Anda di halaman 1dari 4

Mempertahankan Hubungan dengan Orang Terdekat saat Physical Distancing di Masa

Pandemi? Begini Penjelasannya dalam Ilmu Komunikasi

Sumber : Money Kompas.Com

Semakin meningkatnya penyebaran virus covid-19 di dunia menimbulkan banyak perubahan.


Mulai dari perubahan sosial hingga tata cara menjalin komunikasi dengan orang lain.

Komunikasi merupakan hal yang penting untuk menjalin hubungan satu sama lain. Komunikasi 
secara langsung dengan pertemuan fisik akan lebih efektif dibanding dengan berkomunikasi
tidak secara langsung. Namun, sekarang dengan minimnya pertemuan secara fisik akan
membuat hubungan antara satu sama lain semakin renggang dan minimnya kepercayaan yang
dapat memicu rasa jenuh berkepanjangan. 

Sejak maret 2020, program yang ditetapkan pemerintah, yaitu social distancing dan physical
distancing mulai diberlakukan sebagai cara untuk memutus mata rantai virus pandemi. Lebih
jauh lagi, adanya kebijakan seperti pembatasan sosial dengan program dirumah saja
menjadikan komunikasi digital sebagai hal yang krusial untuk menyampaikan informasi ataupun
sebagai alat komunikasi secara interpersonal baik kepada teman, keluarga, ataupun kerabat
lainnya.
Permasalahan komunikasi pada physical distancing di era pandemi juga terjadi pada pasangan-
pasangan yang sudah menjalin hubungan. Intensitas bertemu dengan pasangan menjadi sangat
jarang dan berkurang selama masa pandemi karena penetapan peraturan-peraturan seperti
PSBB dan PPKM oleh pemerintah untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19 di Indonesia.

Komunikasi merupakan hal penting. Namun, tidak semua orang dapat berkomunikasi dengan
baik. Ada sebagian orang merasa tidak begitu pandai berkomunikasi sehingga dengan individu
ini tidak maksimal dalam menyampaikan pesan yang ingin dimaksud lalu bisa timbul konflik dan
permasalahan dari cara berkomunikasi yang kurang baik ini.

Berkurangnya interaksi fisik dengan pasangan di masa pandemi membuat diri cenderung
mudah curiga dari biasanya. Hal ini dapat menimbulkan sifat defensif berdasarkan asumsi-
asumsi yang kita pikir dan belum terbukti kebenarannya. Akibatnya, proses komunikasi dengan
orang terdekat menjadi terhambat.

Ketika dihadapkan dalam situasi yang tidak mengenakkan dalam sebuah hubungan, beberapa
dari kita memilih terkadang untuk tidak berbicara dan menghiraukan pasangan atau orang
terdekat dengan motif ingin dimengerti oleh mereka. Akhirnya, hal ini dapat berujung ke silent
treatment, yaitu sikap di mana seseorang mendiamkan atau mengabaikan seseorang atau
pasangan dengan menolak berbicara.

Jika dipikir secara logika, bagaimana orang lain akan mengerti diri kita jika kita hanya diam dan
tidak mengungkapkan sebenarnya apa yang kita inginkan terhadap pasangan atau orang
terdekat?

Dalam ilmu komunikasi, ada istilah self-disclosure.

Self-disclosure adalah keterbukaan diri, sebuah jenis komunikasi di mana kita tidak
mengungkapkan informasi tentang diri kita kepada orang lain. Hal ini jelas berdampak tidak
baik terhadap pembentukan hubungan interpersonal dengan orang terdekat.

Kemampuan untuk mengungkapkan diri, seperti perasaan dan pikiran merupakan hal penting
yang dinilai dapat berdampak baik terhadap perkembangan fisik maupun mental. Dengan
kemudian, pengungkapan diri merupakan bagian dari komunikasi interpersonal.

Di masa pandemi ini, kita bisa belajar berkomunikasi dengan baik dan lebih terbuka sehingga
tidak menimbulkan perasaan negatif atau bias-bias tertentu yang dapat merusak hubungan
interpersonal dengan orang terdekat.

Kalau kata Maudy Ayunda, tanpa adanya komunikasi yang baik dan benar, kita bisa kehilangan
banyak hal dan kesempatan yang berharga di hidup ini.
Jadi, mari kita simak bagaimana cara membangun komunikasi interpersonal yang dapat
membina dan mempertahankan hubungan dengan orang terdekat!

1. Keterbukaan
Dalam suatu hubungan harus saling terbuka, saling memahami dan percaya . Keterbukaan juga
diperlukan untuk menciptakan interaksi yang fleksibel dan efektif antara orang terdekat.
Dalam situasi hubungan jarak jauh dalam situasi pandemi COVID19, bentuk keterbukaan
sangat penting dalam berjalannya suatu hubungan. Bentuk keterbukaan yang bisa diterapkan
adalah jujur dan selalu menceritakan apa yang terjadi dan terbuka dalam setiap masalah dan
dalam setiap situasi

2. Empati
Empati adalah suatu dorongan yang secara otomatis dan tidak sadar bereaksi terhadap
keadaan orang lain. empati diperlukan antara pasangan, untuk cepat tanggap terhadap situasi
orang terdekat, terutama dalam pandemi seperti ini. Saling mendukung juga diperlukan
dalam komunikasi dan hubungan. Empati dalam hubungan juga membuka suasana nyaman
dan saling menghormati serta berbagi satu sama lain.

3. Dukungan
Salah satu komunikasi interpersonal yang efektif adalah saling mendukung. Dukungan disini
bisa dalam bentuk kepedulian kepada orang tersayang. Partner 1 menjelaskan, bentuk
dukungan yang dapat dilakukan adalah respon, semangat, doa, dan moralitas. Di masa
pandemi, kita bisa saling mendukung, saling berjuang, tidak ada yang merasa sendirian dalam
situasi sulit seperti di masa pandemi ini.

4. Kepercayaan (trust)
Kepercayaan adalah sesuatu yang penting dalam suatu hubungan karena ada peluang untuk
aktivitas kerja sama, pengetahuan, otonomi, harga diri, dan nilai-nilai moral lainnya.
Kepercayaan memiliki lima aspek penting yang mendasari suatu hubungan intrapersonal, yaitu
keterbukaan (openness), yaitu ketika mitra bertukar informasi, ide dapat , pikiran, perasaan
dan reaksi terhadap masalah yang terjadi, berbagi (sharing) di mana pasangan menawarkan
bantuan emosional dan materi dan sumber daya untuk membantu mereka melakukan tugas,
penerimaan, yaitu, ketika komunikasi terjadi menghormati orang lain.Dukungan (support)
adalah berkomunikasi dengan orang lain yang mengetahui kemampuan mereka dan percaya
bahwa mereka memiliki keterampilan yang diperlukan, dalam hal ini seseorang percaya bahwa
pasangannya memiliki keterampilan dan kemampuan untuk memiliki hubungan intrapersonal,
dan yang terakhir adalah kooperatif, yaitu harapan bahwadapat bekerja sama dan orang
terdekat juga dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini
pasangan percaya bahwa pasangannya dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan mereka.
Jadi jika kita dan pasangan kita telah memenuhi lima aspek tadi, maka kita dan pasangan
memiliki rasa saling percaya.

Penulis : Mahasiswi Psikologi Universitas Syiah Kuala

 Amanda Nabila Istiqamah


 Annisa
 Zahratul Nabila

Instansi : Universitas Syiah Kuala

Anda mungkin juga menyukai