Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MATA KULIAH FILSAFAT PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU :
Drs. IRWAN, M.Pd.
DONA SARIANI, S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2
KELAS R-002
1. FENI ANNISA (A1A321046)
2. FLORIDA SINURAT (A1A321060)
3. MIFTAHUL IKROM (A1A321066)
4. NADYLA FEBRIZA (A1A321040)
5. FADHLI PRAMUDYA (A1A321036)
6. NIA SANTIKA (A1A321064)

PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat serta Karunia-Nya kepada Penulis, sehingga Penulis berada dalam keadaan
sehat wal’afiat dan berkat rahmat-Nya pula, Penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan sebaik mungkin.
Makalah FILSAFAT PENDIDIKAN ini dapat kami selesaikan dengan baik
berkat dukungan dari berbagai pihak baik berupa bimbingan, dorongan semangat,
maupun material. Dengan banyaknya pengaruh positif yang didapatkan dari berbagai
dukungan tersebut, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen
pengampu mata kuliah FILSAFAT PENDIDIKAN dan teman-teman yang telah
mensuport kami dalam menyusun makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan
baik.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca, agar makalah ini nantinya dapat
menjadi lebih baik lagi.

Jambi, 05 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA
2.2 KESELARASAN TUJUAN NEGARA DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ITU
SENDIRI DAN TUJUAN PPKn ITU SENDIRI
2.3 ANALISIS FILSAFAT TUJUAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
2.4 HUBUNGAN PENDIDIKAN DENGAN KEBUDAYAAN
BAB III. PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Filsafat berasal dari kata Philosophy yang secara epistimologis berasal dari
philos atau phileinyang yang artinya cinta dan shopia yang berarti hikmat atau
kebijaksanaan. Secara epistimologis bermakna cinta kepada hikmat atau
kebijaksanaan (wisdom) (Sutrisno, 2006). Pancasila juga merupakan sebuah filsafat
karena pancasila merupakan acuan intelektual kognitif bagi cara berpikir bangsa,
yang dalam usaha-usaha keilmuan dapat terbangun ke dalam sistem filsafat yang
kredibel. Menurut Abdulgani (dalam Ruyadi, 2003), Pancasila merupakan filsafat
negara yang lahir sebagai collective ideologie (cita-cita bersama) dari seluruh
bangsa Indonesia. Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang dalam, yang
kemudian dituangkan dalam suatu “sistem” yang tepat. Sedangkan Notonagoro
(dalam Ruyadi, 2003) menyatakan bahwa Filsafat Pancasila memberikan
pengetahuan dan pengertian ilmiah, yaitu tentang hakikat dari Pancasila.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat, memiliki dasar ontologis, dasar
epistemologis dan dasar aksiologis tersendiri yang membedakannya dengan sistem
filsafat lain. Secara ontologis, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai
upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Notonagoro (dalam
Ganeswara, 2007) menyatakan bahwa hakikat dasar ontologis Pancasila adalah
manusia, sebab manusia merupakan subjek hukum pokok dari Pancasila. Selanjutnya,
hakikat manusia itu adalah semua kompleksitas makhluk hidup, baik sebagai
makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Secara lebih lanjut, hal ini bisa
dijelaskan bahwa yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang
adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin
oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang
berkeadilan sosial adalah manusia.
Pendidikan dilakukan oleh manusia melalui kegiatan pembelajaran. Dalam
praktik pendidikan yang universal banyak ditemukan beragam komunitas dari
manusia yang memberikan makna yang beragam dari pendidikan. Di Indonesia,
pendidikan ditekankan pada penguasaan landasan terbentuknya masyarakat meritorik,
artinya memberikan waktu jam pelajaran yang luas dalam penguasaan mata pelajaran
tertentu. Pendidikan berdasarkan terminologi merupakan terjemahan dari istilah
Pedagogi. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu Paidos dan Agoo. Paidos
artinya budak dan Agoo artinya membimbing. Pedagogi dapat diartikan sebagai
budak yang mengantarkan anak majikan untuk belajar. (Jumali dkk, 2004)
menjelaskan bahwa hakikat pendidikan adalah kegiatan yang melibatkan guru, murid,
kurikulum, evaluasi, administrasi yang secara simultan memproses peserta didik
menjadi lebih lebih bertambah pengetahuan, skill, dan nilai kepribadiannya dalam
suatu keteraturan kalender akademik.
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta
didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi
nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah
citacita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam
keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi
mengenai masalah-masalah pendidikan.
Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana
mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan
menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip pendidikan yang
didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses pendidikan
menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi
antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan
menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Peranan filsafat pendidikan
memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat,
memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang
kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu
dari teori pendidik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa defenisi pancasila sebagai ideologi bangsa?
2. Bagaimana keselarasan antara tujuan negara dengan tujuan pendidikan dan
tujuan PPKn itu sendiri?
3. Jelaskan analisis filsafat tujuan pendidikan di Indonesia!
4. apa hubungan pendidikan dengan kebudayaan?
1.3 Tujuan penulisan makalah
1. mengetahui defenisi pancasila sebagai ideologi bangsa.
2. mengetahui keselarasan antara tujuan negara dengan tujuan pendidikan dan
tujuan PPKn itu sendiri.
3. mengetahui analisis filsafat tujuan pendidikan di Indonesia.
4. mengetahui hubungan pendidikan dengan kebudayaan.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA


Istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian
dasar, cita-cita dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah ideologi berarti ilmu
tentang pengertian dasar, ide atau citacita. Cita-cita yang dimaksudkan adalah cita-
cita yang tetap sifatnya dan harus dapat dicapai sehingga cita-cita itu sekaligus
merupakan dasar, pandangan, paham. Ideologi yang semula berarti gagasan, ide, cita-
cita itu berkembang menjadi suatu paham mengenai seperangkat nilai atau pemikiran
yang oleh seseorang atau sekelompok orang menjadi suatu pegangan hidup.
Makna Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia adalah bahwa nilai-nilai
yang terkandung dalam ideologi Pancasila itu menjadi cita-cita normatif bagi
penyelenggaraan bernegara. Dengan kata lain, visi atau arah dari penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia adalah terwujudnya kehidupan yang
ber-Ketuhanan, yang berKemanusiaan, yang ber-Persatuan, yang ber-Kerakyatan, dan
yang ber-Keadilan.
Pancasila sebagai ideologi nasional selain berfungsi sebagai cita-cita normatif
penyelenggaraan bernegara, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan
nilai yang disepakati bersama, karena itu juga berfungsi sebagai sarana pemersatu
masyarakat yang dapat memparsatukan berbagai golongan masyarakat di Indonesia.
Fungsi dan Kedudukan Pancasila sebagai Ideologi Bangsa
Pancasila sebagai ideologi bangsa berfungsi sebagai landasan untuk
memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadiannya dalam alam sekitarnya.
Masih dalam buku yang sama, dijelaskan bahwa ideologi ini membantu suatu negara
dalam membuka wawasan yang memberikan makna dan menunjukkan tujuan
dalam kehidupan bernegara. Ideologi ini perlu dimiliki oleh setiap negara.
Pancasila merupakan ideologi terbuka. Ideologi terbuka adalah ideologi yang
menjadi pandangan suatu bangsa. Pancasila sebagai ideologi terbuka mengandung
tiga nilai. Antara lain nilai dasar, yaitu nilai yang tidak berubah sepanjang zaman,
nilai instrumen yakni nilai yang bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan
zaman, dan nilai praksis yaitu nilai yang dilaksanakan secara nyata.
Dilansir dari situs Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), berikut
penjelasan dari masing-masing nilai Pancasila:
1. Nilai Dasar
Nilai dasar mencakup hakikat kelima sila Pancasila, yaitu ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima hal ini adalah pedoman
fundamental yang sifatnya universal, mengandung cita-cita negara, dan tujuan yang
baik dan benar.
2. Nilai Instrumental
Nilai instrumental mencakup arahan, kebijakan, strategi, sasaran, dan lembaga
yang melaksanakannya. Konsep ini merupakan perkembangan atau penjabaran dari
nilai dasar. Berkatnya, penyesuaian pelaksanaan dari sesuatu yang dasar akan lebih
jelas untuk bisa menyelesaikan masalah yang terjadi.
3. Nilai Praksis
Nilai praksis meliputi realisasi dari instrumental yang sifatnya nyata dan dapat
digunakan untuk kehidupan bernegara. Dengan nilai terakhir ini, Pancasila bisa
melakukan pengembangan serta perubahan agar penerapannya sesuai dengan kondisi
masyarakat Indonesia yang berubah.
Kedudukan Pancasila sebagai ideologi negara tercantum dalam pembukaan
UUD 1945 alinea keempat yang berbunyi, "...maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia yang
terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat,
dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia."
Pancasila merupakan ideologi yang bersifat universal.

Perwujudan Pancasila sebagai ideologi negara yang berarti menjadi cita-cita


penyelenggaraan bernegara terwujud melalui Ketetapan MPR Nomor 7 Tahun 2001
mengenai Visi Indonesia Masa Depan. Dalam Ketetapan MPR tersebut menyatakan
bahwa Visi Indonesia Masa Depan terdiri atas tiga visi, yaitu:
1. Visi ideal, yaitu cita-cita luhur bangsa Indonesia sebagaimana dimaksudkan dalam
Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea kedua dan alinea keempat.
2. Visi antara, yaitu visi bangsa Indonesia yang berlaku sampai dengan tahun 2020.
3. Visi lima tahunan, yaitu sebagaimana dimaksudkan dalam Garis-garis Besar Haluan
Negara (GBHN).

Menurut Hamdan Mansoer, mewujudkan bangsa yang religius, manusiawi,


demokratis, bersatu, adil dan sejahtera pada dasarnya merupakan upaya menjadikan
nilai-nilai Pancasila sebagai cita-cita bersama. Bangsa yang demikian merupakan ciri
dari masyarakat madani Indonesia. Sebagai suatu cita-cita, nilai-nilai Pancasila
diambil dimensi idealismenya. Sebagai nilai-nilai ideal, penyelenggaraan negara
hendaknya berupaya bagaimana menjadikan kehidupan bernegara Indonesia ini
semakin dekat dengan nilai-nilai ideal tersebut.
Nilai integratif Pancasila mengandung makna bahwa Pancasila dijadikan
sebagai sarana pemersatu dalam masyarakat dan prosedur penyelesaian konflik.
Masyarakat Indonesia telah menerima Pancasila sebagai sarana pemersatu, yang
artinya sebagai suatu kesepakatan bersama bahwa nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya disetujui sebagai milik bersama. Pancasila dijadikan semacam social ethic
dalam masyarakat yang heterogen.

2.2 KESELARASAN TUJUAN NEGARA DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN DAN


TUJUAN PPKn ITU SENDIRI
Pendidikan adalah suatu pondasi dalam hidup yang harus dibangun dengan
sebaik mungkin. Secara umum pendidikan adalah proses pembelajaran pengetahuan,
keterampilan serta kebiasaan yang dilakukan suatu individu dari satu generasi ke
generasi lainnya. Proses pembelajaran ini melalui pengajaran, pelatihan dan
penelitian. Adanya pendidikan juga dapat meningkatkan kecerdasan, akhlak mulia,
kepribadian serta keterampilan yang bermanfaat baik itu untuk diri sendiri maupun
masyarakat umum. Jadi singkatnya pendidikan adalah proses pembelajaran kepada
individu atau peserta didik agar dapat memiliki pemahaman terhadap sesuatu dan
membuatnya menjadi seorang manusia yang kritis dalam berpikir.

Tujuan dari Pendidikan


Salah satu tujuan utama dari pendidikan adalah mengembangkan potensi dan
mencerdaskan individu dengan lebih baik. Dengan tujuan ini, diharapkan mereka
yang memiliki pendidikan dengan baik dapat memiliki kreativitas, pengetahuan,
kepribadian, mandiri dan menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab.
Sesuai yang sudah diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia, seperti:
 UU No. 2 Tahun 1985
Tujuan pendidikan menurut UU No. 2 Tahun 1985 adalah untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang
seutuhnya, yaitu bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
pengetahuan, sehat jasmani dan rohani, memiliki budi pekerti luhur, mandiri,
kepribadian yang mantap, dan bertanggung jawab terhadap bangsa.
 UU No. 20 Tahun 2003
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
 MPRS No. 2 Tahun 1960
Sesuai dengan MPRS No. 2 Tahun 1960, tujuan pendidikan adalah untuk
membentuk manusia yang memiliki jiwa Pancasilais sejati berdasarkan
ketentuan-ketentuan yang dikehendaki oleh pembukaan UUD 1945 dan isi
UUD 1945.

Mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat


sangat penting. Hal ini sesuai dengan cita-cita serta tujuan nasional yang tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945. Tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
secara umum diantaranya:
1. Memiliki kepemilikan serta ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Memiliki sikap kemanusiaan yang adil juga beradab dengan selalu memiliki sikap
tenggang rasa di tengah kemajemukan bangsa.
3. Menciptakan persatuan bangsa dengan tidak bertindak anarkis yang dapat menjadi
penyebab lunturnya Bhinneka Tunggal Ika di tengah masyarakat yang memiliki
keragaman budaya.
4. Menciptakan sikap kerakyatan yang mendahulukan kepentingan umum dan
mengutamakan musyawarah untuk mencapai keadaan yang mufakat.
5. Memberikan dukungan sebagai cara menciptakan keadaan yang berkeadilan sosial dalam
masyarakat.
 
Tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
adalah untuk:
1. Memperkuat Pancasila sebagai dasar falsafah negara dan ideologi bangsa melalui revitalisasi
nilai-nilai dasar Pancasila sebagai norma dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
2. Agar mahasiswa dapat mengembangkan karakter manusia Pancasilais dalam pemikiran,
sikap, dan tindakan. 
3. Memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar Pancasila kepada
mahasiswa sebagai warga negara Republik Indonesia, serta membimbing untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
4. Mahasiswa agar mampu menganalisis dan mencari berbagai masalah kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui sistem solusi yang berdasarkan nilai-nilai
Pancasila dan UUD RI Tahun 1945.
5. Membentuk sikap mental mahasiswa yang mampu mengapresiasi nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, kecintaan pada tanah air dan kesatuan bangsa, serta memperkuat masyarakat
madani yang demokratis, berkeadilan, dan bermartabat berlandaskan Pancasila, untuk
mampu berinteraksi dengan dinamika internal dan masyarakat bangsa Indonesia.

2.3 ANALISIS FILSAFAT TUJUAN PENDIDIKAN DI INDONESIA


Pendidikan adalah suatu pondasi dalam hidup yang harus dibangun dengan
sebaik mungkin. Secara umum pendidikan adalah proses pembelajaran pengetahuan,
keterampilan serta kebiasaan yang dilakukan suatu individu dari satu generasi ke
generasi lainnya. Proses pembelajaran ini melalui pengajaran, pelatihan dan
penelitian. Adanya pendidikan juga dapat meningkatkan kecerdasan, akhlak mulia,
kepribadian serta keterampilan yang bermanfaat baik itu untuk diri sendiri maupun
masyarakat umum. Jadi singkatnya pendidikan adalah proses pembelajaran kepada
individu atau peserta didik agar dapat memiliki pemahaman terhadap sesuatu dan
membuatnya menjadi seorang manusia yang kritis dalam berpikir.
Filsafat pendidikan adalah ilmu yang menyelidiki hakikat pelaksanaan
pendidikan yang bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang, cara-cara, dan
hasilnya serta hakikat ilmu pendidikan, yang bersangkut paut dengan analisis kritis
terhadap struktur dan kegunaannya. ( B. Othanel Smith, dalam Mudyahardjo).
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta
didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi
nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-
cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam
keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan.
Filsafat pendidikan menurut Al-Syaibani (1979 dalam Saadullah) adalah
“Pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan.
Filsafat itu mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan falsafah umum dan
menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan
yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah
pendidikan secara praktis.”
Al-Syaibani berpandangan bahwa filsafat pendidikan, seperti halnya filsafat
umum, berusaha mencari yang hak dan hakikat serta masalah yang berkaitan dengan
proses pendidikan.
Tujuan pendidikan merupakan gambaran dari falsafah atau pandangan hidup
manusia, baik secara perorangan maupun kelompok. Membicarakan tujuan
pendidikan akan menyangkut sistem nilai dan norma-norma dalam suatu konteks
kebudayaan, baik dalam mitos, kepercayaan dan religi, filsafat, ideologi dan
sebagainya. Tujuan pendidikan harus mengandung nilai :
 Autonomy, yaitu memberi kesadaran pengetahuan dan kemampuan secara maksimum
kepada individu maupun kelompok untuk dapat hidup mandiri dan hidup bersama dalam
kehidupan yang lebih baik.
 Equity (keadilan), berarti bahwa tujuan pendidikan harus memberi kesempatan kepada
seluruh warga masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam kehidupan berbudaya dan
kehidupan ekonomi, dengan memberinya pendidikan dasar yang sama.
 Survival, yang berarti bahwa dengan pendidikan akan menjamin pewarisan kebudayaan
dari satu generasi kepada generasi kepada generasi berikutnya.
Tujuan pendidikan menggambarkan tentang idealisme, cita-cita keadaan
individu atau masyarakat yang dikehendaki. Karenanya tujuan merupakan salah satu
hal yang penting dalam kegiatan pendidikan, sebab tidak saja memberikan arah
kemana harus dituju, tetapi juga memberikan arah ketentuan yang pasti dalam
memilih materi, metode, alat/media, evaluasi dalam kegiatan yang dilakukan.
Pendidikan memerlukan landasan filsafat karena masalah pendidikan tidak
hanya sebatas pelaksanaan pendidikan, yang hanya terbatas pada pengalaman
empiris. Dalam pendidikan akan mucul permasalahan yang lebih luas, kompleks dan
lebih mendalam, yang tidak terbatas oleh pengalaman inderawi maupun fakta-fakta
faktual yang mungkin tidak dapat dijangkau oleh sains pendidikan (science of
education). (Sadulloh, 2003). Masalah tersebut diantaranya adalah tujuan pendidikan
yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai pandangan hidup
manusia. Tujuan pendidikan senantiasa berhubungan langsung dengan tujuan hidup
dan pandangan hidup individu maupun masyarakat yang menyelenggarakan
pendidikan.
Dalam pendidikan nasional, Pancasila adalah filosofis bangsa, maka filsafat
pendidikan yang dikembangkan di Indonesia yang mendasari filsafat pendidikan
nasional haruslah berdasar pada Pancasila, hal ini dikarenakan bahwa masalah yang
muncul adalah permasalah-permasalahan warga negara Indonesia yang mempunyai
karakter dan sifat khas, maka permasalahan-permasalah yang muncul diselesaikan
secara kekhasan warga negara Indonesia yaitu berdasar pada falsafah bangsa yaitu
Pancasila.
Tujuan dari proses pendidikan adalah adanya proses perubahan. Perubahan
yang dimaksudkan adalah perkembangan secara alamiah menuju kedewasaan. Makna
dari kedewasaan yaitu kematangan yang bersifat biologis, jasmaniah, atau fikir, rasa,
dan karsa. Bahkan secara moral, dalam arti bertanggung jawab, sadar dan normatif.
Dalam perubahan menuju kematangan tersebut akan timbul bermacam-macam
masalah, itulah tugas filsafat. Jiwa dan pedoman azas pendidikan di Indonesia secara
yuridis konstitusional memiliki konsekuensi baik secara formal atau fungsional
bahwa filsafat pendidikan kita adalah pancasila sebab :
 Pancasila adalah dasar negara RI;
 Norma dasar dan norma tertinggi di NKRI;
 Pancasila adalah ideologi negara;
 Pancasila adalah identitas bangsa;
 Pancasila adalah sistem filsafat yang potensial, fungsional, normatif dan ideal.

Tujuan pendidikan nasional berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang


Sisdiknas adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

2.4 HUBUNGAN PENDIDIKAN DENGAN KEBUDAYAAN


Pendidikan dan kebudayaan merupakan dua hal yang saling terkait.
Pendidikan selalu berubah sesuai perkembangan kebudayaan. Karena pendidikan
merupakan proses transfer nilai-nilai kebudayaan (pendidikan bersifat progresif).
Pendidikan bersifat progresif, yaitu selalu mengalami perubahan perkembangan
sesuai tuntutan perkembangan kebudayaan.kedua sifat tersebut berkaitan erat satu dan
lainnya. Kebudaan menjadi cermin bagi bangsa,membuat perbedaan sistem ,isi dan
pendidikan pengajaran sekaligus menjadi cermin tingkat pendidikan dan kebudayaan.
Pendidikan dan kebudayaan saling terkait, yaitu dengan pendidikan bisa membentuk
manusia atau insan yang berbudaya,dan dengan budaya pula bisa menuntun manusia
untuk hidup yang sesuai dengan aturan atau norma yang dijadikan pedoman dalam
menjalani kehidupan.

Makna Pendidikan dan Kebudayaan


1. Pendidikan
Dalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia)
menjelaskan tentang pengertian pendidikan merupakan tuntutan di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan
sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya.

2. Kebudayaan
Budaya adalah sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk: budi daya,
yang berarti daya dari budi. Karena itu mereka membedakan antara budaya dengan
kebudayaan. Budaya adalah dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa. Sedangkan
kebudayaan adalah hasil usaha manusia untuk mencukupi semua kebutuhan
hidupnya.
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik manusia dengan
belajar. Hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh tindakan manusia adalah
kebudayaan, karena hanya sedikit tindakan manusia dalam kehidupan masyarakat
yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar, yaitu hanya beberapa tindakan akibat
proses fisiologi atau kelakuan membabi buta.
Koentjaraningrat mengklasifikasikan, kebudayaan dalam tiga bentuk,yaitu:
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek dari gagasan,nilai,norma,peraturan dan
sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktivitas serta tindakan berpola dari manusia
dalam masyarkat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Kebudayaan dan masyarakat tidak mungkin hidup berpisah satu sama


lain.karena di dalam sekelompok masyarakat terdapat suatu kebudayaan.oleh karena
itu istilah kebudayaan dan masyarakat sering disebut dengan istilah (society),
keduanya belum dibedakan satu sama lain. Maka sudah selayaknya perbedaan ini
diberikan karna kedua unsur ini sering kali dikacaukan, maksudnya secara khusus,
kebudayaan dapat dipandang sebagai semua cara hidup yang dipelajari dan
diharapkan, yang sama-sama diikuti oleh para anggota dari suatu kelompok
masyarakat tertentu.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa budaya adalah suatu cara
hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni. Jadi, budaya bangsa adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh suatu bangsa dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Orang-orang dapat melihat bahwa kebudayaan itu tidak saja meliputi cara-
cara berpikir dan berbuat yang dianggap benar oleh suatu kelompok masyarakat,
melainkan juga meliputi hasil-hasil daya usaha yang lebih bisa di saksikan dengan
mata dan dapat diraba.

Pendidikan sebagai Sosialisasi Kebudayaan


Sebagai sistem pengetahuan dan gagasan, kebudayaan yang dimiliki suatu
masyarakat merupakan kekuatan yang tidak tampak, yang mampu menggiring dan
mengarahkan manusia pendukung kebudayaan itu untuk bersikap dan berperilaku
sesuai dengan pengetahuan dan gagasan yang menjadi milik masyarakat tersebut,
baik dibidang ekonomi, sosial, politik, kesenian dan sebagainya. Sebagai suatu
sistem, kebudayaan tidak diperoleh manusia dengan begitu saja secara ascribed, tetapi
melalui proses belajar yang berlangsung tanpa berhenti, sejak dari manusia itu
dilahirkan sampai dengan ajal menjemputnya. Proses belajar dalam konteks
kebudayaan bukan hanya dalam bentuk internalisasi dari sistem ”pengetahuan” yang
diperoleh manusia melalui pewarisan atau transmisi dalam keluarga, lewat sistem
pendidikan formal disekolah atau lembaga pendidikan formal lainnya, melainkan juga
diperoleh melalui proses belajar dari berinteraksi dengan lingkungan alam dan
sosialnya.
Dalam hal ini, pendidikan menjadi instrumen kekuatan sosial masyarakat
untuk mengembangkan suatu sistem pembinaan anggota masyarakat yang relevan
dengan tuntutan perubahan zaman.abad globalisasi telah menyajikan nilai-nilai baru,
pengertian-pengertian baru serta perubahan-perubahan seluruh ruang lingkup
kehidupan manusia yang waktu kedatangannya tidak bisa diduga-duga. Sebagai salah
satu perangkat kebudayaan, pendidikan akan melakukan tugas-tugas kelembangaan
sesuai dengan hukum perkembangan masyarakat. Dari sini dapat kita amati bersama
sebuah alur pembahasan hubungan dialektik antara pendidikan dengan realitas
perkembangan sosial factual yang saat ini tengah menggejala pada hampir seluruh
masyarakat dunia.

Interaksi Pendidikan dengan Kebudayaan


Pendidikan selalu berubah sesuai perkembangan kebudayaan, karena
pendidikan merupakan proses transfer kebudayaan dan sebagai cermin nilai-nilai
kebudayaan. Pendidikan juga bersifat progresif, yaitu selalu mengalami perubahan
perkembangan sesuai tuntutan perkembangan kebudayaan. Kedua sifat tersebut
berkaitan erat dan terintegrasi. Untuk itu perlu pendidikan formal dan informal.
Perbedaan kebudayaan menjadi cermin bagi bangsa lain, membuat perbedaan sistem,
isi dan pendidikan pengajaran sekaligus menjadi cermin tingkat pendidikan dan
kebudayaan.
Adapun interaksi pendidikan dengan kebudayaan itu sebagai berikut:
1. Pendidikan merupakan proses pembinaan tingkah laku perbuatan agar anak belajar
berpikir, berperasaan dan bertindak lebih sempurna dan baik dari pada sebelumnya.
2. Pendidikan diarahkan kepada keseluruhan aspek kebudayaan dan kepribadian.
3. Pendidikan harus diarahkan kepembinaan cita-cita hidup yang luhur.

Dalam merealisasikan pendidikan pada era otonomi daerah sekarang ini,


sewajarnya pendidikan yang dilaksanakan memperhatikan aspek budaya, misalnya
konsep life skil dalam pendidikan untuk peningkatan keterampilan siswa setelah
menamatkan jenjang pendidikannya. Pendekatan budaya merupakan cara tepat dalam
membina moralitas pendidikan bangsa yang mulai ambruk, hal ini karena budaya
memuat berbagai aspek, seperti agama, etika dan lingkungan.

Peran Pendidikan dalam Proses Pewaris Kebudayaan


Pendidikan bertujuan untuk membentuk agar manusia dapat menunjukkan
perilakunya sebagai makhluk yang berbudaya yang mampu bersosialisasi dalam
masyarakatnya dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dalam upaya
mempertahankan kelangsungan hidup, baik secara pribadi, kelompok, maupun
masyarakat secara keseluruhan. Sekolah adalah salah satu sarana atau media dari
proses pembudayaan media lainnya (keluarga dan institusi lainnya yang ada dalam
masyarakat). Dalam konteks inilah pendidikan disebut sebagai proses untuk
memanusiakan manusia.

BAB III PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Pancasila merupakan dasar pandangan hidup rakyat Indonesia yang di
dalamnya memuat lima dasar yang di dalam isinya merupakan jatidiri bangsa
Indonesia. Sila-sila dalam Pancasila menggambarkan tentang pedoman hidup
bernbangsa dan bernegara bagi manusia Indonesia seluruhnya dan seutuhnya.
Pancasila juga merupakan sebuah filsafat karena pancasila merupakan acuan
intelektual kognitif bagi cara berpikir bangsa, yang dalam usaha usaha keilmuan
dapat terbangun ke dalam sistem filsafat yang kredibel.
Pancasila adalah dasar dan ideologi bangsa Indonesia yang mempunyai fungsi
dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Filsafat adalah berpikir secara
mendalam dan sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran. Filsafat pendidikan
adalah pemikiran yang mendalam tentang pendidikan berdasarkan filsafat. Apabila
kita hubungkan fungsi Pancasila dengan sistem pendidikan ditinjau dari filsafat
pendidikan, maka Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa yang menjiwai
dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, sistem pendidikan nasional Indonesia wajar
apabila dijiwai, didasari dan mencerminkan identitas Pancasila. Pancasila adalah
falsafah yang merupakan pedoman berperilaku bagi bangsa Indonesia yang sesuai
dengan kultur bangsa Indonesia. Pendidikan karakter memang seharusnya diambil
dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Agar tercipta manusia Indonesia
yang cerdas, berperilaku baik, mampu hidup secara individu dan sosial, memenuhi
hak dan kewajiban sebagai warga negara yang baik serta beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Semuanya telah mencakup filsafat pendidikan
Pancasila yang mempunyai ciri, yaitu integral, etis, dan religius.

1.2 Saran
Persaingan global telah dimulai dari segi sosial, budaya, ekonomi dan lainnya.
Oleh karenanya kita perlu menjunjung tinggi filsafat Pancasila sebagai pedoman kita.
Sebagai pedoman untuk kemajuan bangsa dan pedoman dalam mendidik generasi
bangsa. Nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila akan menjadi inti dari
pembentukan karakter bangsa yang sesuai denagan nlai-nilai Pancasila.
Diharapkan Filsafat Pancasila bisa dijadikan sebagai pedoman untuk
membangun dan membentuk karakter bangsa melalui pendidikan karakter dan
pendidikan lainnya. Oleh karenanya penulis sangat mengharapkan adanya realisasi
dalam penerapannya di dunia pendidikan di Indonesia. Penerapan yang dimaksud
adalah menanamkan nilai-nilai dalam Pancasila yang diterapkan melalui pendidikan
karakter agar generasi penerus bangsa dapat menghayati serta mengamalkan
Pancasila.

DAFTAR PUSTAKA

Sutrisno, Slamet. 2006. Filsafat dan Ideologi Pancasila. Yogyakarta: Andi.


Jumali, dkk. 2004. Landasan Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Mudyahardjo, R. 2006. Filsafat Ilmu Pendidikan. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung.
Sadulloh,U. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. CV. Alfabeta. Bandung.
Depdiknas. 2003. Undang- undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai