengan operasi


pengangkatan tulang di area gigi. Kebanyakan ahli bedah lebih suka
menggunakan burr untuk mengangkat tulang, bersama dengan irigasi yang
cukup. Lebar tulang bukal yang
diangkat pada dasarnya sama
dengan lebar gigi pada arah
mesiodistal (Gambar 13)
Setelah gigi dikeluarkan, Gambar 13 (Sumber: Hupp, J. R., Ellis, E.,
seluruh bidang bedah harus & Tucker, M. R.2019. Contemporary oral
and maxillofacial surgery.
diirigasi dengan larutan saline Philadelphia:Elsevier)
steril dalam jumlah banyak.
Perhatian khusus harus diarahkan ke bagian paling inferior dari flap (di mana
ia bergabung dengan tulang) karena ini adalah tempat yang umum untuk debris
mengendap, terutama pada ekstraksi mandibula. Jika kotoran tidak dihilangkan
dengan hati-hati dengan kuretase atau irigasi, hal itu dapat menyebabkan
penyembuhan yang tertunda atau bahkan abses subperiosteal kecil dalam 3
sampai 4 minggu berikutnya. Flap kemudian dipasang pada posisi aslinya dan
dijahit pada tempatnya dengan black silk atau chromic sutures 3-0. Jika
23
direncanakan dan dilakukan dengan benar, garis jahitan akan didukung oleh
tulang yang sehat dan utuh.

2) Teknik ekstraksi terbuka pada gigi berakar banyak


Setelah keputusan dibuat untuk melakukan ekstraksi terbuka pada gigi
berakar banyak, seperti gigi molar rahang bawah atau rahang atas, teknik bedah
yang sama yang digunakan untuk gigi berakar tunggal umumnya digunakan.
Perbedaan utamanya adalah bahwa gigi dapat dibagi dengan bur untuk
mengubah gigi multi-akar menjadi dua atau tiga gigi berakar tunggal. Jika
mahkota gigi tetap utuh, bagian mahkota gigi dibelah sedemikian rupa untuk
memudahkan pencabutan akar. Namun, jika bagian mahkota gigi hilang dan
hanya akar yang tersisa, tujuannya adalah untuk memisahkan akar agar lebih
mudah terangkat.
Pencabutan gigi molar satu bawah dengan mahkota yang utuh biasanya
dilakukan dengan
memotong gigi secara
buccolingual, sehingga
gigi terbagi menjadi
setengah mesial dan
setengah distal. Sayatan
envelope juga dibuat
untuk mendapatkan
akses ke situs dan
melindungi jaringan
lunak dari bur. Sejumlah Gambar 14: (A) gigi dibagi menjadi sisi mesial dan
distal dengan bur (B) gigi diambil menggunakan
kecil puncak tulang tang universal bawah (Sumber : Hupp J, Ellis E,
(crest) dapat dihilangkan. Tucker M. Contemporary oral and maxillofacial
surgery 7 th ed. 2019. Missouri: Elsevier)
Setelah gigi dibagi, gigi
tersebut diluksasi dengan
elevator lurus untuk memulai proses mobilisasi dan dicabut dengan tang
universal bawah. Setelah itu flap direposisi dan dijahit.

24
Teknik pembedahan dimulai dengan refleksi dari flap envelope yang
cukup panjang. Dalam
kebanyakan situasi, sejumlah
kecil tulang krista harus dicabut
dan gigi harus dibelah.
Pemotongan gigi biasanya
dilakukan dengan handpiece
lurus dengan bur lurus seperti
round bur No. 8 atau dengan
fissure bur seperti bur No. 557
atau No. 703 (Gambar C) di
bawah irigasi yang berlebihan.
Setelah gigi dipotong,
Gambar 15. (Sumber : Hupp J, Ellis E,
elevator lurus kecil digunakan
Tucker M. Contemporary oral and
untuk meluksasi dan maxillofacial surgery 7 th ed. 2019.
memobilisasi akar yang Missouri: Elsevier)

dipotong (Gambar D). forsep


universal atas atau bawah digunakan
untuk menghilangkan bagian individu
dari gigi yang dipotong. Jika
mahkotanya hilang, maka elevator lurus
dan triangular digunakan untuk
mengangkat akar gigi dari soket.
Terkadang akar yang tersisa mungkin
sulit dihilangkan dan pengangkatan
tulang tambahan (seperti yang dijelaskan
untuk gigi berakar tunggal) mungkin
diperlukan.
Setelah gigi dan semua fragmen Gambar 16. (Sumber : Hupp J, Ellis
akar dicabut, area pembedahan diraba E, Tucker M. Contemporary oral
and maxillofacial surgery 7 th ed.
untuk mencari tepi tulang yang tajam. 2019. Missouri: Elsevier)
Jika ada tepi yang tajam, mereka
dihaluskan dengan bone file. Luka diirigasi secara menyeluruh dan dibersihkan

25
dari fragmen gigi, tulang, kalkulus, dan puing-puing lainnya yang lepas. Flap
direposisi dan dijahit seperti biasa.

5. Perbedaan Prosedur Ekstraksi Gigi pada Anak dan Dewasa

Pencabutan gigi sulung sedikit berbeda dari metode pencabutan yang digunakan
untuk gigi permanen. Berbeda dengan gigi permanen, pemeriksaan radiografi gigi
sulung sangat penting sebelum dilakukan pencabutan gigi. Indikasi pencabutan gigi
sulung :

• Karies gigi yang melibatkan pulpa yang tidak dapat diselamatkan.


• Retensi gigi sulung yang mengganggu erupsi normal gigi permanen.
• Gigi sulung dengan kelainan periapikal.
• Gigi sulung dengan fraktur akar.
• Ekstraksi serial

Pendekatan dokter gigi – pasien anak

Setiap pasien adalah individu yang unik dan harus diperlakukan dengan baik .
Secara keseluruhan, meskipun keterampilan teknis seorang dokter gigi menjadi
perhatian, faktor terpenting bagi pasien adalah sikap ramah yang lembut, penjelasan
tentang prosedur perawatan yang akan dilakukan dan kemampuan untuk meminimalkan
rasa sakit. Anak-anak yang cemas dan tidak kooperatif dapat dilakukan dengan
pendekatan kognitif, seperti pengalihan perhatian. Mencoba mengalihkan perhatian dari
gigi ke jenis situasi lain, misalnya video, boneka, dengan musik atau cerita.

Teknik ekstraksi

Gigi permanen yang akan erupsi biasanya terletak dibawah dan kemungkinan
berkaiant erat dengan akar gigi sulung. Oleh karena itu, untuk prosedur pencabutan gigi
sulung sangat diperhatikan. Selama ekstraksi, jika akar gigi sulung patah dapat
dibiarkan begitu saja, karena meskipun begitu akar gigi sulung dapat terserap secara
alami. Pencabutan akar secara tidak sengaja dapat membahayakan tunas gigi permanen
yang terletak di bawahnya.

Tang yang digunakan untuk ekstraksi gigi sulung relatif lebih kecil daripada yang
digunakan untuk pencabutan gigi permanen. Untuk mengekstraksi gigi anterior rahang

26
bawah dan rahang atas, tekanan labial dengan rotasi mesial dapat diterapkan dan
dipindahkan ke sisi labial. Untuk menghilangkan gigi molar rahang atas dan rahang
bawah, tekanan bukal diterapkan diikuti dengan tekanan lingual dan dipindahkan ke sisi
lingual. Tenaga yang dibutuhkan untuk mencabut gigi sangat sedikit dan forsep tidak
perlu dimasukkan terlalu dalam di sepanjang akar. Elevator dapat digunakan untuk
menghilangkan akar gigi sulung. Dalam kasus ekstaksi gigi molar elevator dapat
digunakan pada bagian distal untuk menghilangkan akar distal dan pada bagian mesial
untuk menghilangkan akar mesial. Jika secara tidak sengaja gigi permanen yang belum
erupsi atau erupsi sebagian dicabut selama pencabutan, gigi tersebut harus dimasukan
kembali dengan hati-hati ke dalam soketnya dan lukanya ditutup. Pasien harus
diinstruksikan untuk tidak mengganggu area tersebut. Penggunaan kuret harus dihindari
untuk menghilangkan jaringan granulasi setelah pencabutan gigi sulung.

6. Komplikasi dari Ekstraksi Gigi


Seluruh rencana perawatan pada tindakan pencabutan gigi harus didasari
dengan ketelitian dalam memeriksa keadaan umum pasien sebelum melakukan
tahap perawatan. Dalam melakukan tindakan pencabutan gigi akan dijumpai
beberapa masalah kesehatan yang sama dan terdapat pada masing-masing pasien
pencabutan gigi. Hal demikian yang akan menjadi faktor resiko terjadinya
komplikasi pencabutan gigi. Beberapa faktor resiko yang biasanya menjadi
penyebab komplikasi pencabutan gigi antara lain :
a. Penyakit sistemik
b. Umur pasien
c. Keadaan akar gigi
d. Adanya gangguan pada sendi temporomandibular

Komplikasi akibat pencabutan gigi dapat terjadi karena berbagai faktor dan
bervariasi pula dalam hal yang ditimbulkannya. Komplikasi dapat digolongkan
menjadi intraoperatif, segera sesudah pencabutan dan jauh setelah pencabutan.
Komplikasi yang sering ditemui pada pencabutan gigi antara lain:

a. Perdarahan
b. Pembengkakan
c. Rasa sakit

27
d. Dry socket
e. Fraktur
f. Dislokasi mandibula

Pengetahuan yang mendalam tentang teknik-teknik pencabutan gigi mutlak


diketahui dalam melakukan tindakan pencabutan khususnya dengan jalan
pembedahan, agar dapat mencegah atau mengurangi terjadinya efek samping atau
komplikasi yang tidak diinginkan.pencabutan gigi dengan keadaan penyulit yang
terlalu di paksakan dan teknik yang salah sering menimbulkan komplikasi, di
antaranya :

a. Fraktur tulang alveolar

Dapat terjadi karena terjepitnya tulang alveolar secara tidak sengaja di antara
ujung tang pencabut gigi atau konfigurasi dari akar gigi itu sendiri, bentuk dari
tulang alveolar atau adanya perubahan patologi dalam tulang itu sendiri.
Pencabutan gigi caninus terkadang disertai komplikasi fraktur tulang sebelah
labial.

b. Fraktur Tuber Maksila

Fraktur tuber maksila terjadi biasanya berhubungan dengan dekatnya letak


tuberositas terhadap sinusm yang biasa terjadi bila terdapat gigi molar atas yang
terisolasi, khususnya bila gigi memanjang atau turun. Geminasi patologis antara
gigi molar kedua atas yang telah erupsi dengan gigi molar ketiga atas tidak erupsi
bisa menjadi predisposisi.

c. Masuknya fragmen akar ke dalam sinus

Komplikasi ini biasa terjadi jika ujung akar dekat dengan sinus atau rongga
sinus yang besar dan ujung akar yang bengkok. Bisanya terjadi pada akar gigi
premolar dan molar atas dan yang sering adalah akar palatal. Pada kasus seperti
ini pemakaian elevator dengan tenaga yang besar harus di hindari.

d. Perdarahan yang berlebih

Terjadi jika pembuluh darah terpotong. Hal ini dapat terjadi karena trauma
yang besar pada saat pencabutan dimana tulang yang terangkat mengoyak

28
jaringan lunak sekitarnya. Juga dapat terjadi karena penggunaan bor yang
mengenai kanalis mandibularis.

e. Trauma pada nervus alveolaris, nervus mentalis dan lingualis

Trauma dapat menimbulkan parastesi. Nervus lingualis dapat rusak oleh


pencabutan traumatik gigi molar bawah di mana jaringan lunak lingualis terjebak
pada ujung tang atau terkena bur pada saat pembuangan tulang. Nervus alveolaris
atau mentalis dapat terkena trauma pada saat pembuatan flap atau pemakaian bur
yang terlalu dalam dan tidak terkontrol atau ujung akar bengkok mengenai kanalis
mandibularis.

29
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Dari hasil belajar mandiri yang telah kami diskusikan pada diskusi kelompok kecil
mengenai Pencabutan Gigi pokok pembelajaran dalam diskusi ini adalah Pencabutan Gigi
merupakan salah satu tindakan perawatan gigi dalam bidang kedokteran gigi yaitu suatu
proses mengeluarkan gigi pada soket tulang alveolar karena gigi tersebut sudah tidak dapat
direstorasi. Penderita umumnya datang ke dokter gigi jika sudah timbul keluhan yang
sangat mengganggu dengan kerusakan yang parah. Sehingga dalam tindakan pencabutan
gigi membutuhkan teknik yang sesuai dengan kasusnya. Adapun indikasi untuk pencabutan
gigi diantaranya gigi yang karies parah, nekrosis pulpa, impaksi gigi, untuk tujuan
perawatan ortodontik, gigi yang mengalami trauma, dan supernumerary. Dalam prosedur
pencabutan gigi sendiri dapat mengakibatkan komplikasi yang memperlambat proses
penyembuhan. Untuk menghindari atau mengurangi terjadinya komplikasi pada saat
pencabutan gigi maka dokter gigi harus mengetahui teknik dalam tindakan pencabutan
tersebut seperti kemampuan dan keterampilan pada saat proses pencabutan gigi. Tindakan
pencabutan gigi dengan kasus-kasus tertentu dibutuhkan peralatan penunjang yang lebih
lengkap sesuai standar operasional bedah minor.

Pencabutan gigi bisa dilakukan dengan cara yang sederhana ataupun dengan cara yang
rumit. Pemeriksaan klinis secara cermat dari gigi yang akan dicabut beserta jaringan
pendukung dan struktur penting didekatnya dapat memberikan informasi yang penting
dalam menentukan tingkat kesulitan pencabutan gigi. Jika teknik sederhana tidak dapat
mengeluarkan gigi maka pencabutan gigi dapat menggunakan teknik closed method atau
open method. Teknik ini jika dilakukan dengan benar dapat merupakan solusi yang baik
untuk tindakan pencabutan gigi dengan kasus-kasus yang sulit dan dapat menghindari
risiko yang tidak diinginkan baik bagi pasien maupun dokter gigi.

B. Saran
Kami menyadari bahwa kemampuan kami dalam menyusun laporan ini
sangat terbatas. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil
Diskusi Kelompok Kecil (DKK) ini.

30
Daftar Pustaka

Balaji, S.M. 2018. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. 3rd Ed. India: Elvisier

Dwiastuti, S. A. P. (2013). Dental Extraction Technique Using Diffulty. Jurnal


Kesehatan Gigi (Dental Health Journal), 1(2), 115-119.

Heasman,P.,2003. Master dentistry : Restorative dentistry, padiatric dentistry and


orthodontics. Vol. 2. Philadelphia : Elsevier.

Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. 2019. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery.
7th Ed. Philadelphia: Elsevier.

Lande, R., Kepel, B. J., & Siagian, K. V. (2015). Gambaran faktor risiko dan komplikasi
pencabutan gigi di RSGM PSPDG-FK UNSRAT. e-GiGi, 3(2).

31

Anda mungkin juga menyukai