Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi seseorang untuk kelangsungan hidup seseorang
tersebut di masa yang akan datang. Namun tidak semua masyarakat di Indonesia menganggap bahwa
pendidikan itu sangatlah penting. Pandangan masyarakat terhadap pendidikan ternyata memiliki
keragaman terutama dalam pandangan terhadap pendidikan formal.
Masyarakat Indonesia sebagian besar telah merasa bahwa pendidikan itu sangat berguna ketika
seseorang tersebut akan memasuki dunia kerja. Selain karena hal tersebut, masyarakat menganggap
bahwa pendidikan formal merupakan alat untuk mendapatkan wawasan seluas-luasnya. Keberagaman
pandangan dari ternyata dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
Faktor Pendidikan
Faktor Pekerjaan
Selain faktor pendidikan, ada pula faktor pekerjaan yang melatar belakangi pandangan
masyarakat dalam melihat pendidikan. Mengingat bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki
perbedaan baik secara budaya maupun secara geografis, maka pandangan dari masyarakat mengenai
pendidikan pun bermacam-macam. Seperti masyarakat yang bekerja sebagai petani dan pedagang akan
berbeda persepsi terhadap masyarakat yang memiliki pekerjaan PNS.
Faktor Penghasilan
Faktor penghasilan orang tua yang termasuk dalam faktor ekonomi, turut mempengaruhi orang tua
dalam memandang penting tidaknya pendidikan tersebut. Hal ini tercermin pada keputusan orang tua
dalam menyekolahkan anaknya dimana dan hingga jenjang apa. Hal ini sangat beralasan karena
walaupun pandangan orang tua terhadap pendidikan baik, jika orang tuanya tidak punya uang untuk
menyekolahkan anaknya, maka semua itu akan sia-sia.
Partisipasi Masyarakat
Partisipasi finansial
Berupa dukungan dana sesuai dengan kekuatan dan kemampuan masyarakat. Termasuk
juga orangtua secara kolektif dapat mendukung dana yang diperlukan sekolah, yang benar-benar dapat
dipertanggung jawabkan untuk keberhasilan pendidikan. Selain itu, lembaga bisnis dan industri
diharapkan dapat menyisihkan anggaran untuk pemberian beasiswa pendidikan.
Partisipasi material
Partisipasi akademik
Partisipasi kultural
Perhatian masyarakat terhadap terpeliharanya nilai kultural dan moral yang terdapat di lingkungan
sekitar sekolah sehingga sekolah mampu menyesuaikan diri dengan budaya setempat.
Partisipasi evaluatif
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan sekolah atau lembaga pendidikan agar partisipasi masyarakat
dalam dunia pendidikan semakin baik, antara lain :
Partisipasi orang tua dan masyarakat akan tumbuh jika orang tua dan masyarakat juga
merasakan manfaat dari keikutsertaanya dalam program sekolah. Manfaat dapat diartikan luas,
termasuk rasa diperhatikan dan rasa puas karena dapat menyumbangkan kemampuannya bagi
kepentingan sekolah. Jadi prinsip menumbuhkan hubungan dengan masyarakat adalah saling
memberikan kepuasan. Salah satu jalan penting untuk membina hubungan dengan masyarakat adalah
menetapkan komunikasi yang efektif.
Disini sekolah harus memperkenalkan program dan kegiatan sekolah kepada masyarakat.
Agar masyarakat lebih mengenal dan dapat membantu program tersebut. Selain itu, hal ini dilakukan
agar hubungan masyarakat dan sekolah menjadi erat. Diharapkan juga masyarakat dan sekolah
mengadakan kerjasama dalam hari-hari besar agama. Selain itu juga, sekolah perlu memberi tahu
masyarakat tentang program unggulan sekolah agar menarik minat masyarakat.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1992 BAB III pasal 4 peran serta / partisipasi maysarakat
dapat berbentuk:
Pendirian dan penyelenggaraan satuan pendidikan pada jalur pendidikan sekolah atau jalur pendidikan
luar sekolah, pada semua jenis pendidikan kecuali pendidikan kedinasan, dan pada semua jenjang
pendidikan di jalur pendidikan sekolah;
Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga kependidikan untuk melaksanakan atau membantu
melaksanakan pengajaran, pembimbingan dan/atau pelatihan peserta didik;
Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan kegiatan belajar-
mengajar dan/atau penelitian dan pengembangan;
Pengadaan dana dan pemberian bantuan yang dapat berupa wakaf, hibah, sumbangan, pinjaman,
beasiswa, dan bentuk lain yang sejenis;
Pengadaan dan pemberian bantuan ruangan, gedung, dan tanah untuk melaksanakan Pengadaan dan
pemberian bantuan buku pelajaran dan peralatan pendidikan untuk melaksanakan kegiatan belajar-
mengajar;
Pemberian bantuan dan kerjasama dalam kegiatan penelitian dan pengembangan; dan
Keikutsertaan dalam program pendidikan dan/atau penelitian yang diselenggarakan oleh Pemerintah di
dalam dan/atau di luar negeri.
Desentralisasi pendidikan memerlukan partisipasi masyarakat. Dalam hal ini tujuan partisipasi sebagai
upaya peningkatan mutu pada satuan pendidikan cukup variatif. Bentuk partisipatif yaitu dalam
Manajemen Berbasis Sekolah, partisipasi orang tua dalam program mutu, komite sekolah, pembiayaan
sekolah, mengatasi problem anak, partisipasi dalam disiplin sekolah, partisipasi edukatif dalam
perspektif siswa dan partisipasi guru dalam resiliensi sekolah. Bentuk-bentuk partisipasi yang terjadi
pada satuan pendidikan dan masalah yang dihadapi oleh sekolah yang secara umum dideskripsikan
sebagai berikut:
Berdasarkan tangga partisipasi belum semua sekolah mampu menggerakkan partisipasi masyarakat
pada tangga yang tertinggi
Belum semua masyarakat, khususnya orang tua pada sekolah menyadari bahwa untuk terlibat secara
aktif dalam pembangunan pendidikan.
Dari pihak pemerintah, faktor yang menghambat partisipasi masyarakat dalam pendidikan dapat
berupa:
Lemahnya komitmen politik para pengambil keputusan didaerah untuk secara sungguh-sungguh
melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan yang menyangkut pelayanan public.
Lemahnya dukungan SDM yang dapat diandalkan untuk mengimplementasikan strategi peningkatan
partisipasi masyarakat dalam pelayanan publik.
Lemahnya dukunngan angggaran, karena kegiatan partisipasi public sering kali hanya dilihat sebagai
proyek, maka pemerintah tidak menjalankan dana secara berkelanjutan
Sedangkan dari pihak masyarakat, faktor penghambat partisipasi dalam pendidikan muncul karena
beberapa hal, antara lain:
Budaya paternalism yang dianut oleh masyarakat menyulitkan untuk melakukan diskusi secara terbuka.
Apatisme karena selama ini masyarakat jarang dilibatkan dalam pembuatan keputusan oleh pemerintah
daerah.
Hambatan kultural, yaitu masih adanya sebagian masyarakat yang menganggap bahwa pendidikan
formal bertentangan dengan adat mereka, misalnya saja pada masyarakat Samin yang menganggap
bahwa orang yang pintar hanya akan membuat orang membodohi orang lain.
Hambata georafis, misalya jauhnya lokasi sekolah yang diikuti oleh tidak adanya fasilitas transportasi dan
akses jalan yang mendukung untuk mencapai sekolah.
Mahalnya biaya pendidikan, terutama pada pendidikan tingkat atas dan perguruan tinggi.
Pola pikir masyarakat yang semakin maju yang menganggap pendidikan sangat penting dan menganggap
pendidikan sebagai salah satu jalan untuk memudahkan mereka dalam mencari pekerjaan.
Adanya stratifikasi sosial yang menempatkan tingkat pendidikan tertentu sebagai sebuah prestise dan
salah satu penentu status sosial pada suatu masyarakat.
Pandangan masyarakat bahwa pendidikan sebagai salah satu cara untuk merubah nasib menjadi lebih
baik.
Fasilitas dan akses menuju sarana pendidikan yang memadahi, misalnya saja sudah banyak sekolah yang
berada di pelosok desa yang mudah dijangkau oleh masyarakat yang tinggal di daerah terpencil.
Sosialisasi tentang pentingnya pendidikan yang terus dilakukan untuk meningkatkan derajat kehidupan
masyarakat.
Adanya sekolah kejuruan yang membentuk siswa siap kerja setelah lulus, dan siswa juga bisa
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Program Biaya Operasional Sekolah (BOS), BOS membantu meringankan biaya pendidikan pada tingkat
pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama.
Pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan sehingga semua lapisan masyarakat sekarang
ini sudah bisa mengakses pendidikan, bukan hanya dari golongan masyarakat saja yang bisa mengakses
pendidikan. Pemerataan pendidikan diharapkan dapat memberikan kesempatanyang sama dalam
memperoleh pendidikan bagi semua usia sekolah. Strategi ini perlu mendapat prioritas karena ternyata
banyak anak-anak di Indonesia, terutama di pedesaan masih banyak yang belum mengenyam
pendidikan, terutama di tingkat SLTP. Pemerataan kesempatan berarti setiap warga negara memiliki
kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945
pasal 31 yang berbunyi” Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”. Begitu pula dalam UU
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional yang tidak membedakan warga negara menurut
jenis kelamin, status sosial ekonomi, agama, dan lokasi geografis.
Aksebilitas artinya setiap orang tanpa membedakan asal usulnya memiliki akses (kesempatan masuk)
yang sama kedalam pendidikan pada semua jenis, jenjang, maupun jalur pendidikan. Adapun yang
dimaksud dengan keadilan disini adalah perbedaan perlakuan pada peserta didik sesuai dengan kondisi
internal dan eksternal. Secara moral-etis adalah adil dan wajar apabila peserta didik diperlakukan
menurut kemampuan, bakat dan minatnya.
Persepsi orangtua tentang pendidikan, Persepsi orangtua terhadap pendidikan akan mempengaruhi
aspirasi. Artinya, kemampuan orangtua dalam melihat pentingnya pendidikan akan berpengaruh pada
harapan dan tujuan untuk keberhasilan pada masa yang akan datang. Yang dimaksud aspirasi disini
adalah keinginan, harapan, atau cita-cita orangtua terhadap tingkat pencapaian pendidikan anak-
anaknya.
Daftar Pustaka
http://gadogadozaman.blogspot.co.id/2013/06/peran-serta-masyarakat-dalam-pendidikan.html diakses
pada hari Kamis tanggal 15 Oktober 2015 pukul 10.00 WIB
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/12/26/pengelolaan-partisipasi-masyarakat-dalam-
pendidikan/ diakses pada hari Kamis tanggal 15 Oktober 2015 pukul 10.14 WIB
https://uns.ac.id/data/sp11.pdf diakses pada hari Kamis tanggal 15 Oktober 2015 pukul 10.28 WIB
Secara lebih luas partisipasi disini bisa ditafsirkan bahwa keberperanan masyarakat pada hakikatnya
sangat penting artinya bagi sebuah program seperti pendidikan sejak dari penentuan kebijakan. Karena
apapun yang dihasilkan tidak dengan melalui pelibatan masyarakat dalam seluruh prosesnya akan
mengakibatkan kurangnya rasa memiliki dan tanggung jawab pada diri mereka untuk turut mengawal,
merawat, menjaga keberlangsungannya.
Peran serta masyarakat / partisipasi masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan,
kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan . selain itu masyarakat dapat berperan
serta sebagai sumber, pelaksana dan pengguna hasil.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1992 BAB III pasal 4 peran serta / partisipasi maysarakat
dapat berbentuk:
a).pendirian dan penyelenggaraan satuan pendidikan pada jalur pendidikan sekolah atau jalur
pendidikan luar sekolah, pada semua jenis pendidikan kecuali pendidikan kedinasan, dan pada semua
jenjang pendidikan di jalur pendidikan sekolah;
Secara lebih luas partisipasi disini bisa ditafsirkan bahwa keberperanan masyarakat pada hakikatnya
sangat penting artinya bagi sebuah program seperti pendidikan sejak dari penentuan kebijakan. Karena
apapun yang dihasilkan tidak dengan melalui pelibatan masyarakat dalam seluruh prosesnya akan
mengakibatkan kurangnya rasa memiliki dan tanggung jawab pada diri mereka untuk turut mengawal,
merawat, menjaga keberlangsungannya.
Peran serta masyarakat / partisipasi masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan,
kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan . selain itu masyarakat dapat berperan
serta sebagai sumber, pelaksana dan pengguna hasil.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1992 BAB III pasal 4 peran serta / partisipasi maysarakat
dapat berbentuk:
a).pendirian dan penyelenggaraan satuan pendidikan pada jalur pendidikan sekolah atau jalur
pendidikan luar sekolah, pada semua jenis pendidikan kecuali pendidikan kedinasan, dan pada semua
jenjang pendidikan di jalur pendidikan sekolah;
b).pengadaan dan pemberian bantuan tenaga kependidikan untuk melaksanakan atau membantu
melaksanakan pengajaran, pembimbingan dan/atau pelatihan peserta didik;
c).pengadaan dan pemberian bantuan tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan kegiatan belajar-
mengajar dan/atau penelitian dan pengembangan;
e).pengadaan dana dan pemberian bantuan yang dapat berupa wakaf, hibah, sumbangan, pinjaman,
beasiswa, dan bentuk lain yang sejenis;
f).pengadaan dan pemberian bantuan ruangan, gedung, dan tanah untuk melaksanakan kegiatan
belajar-mengajar;
g).pengadaan dan pemberian bantuan buku pelajaran dan peralatan pendidikan untuk melaksanakan
kegiatan belajar-mengajar;
k).pemberian bantuan dan kerjasama dalam kegiatan penelitian dan pengembangan; dan
l).keikutsertaan dalam program pendidikan dan/atau penelitian yang diselenggarakan oleh Pemerintah
di dalam dan/atau di luar negeri.
Terkait hal ini, Suprapto ( 2003: 39)mengatakan : Dalam implementasi partisipasi Masyarakat,
seharusnya anggota masyarakat merasa bahwa tidak hanya menjadi objek dari kebijakan pemerintah,
tetapi harus dapat mewakili masyarakat itu sendiri sesuai dengan dengan kepentingan mereka.
Perwujudan partisipasi masyarakat dapat dilakukan, baik secara individu atau kelompok, bersifat
spontan atau terorganisasi, secara berkelanjutan atau sesaat, serta dengan cara-cara tertentu yang
dapat dilakukan.
Tanpa benar-benar adanya keterlibatan masyarakat dalam pendidikan secara menyeluruh (sejak dari
perencanaan hingga implementasi) rasa tanggung jawab terhadap penyelenggaraan dan pengembangan
pendidikan akan sangat sulit tumbuh. Hal ini seiring paradigma sentralisasi pada zaman Orde Baru yang
menjadikan masyarakat seakan – akan hanya sebagai objek dari kebijakan-kebijakan yang diputuskan
pemerintah.
Sekolah/Madrasah Negeri dan swasta mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk meningkatkan
mutu pendidikan, baik berupa sarana prasarana, alat belajar, media pembelajaran, sumber belajar (buku
pelajaran) bahkan sampai kepada tenaga pendidik dan tenaga kependidikan disuplai langsung oleh
pemerintah ketika bangunan bagus, fasilitas pendidikan memadai, maka partisipasi cenderung
memudar. Seperti keswadayaan dalam pengelolaan, perawatan, penjagaan, penerimaan peserta didik
dan keswadayaan dalam bentuk lainnya.
Pada era desentralisasi ini dengan hadirnya UUSPN No. 20 Tahun 2003, Madrasah Ibtidaiyah juga diakui
oleh pemerintah sebagai lembaga pendidkan formal pada pendidikan dasar, dalam UUSPN No. 20 Tahun
2003 Pasal 17 ayat (2) dikatakan: “ Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat ” ( Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2008: 15).
Oleh karena itu penyelenggaraan pendidikan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat maka akan
terciptanya suatu pembangunan pendidikan yang berkualitas. Selain itu kemajuan pendidikan akan terus
meningkat karena semua pihak merasa memiliki untuk memajukan lembaga pendidikan serta
memajukan perkembangan pendidikan.
Tulis Tanggapan Anda ...
TERPOPULER
Indonesia Memastikan Meraih Tiket ke Babak Final Yonex French Open 2021
Resmi Menjadi Perwira, Sejumlah Taruna Dikukuhkan pada Yudisium Kemaritiman Politeknik Negeri
Samarinda
NILAI TERTINGGI
FEATURE ARTICLE
Tanpa Minyak dan Rendah Kalori, Inilah Resep Ayam Suwir Sambal Matah
TERBARU
NTB PRESENTASIKAN WAJAH INDONESIA DI MATA DUNIA. "Provinsi Kita Boleh Kecil Tapi Kita Punya
Mimpi Besar"
SENJA
HEADLINE
Ekonomi Pesantren dan Etos Kerja Wirausahawan Santri
Privilese Orang Berpikir Terbuka: Selamat pada Berbagai Situasi dan Kondisi
Mendaki Gunung Merbabu via Suwanting, Seru dan Membuat Putus Asa