Anda di halaman 1dari 4

Ayat ini menyinggung sosok pemimpin ideal seperti yang ada pada diri para nabi manusia pilihan

Alloh.
Karena secara korelatif, sebelum dan setelah ayat ini berbicara tentang para nabi dan rasul. Mereka
adalah orang-orang pilihan Alloh sekaligus pemimpin umat yang telah berhasil membawa kepada
kebaikan kehidupan masyarakat pada masa itu. Kita-pun berharap mendapatkan para pemimpin yang
mampu membawa kebaikan dan keberkahan di dunia dan dapat membawa kebahagiaan kelak di
akhirat.Yang sangat menarik untuk dicermati secara redaksional adalah pilihan kata ‘aimmah’ dalam
ayat di atas. Kepemimpinan umumnya menggunakan terminologi khalifah atau Amir. Tentu pilihan kata
tersebut bukan semata-mata untuk memenuhi aspek keindahan bahasa Al-Qur’an sebagai bagian dari
kemu’jizatan al-qur’an, tetapi lebih dari itu merupakan sebuah isyarat tentang sosok pemimpin yang
sesungguhnya diharapkan, yaitu sosok pemimpin ideal dalam sebuah negara atau masyarakat adalah
juga layak menjadi pemimpin dalam kehidupan beragama bagi mereka. Mereka bukan hanya tampil di
depan dalam urusan dunia, tetapi juga tampil di barisan terdepan dalam urusan agama. Inilah yang
sering diistilahkan dengan agamawan yang negarawan atau negarawan yang agamawan.

Dan memang sejarah kesuksesan kepemimpinan terdahulu yang berdampak pada kebaikan dan
kesejahteraan masyarakatnya seperti kepemimpinan di era Rosululloh dan para sahabatnya adalah
bahwa pemimpin negara di masa itu juga pada masa yang sama adalah pemimpin shalat. Tidak pernah
terjadi, bahwa pemimpin Negara saat itu hanya memiliki kualifikasi kepemimpinan dalam memenej
negara, tetapi juga dalam memelihara dan mempertahankan kehidupan beragama umat. Karena urusan
duniawi dan ukhrawi sesungguhnya merupakan satu kesatuan yang sinergis dalam totalitas ajaran
Islam.Tentu bagi seorang pemimpin, tetap komitmen dengan kebenaran memerlukan mujaahadah
(kesungguhan), keberanian dan kesabaran yang jauh lebih besar karena bisa dipastikan dirinya akan
berhadapan dengan pihak yang justru menginginkan tersebarnya kebathilan dan kemaksiatan di tengah-
tengah umat.

1.Memberi Petunjuk Dengan Perintah Alloh

Menurut Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, ciri utama yang disebutkan di awal kedua ayat yang berbicara
tentang kepemimpinan ideal adalah bahwa para pemimpin itu senantiasa mengajak rakyatnya kepada
jalan Alloh dan kemudian secara aplikatif mereka memberikan keteladanan dengan terlebih dahulu.
Mereka mencontohkan pengabdian dalam kehidupan sehari-hari yang dicerminkan dengan menegakkan
shalat dan menunaikan zakat, sehingga mereka termasuk kelompok ‘abid’ yang senantiasa tunduk dan
patuh mengabdi kepada Alloh Ta’ala dengan merealisasikan ajaran-ajaranNya yang mensejahterakan.

Tentunya, melahirkan pemimpin yang senantiasa “Memberi Petunjuk dengan Perintah Alloh” tidak
semudah membalikkan telapak tangan. Tidak cukup dengan popularitas, pencitraan, kedekatan maupun
faktor keturunan dan seterusnya. Tapi memerlukan episode pembinaan kehidupan yang panjang untuk
mendapatkan kriteria pemimpin ideal.

2.Mereka Mengerjakan Kebajikan

Imam Asy-Syaukani dalam Tafsir Fathul Qadir menambahkan bahwa kriteria pemimpin yang memang
harus ada adalah keteladanan dalam kebaikan secara universal sehingga secara eksplisit Alloh
menegaskan tentang mereka: “Telah Kami wahyukan kepada mereka untuk senantiasa mengerjakan
beragam kebajikan”. Fi’lal khairat yang senantiasa mendapat bimbingan Alloh adalah beramal dengan
seluruh syariat Alloh secara integral dan paripurna dalam seluruh segmen kehidupan.

Pemimpin sejati harusnya senantiasa berpikir secara serius bahwa semua kebijakan dan keputusannya
dipastikan mampu membawa kebaikan dalam kehidupan agama umatnya, keluarga, ekonomi, sosial
masyarakatnya dan lain sebagainya. Ia tidak berpikir secara parsial, tetapi berpikir bagaimana kebaikan
tersebut ada dalam semua lini kehidupan masyarakatnya.

3.Mendirikan Shalat

Kenapa ketika menyinggung kriteria seorang pemimpin menyinggung hal shalat? Karena mengukur
kebaikan seseorang yang utama dalam perspektif islam mau tidak mau haruslah melihat sejauh mana ia
melaksanakan shalat.

Ini penting, karena yang menyampaikan tentang pentingnya shalat ini adalah Alloh Ta’ala sendiri yang
mengulang-ulang dalam banyak ayat alquran ketika menyampaikan kriteria orang mukmin yang
beruntung dan berbahagia.

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam
shalatnya…,”

(QS. Al Mu’minun: 1-5)


Begitu juga ketika Alloh Ta’ala menyampaikan tentang kriteria calon penghuni neraka adalah mereka
yang meninggalkan shalat.

(QS. Al Mudattsir: 42-44)

Kalau kita melihat pemimpin sudah tidak pernah terlihat shalat, maka bagaimana kita berharap ia
mampu menunaikan amanahnya sebagai pemimpin. Padahal shalat adalah amalan pertama kali yang
akan diaudit oleh Alloh Ta’ala kelak di akhirat. Hal yang sangat penting ini saja diabaikan, bagaimana
mungkin dirinya dijadikan pemimpin untuk keluarga dan masyarakat kita?!

4.Menunaikan Zakat

Zakat adalah representasi simbol pengorbanan seseorang apalagi bagi seorang pemimpin. Zakat itu
diambil dari orang-orang yang mampu kemudian dibagikan kepada orang-orang yang berhak
menerimanya. Maknanya, seorang pemimpin harus berpikir bagaimana cara mendistribusikan kekayaan
kepada mereka yang membutuhkan. Ia berpikir agar kekayaan tidak dimonopoli oleh pihak-pihak
tertentu, tetapi ia berpikir untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya, salahsatu sumbernya
adalah pendistribusian zakat dan sumber-sumber lainnya.

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka dan mendoalah untuk mereka …”.

(QS. At Taubah: 103)

5.Dan Hanya Kepada Alloh Mereka Selalu Menyembah

Alloh berfirman: “Wakanu Lana Abidin” bukan “Wakanu Abidin” merupakan penegasan bahwa
perbuatan baik yang mereka perbuat lahir dari rasa iman kepada Alloh dan jauh dari kepentingan politis
maupun semata-mata malu dengan jabatannya. Maka kata ‘lana (hanya kepada Kami)’ adalah batasan
bahwa hanya kepada dan karena Alloh mereka berbuat kebaikan, membuat kebijakan dan keputusan
selama masa kepemimpinannya bahkan selama hidupnya.
Oleh karena itu, para pemimpin adalah harus dari hamba-hamba Alloh, bukan mereka yang menghamba
dunia, jabatan, menghamba kepentingan asing yang merugikan kaum muslimin dan sebagainya. Ini
penting untuk senantiasa kita perhatikan, karena hidup ini adalah amanah dan pilihan kita pun adalah
amanah. Dan seluruh aktivitas yang kita lakukan di dunia ini, pasti akan dimintai
pertanggungjawabannya oleh Alloh Subhanahu Wa Ta’ala

Anda mungkin juga menyukai