BLOK 15 MODUL 1
PENCABUTAN GIGI
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang
berjudul “Pencabutan Gigi” ini tepat pada waktunya. Laporan ini kami susun dari
berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari Diskusi Kelompok Kecil (DKK) kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga terselesaikannya laporan ini, antara lain:
1. drg. Cicih Bhakti Purnamasari, M.Med.Ed selaku tutor kelompok 3 yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan Diskusi Kelompok Kecil (DKK).
2. drg. Aziz Mohpul selaku dosen penanggung jawab kuliah modul ini yang telah
membimbing dan memberikan tugas kepada kami.
3. Teman-teman kelompok 3 yang telah menyumbangkan pemikiran dan tenaganya
sehingga Diskusi Kelompok Kecil (DKK) 1 dan 2 dapat berjalan dengan baik,
serta dapat menyelesaikan laporan hasil Diskusi Kelompok Kecil (DKK).
4. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
angkatan 2018 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per
satu.
Kami menyadari bahwa kemampuan kami dalam menyusun laporan ini
sangat terbatas. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil Diskusi
Kelompok Kecil (DKK) ini.
Kelompok III
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ..................................................................................... ...................i
Kata Pengantar ..................................................................................................... .ii
Daftar Isi................................................................................................................ iii
BAB 1: Pendahuluan........................................................................................... 4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Tujuan Penulisan...........................................................................................5
C. Manfaat Penulisan.........................................................................................5
BAB 2: Pembahasan.............................................................................................5
Skenario......................................................................................................5
A. Identifikasi istilah sulit...............................................................................6
B. Identifikasi masalah....................................................................................6
C. Analisa masalah..........................................................................................6
D. Strukturisasi konsep...................................................................................10
E. Learning Objective.....................................................................................10
F. Belajar mandiri...........................................................................................10
G. Sintesis.......................................................................................................10
BAB 3: Penutup...................................................................................................30
A. Kesimpulan................................................................................................30
B. Saran..........................................................................................................30
Daftar Pustaka.....................................................................................................31
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekstraksi atau pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan tanpa rasa sakit
satu gigi utuh atau akar gigi dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung
gigi, sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat
masalah prostetik dimasa mendatang. Pencabutan gigi merupakan suatu proses
pengeluaran gigi dari alveolus, dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan
perawatan lagi. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang sangat komplek yang
melibatkan struktur tulang, jaringan lunak dalam rongga mulut serta keseluruhan
bagian tubuh. Terdapat dua metode dalam pencabutan gigi yaitu, metode tertutup dan
metode terbuka. Pencabutan gigi dengan metode tertutup atau secara intra-alveolar
adalah pencabutan gigi yang erupsi dengan perluasan soket tulang alveolar saja,
menggunakan prinsip tuas, irisan dan roda. Sedangkan pencabutan dengan metode
terbuka atau ekstraksi transalveolar adalah prosedur pembedahan kecil yang
dilakukan untuk pengangkatan terapeutik gigi impaksi dan tidak erupsi yang
mencakup akses melalui flap bedah untuk visualisasi dan pengangkatan tulang yang
sesuai untuk membuat jalur persalinan dan memfasilitasi ekstraksi.
Tindakan ekstraksi gigi dapat diindikasikan untuk mencegah keadan yang lebih
buruk terhadap rongga mulut ataupun gigi itu sendiri. Indikasi dan kontraindikasi
sangat penting diketahui dengan cara melakukan pemeriksaan sebelum tindakan
ektraksi gigi. Ekstraksi gigi pada anak sedikit berbeda dengan orang dewasa,
terutama pada alat dan bahan yang akan digunakan. Pada anak perlu tingkat kehati
hatian yang tinggi pada saat melakukan proses ekstraksi, karena pada anak terdapat
benih gigi permanen yang akan erupsi dan menggantikan gigi sulungnya. Komplikasi
pada saat melakukan ekstraksi gigi juga sangat perlu diperhatikan karena dapat
mempengruhi keadaan jaringan disekitar area pasca pencabutan dan dapat berakibat
tidak baik pada rongga mulut dikemudian hari.
4
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan laporan ini adalah agar mahasiswa mampu :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi dan kontra indikasi ekstraksi gigi.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan sesudah dan sebelum ekstraksi
gigi.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan alat dan bahan yang digunakan untuk
ekstraksi gigi.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan prosedur ekstraksi gigi dengan metodetertutup
dan metode terbuka.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan prosedur ekstaksi gigi pada anak
dan orang dewasa.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi dari ekstraksi gigi.
C. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan laporan ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan
menjelaskan mengenai indikasi dan kontraindikasi ekstaksi gigi, pemeriksaan
sesudah dan sebelum ekstraksi gigi, alat dan bahan yang digunakan untuk ekstraksi
gigi, prosedur ekstraksi gigi dengan metode tertutup dan metode terbuka, perbedaan
prosedur ekstraksi gigi pada anak dan orang dewasa serta komplikasi yang dapat
terjadi setelah ekstraksi gigi dilakukan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
B. Identifikasi Masalah
1. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari pencabutan gigi?
2. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi dari proses pencabutan gigi?
3. Bagaimana tahapan dari pencabutan gigi?
4. Apa saja alat yang digunakan dalam melakukan pencabutan gigi?
5. Apa instruksi yang diberikan dokter gigi setelah dilakukan pencabutan gigi?
6. Apa yang membuat sakit setelah perawatan endodontik?
7. Pada gigi apa yang terjadi kegoyangan 3o dan apa penyebabnya?
8. Apakah terdapat perbedaan dalam pencabutan gigi permanen dan gigi sulung?
9. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan sebelum melakukan pencabutan gigi?
10. Apakah terdapat perbedaan prosedur antara pencabutan gigi yang nekrosis dan yang
normal?
C. Analisa Masalah
1. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari pencabutan gigi?
6
a. Indikasi :
• Karies yang parah dan tidak bisa direstorasi lagi
• Nekrosis pulpa
• Penyakit periodontal yang parah
• Perawatan ortodontik
• Gigi malposisi
• Gigi supernumerary
• Gigi yang terlibat lesi patologis, contohnya kista odontogenic
• Masalah keuangan, tidak mampu melakukan perawatan yang lain
b. Kontraindikasi:
• Pasien dengan penyakit sistemik (DM tidak terkontrol, karena proses
penyembuhan luka akan lama karena sistem imun nya terganggu)
• Hipertensi, tidak dilakukan pencabutan ketika tekanan darah > 200/110
mmHg
2. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi dari proses pencabutan gigi?
• Anastesi yang berkepanjangan
• Dry socket
• Pendarahan
• Sakit yang berlebih
• Fraktur tulang rahang
• Dislokasi mandibula
3. Bagaimana tahapan dari pencabutan gigi?
a. Evaluasi klinis (status gigi)
b. Pengambilan gambar radiografi
c. Posisi pasien
d. Pemberian antiseptik pada pasien
Prinsip mekanis ekstraksi: Tuas jenis pertama, Baji, Roda dan poros
Syarat-syarat:
7
• Jalur ekstraksi yang leluasa
• Penggunaan gaya yang dapat dikontrol
Tahapan:
Metode terbuka
8
5. Apa instruksi yang diberikan dokter gigi setelah dilakukan pencabutan gigi?
• Menggigit kasa untuk mengurangi perdarahan
• Tidak memakan makanan yang keras
• Menggunakan rahang yang tidak dilakukan pencabutan saat makan
• Mengonsumsi analgesik
• Kembali setelah 1 minggu dilakukan operasi
• Melakukan sikat gigi namun untuk daerah luka dihindari sementara
• Jika terjadi edema, kompres dengan menggunakan es selama 15-20 menit pada
area yang mengalami pembengkakan
Pada skenario, gigi yang mengalami kegoyangan 3o adalah gigi 51 Ani, penyebab
kegoyangan nya yaitu terjadi persistensi, gigi permanen sudah tumbuh sehingga gigi yang
persistensi mengalami kegoyangan.
8. Apakah terdapat perbedaan dalam pencabutan gigi permanen dan gigi sulung?
• Terdapat perbedaan alat, dimana tang pada gigi sulung lebih kecil daripada gigi
permanen
• Anastesi pada gigi permanen menggunakan syringe/ citoject, pada gigi sulung
menggunakan anastesi topical
• Melakukan pendekatan lebih kepada anak-anak
10. Apakah terdapat perbedaan prosedur antara pencabutan gigi yang nekrosis dan yang
normal (tidak ada kelainan)?
Pada gigi yang nekrosis, lebih berhati-hati karena gigi mudah rapuh dan patah
9
D. Strukturisasi Konsep
Ekstraksi
gigi
Metode
terbuka
Metode
tertutup
Perbedaan
ekstraksi gigi pada
anak-anak dan
dewasa
E. Learning Objective
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang indikasi dan kontraindikasi ekstraksi gigi
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pemeriksaan sebelum dan sesudah
ekstraksi gigi
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang alat dan bahan yang digunakan untuk
ekstraksi gigi
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang prosedur ekstraksi gigi (metode terbuka
dan metode tertutup)
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang komplikasi dari ekstraksi gigi
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang prosedur ekstraksi gigi pada anak-anak
dan dewasa
F. Belajar Mandiri
Pada step ini masing-masing anggota kelompok belajar secara mandiri untuk
menemukan learning objective yang sebelumnya sudah disepakati Bersama
G. Sintesis
1. Indikasi dan Kontraindikasi Ekstraksi Gigi
a. Indikasi
• Karies gigi yang terdapat kelainan pulpa
10
Ketika terapi endodontik tidak berhasil dan pasien tidak dapat menahan
lagi, ekstraksi gigi diindikasikan
• Periodontitis
• Gigi impaksi
Yaitu gigi dengan fraktur akar vertical yang tidak dapat dirawat secara
konservatif diindikasikan untuk diekstraksi.
• Tujuan ortodontik
11
Biasanya pada gigi premolar dan molar permanen tertentu diekstraksi
untuk menyediakan ruang yang cukup saat gigi digerakkan.
• Tujuan prostetik
b. Kontraindikasi
1) Kontraindikasi absolut:
• Diabetes tidak terkontrol
• Leukemia
• Gagal ginjal
• Gagal jantung
2) Kontraindikasi relative:
• Diabetes
Jika ekstraksi dilakukan pada pasien diabetes yang tidak terkontrol, dia
akan lebih rentan untuk mengembangkan infeksi pada luka ekstraksi yang
meluas ke jaringan sekitarnya. Hal ini disebabkan pengendapan kolesterol
di sirkulasi perifer (penipisan arteriol) dan kedua, mekanisme kemotaktik,
yang membantu penyembuhan luka, terganggu pada pasien diabetes.
12
• Hipertensi
Ekstraksi dapat dilakukan pada hipertensi ringan atau sedang, yaitu bila
tekanan sistolik kurang dari 200 mmHg dan tekanan diastolik kurang dari
110 mmHg. Ekstraksi dikontraindikasikan bila tekanan darah melebihi nilai
yang disebutkan di atas.
• Kehamilan
Pertimbangan khusus sebelum ekstraksi pada pasien hamil.
- Jika prosedurnya elektif, maka perawatan harus dijadwalkan
selama trimester kedua, yang dianggap sebagai waktu optimal
- Anestesi lokal seperti lignokain, bupivakain, dan kodein diyakini
paling tidak membahayakan janin.
- Keadaan darurat karena nyeri, infeksi, atau masalah akut lainnya
dapat dilakukan dengan anestesi umum, dengan
mempertimbangkan norma keamanan. Jika anestesi umum (GA)
diperlukan, kombinasi barbiturat kerja pendek intravena
(pentothal), relaksan otot (suksinilkolin), dan nitrous oxide adalah
metode pilihan.
• Pasien dengan terapi steroid
13
6 bulan setelah infark miokard. Penilaian pra operasi dari pembekuan darah
dan profil termasuk BT, CT, PT, INR adalah wajib.
Riwayat kesehatan yang akurat merupakan informasi yang paling penting bagi
seorang dokter gigi untuk mennetukan apakah pasien aman atau tidak untuk
dilakukan perawatan gigi. Dokter gigi harus mempersiapkan untuk antisipasi
bagaimana masalah medis atau masalah lain dalam pasien yang dapat mengganggu
atau merubah respons tubuh pasien terhadap agen anestesi dan pembedahan.
b. Pemeriksaan Klinis
Selain pemeriksaan umum yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi pada regio oral dan maksilofasial, dalam ekstraksi gigi penting
dilakukan asesmen khusus pada gigi yang meliputi :
• Morfologi mahkota
• Morfologi akar (dilaserasi, fusi, impkasi, ankilosis, hipersementosis atau
divergen)
• Kepadatan tulang disekeliling gigi
• Adanya patologis pada gigi atau tulang disekitarnya
• Kondisi yang mengindikasikan kelainan dental dan dentoalveolar seperti
hipersementosis.
14
• Perdarahan : pasien diinstruksikan untuk menggigit kasa pada area luka
selama 30-45 menit. Jika perdarahan berlanjut, dapat diganti dengan kasa
lain dan diletakkan pada area luka selama lebih dari 1 jam.
• Antibiotik : diresepkan hanya pada pasien yang memiliki kondisian
tertentu atau inflamasi
• Diet : diet pasien pada ahri dilakukan prosedur ialah makan makanan yang
lunak seperti pudding, yogurt, susu, sup dingin dan lain lain
• Orah hygiene : tidak diperkenankan membilas mulut selama 24 jam
pertama. Setelah 24 jam, area mulut dapat dibilas dengan chamomile
hangat atau air bergaram 3 kali selama 3-4 hari. Pasien juga diinstruksikan
untuk menyikat dan mem-flos gigi tetapi harus menghindari area
pembedahan.
• Pengangkatan jahitan : jika terdapat jahitan pada luka, jahitan tersebut
harus diangkat setelah 1 minggu.
Tiga komponen utama elevator adalah handle, shank dan blade. Handle elevator
biasanya memiliki ukurannya yang besar, sehingga bisa dipegang dengan nyaman
di tangan untuk diaplikasikan. Instrumen ini harus digunakan dengan baik dan hati-
hati karena jika
digunakan dengan
kekuatan yang
berlebihan dapat
membuat gigi dan tulang
Gambar 1. Komponen elevator. (Sumber : Hupp J,
mengalami keretakan.
Ellis E, Tucker M. Contemporary oral and
Shank memiliki ukuran maxillofacial surgery 7 th ed. 2019. Missouri:
Elsevier)
yang besar dan memiliki
kekuatan untuk mengirimkan gaya ke blade. Shank elevator hanya
menghubungkan handle ke working end, atau blade dari elevator. Blade digunakan
sebagai working tip dan digunakan untuk mengirimkan gaya ke gigi, tulang, atau
keduanya.
15
Tiga tipe dasar elevator adalah (1) tipe lurus, (2) segitiga, dan (3) pick-type.
• Elevator dengan tipe lurus
merupakan elevator yang
paling sering digunakan untuk
pencabutan gigi.
• Elevator kedua yang paling
Gambar 2. Elevator segitiga (cryer
umum digunakan adalah ) kiri dan kanan. (Sumber : Hupp J,
elevator segitiga. Elevator ini Ellis E, Tucker M. Contemporary
oral and maxillofacial surgery 7 th
disediakan berpasangan: kiri
ed. 2019. Missouri: Elsevier)
dan kanan. Elevator segitiga
paling berguna apabila terdapat akar yang fraktur yang tetap berada di
soket gigi dan soket yang berdekatan kosong Contohnya adalah ketika
gigi molar satu rahang bawah retak, meninggalkan akar distal pada soket
tetapi akar mesial dilepas dengan mahkota. Elevator kemudian diputar
dengan roda-dan-poros rotasi, dengan ujung tajam elevator menempel
pada sementum dari akar distal yang tersisa; elevator kemudian diputar.
Elevator segitiga tersedia dalam berbagai jenis dan angulasi, tetapi
elevator cryer adalah tipe yang paling umum. (Pasangan elevator ini
juga biasa disebut sebagai east-west elevator.)
16
b. Periotom
c. Tang ekstraksi
Tang pencabutan adalah alat yang digunakan untuk mencabut gigi dari tulang
alveolar. Idealnya, tang digunakan untuk mengangkat elevator-lux gigi dari
rongganya daripada mencabut gigi dari rongganya. Tang dirancang memiliki
banyak gaya dan konfigurasi
untuk beradaptasi pada variasi
gigi yang digunakan. Setiap
desain dasar memiliki
berbagai variasi. Komponen
dasar tang pencabutan gigi
Gambar 5. Komponen tang. (Sumber : Hupp J, adalah handle, hinge dan beak.
Ellis E, Tucker M. Contemporary oral and
Handle biasanya berukuran
maxillofacial surgery 7 th ed. 2019. Missouri:
Elsevier) cukup untuk digunakan
dengan nyaman dan untuk memberikan tekanan yang cukup untuk mencabut gigi
yang dibutuhkan. Pegangan tang dipegang secara berbeda tergantung pada posisi
gigi yang akan dicabut. Tang rahang atas dipegang dengan telapak tangan ke
samping atau di bawah tang sehingga paruh diarahkan ke arah superior. Tang yang
17
digunakan untuk mencabut gigi rahang bawah yang dipegang dengan telapak
tangan di atas tang sehingga paruhnya mengarah ke bawah ke arah gigi. Pegangan
tang biasanya lurus, tetapi beberapa mungkin melengkung Hinge, digunakan untuk
menghubungkan handle ke beak. Berfungsi mentransfer dan memusatkan gaya
yang diterapkan pada handle ke beak. Beak adalah sumber kekuatan-variasi terbaik
di antara tang. Beak dirancang untuk beradaptasi dari akar gigi ke persimpangan
mahkota dan akar.
d. Instrument Tray
Banyak dokter gigi yang merasa praktis menggunakan metode tray untuk
mempersiapkan instrumen yang
akan digunakan untuk jenis prosedur
tertentu. Set instrumen standar
dikemas bersama, disterilkan, dan
kemudian dapat dibuka bungkusnya
saat operasi. Instrumen ekstraksi
dasar yang sering digunakan
termasuk jarum suntik anestesi lokal, Gambar 6. Basic extraction tray
jarum, kartrid anestesi lokal, elevator (Sumber : Hupp J, Ellis E, Tucker M.
periosteal No 9, kuret periapikal, Contemporary oral and maxillofacial
surgery 7 th ed. 2019. Missouri:
elevator lurus kecil dan besar, tang, Elsevier)
hemostat melengkung, penjepit
handuk, retraktor Austin atau Minnesota, suction tip , dan 2x2 inci atau kain kasa
4 × 4 inci. Tray yang digunakan untuk ekstraksi bedah terdiri barang-barang
ekstraksi dasar ditambah pemegang jarum dan jahitan, jahitan gunting, tang
jaringan Adson, kikir tulang, retraktor lidah, elevator Cryer. Instrumen ini
memungkinkan sayatan dan refleksi jaringan lunak, pengangkatan tulang,
pemotongan gigi, pengambilan akar, debridemen luka, dan penjahitan jaringan
lunak.
e. Benang Jahit
Terdapat 2 kategori benang jahit secara umum yakni resorbable dan
nonresorbable. Benang jahit resorbable dapat diserap oleh jaringan sedangkan
nonresorbable tidak dapat diserap sehingga harus diangkat setelah sekitar 7 hari.
18
f. Agen Hemostatik Lokal
Agen hemostatik digunakan untuk menghentikan perdarahan yang parah yakni
saat terdapat kerusakan pada kapiler atau arteriola. Berikut beberapa agen
hemostatik :
• Alginic acid
19
• Gelatin sponge
• Oxidized sponge
20
antiseptik. Antiseptik merupakan bahan kimia yang diaplikasikan pada
jaringan seperti kulit atau membran mukosa untuk mencegah infeksi
dengan menghambat pertumbuhan bakteri. Sebelum ekstrasi, beberapa ahli
bedah menyarankan pasien untuk berkumur dengan obat kumur antiseptik
seperti chlorhexidine. Berkumur dengan obat kumur antiseptik dapat
mengurangi kontaminasi bakteri di mulut pasien.
2) Anestersi
Anaetesi selalu diperlukan dalam setiap ekstraksi gigi,baik pencabutan
untuk gigi permanen atau gigi sulung agar pasien tidak merasakan rasa sakit
pada saat ektraksi gigi. Ada 2 macam anastesi, yaitu anestesi umum dan
anestesi lokal. Untuk praktik dokter gigi biasanya menggunakan anestesi
local.
3) Melonggarkan jaringan lunak di sekitar gigi dengan instrumen yang tajam
seperti pisau bedah atau elevator periosteal. Tujuan melonggarkan jaringan
lunak dari gigi yaitu memungkinkan ahli bedah untuk memastikan bahwa
anestesi sudah bekerja atau belum. Sedikit tekanan terasa pada langkah ini,
tetapi seharusnya tidak ada sensasi dari ketajaman instrumen jika anestesi
lokal bekerja
4) Luksasi gigi menggunakan bein. Bein dimasukkan tegak lurus dengan gigi
ke dalam ruang interdental. Bein kemudian digerakkan untuk mengarahkan
bagian blade ke arah apikal. Bein kemudian diputar kecil-kecil gerakan
maju mundur.
5) Melibatkan tang pada gigi yang akan diekstraksi. Pemilihan tang harus
disesuaikan dengan gigi yang akan diekstraksi. Paruh tang diletakkan pada
bagian lingual terlebih dahulu kemudian bagian bukal. Operator harus
memastikan bahwa ujung paruh forsep tidak menempel pada gigi yang
berdekatan
21
7) Melakukan pencabutan gigi dari soket. Harus diingat bahwa luksasi gigi
dengan tang dan pencabutan gigi dari tulang adalah langkah terpisah pada
ekstraksi.
b. Ekstrakti Terbuka
1) Teknik Ekstraksi Terbuka pada Gigi Berakar Tunggal
Teknik ekstraksi terbuka dari gigi berakar tunggal sangat mudah tetapi
membutuhkan perhatian terhadap
detail karena beberapa keputusan harus
dibuat selama operasi. Teknik ini pada
dasarnya sama untuk gigi berakar
tunggal yang gagal upaya ekstraksi
tertutup atau yang telah retak dan, oleh
karena itu, hanya ada sebagai akar.
Langkah pertama adalah memberikan
visualisasi dan akses yang memadai
dengan membuat flap mukoperiosteal
Gambar 11. (Sumber: Hupp, J. R.,
yang cukup besar.
Ellis, E., & Tucker, M. R.2019.
Setelah flap yang memadai telah Contemporary oral and maxillofacial
ditahan pada posisi yang tepat dengan surgery. Philadelphia:Elsevier)
22
Pilihan ketiga adalah menggunakan elevator, mendorongnya ke arah apeks
di ruang ligamen periodontal gigi
(Gambar 12). Jari telunjuk tangan
dokter bedah harus menopang gaya
elevator agar pergerakan terkontrol.
Gerakan memutar digunakan untuk
membantu memperluas ruang
ligamen periodontal, yang
memungkinkan elevator untuk masuk
dan melanjutkan ke apikal ke dalam
ruang dan bertindak sebagai wedge Gambar 12. (Sumber: Hupp, J. R.,
untuk menggeser akar secara oklusal. Ellis, E., & Tucker, M. R. 2019.
Contemporary oral and maxillofacial
Ini berlanjut dengan penggunaan
surgery. Philadelphia:Elsevier)
elevator yang lebih besar sampai gigi
berhasil dilepas.
24
Teknik pembedahan dimulai dengan refleksi dari flap envelope yang
cukup panjang. Dalam
kebanyakan situasi, sejumlah
kecil tulang krista harus dicabut
dan gigi harus dibelah.
Pemotongan gigi biasanya
dilakukan dengan handpiece
lurus dengan bur lurus seperti
round bur No. 8 atau dengan
fissure bur seperti bur No. 557
atau No. 703 (Gambar C) di
bawah irigasi yang berlebihan.
Setelah gigi dipotong,
Gambar 15. (Sumber : Hupp J, Ellis E,
elevator lurus kecil digunakan
Tucker M. Contemporary oral and
untuk meluksasi dan maxillofacial surgery 7 th ed. 2019.
memobilisasi akar yang Missouri: Elsevier)
25
dari fragmen gigi, tulang, kalkulus, dan puing-puing lainnya yang lepas. Flap
direposisi dan dijahit seperti biasa.
Pencabutan gigi sulung sedikit berbeda dari metode pencabutan yang digunakan
untuk gigi permanen. Berbeda dengan gigi permanen, pemeriksaan radiografi gigi
sulung sangat penting sebelum dilakukan pencabutan gigi. Indikasi pencabutan gigi
sulung :
Setiap pasien adalah individu yang unik dan harus diperlakukan dengan baik .
Secara keseluruhan, meskipun keterampilan teknis seorang dokter gigi menjadi
perhatian, faktor terpenting bagi pasien adalah sikap ramah yang lembut, penjelasan
tentang prosedur perawatan yang akan dilakukan dan kemampuan untuk meminimalkan
rasa sakit. Anak-anak yang cemas dan tidak kooperatif dapat dilakukan dengan
pendekatan kognitif, seperti pengalihan perhatian. Mencoba mengalihkan perhatian dari
gigi ke jenis situasi lain, misalnya video, boneka, dengan musik atau cerita.
Teknik ekstraksi
Gigi permanen yang akan erupsi biasanya terletak dibawah dan kemungkinan
berkaiant erat dengan akar gigi sulung. Oleh karena itu, untuk prosedur pencabutan gigi
sulung sangat diperhatikan. Selama ekstraksi, jika akar gigi sulung patah dapat
dibiarkan begitu saja, karena meskipun begitu akar gigi sulung dapat terserap secara
alami. Pencabutan akar secara tidak sengaja dapat membahayakan tunas gigi permanen
yang terletak di bawahnya.
Tang yang digunakan untuk ekstraksi gigi sulung relatif lebih kecil daripada yang
digunakan untuk pencabutan gigi permanen. Untuk mengekstraksi gigi anterior rahang
26
bawah dan rahang atas, tekanan labial dengan rotasi mesial dapat diterapkan dan
dipindahkan ke sisi labial. Untuk menghilangkan gigi molar rahang atas dan rahang
bawah, tekanan bukal diterapkan diikuti dengan tekanan lingual dan dipindahkan ke sisi
lingual. Tenaga yang dibutuhkan untuk mencabut gigi sangat sedikit dan forsep tidak
perlu dimasukkan terlalu dalam di sepanjang akar. Elevator dapat digunakan untuk
menghilangkan akar gigi sulung. Dalam kasus ekstaksi gigi molar elevator dapat
digunakan pada bagian distal untuk menghilangkan akar distal dan pada bagian mesial
untuk menghilangkan akar mesial. Jika secara tidak sengaja gigi permanen yang belum
erupsi atau erupsi sebagian dicabut selama pencabutan, gigi tersebut harus dimasukan
kembali dengan hati-hati ke dalam soketnya dan lukanya ditutup. Pasien harus
diinstruksikan untuk tidak mengganggu area tersebut. Penggunaan kuret harus dihindari
untuk menghilangkan jaringan granulasi setelah pencabutan gigi sulung.
Komplikasi akibat pencabutan gigi dapat terjadi karena berbagai faktor dan
bervariasi pula dalam hal yang ditimbulkannya. Komplikasi dapat digolongkan
menjadi intraoperatif, segera sesudah pencabutan dan jauh setelah pencabutan.
Komplikasi yang sering ditemui pada pencabutan gigi antara lain:
a. Perdarahan
b. Pembengkakan
c. Rasa sakit
27
d. Dry socket
e. Fraktur
f. Dislokasi mandibula
Dapat terjadi karena terjepitnya tulang alveolar secara tidak sengaja di antara
ujung tang pencabut gigi atau konfigurasi dari akar gigi itu sendiri, bentuk dari
tulang alveolar atau adanya perubahan patologi dalam tulang itu sendiri.
Pencabutan gigi caninus terkadang disertai komplikasi fraktur tulang sebelah
labial.
Komplikasi ini biasa terjadi jika ujung akar dekat dengan sinus atau rongga
sinus yang besar dan ujung akar yang bengkok. Bisanya terjadi pada akar gigi
premolar dan molar atas dan yang sering adalah akar palatal. Pada kasus seperti
ini pemakaian elevator dengan tenaga yang besar harus di hindari.
Terjadi jika pembuluh darah terpotong. Hal ini dapat terjadi karena trauma
yang besar pada saat pencabutan dimana tulang yang terangkat mengoyak
28
jaringan lunak sekitarnya. Juga dapat terjadi karena penggunaan bor yang
mengenai kanalis mandibularis.
29
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Dari hasil belajar mandiri yang telah kami diskusikan pada diskusi kelompok kecil
mengenai Pencabutan Gigi pokok pembelajaran dalam diskusi ini adalah Pencabutan Gigi
merupakan salah satu tindakan perawatan gigi dalam bidang kedokteran gigi yaitu suatu
proses mengeluarkan gigi pada soket tulang alveolar karena gigi tersebut sudah tidak dapat
direstorasi. Penderita umumnya datang ke dokter gigi jika sudah timbul keluhan yang
sangat mengganggu dengan kerusakan yang parah. Sehingga dalam tindakan pencabutan
gigi membutuhkan teknik yang sesuai dengan kasusnya. Adapun indikasi untuk pencabutan
gigi diantaranya gigi yang karies parah, nekrosis pulpa, impaksi gigi, untuk tujuan
perawatan ortodontik, gigi yang mengalami trauma, dan supernumerary. Dalam prosedur
pencabutan gigi sendiri dapat mengakibatkan komplikasi yang memperlambat proses
penyembuhan. Untuk menghindari atau mengurangi terjadinya komplikasi pada saat
pencabutan gigi maka dokter gigi harus mengetahui teknik dalam tindakan pencabutan
tersebut seperti kemampuan dan keterampilan pada saat proses pencabutan gigi. Tindakan
pencabutan gigi dengan kasus-kasus tertentu dibutuhkan peralatan penunjang yang lebih
lengkap sesuai standar operasional bedah minor.
Pencabutan gigi bisa dilakukan dengan cara yang sederhana ataupun dengan cara yang
rumit. Pemeriksaan klinis secara cermat dari gigi yang akan dicabut beserta jaringan
pendukung dan struktur penting didekatnya dapat memberikan informasi yang penting
dalam menentukan tingkat kesulitan pencabutan gigi. Jika teknik sederhana tidak dapat
mengeluarkan gigi maka pencabutan gigi dapat menggunakan teknik closed method atau
open method. Teknik ini jika dilakukan dengan benar dapat merupakan solusi yang baik
untuk tindakan pencabutan gigi dengan kasus-kasus yang sulit dan dapat menghindari
risiko yang tidak diinginkan baik bagi pasien maupun dokter gigi.
B. Saran
Kami menyadari bahwa kemampuan kami dalam menyusun laporan ini
sangat terbatas. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil
Diskusi Kelompok Kecil (DKK) ini.
30
Daftar Pustaka
Balaji, S.M. 2018. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. 3rd Ed. India: Elvisier
Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. 2019. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery.
7th Ed. Philadelphia: Elsevier.
Lande, R., Kepel, B. J., & Siagian, K. V. (2015). Gambaran faktor risiko dan komplikasi
pencabutan gigi di RSGM PSPDG-FK UNSRAT. e-GiGi, 3(2).
31