Benedik
Benedik
Darah
Pengamatan yang selanjutnya
adalah pengamatan untuk
mengetahui
kandungan glukosa dalam
darah dengan
menggunakan uji benedict.
Uji benedict
adalah uji kimia yang
dilakukan untuk
mengetahui kandungan gula
(karbohidrat)
pereduksi yang memiliki
gugus aldehid
atau keton bebas, seperti
yang terdapat
pada laktosa dan maltosa.
Reagen yang
digunakan dalam uji glukosa
ini adalah
Praktikum Fisiologi Hewan (2019)
8
benedict yang mengandung
kuprum biru
(II) atau Cu2+ yang dapat
direduksi
menjadi ion kuprum yang
menghasilkan
kupro oksida (Cu2O) yang
tidak larut
dalam air dan berwarna merah
bata. Gugus
2+
yang mereduksi Cu itu
adalah gugus
aldehid atau keton bebas
yang dimiliki
oleh gula pereduksi. Jadi
bahan uji yang
mengandung gula pereduksi
akan bereaksi
positif dengan bukti adanya
perubahan
warna bahan uji dengan merah
bata pada
uji benedict ini dikarenakan
gugus aldehid
atau keton bebas akan
2+
mereduksi Cu
menjadi Cu2O yang berwarna
merah bata.
Hal ini sesuai dengan penyataan
poedjiadji
(2000) bahwa Uji benedict
menggunakan
dasar reduksi Cu2+ menjadi
Cu+ oleh
gugus aldehid atau keton
bebas dalam
suasana alkalis.
Dari analisis data diketahui
bahwa
setelah diberi perlakuan untuk
melakukan
uji glukosa yaitu dengan
pemberian reagen
benedict, warna filtrat
berubah menjadi
biru bening. Setelah dipanaskan
warnanya
menjadi hijau kehitaman, dan
setelah
bunsen dimatikan filtrat
menjadi hijau
kecoklatan. Dari hasil ini
diketahui bahwa
filtrat ini menunjukkan hasil
yang positif
terhadap uji glukosa yang
dilakukan.
Percobaan yang dilakukan
menunjukkan reaksi yang
positif terhadap
uji ini yaitu dengan adanya
perubahan
warna bahan uji menjadi
hijau setelah
dipanaskan. Hal ini karena
bahan uji yang
merupakan filtrat darah
mengandung gula
pereduksi. Gula pereduksi yang
ada dalam
filtrat memiliki gugus aldehid
dan keton
bebas yang mereduksi
benedict yang
2+
mengandung Cu menjadi
Cu2O yang
tidak larut dalam air. Sehingga
hasil akhir
yang diperoleh adalah filtrat
yang telah
berubah warna menjadi
kehijauan.
Dalam pengamatan,
berdasarkan
pernyataan diatas dapat
diketahui bahwa
kandungan gula pereduksi
pada filtrat
masih dapat dikatakan sedikit
karena
perubahan warna yang
ditunjukkan tidak
sampai pada rentang merah
bata, tetapi
hanya sampai pada warna hijau
kehitaman
dan endapan merah bata yang
dihasilkan
pun sangat sedikit.
Pada percobaan ini yang
digunakan
adalah filtrat, bukan
koagulannya, karena
koagulan telah dilakukan untuk
uji protein
dengan uji milon dan
bereaksi positif,
sehingga sudah jelas bahwa
koagulan
mengandung protein dan sudah
tidak lagi
digunakan untuk pengujian
glukosa. Dari
pengamatan dapat diketahui
bahwa pada
filtrat yang merupakan plasma
darah
terkandung glukosa. Hal ini
sudah sesuai
dengan pernyataan Ariyani
dkk., 2012
bahwa salah satu penyusun
plasma darah
adalah glukosa.