Anda di halaman 1dari 13

Pandangan Masyarakat Mengenai Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi seseorang untuk kelangsungan hidup seseorang
tersebut di masa yang akan datang. Namun tidak semua masyarakat di Indonesia menganggap bahwa
pendidikan itu sangatlah penting. Pandangan masyarakat terhadap pendidikan ternyata memiliki
keragaman terutama dalam pandangan terhadap pendidikan formal.

Masyarakat Indonesia sebagian besar telah merasa bahwa pendidikan itu sangat berguna ketika
seseorang tersebut akan memasuki dunia kerja. Selain karena hal tersebut, masyarakat menganggap
bahwa pendidikan formal merupakan alat untuk mendapatkan wawasan seluas-luasnya. Keberagaman
pandangan dari ternyata dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

Faktor Pendidikan

Faktor pendidikan ini berpengaruh dalam pandangan terhadap pendidikan. Setiap


tingakatan dari pendidikan pada masyarakat sangat mewarnai pandangan terhadap pendidikan. Seperti
masyarakat yang memiliki pendidikan rendah, akan mengatakan bahwa penddikan itu tidak penting
karena masyarakat ini melihat dari sudut pandang subyektifnya dan pengalaman masa lampaunya.
Berbeda halnya dengan masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi seperti SMA, Sarjana maupun
Magister, pasti akan mengatakan bahwa pendidikan itu sangatlah penting, karena subyektifitas dari
dirinya berpengalaman dari pendidikan yang mereka dapatkan dan mereka merasakan manfaat dari
pendidikan tersebut.

Faktor Pekerjaan

Selain faktor pendidikan, ada pula faktor pekerjaan yang melatar belakangi pandangan
masyarakat dalam melihat pendidikan. Mengingat bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki
perbedaan baik secara budaya maupun secara geografis, maka pandangan dari masyarakat mengenai
pendidikan pun bermacam-macam. Seperti masyarakat yang bekerja sebagai petani dan pedagang akan
berbeda persepsi terhadap masyarakat yang memiliki pekerjaan PNS.

Faktor Penghasilan

Faktor penghasilan orang tua yang termasuk dalam faktor ekonomi, turut mempengaruhi orang tua
dalam memandang penting tidaknya pendidikan tersebut. Hal ini tercermin pada keputusan orang tua
dalam menyekolahkan anaknya dimana dan hingga jenjang apa. Hal ini sangat beralasan karena
walaupun pandangan orang tua terhadap pendidikan baik, jika orang tuanya tidak punya uang untuk
menyekolahkan anaknya, maka semua itu akan sia-sia.

Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan

Partisipasi Masyarakat

Kata “partisipasi masyarakat” dalam pembangunan menunjukkan pengertian pada


keikutsertaan mereka dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasi program
pembangunan (United Nation, 1975). Partisipasi masyarakat dalam pengembangan pendidikan
Indonesia, perlu ditumbuhkan adanya kemauan dan kemampuan warga atau kelompok masyarakat
untuk berpartisipasi dalam pengembangan pendidikan . Sebaliknya pihak pemerintah atau Negara juga
memberikan ruang atau kesempatan kepada warga atau kelompok masyarakat untuk berpartispasi
seluas mungkin sehingga kita bisa mencetuskan sebuah ide yang kreatif dan imajinatif dalam
pengembangan pendidikan, seperti pepatah orang jawa ‘’ Rawe-rawe rantas , malang-malang putung’’
atau dalam Bahasa indonesianya ‘’Bercerai kita runtuh, Bersatu kita teguh’’. Partisipasi masyarakat
dalam pendidikan dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk :

Partisipasi finansial

Berupa dukungan dana sesuai dengan kekuatan dan kemampuan masyarakat. Termasuk
juga orangtua secara kolektif dapat mendukung dana yang diperlukan sekolah, yang benar-benar dapat
dipertanggung jawabkan untuk keberhasilan pendidikan. Selain itu, lembaga bisnis dan industri
diharapkan dapat menyisihkan anggaran untuk pemberian beasiswa pendidikan.

Partisipasi material

Diwujudkan dengan sumbangan bahan-bahan yang berkenaan dengan material bangunan,


untuk penyempurnaan bangunan ruang dan tempat untuk kegiatan belajar agar kegiatan belajar
mengajar dapat berjalan dengan baik. Demikian juga masyarakat mendukung terciptanya lingkungan
fisik yang kondusif untuk kegiatan belajar mengajar.

Partisipasi akademik

Kepedulian masyarakat terhadap penyelenggaraan kegiatan akademik yang lebih


berkualitas. Dukungan dapat diwujudkan dengan dukungan orangtua dan masyarakat untuk mengawasi
dan membimbing belajar anak di rumah. Selain itu banyak lembaga-lembaga pemerintahan maupun non
pemerintahan yang dapat memberikan kesempatan untuk praktek atau magang. Hal ini dilakukan untuk
memberikan wawasan secara nyata kepada peserta didik.

Partisipasi kultural

Perhatian masyarakat terhadap terpeliharanya nilai kultural dan moral yang terdapat di lingkungan
sekitar sekolah sehingga sekolah mampu menyesuaikan diri dengan budaya setempat.

Partisipasi evaluatif

Keterlibatan masyarakat dalam melakukan pengendalian dan kontrol terhadap


penyelenggaraan pendidikan, sehingga masyarakat dapat memberikan umpan balik dan penilaian
terhadap kinerja lembaga pendidikan. Selain itu, masyarakat juga dapat berperan dalam penyusunan
atau pemberi masukan dalam penyusunan kurikulum bagi sekolah. Agar kurikulum itu sesuai dengan
kebutuhan siswa.

Pengelolaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan sekolah atau lembaga pendidikan agar partisipasi masyarakat
dalam dunia pendidikan semakin baik, antara lain :

Menjalin Komunikasi yang Efektif dengan Orang Tua dan Masyarakat.

Partisipasi orang tua dan masyarakat akan tumbuh jika orang tua dan masyarakat juga
merasakan manfaat dari keikutsertaanya dalam program sekolah. Manfaat dapat diartikan luas,
termasuk rasa diperhatikan dan rasa puas karena dapat menyumbangkan kemampuannya bagi
kepentingan sekolah. Jadi prinsip menumbuhkan hubungan dengan masyarakat adalah saling
memberikan kepuasan. Salah satu jalan penting untuk membina hubungan dengan masyarakat adalah
menetapkan komunikasi yang efektif.

Melibatkan Masyarakat dan Orang Tua dalam Program Sekolah

Disini sekolah harus memperkenalkan program dan kegiatan sekolah kepada masyarakat.
Agar masyarakat lebih mengenal dan dapat membantu program tersebut. Selain itu, hal ini dilakukan
agar hubungan masyarakat dan sekolah menjadi erat. Diharapkan juga masyarakat dan sekolah
mengadakan kerjasama dalam hari-hari besar agama. Selain itu juga, sekolah perlu memberi tahu
masyarakat tentang program unggulan sekolah agar menarik minat masyarakat.

Mengundang masyarakat dalam rapat tahunan sekolah.

Masyarakat perlu terus melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan


pendidikan. Dalam hal ini tentu sekolah harus transparan dalam hal kurikulum pembelajaran sekolah
dan juga tentang biaya penyelenggaraan sekolah. Hal ini dimaksudkan agar orang tua tidak hanya
menerima informasi dari sekolah. Tetapi masyarakat juga bisa memberikan informasi yang berkaitan
dengan peserta didik agar pendidikan daptat berjalan dengan lancar. Selain itu, sekolah juga dapat
melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan kebutuhan operasional
maupun non operasional sekolah. Di forum ini masyarakat dan sekolah saling bertukar fikiran,
mengeluarkan ide atau gagasan dan juga menyampaikan permasalahan yang dihadapi baik oleh orang
tua murid ataupun sekolah.Jadi sekolah dan masyarakat dapat saling bahu membahu dalam
mengembangkan pendidikan.

Dalam Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1992 BAB III pasal 4 peran serta / partisipasi maysarakat
dapat berbentuk:

Pendirian dan penyelenggaraan satuan pendidikan pada jalur pendidikan sekolah atau jalur pendidikan
luar sekolah, pada semua jenis pendidikan kecuali pendidikan kedinasan, dan pada semua jenjang
pendidikan di jalur pendidikan sekolah;

Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga kependidikan untuk melaksanakan atau membantu
melaksanakan pengajaran, pembimbingan dan/atau pelatihan peserta didik;

Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan kegiatan belajar-
mengajar dan/atau penelitian dan pengembangan;

Pengadaan dan/atau penyelenggaraan program pendidikan yang belum diadakan dan/atau


diselenggarakan oleh Pemerintah untuk menunjang pendidikan nasional;

Pengadaan dana dan pemberian bantuan yang dapat berupa wakaf, hibah, sumbangan, pinjaman,
beasiswa, dan bentuk lain yang sejenis;

Pengadaan dan pemberian bantuan ruangan, gedung, dan tanah untuk melaksanakan Pengadaan dan
pemberian bantuan buku pelajaran dan peralatan pendidikan untuk melaksanakan kegiatan belajar-
mengajar;

Pemberian kesempatan untuk magang dan/atau latihan kerja;


Pemberian bantuan manajemen bagi penyelenggaraan satuan pendidikan dan pengembangan
pendidikan nasional;

Pemberian pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan penentuan kebijaksanaan dan/atau


penyelenggaraan pengembangan pendidikan;

Pemberian bantuan dan kerjasama dalam kegiatan penelitian dan pengembangan; dan

Keikutsertaan dalam program pendidikan dan/atau penelitian yang diselenggarakan oleh Pemerintah di
dalam dan/atau di luar negeri.

Bentuk-bentuk Peran Masyarakat dalam Pendidikan.

Desentralisasi pendidikan memerlukan partisipasi masyarakat. Dalam hal ini tujuan partisipasi sebagai
upaya peningkatan mutu pada satuan pendidikan cukup variatif. Bentuk partisipatif yaitu dalam
Manajemen Berbasis Sekolah, partisipasi orang tua dalam program mutu, komite sekolah, pembiayaan
sekolah, mengatasi problem anak, partisipasi dalam disiplin sekolah, partisipasi edukatif dalam
perspektif siswa dan partisipasi guru dalam resiliensi sekolah. Bentuk-bentuk partisipasi yang terjadi
pada satuan pendidikan dan masalah yang dihadapi oleh sekolah yang secara umum dideskripsikan
sebagai berikut:

Bentuk Aktivitas Masalah

Partisipasi dalam Manajemen Berbasis Sekolah · Pihak masyarakat bermusyawarah dengan


sekolah.

· Pemerintah menyediakan sarana-prasarana sekolah.

· Komite sekolah berpartisipasi aktif.

· Pemanfaatan potensi yang ada

· Masyarakat memiliki gotong royong

Berdasarkan tangga partisipasi belum semua sekolah mampu menggerakkan partisipasi masyarakat
pada tangga yang tertinggi

Partisipasi masyarakat dalam pendidikan · Kesiapan SDM secara profesional.


· Stakeholder mendukung program sekolah. Ini

· Menghadiri pertemuan sekolah untuk mengetahui perkembangan siswa.

· Membantu murid belajar

· Mencari sumber-sumber lain/pendukung untuk memecahkan masalah pendidikan

Belum semua masyarakat, khususnya orang tua pada sekolah menyadari bahwa untuk terlibat secara
aktif dalam pembangunan pendidikan.

Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan

Masyarakat pada dasarnya cenderung berpartisipasi dalam pembangunan pendidikan,


tetapi disisi lain tidak mudah untuk mengajak masyarakat berpartisipasi. Hambatan yang dialami oleh
sekolah untuk mengajak partisipasi masyarakat dalam perbaikan mutu pendidikan membuktikan, belum
sepenuhnya disadari sebagai tanggung jawab bersama. Realitas tersebut menguatkan asumsi
sepenuhnya bahwa partisipasi tidak mudah diwujudkan, karena ada hambatan yang bersumber dari
pemerintah dan masyarakat.

Dari pihak pemerintah, faktor yang menghambat partisipasi masyarakat dalam pendidikan dapat
berupa:

Lemahnya komitmen politik para pengambil keputusan didaerah untuk secara sungguh-sungguh
melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan yang menyangkut pelayanan public.

Lemahnya dukungan SDM yang dapat diandalkan untuk mengimplementasikan strategi peningkatan
partisipasi masyarakat dalam pelayanan publik.

Rendahnya kemampuan lembaga legislative dalam mengaktualisasikan kepentingan masyarakat.

Lemahnya dukunngan angggaran, karena kegiatan partisipasi public sering kali hanya dilihat sebagai
proyek, maka pemerintah tidak menjalankan dana secara berkelanjutan
Sedangkan dari pihak masyarakat, faktor penghambat partisipasi dalam pendidikan muncul karena
beberapa hal, antara lain:

Budaya paternalism yang dianut oleh masyarakat menyulitkan untuk melakukan diskusi secara terbuka.

Apatisme karena selama ini masyarakat jarang dilibatkan dalam pembuatan keputusan oleh pemerintah
daerah.

Tidak adanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.

Hambatan kultural, yaitu masih adanya sebagian masyarakat yang menganggap bahwa pendidikan
formal bertentangan dengan adat mereka, misalnya saja pada masyarakat Samin yang menganggap
bahwa orang yang pintar hanya akan membuat orang membodohi orang lain.

Hambata georafis, misalya jauhnya lokasi sekolah yang diikuti oleh tidak adanya fasilitas transportasi dan
akses jalan yang mendukung untuk mencapai sekolah.

Mahalnya biaya pendidikan, terutama pada pendidikan tingkat atas dan perguruan tinggi.

Faktor yang mendorong partisipasi masyarakat dalam pendidikan, antara lain:

Pola pikir masyarakat yang semakin maju yang menganggap pendidikan sangat penting dan menganggap
pendidikan sebagai salah satu jalan untuk memudahkan mereka dalam mencari pekerjaan.

Adanya stratifikasi sosial yang menempatkan tingkat pendidikan tertentu sebagai sebuah prestise dan
salah satu penentu status sosial pada suatu masyarakat.

Pandangan masyarakat bahwa pendidikan sebagai salah satu cara untuk merubah nasib menjadi lebih
baik.

Fasilitas dan akses menuju sarana pendidikan yang memadahi, misalnya saja sudah banyak sekolah yang
berada di pelosok desa yang mudah dijangkau oleh masyarakat yang tinggal di daerah terpencil.

Sosialisasi tentang pentingnya pendidikan yang terus dilakukan untuk meningkatkan derajat kehidupan
masyarakat.

Adanya program wajib belajar 9 tahun dari pemerintah.

Adanya sekolah kejuruan yang membentuk siswa siap kerja setelah lulus, dan siswa juga bisa
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Program Biaya Operasional Sekolah (BOS), BOS membantu meringankan biaya pendidikan pada tingkat
pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama.
Pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan sehingga semua lapisan masyarakat sekarang
ini sudah bisa mengakses pendidikan, bukan hanya dari golongan masyarakat saja yang bisa mengakses
pendidikan. Pemerataan pendidikan diharapkan dapat memberikan kesempatanyang sama dalam
memperoleh pendidikan bagi semua usia sekolah. Strategi ini perlu mendapat prioritas karena ternyata
banyak anak-anak di Indonesia, terutama di pedesaan masih banyak yang belum mengenyam
pendidikan, terutama di tingkat SLTP. Pemerataan kesempatan berarti setiap warga negara memiliki
kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945
pasal 31 yang berbunyi” Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”. Begitu pula dalam UU
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional yang tidak membedakan warga negara menurut
jenis kelamin, status sosial ekonomi, agama, dan lokasi geografis.

Aksebilitas artinya setiap orang tanpa membedakan asal usulnya memiliki akses (kesempatan masuk)
yang sama kedalam pendidikan pada semua jenis, jenjang, maupun jalur pendidikan. Adapun yang
dimaksud dengan keadilan disini adalah perbedaan perlakuan pada peserta didik sesuai dengan kondisi
internal dan eksternal. Secara moral-etis adalah adil dan wajar apabila peserta didik diperlakukan
menurut kemampuan, bakat dan minatnya.

Persepsi orangtua tentang pendidikan, Persepsi orangtua terhadap pendidikan akan mempengaruhi
aspirasi. Artinya, kemampuan orangtua dalam melihat pentingnya pendidikan akan berpengaruh pada
harapan dan tujuan untuk keberhasilan pada masa yang akan datang. Yang dimaksud aspirasi disini
adalah keinginan, harapan, atau cita-cita orangtua terhadap tingkat pencapaian pendidikan anak-
anaknya.

Daftar Pustaka

http://gadogadozaman.blogspot.co.id/2013/06/peran-serta-masyarakat-dalam-pendidikan.html diakses
pada hari Kamis tanggal 15 Oktober 2015 pukul 10.00 WIB

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/12/26/pengelolaan-partisipasi-masyarakat-dalam-
pendidikan/ diakses pada hari Kamis tanggal 15 Oktober 2015 pukul 10.14 WIB

https://uns.ac.id/data/sp11.pdf diakses pada hari Kamis tanggal 15 Oktober 2015 pukul 10.28 WIB

Secara lebih luas partisipasi disini bisa ditafsirkan bahwa keberperanan masyarakat pada hakikatnya
sangat penting artinya bagi sebuah program seperti pendidikan sejak dari penentuan kebijakan. Karena
apapun yang dihasilkan tidak dengan melalui pelibatan masyarakat dalam seluruh prosesnya akan
mengakibatkan kurangnya rasa memiliki dan tanggung jawab pada diri mereka untuk turut mengawal,
merawat, menjaga keberlangsungannya.
Peran serta masyarakat / partisipasi masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan,
kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan . selain itu masyarakat dapat berperan
serta sebagai sumber, pelaksana dan pengguna hasil.

Dalam Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1992 BAB III pasal 4 peran serta / partisipasi maysarakat
dapat berbentuk:

a).pendirian dan penyelenggaraan satuan pendidikan pada jalur pendidikan sekolah atau jalur
pendidikan luar sekolah, pada semua jenis pendidikan kecuali pendidikan kedinasan, dan pada semua
jenjang pendidikan di jalur pendidikan sekolah;

Secara lebih luas partisipasi disini bisa ditafsirkan bahwa keberperanan masyarakat pada hakikatnya
sangat penting artinya bagi sebuah program seperti pendidikan sejak dari penentuan kebijakan. Karena
apapun yang dihasilkan tidak dengan melalui pelibatan masyarakat dalam seluruh prosesnya akan
mengakibatkan kurangnya rasa memiliki dan tanggung jawab pada diri mereka untuk turut mengawal,
merawat, menjaga keberlangsungannya.

Peran serta masyarakat / partisipasi masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan,
kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan . selain itu masyarakat dapat berperan
serta sebagai sumber, pelaksana dan pengguna hasil.

Dalam Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1992 BAB III pasal 4 peran serta / partisipasi maysarakat
dapat berbentuk:

a).pendirian dan penyelenggaraan satuan pendidikan pada jalur pendidikan sekolah atau jalur
pendidikan luar sekolah, pada semua jenis pendidikan kecuali pendidikan kedinasan, dan pada semua
jenjang pendidikan di jalur pendidikan sekolah;

b).pengadaan dan pemberian bantuan tenaga kependidikan untuk melaksanakan atau membantu
melaksanakan pengajaran, pembimbingan dan/atau pelatihan peserta didik;
c).pengadaan dan pemberian bantuan tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan kegiatan belajar-
mengajar dan/atau penelitian dan pengembangan;

d).pengadaan dan/atau penyelenggaraan program pendidikan yang belum diadakan dan/atau


diselenggarakan oleh Pemerintah untuk menunjang pendidikan nasional;

e).pengadaan dana dan pemberian bantuan yang dapat berupa wakaf, hibah, sumbangan, pinjaman,
beasiswa, dan bentuk lain yang sejenis;

f).pengadaan dan pemberian bantuan ruangan, gedung, dan tanah untuk melaksanakan kegiatan
belajar-mengajar;

g).pengadaan dan pemberian bantuan buku pelajaran dan peralatan pendidikan untuk melaksanakan
kegiatan belajar-mengajar;

h).pemberian kesempatan untuk magang dan/atau latihan kerja;

i).pemberian bantuan manajemen bagi penyelenggaraan satuan pendidikan dan pengembangan


pendidikan nasional;

j).pemberian pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan penentuan kebijaksanaan dan/atau


penyelenggaraan pengembangan pendidikan;

k).pemberian bantuan dan kerjasama dalam kegiatan penelitian dan pengembangan; dan

l).keikutsertaan dalam program pendidikan dan/atau penelitian yang diselenggarakan oleh Pemerintah
di dalam dan/atau di luar negeri.
Terkait hal ini, Suprapto ( 2003: 39)mengatakan : Dalam implementasi partisipasi Masyarakat,
seharusnya anggota masyarakat merasa bahwa tidak hanya menjadi objek dari kebijakan pemerintah,
tetapi harus dapat mewakili masyarakat itu sendiri sesuai dengan dengan kepentingan mereka.
Perwujudan partisipasi masyarakat dapat dilakukan, baik secara individu atau kelompok, bersifat
spontan atau terorganisasi, secara berkelanjutan atau sesaat, serta dengan cara-cara tertentu yang
dapat dilakukan.

Tanpa benar-benar adanya keterlibatan masyarakat dalam pendidikan secara menyeluruh (sejak dari
perencanaan hingga implementasi) rasa tanggung jawab terhadap penyelenggaraan dan pengembangan
pendidikan akan sangat sulit tumbuh. Hal ini seiring paradigma sentralisasi pada zaman Orde Baru yang
menjadikan masyarakat seakan – akan hanya sebagai objek dari kebijakan-kebijakan yang diputuskan
pemerintah.

Sekolah/Madrasah Negeri dan swasta mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk meningkatkan
mutu pendidikan, baik berupa sarana prasarana, alat belajar, media pembelajaran, sumber belajar (buku
pelajaran) bahkan sampai kepada tenaga pendidik dan tenaga kependidikan disuplai langsung oleh
pemerintah ketika bangunan bagus, fasilitas pendidikan memadai, maka partisipasi cenderung
memudar. Seperti keswadayaan dalam pengelolaan, perawatan, penjagaan, penerimaan peserta didik
dan keswadayaan dalam bentuk lainnya.

Pada era desentralisasi ini dengan hadirnya UUSPN No. 20 Tahun 2003, Madrasah Ibtidaiyah juga diakui
oleh pemerintah sebagai lembaga pendidkan formal pada pendidikan dasar, dalam UUSPN No. 20 Tahun
2003 Pasal 17 ayat (2) dikatakan: “ Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat ” ( Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2008: 15).

Oleh karena itu penyelenggaraan pendidikan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat maka akan
terciptanya suatu pembangunan pendidikan yang berkualitas. Selain itu kemajuan pendidikan akan terus
meningkat karena semua pihak merasa memiliki untuk memajukan lembaga pendidikan serta
memajukan perkembangan pendidikan.
Tulis Tanggapan Anda ...

TERPOPULER

Indonesia Memastikan Meraih Tiket ke Babak Final Yonex French Open 2021

Untuk Kalian yang Merasa Perlu Membaca Artikel Ini

Admin Kompasiana, What's Wrong with You?

Menciptakan Berbagai Hidangan Sayur yang Menggugah Selera

Resmi Menjadi Perwira, Sejumlah Taruna Dikukuhkan pada Yudisium Kemaritiman Politeknik Negeri
Samarinda

NILAI TERTINGGI

Admin Kompasiana, What's Wrong with You?

Karena Aku Menikah denganmu, maka Engkau Menjadi Perempuanku

Takut Bau Harum...

Puisi: Berbincang dengan Malam

Masihkah Kompasiana Merupakan Rumah Kita Bersama?

FEATURE ARTICLE

Tanpa Minyak dan Rendah Kalori, Inilah Resep Ayam Suwir Sambal Matah

TERBARU

NTB PRESENTASIKAN WAJAH INDONESIA DI MATA DUNIA. "Provinsi Kita Boleh Kecil Tapi Kita Punya
Mimpi Besar"

SENJA

Peran Penting Pancasila dalam Reformasi

Benci tapi Rindu

Magang Sesuai Skill: Untung atau Buntung?

HEADLINE
Ekonomi Pesantren dan Etos Kerja Wirausahawan Santri

Privilese Orang Berpikir Terbuka: Selamat pada Berbagai Situasi dan Kondisi

Mendaki Gunung Merbabu via Suwanting, Seru dan Membuat Putus Asa

Soal Meringankan Beban Orang Lain, Tuntutan atau Kewajiban?

Singapura, Negara Kecil dengan Nilai Investasi Tertinggi di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai