Anda di halaman 1dari 25

1

HARI MINGGU BIASA KE-32 - B


(Tanggal 5 - 6 November 1994)

Antifon Pembukaan Mzm 87:3


Semoga doaku sampai ke hadiratMu, dengarkanlah jeritan tangisku,
ya Tuhan.

Lagu Pembukaan (PS 657)

Seruan Tobat (Kita siapkan PS 353)

I: Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah Imam Agung kami, yang masuk ke


surga untuk menghadap Bapa guna kepentingan kami.
Tuhan, kasihanilah kami.
U: Tuhan, kasihanilah kami.

I: Engkaulah Imam Agung kami, yang mengorbankan diri untuk


menghapus dosa semua orang.
Kristus, kasihanilah kami.
U: Kristus, kasihanilah kami.

I: Engkaulah Imam Agung kami, yang masih akan menganugerahkan


diri tanpa menanggung dosa guna menganugerahkan keselamatan
kepada kami yang menantikan Dikau.
Tuhan, kasihanilah kami.
U: Tuhan, kasihanilah kami.

Kemuliaan (PS 354)

Doa Pembukaan

I: Allah Bapa yang mahakuasa dan mahamulia, orang kecil selalu


dapat menghadap Engkau, dan orang yang terampas hak
wewenangnya selalu Kaulindungi. Kami mohon, berilah kami hati
sederhana; perkenankanlah kami mendekati siapa pun yang
memerlukan bantuan. Anugerahilah kami keberanian dan kerelaan
2

hati untuk membagi satu sama lain segala yang Kaupercayakan


kepada kami. Demi Yesus Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
U: Amin.

Bacaan Pertama: 1 Raj 17:10-16

"Janda itu membuat sepotong roti bundar kecil dan memberikannya


kepada Elia."

Pembacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja:


L: Sekali peristiwa Nabi Elia bersiap-siap, lalu pergi ke Sarfat. Ketika
ia tiba di dekat gerbang kota itu, tampaklah seorang janda sedang
mengumpulkan kayu api. Elia berseru kepada perempuan itu,
"Cobalah, ambilkan aku sedikit air dalam kendi untuk kuminum!"
Ketika perempuan itu pergi mengambil air, Elia berseru lagi,
"Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti!" Perempuan itu
menjawab, "Demi Tuhan, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak
ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam
tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Sekarang aku sedang
mengumpulkan dua tiga potong kayu api, sebentar lagi aku pulang
dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah
memakannya, maka kami akan mati." Tetapi Elia berkata
kepadanya, "Janganlah takut, pulanglah dan buatlah seperti yang
kaukatakan, tetapi buatlah lebih dulu bagiku sepotong roti bundar
kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku; kemudian barulah kau
buat bagimu dan bagi anakmu. Sebab beginilah firma Tuhan, Allah
Israel: Tepung dalam tempayan itu takkan habis, dan minyak dalam
buli-buli itu pun takkan berkurang sampai tiba waktunya Tuhan
menurunkan hujan ke atas muka bumi." Maka pergilah perempuan
itu, berbuat seperti yang dikatakan oleh Elia. Maka Elia, perempuan
itu dan anaknya mendapat makanan beberapa waktu lamanya.
Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli
itu tidak berkurang sesuai dengan firman Tuhan yang diucapkanNya
dengan perantaraan Elia.***
Demikianlah sabda Tuhan.
U: Syukur kepada Allah
3

Mazmur Tanggapan (PS.863) do = a ; 2/2 Mzm 147:7.8-9a.9b-10


_ ____ ___ ____
3 3 5 / 6 . 5 . / 0 3 2 1 / 5 . 3./
Pu- ji-lah Tu- han hai u-mat Al- lah.
__ ___ __. ___. ____ __. .
0 3 3 5 / 6 . 1 5 . / 0 1 6 5 / 6 . 1 1 ./
Pu-ji-lah Tu- han hai u-mat Al- lah

1. Megahkanlah Tuhan wahai Yerusalem. Muliakanlah Allahmu


pujilah hai sion. Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu.
Dan berkatNya sudah turun pada anak-anakmu.
2. Sejahtera aman bagi daerahmu. Dengan gandum yang lezat terusir
laparmu. Bila Ia menyampaikan perintahNya ke bumi. Cepat bagai
anak panah firmanNya 'kan berlari.
3. Berfirmanlah Dia pada Bapa Yakub. Ketetapan hukumNya kepada
Israel. Tapi Dia tak berfirman kepada para bangsa, maka di tanah
mereka hukumNya tak dikenal.

Bacaan Kedua: Ibrani 9:24-28

"Kristus hanya satu kali saja mengurbankan diriNya untuk menanggung


dosa banyak orang."

Pembacaan dari Surat Kepada Orang Ibrani:


L: Saudara-saudara, Kristus telah masuk ke dalam tempat kudus bukan
yang buatan tangan manusia, yang hanya merupakan gambaran dari
tempat kudus yang sejati, tetapi ke dalam surga sendiri untuk
menghadap hadirat Allah demi kepentingan kita. Ia pun tidak
berulang-ulang masuk untuk mempersembahkan diriNya sendiri
sebagaimana Imam Agung setiap tahun masuk ke dalam tempat
kudus mempersembahkan darah yang bukan darahnya sendiri.
Sebab kalau demikian, Kristus harus berulang-ulang menderita
sejak dunia ini dijadikan. Tetapi sekarang ternyata, pada zaman
akhir ini, ia hanya satu kali saja menyatakan diri untuk menghapus
4

dosa lewat kurbanNya. Seperti manusia ditetapkan Allah untuk mati


hanya satu kali, dan sesudah itu dihakimi, demikian pula Kristus
hanya satu kali saja mengurbankan diriNya untuk menanggung dosa
banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diriNya sekali lagi
tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan
kepada mereka yang menantikan Dia.***
Demikianlah sabda Tuhan.
U: Syukur kepada Allah

Alleluya (PS.957) mi = d ; 2/2


. . . . . .
3 5 6 5 / 1 7 6 . / 3 2 1 2 / 3 . . . //
Al- le- lu- ya, al-le-lu- ya.

(Mat 5:3) Berbahagialah yang hidup miskin terdorong oleh Roh Kudus,
sebab bagi merekalah kerajaan Allah.

Bacaan Injil Mrk 12:41-44

"Janda miskin itu telah memberi lebih banyak daripada semua orang
lain."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:


I: Pada suatu hari, sambil duduk berhadapan dengan peti
persembahan, Yesus memperhatikan bagaimana orang banyak
memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi
jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda miskin. Ia
memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Maka Yesus memanggil
para muridNya dan berkata kepada mereka, "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya janda miskin itu memberi lebih banyak
daripada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti
persembahan itu. Sebab mereka semua memberi dari
kelimpahannya, tetapi janda itu memberi dari kekurangannya;
semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya."***
Demikianlah sabda Tuhan.
U: Terpujilah Kristus
5

Doa Umat

I: Marilah berdoa kepada Allah Bapa kita yang setia selama-lamanya:

L: Bagi Sri Paus dan para uskup:


Ya Bapa, tabahkanlah hati Sri Paus dan para uskup, agar jangan
berkecil hati bila mendapat kritik pedas, semoga mereka tetap tabah
dan setia memberi kesaksian atas warta gembira Kristus. Kami
mohon........

L: Bagi para pemimpin bangsa-bangsa:


Ya Bapa, terangilah para pemimpin bangsa-bangsa agar dapat
bersatu memerangi kemiskinan dan kelaparan di dunia. Kami
mohon........

L: Bagi orang-orang terpencil:


Ya Bapa, semoga mereka yang hidupnya terpencil jangan sampai
merasa terasing, tetapi mengalami bahwa diterima oleh banyak
orang. Kami mohon.......

L: Bagi warga paroki kita:


Ya Bapa, semoga warga paroki kami jangan lekas-lekas mengendor
semangatnya, karena mengira telah cukup berbuat baik, tetapi
semoga selalu tetap bersedia untuk saling membantu dalam
kesulitan. Kami mohon.......

I: Bapa yang mahabaik, kebaikanMu bagi kami menjadi jaminan pada


saat-saat yang meragukan. Teguhkanlah iman kami demi Kristus,
Tuhan dan Pengantara kami yang hidup dan berkuasa kini dan
sepanjang segala masa.
U: Amin.

Lagu Persembahan (PS 690)


6

Doa Persembahan

I: Allah Bapa yang mahamulia, terimalah dalam persembahan ini


ucapan syukur kami atas Yesus yang telah memberikan segalanya
demi keselamatan kami. Semoga RohNya menghimpun kami
menjadi GerejaMu, umatMu yang rukun. Dialah Tuhan dan
Pengantara kami.
U: Amin.

Doa Damai

I: Yesus, Imam Agung kita, telah mengorbankan diriNya untuk


menghapus dosa semua orang. Ia kini masuk ke surga untuk
menghadap Allah guna kepentingan kita. Maka marilah kita berdoa
kepadaNya:
U: Tuhan Yesus Kristus, .......

Lagu Syukur (PS 650)

Antifon Komuni Mzm 22:1-3


"Tuhanlah gembalaku, aku takkan berkekurangan. Ia
memberingkan daku di padang rumput yang hijau. Ia membimbing
aku ke air yang tenang dan menyegarkan daku."

Doa Penutup

I: Allah Bapa di surga, Engkau menaburkan sabdaMu di seluruh dunia


dan mengharapkan agar berakar dan menghasilkan buah melimpah.
Kami bersyukur kepadaMu atas Yesus, biji gandum yang mati
untuk menjadi rejeki kehidupan kami sepanjang segala masa.
U: Amin.

Pengumuman - Berkat Penutup


Lagu Penutup (PS 689)
************
7
8

CATATAN ROMO AGUSTINUS SUGIJANTO SJ 2009

Injil Minggu Biasa XXXII/B


8 November 2009 (Mrk 12:38-44)
LURUS DI HADAPAN TUHAN DAN SESAMA?

Menurut isinya, Mrk 12:38-44, memuat dua bagian. Yang pertama,


ay. 38-40, menyampaikan amatan keras Yesus terhadap perilaku
sementara ahli Taurat yang suka mempertontonkan kesalehan dan
menyalahgunakan penghormatan orang terhadap mereka, tapi lebih-
lebih karena mereka "menelan rumah janda-janda", serta mengelabui
mata orang dengan doa mereka yang berkepanjangan. Dalam bagian
selanjutnya, ay. 41-44, didapati pengajaran Yesus kepada para
muridNya ketika mengamati orang-orang yang memasukkan uang ke
dalam peti persembahan di Bait Allah. Ada seorang janda miskin yang
memberikan uang receh paling kecil - itulah seluruh nafkahnya. Kata
Yesus, pemberiannya lebih dari orang-orang yang memberi dari
kelimpahan mereka. Apa ini pujian bagi sang janda dan sindiran
terhadap orang yang memberi dari kelimpahan? Mari kita temukan
Kabar Gembira petikan kali ini agar kita dapat pula ikut
mewartakannya.

ARAH TAFSIR

Petikan ini bukan pertama-tama dimaksud untuk mengecam sikap


sementara orang maupun untuk memuji-muji orang miskin yang berani
berkorban, melainkan untuk mengajar para murid bernalar. Begitu juga
Warta Gembira bagi kita jangan kita jadikan kabar buruk bagi orang
lain. Ini prinsip yang perlu dipegang dalam menafsirkan Alkitab
9

khususnya dalam memakainya dalam pewartaan. Bila tidak, Injil akan


menjadi alat pengecam dan sulit menjadi Kabar Gembira bagi siapa
saja.
Hendak diajarkan kepekaan mewaspadai kebiasaan kita sendiri.
Dalam ay. 38, dikatakan "Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat
yang...!" Dinasihatkan agar orang awas, artinya tidak menerima begitu
saja apa yang di kalangan umum diterima sebagai tindakan yang patut
disetujui dan bahkan dijadikan teladan. Apalagi bila menyangkut tokoh-
tokoh yang berwibawa, seperti para ahli Taurat. Mereka ini orang yang
tahu menahu tentang agama. Mereka lazim menjadi panutan orang
banyak. Sebenarnya ada banyak ahli Taurat yang baik, juga pada zaman
itu. Tapi ada beberapa gelintir dari mereka yang menyalahgunakan
kedudukan serta penghormatan orang terhadap mereka. Mereka inilah
yang disoroti.

PEGANGAN

Tidak mudah menilai anggapan serta perbuatan para tokoh seperti


kaum ahli Taurat. Apa pegangannya? Tak lain dan tak bukan yakni
mewaspadai apa kelakuan tertentu itu sejalan atau kurang sejalan
dengan dua perintah yang paling terutama yang dijadikan pokok
pembicaraan dalam Mrk 12:28-34 (Injil Minggu lalu), yakni mengasihi
Tuhan Allah dengan seutuh-utuhnya dan mengasihi sesama seperti diri
sendiri.
Mempertontonkan kesalehan dalam berdoa dan mengharapkan
penghargaan dari orang bukan cara yang cocok untuk menepati perintah
mengasihi Tuhan Allah. Mengapa? Karena Dia dijadikan dalih agar diri
sendiri mendapat kemudahan, memperoleh penghormatan, menikmati
privilegi sebagai rohaniwan, sebagai ulama. Apalagi dengan dalih
seperti itu kasarnya apa-apa saja bisa dipaksa-paksakan: bila begitu
10

menghujat, kami membela Tuhan Allah, kalian mesti tunduk! Jangan


melecehkan orang yang menjalankan ibadat, karena "ia sedang
mengasihi Tuhan". Tapi Tuhan sendiri malah tidak mendapat tempat
dalam kehidupan orang seperti itu.
Menelan rumah janda-janda, membeli dengan paksa, atau
mengambil alih tempat berlindung mereka itu kelakuan yang kejam.
Juga jadi tindakan yang paling melanggar perintah mengasihi sesama
seperti diri sendiri. Memang kebanyakan orang biasa tidak memiliki
rumah sendiri, mereka biasa menyewa dari pemilik tanah. Tapi bila
penyewa meninggal maka istrinya tidak langsung berhak meneruskan
memakai tanah atau rumahnya. Janda itu biasanya disuruh pergi, dan
nasibnya tergantung pada sanak dekat yang menurut aturan hukum adat
dapat diminta mengurusnya. Keadaan umat Perjanjian Lama dulu di
Mesir seperti itu. Karena itu dalam kepercayaan mereka, Tuhan
menampilkan diri sebagai sanak terdekat yang membela mereka dan
menuntun mereka keluar dari tempat penderitaan dan memberi mereka
negeri baru! Oleh karena itu jauh di kemudian hari setelah umat
mengalami perbaikan hidup, diajarkan agar selalu diingat bahwa leluhur
mereka dulu menderita dan oleh karena itu kini jangan sekali-kali
memperlakukan orang yang tak ada pelindungnya dengan semena-
mena. Bila tak mau mengerti, nanti Tuhan sendiri akan menjadi
pembela orang yang tertindas tadi, seperti dulu juga. Dan orang yang
berlaku keras akan terhukum seperti raja Mesir dan penindas lain dulu!
Tak ada hukuman lain yang lebih berat daripada dimusuhi oleh Tuhan
sendiri.

MANAJEMEN GEREJA AWAL

Di kalangan Gereja Awal tumbuh kepedulian besar akan keadaan


para janda. Kis 6:1-6 mempermasalahkan kurangnya pelayanan yang
11

semestinya diberikan kepada para janda, bahkan dalam kebutuhan yang


amat sehari-hari. Para pemimpin sibuk mengurus pengajaran mengenai
Sabda sehingga urusan sehari-hari kurang dapat ikut mereka tangani. Ini
masalah manajemen dalam komunitas tapi yang berakibat pada
terlantarnya orang-orang yang mesti diurus. Guna memperbaiki
keadaan, maka diangkatlah orang-orang yang ditugasi mengurus
kebutuhan yang kurang dapat diurus para pemimpin sendiri. Begitulah
asal usul adanya para diakon dalam Gereja Awal. Terlihat dalam
komunitas pertama itu betapa besarnya perhatian terhadap para janda.
Juga dalam Kis 9:39 disebutkan bahwa Dorkas (Tabita) dikenang
karena jasanya mengurus keperluan sandang bagi para janda. Dari 1
Tim 5:3-16 bahkan dapat disimpulkan bagaimana tertibnya organisasi
pelayanan bagi para janda. Ada daftar siapa yang betul-betul
membutuhkan pelayanan. Ada pengaturan, bila mungkin hendaknya
saudara dekatnya menolong, termasuk mendapatkan suami. Ini semua
karena masyarakat waktu itu memang sulit bagi perempuan yang hidup
sendirian.
Bagaimana menafsirkan amatan mengenai sang janda yang
memberikan seluruh nafkahnya itu (Mrk 12:44)? Dikatakan bahwa ia
memberi jauh lebih banyak dari pada orang-orang yang memberi dari
kelimpahannya. Pembaca mesti pandai-pandai menyadari
permasalahannya. Memang gampang menggarisbawahi pemberian sang
janda ini pemberian yang menyeluruh, tanpa menyisakan bagi diri
sendiri, dst. Sikap seperti ini tentunya mesti dipegang dalam memberi,
apalagi kepada Tuhan. Tapi tafsiran seperti itu sebenarnya kurang
menggali warta Injil degan cukup dalam. Juga bukan cara untuk
berwarta. Tidak banyak yang dapat berlaku seperti janda itu dalam
hidup nyata. Maka tak usah ke sana arahnya. Malah akan membuat Injil
makin jauh dari kehidupan.
12

PEMBERIAN ATAU TANDA MEMPERCAYAKAN DIRI?

Pendengar zaman dulu tentunya paham akan keadaan para janda


dalam komunitas mereka. Dan mereka akan membandingkan kisah itu
dengan kenyataan yang sehari-hari. Dikatakan janda itu memberikan
seluruh nafkahnya. Ini akan dimengerti sebagai ungkapan bahwa sang
janda masih butuh dan berhak mendapat perhatian sungguh. Jadi bukan
semata-mata kisah mengenai nilai pemberian dari orang miskin?
Bagaimana penjelasannya?
Iuran wajib bagi Bait Allah (seperti perpuluhan dst.) memang
dipakai sebagian untuk pemeliharaan tempat ibadat dan keperluan
upacara, tetapi sebagian besar dialokasikan sebagai bantuan bagi orang-
orang miskin, yatim piatu, dan janda. Semuanya diatur dalam anggaran
Bait Allah. Orang yang tak punya apa-apa akan mendapat bantuan, asal
betul-betul tak punya. Nah janda tadi memberikan seluruh "nafkahnya"
yang tentunya diperoleh bukan dari bantuan tadi. Dengan demikian ia
akan berhak mendapat bantuan yang diperuntukkan baginya. Tentunya
bantuan Bait Allah ini akan lebih besar daripada dua keping uang
tembaga, yang tidak akan cukup untuk hidup sehari. Tetapi bila sang
janda memegang "nafkahnya" yang hari itu memang hanya dua uang
tembaga receh itu bisa jadi ia tidak dianggap butuh bantuan resmi tadi -
mungkin ia masih mendapat nafkah lain sampai cukup buat
menyambung hidup. Tetapi bila merelakan semua yang ada, maka ia
akan dinyatakan tak punya apa-apa lagi dan hidupnya hari itu akan
ditanggung yang berwajib. Tak usah kisah ini dimengerti sebagai ajakan
memuji-muji sikap memberi sang janda tadi atau menyindir orang yang
berduit. Ia boleh dipuji dengan alasan lain yang akan diutarakan di
bawah. Kisah ini pertama-tama ditujukan kepada para pengurus
komunitas para murid agar siap memperhatikan orang-orang seperti
janda yang tak memiliki apa-apa lagi sehingga hidupnya menjadi
tanggungan jemaat. Kisah ini disampaikan untuk menajamkan kepekaan
13

terhadap orang yang berhak mendapatkan bantuan, bukan untuk


meromantiskan mereka.
Namun demikian, keberanian sang janda dalam menyatakan diri tak
punya apa-apa lagi dengan cara tadi patut dilihat sebagai penyerahan
diri kepada kebaikan Tuhan. Mempercayakan diri sepenuhnya, inilah
pengajaran Injil hari ini. Bagaimana dengan orang yang memberi dari
kelimpahan, yang tentunya dapat masih dapat menyandarkan diri pada
harta milik yang ada padanya. Mereka, dan orang-orang seperti kita,
diajak berani belajar semakin menyandarkan diri kepada Tuhan. Tak
perlu dengan cara pemberian, melainkan dengan cara yang akan
melibatkan diri. Apa itu? Yesus tidak menunjukkan seluk beluknya.
Dan Injil diam. Diserahkan kepada pemahaman dan kesuburan moral
masing-masing. Prakarsa serta kreativitas masing-masing masih
mendapat tempat. Dan ini termasuk Kabar Gembiranya. Kita dapat
menemukan jalan-jalan baru yang searah dengan yang diharapkan oleh
Dia yang menuntun kita! Dan semakin manusiawi pula.

Salam hangat,

A. Gianto
14

CATATAN ROMO ANTONIUS HARI KUSTONO 2012


Antonius Hari Kustono harikustono@hotmail.com
via yahoogroups.com
Sat, Nov 10, 2012, 6:48 AM - to unio
Tambahan bahan dari saya. Maaf agak terlambat.

HARI MINGGU BIASA XXXII-B


11 Nopember 2012
1Raj 17:10-16; Ibr 9:24-28; Mrk 12:38-44

Sabda Yesus dalam bacaan Injil hari Minggu ini dapat dibagi
menjadi dua bagian:
Pertama, peringatan agar hati-hati terhadap para ahli Taurat yang
senang dilihat saleh dan senang menduduki tempat terhormat tetapi
ternyata mereka tega melakukan pemerasan terhadap janda-janda.
Kedua, Yesus memuji seorang janda yang rela mempersembahkan
seluruh nafkahnya ke dalam kotak persembahan di Bait Allah.

Kecaman terhadap Ahli Taurat

Tidak selang lama setelah Yesus memuji seorang ahli Taurat karena
jawabannya yang bijaksana, tiba-tiba Yesus memperingatkan orang-
orang agar waspada terhadap para ahli Taurat. Rupanya ada ahli Taurat
yang memang baik tetapi ada banyak juga yang tidak hidup sesuai
dengan martabat mereka. Yesus sampai berpesan agar hati-hati terhadap
15

kemunafikan mereka yang ditunjuk secara jelas oleh-Nya: "Mereka


suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima
penghormatan di pasar, mereka suka duduk di tempat terdepan di
rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan, mereka
menelan rumah janda-janda, sedang mereka mengelabui mata orang
dengan doa yang panjang-panjang." Dua pandangan yang bertolak
belakang ini diurutkan secara dekat oleh Markus. Sesuatu yang aneh,
namun justru karena keanehannya itulah historisitasnya dapat
dipastikan.
Memang di zaman itu ada ahli Taurat yang sungguh saleh, namun
ada pula yang memanfaatkan kesan umum atas kesalehan mereka itu
untuk suka dipuji, berlaku munafik dan memeras umat. Mereka
dikecam oleh Yesus karena melakukan tiga perbuatan yang tak baik
yaitu suka mencari pujian (di jalan dan di sinagoga) dan memeras kaum
lemah (menelan rumah para janda) dan berlaku munafik (suka
mengucapkan doa panjang-panjang).
Para ahli Taurat terbedakan dari rakyat biasa karena jubah mereka
yang putih, panjang sampai ke mata kaki. Sesuai dengan status mereka,
para ahli Taurat memang dihormati oleh umat kebanyakan. Rupanya
banyak ahli Taurat menikmati bahkan mencari penghormatan tersebut.
Mereka tidak hanya dihormati di tempat umum, tetapi juga di tempat
ibadah. Mereka suka duduk di tempat terdepan dalam rumah ibadat
(protokathedria), yaitu tempat duduk dekat almari tempat menyimpan
gulungan kitab Taurat dan Nabi-nabi.
Apa yang dilakukan oleh para ahli Taurat tersebut barangkali
dipanjang wajar karena posisi mereka yang terhormat di mata umat.
Namun, soalnya menjadi lain ketika dalam ayat selanjutnya Yesus
mengatakan mereka menelan rumah janda-janda dan mengelabui mata
orang dengan doa yang panjang-panjang.
16

Status janda yang lemah dan rawan penindasan

Kaum janda adalah kelompok lemah di dalam masyarakat Yahudi.


Dalam bahasa Ibrani, dipakai kata "almanah" untuk menyebut janda.
Kata "almanah" punya kaitan dengan kata "ilem" artinya bisu, sesuai
dengan kondisi mereka yang tak punya hak bersuara. Karena posisi
mereka yang lemah, kaum janda termasuk kelompok yang harus
dilindungi, seperti halnya anak yatim-piatu dan orang asing. Pencari
nafkah pada umumnya adalah suami. Oleh karena itu, seorang isteri
akan mendapat kesulitan untuk menopang hidupnya jika ditinggal mati
suaminya. Apalagi jika dia tidak mempunyai saudara laki-laki yang
mau menampungnya atau anak laki-laki yang menjaminnya. Karena
situasi dan kondisinya yang lemah itu, para janda berhak mendapat
perlindungan dari masyarakat. Memang Hukum dan kitab para Nabi
menganjurkan adanya perlindungan dan bantuan bagi para janda (Ul
14:29; Amos 2:8). Di kala panen tiba, mereka mendapat bagian hasil
panenan (Ul 24:19-21). Para janda juga mendapat perlindungan dari
Tuhan Allah sendiri, tidak seorangpun boleh menindas mereka (Kel
22:22; Yes 1:17.23; 10:2).
Di dalam kondisi normal (seharusnya), para janda memang
dilindungi. Namun tak jarang ada banyak orang yang tega mencari
keuntungan material dari kelemahan dan kemiskinan mereka. Ungkapan
"menelam rumah janda-janda" dalam Injil hari ini berarti mengambil
keuntungan finansial dari mereka. Para ahli Taurat yang dikecam oleh
Yesus suka mengambil keuntungan finansial dari para janda miskin.
Para rabi dan ahli Taurat di zaman Yesus sebenarnya termasuk
golongan kaum miskin. Mereka tidak diperkenankan menarik uang dari
profesi mereka mengajar umat. Untuk itu, mereka berhak mendapat
bantuan finansial dari umat. Meskipun ada bantuan finansial, bisa saja
terjadi pelanggaran karena profesi mereka memang memungkinkan
17

untuk itu. Ada kemungkinan mereka menyalahgunakan kesempatan itu


untuk meminta bantuan dari para janda tanpa peduli dengan kemiskinan
mereka. Bisa jadi mereka memberi bantuan hukum kepada janda-janda
dengan menarik bayaran. Mereka tega melakukan apa yang sebenarnya
sudah dilarang oleh Hukum, yaitu menindas atau memeras para janda.
Kejahatan mereka sungguh besar karena mereka menyalahgunakan
wewenang tersebut. Para janda yang seharusnya dilindungi justru
mereka peras. Lebih jahat lagi, karena mereka adalah para ahli Taurat
yang dikenal sebagai orang saleh dan benar di mata umat, serta
dianggap mengetahui hukum (termasuk hukum perlindungan terhadap
para janda). Untuk itu Yesus mengatakan bahwa mereka akan
menerima hukuman yang lebih berat.

Janda yang dipuji Yesus

Di dalam bagian kedua dari Injil hari ini (Mrk 12:40), Yesus
memakai figur janda untuk mengajarkan keutamaan yang luar biasa.
Kalau di bagian pertama para janda disinggung karena mereka menjadi
korban kerakusan mereka para ahli Taurat (Mrk 12:40a), dalam
perikope selanjutnya (Mrk 12:41-44) seorang janda ditampilkan sebagai
seorang yang rela mempersembahkan seluruh nafkahnya sehari ke
dalam peti derma di Bait Allah. Sebelumnya ada banyak orang kaya
yang memberi sumbangan besar ke dalam peti derma. Namun kemudian
datanglah janda tersebut dan memasukkan dua peser (dua "lepta": uang
logam terkecil yang beredar pada zaman itu) yang seharga dengan satu
duit (satu quadrans: uang logam Romawi).
Jumlah sumbangan mereka dapat diketahui orang di sekitarnya
karena ada imam Bait Allah yang bertugas menanyai mereka berapa
sumbangan yang akan mereka persembahkan untuk Bait Allah.
18

Orang-orang kaya tersebut memberi dari kelebihannya, sebaliknya


janda tersebut memberi dari kekurangannya. Sebenarnya, janda itu
dapat saja memberikan satu koin untuk Bait Allah dan satu koin lainnya
untuk diri sendiri yang jelas membutuhkannya. Namun dia memberikan
semuanya untuk persembahan. Oleh karena itu Yesus menyatakan
bahwa janda itu: "memberi dari kekurangannya, semua yang ada
padanya, yaitu seluruh nafkahnya." Dia memberi dari kekurangannya,
dan kekurangannya itu adalah semua yang ada padanya bahkan seluruh
nafkahnya. Itu berarti janda tersebut rela tidak makan hari itu demi
kasih dan hormatnya pada Allah. Keutamaan janda itu amat sangat
jelas. Dia miskin, tetapi kemiskinannya tidak dijadikannya alasan untuk
tidak melakukan persembahan di bait Allah. Dia ternyata bukan hanya
memberi sebagian dari uangnya tetapi mempersembahkan semuanya
yang dia punya, nafkahnya dan kekurangannya. Dari segi jumlah, apa
yang dipersembahkan itu besarnya tidak seberapa dibandingkan dengan
persembahan orang kaya. Namun, dari segi nilainya, persembahannya
lebih besar, karena berasal dari kekurangannya. Bacaan pertama juga
mengisahkan janda Sarfat yang memberi nabi Elia dari kekurangannya.

Ilustrasi dari kasih kepada Allah dan sesama

Sebenarnya, bacaan Injil hari ini dapat dikaitkan dengan pesan Injil
hari Minggu yang lalu, yaitu perintah untuk mengasihi Allah dan
mengasihi sesama. Tokoh janda dijadikan teladan dari orang yang
mengasihi Allah yang disertai segenap hati, jiwa, budi, dan
kekuatannya. Meskipun miskin dan sering diperas oleh sesamanya,
namun janda dalam Injil hari ini tidak kehilangan ketulusannya untuk
mempersembahkan seluruh nafkahnya hari itu untuk Allah.
19

Ahli Taurat yang disebut di sini menjadi contoh dari orang yang
tidak mengasihi sesama. Meskipun mereka dipandang dekat dengan
Allah dan dipandang mengasihi Allah karena profesi mereka sebagai
ahli Taurat, tetapi semua itu menjadi tidak bernilai karena mereka tega
memeras sesamanya, bahkan sesama yang sedang menderita yaitu para
janda.

Menggali pesan:

- Dengan mengecam para ahli Taurat Yesus mengajar para murid


agar jangan suka mencari pujian, jangan suka munafik dan jangan
suka menindas kaum lemah.
- Ungkapan "memberi dari kekurangan" menjadi ukuran nilai
persembahan janda tersebut. Pesan Yesus amat jelas dalam Injil hari
ini. Banyak contoh di dalam kehidupan kita, orang-orang yang
memberi dari kekurangan. Mungkin wujud pemberiannya bukan
hanya uang, tetapi bisa berupa tenaga, waktu dan perhatian. Banyak
umat yang memberi uang, tenaga, pikiran dan waktu untuk Gereja
bukan dari kelebihannya tetapi dari kekurangannya. Yesus memuji
pengorbanan tersebut. Yesus tidak mengecam orang kaya yang
memberi sedikit, tetapi hanya membandingkan nilai persembahan
mereka dengan persembahan janda miskin.
- Yang jelas dikecam oleh Yesus adalah orang-orang yang berlaku
munafik seperti para ahli Taurat. Mereka mencari pujian atas
kesalehan mereka tetapi sekaligus mereka juga memanfaatkan
sandiwara kesalehan tersebut untuk menutupi kejahatan mereka.
Sikap mencari pujian saja sudah tidak baik. apalagi jika upaya
mencari pujian itu disertai dengan dengan maksud untuk menutupi
20

kejahatan. Sungguh parah jika tindakan ahli Taurat tersebut terjadi


di dalam kehidupan bersama.
- Yesus ingin mengajarkan ketulusan hati di hadapan Allah dan di
hadapan sesama. Kedua ajaran tersebut dipaparkan lewat
kecamannya terhadap ahli Taurat (contoh jelek dari kasih kepada
sesama) dan kasih kepada Allah (contoh positif dari janda miskin).
- Bagaimana dengan kehidupan iman dan beragama kita? Adakah kita
meredam segala keinginan untuk dipuji dalam hal kesalehan?
Sudahkah kita mengasihi sesama? Sudahkah kita mewujudkan
dalam tindakan kita, keutamaan dari "memberi dari kekurangan"?

Harikus
21

CATATAN ROMO CHR SUTRASNO PURWANTO


2012
From: Sutrasno Purwanto <gmaklaten@yahoo.co.id>
Sender: unio-kas@yahoogroups.com
Date: Sat, 10 Nov 2012 06:39:26 +0800 (SGT)
To: unio-kas@yahoogroups.com<unio-kas@yahoogroups.com>
ReplyTo: unio-kas@yahoogroups.com
Subject: [unio-kas] Gagasan Homili Minggu XXXII:: Antara
penampilan dan kualitas pribadi
Para Romo,
saya postingkan gagasan homili untuk Minggu XXXII B untuk
melengkapi ilustrasi yang dikirimkan oleh Rm. Willem. Maturnuwun
Rm. Willem untuk illustrasi yang sangat menyentuh dan inspiratif.
Mendalam banget! Masih ditunggu postingan dari Rm. Harikustono.
Semoga bermanfaat untuk persiapan homili kita. Untuk Tuhan dan umat
Dalem Gusti harus dan hanya yang terbaik. Berkah Dalem.

Sutrasno - Babarsari

Hari Minggu Biasa XXXII B


1Raj 17:10-16; Ibr. 9:24-28; Mrk 12:38-44
Antara Penampilan dan Kualitas Pribadi
01. Semakin dekat dengan sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya,
konflik antara Yesus dengan ahli Taurat semakin memuncak. Kalau
dalam ayat-ayat sebelumnya (Mrk 12:35-37) yang dikritisi ajaran para
ahli Taurat, maka dalam ay. 38-40 yang direnungkan hari ini yang
dikritisi cara hidup mereka. Ada 6 tindakan mereka yang tidak terpuji:
senang pamer, mencari hormat di pasar, di rumah ibadat dan dalam
perjamuan, menyalahgunakan pelayanan dan kewenangan untuk
kepentingan sendiri (“menelan rumah janda-janda”) dan munafik. Sejak
22

zaman Perjanjian Lama, janda dan anak yatim disadari sebagai


kelompok masyarakat yang lemah dan rentan terhadap penindasan serta
penipuan. Karena itu mereka harus dilindungi dan dibela hak-haknya
(Kel 22:22-23; Yes 1:17.23; 10:2). Karena status janda dalam
masyarakat itu lemah, dengan mudah mereka dijadikan sebagai sapi
perah bila terjerat dalam kasus hukum. Para ahli Taurat meminta
bayaran yang sangat tinggi untuk bantuan hukum yang diberikannya,
sehingga janda itu terpaksa harus menjual harta miliknya, bahkan kalau
perlu rumahnya. Peluang lain yang dipakai para ahli Taurat untuk
mengeksploitasi para janda adalah dengan memanfaatkan ketidaktahuan
mereka dalam bidang hukum serta ketulusan hati mereka untuk
mengabdi kepada Allah dan keinginan untuk menjalankan hukum
dengan sebaiknya. Mereka dibujuk untuk mempersembahkan
persembahan lebih daripada kemampuan mereka dengan dalih sebagai
persembahan untuk Tuhan. Tentu saja generalisasi itu merupakan gaya
retorika karena tidak semua rabbi hipokrit dan menyalahgunakan
kewenangan mereka. Banyak juga ahli Taurat yang baik dan saleh.
Konflik antara Yesus dengan ahli Taurat lebih dalam hal moral dan
religius, ketimbang konflik sosial antara kaya dan miskin karena ahli
Taurat pada umumnya merupakan rakyat jelata yang miskin juga,
kecuali orang-orang Saduki dan imam kepala yang memang cukup
berada.

02. Janda miskin itu mempersembahkan “dua peser, yaitu satu duit” (ay.
42). Terjemahan harafiah berbunyi, “dua lepta, yaitu satu quadrans”.
Lepta adalah coin tembaga, mata uang terkecil yang dipakai di Palestina
pada zaman Yesus, mungkin equivalen dengan Rp. 100,-. Bila dikurs
dalam mata uang Romawi senilai dengan satu quadrans. Persembahan 2
lepta meskipun secara kuantitas sangat kecil namun bagi janda miskin
itu sangat besar maknanya karena merupakan seluruh penghasilan hari
itu, seluruh miliknya. Artinya hari itu janda miskin tersebut rela untuk
23

berpuasa agar dapat mempersembahkan persembahan kepada Allah.


Jumlah persembahan itu tidak hanya menunjukkan kemiskinan yang
ekstrem tetapi juga kemurahan hati yang luar biasa karena mau
memberikan seluruh miliknya, artinya seluruh dirinya. Sisi inilah yang
ditonjolkan Yesus karena “manusia melihat apa yang di depan mata,
tetapi Tuhan melihat hati” (1 Sam 16:7). Janda miskin itu oleh Yesus
dipakai sebagai model seorang murid yang mencintai Allah dengan
segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan
yakni menyerahkan seluruh hidupnya pada penyelenggaraan Tuhan.
Tanpa ragu-ragu di dalam kemiskinan dan keterbatasannya mau
memberikan semua yang ada padanya untuk Tuhan.

03. Mempunyai nama baik, dihormati, dikagumi dan menjadi idola


merupakan kecenderungan hati banyak orang. Karena itu “menjaga
penampilan” demi pencitraan diri merupakan hal yang cukup
menyibukkan agar dimana pun dan kapan pun, bisa tampil menarik di
depan orang lain. Melalui media massa ditawarkan begitu banyak cara
untuk menjaga penampilan agar selalu sehat, awet muda dan menarik.
Apa yang tampak di luar itu dianggap lebih penting ketimbang apa yang
ada di dalam hati. Yang penting kinclong di luar. Seringkali pencitraan
diri terlalu dipaksakan sehingga hanya merupakan tempelan dari luar
dan tidak mencerminkan karakter asli. Orang yang mengutamakan
pencitraan diri dengan kesalehan kosmetis yang palsu demi keuntungan
diri merupakan sikap munafik, hipokrit, pura-pura. Itulah yang
dilakukan oleh ahli Taurat dan dikritisi Yesus. Sikap itu dibandingkan
dengan sikap seorang janda miskin yang tulus, tanpa basa-basi, tanpa
ragu-ragu mempersembahkan seluruh hidupnya kepada Allah.

04. Tidak seorang pun senang dengan kemunafikan apalagi dengan


memakai simbol-simbol keagamaan (pakaian, doa, ibadah, puasa,
sedekah) sebagai topeng untuk menutupi kesombongan, ambisi atau
24

kebutuhan akan pengakuan, dengan mempertontonkan kesalehan palsu


di depan orang. Dengan tegas Yesus mengingatkan bahwa ketulusan
hati di hadapan Tuhan jauh lebih bernilai ketimbang pencitraan di mata
orang lain, "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di
hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu
tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga." (Mat 6:1). Pencitraan
palsu itu merupakan kesia-siaan dan pada gilirannya malah akan
menimbulkan ketidakpercayaan. Dan ketidakpercayaan bisa menjadi
sumber kesulitan dalam hidup seperti yang diingatkan para leluhur kita,
“Akeh tuladha kang dhemen cidra uripe rekasa” (Ojo Lamis).

05. Setiap orang mempunyai kelemahan, sisi gelap yang memalukan


dan ingin disembunyikan agar tidak diketahui oleh orang lain. Karena
tidak bisa bersembunyi selama 24 jam maka di tengah keluarga
kelihatanlah “real self” kita termasuk sisi gelap, kelemahan yang
memalukan itu. Salah satu bentuk kemunafikan ialah bila kita jatuh
dalam kebiasaan “menjadi santo/santa di depan orang lain tetapi
menjadi setan di rumah”. Bisa bertindak sabar, ramah, halus dan sopan
di depan orang lain tetapi di rumah kasar, pemarah, tidak sopan dan
sewenang-wenang. Bisa bersikap murah hati kepada teman-temannya
tetapi pada keluarga pelitnya bukan main.

06. Bentuk kemunafikan yang lain adalah penggunaan “double


standard”. Standard yang kita terapkan untuk orang lain berbeda
dengan standard yang dipakai untuk diri sendiri. Kita berharap orang
lain itu (isteri, suami, anak-anak, sahabat) bisa memahami, mendukung,
menghargai kita tetapi kita tidak mempunyai hati terhadap mereka. Kita
dengan kasar dan tajam mengkritik kelemahan dan kekurangan orang
lain yang sebenarnya kita lakukan juga. Gajah diblangkoni. Sebelum
menilai orang lain kiranya lebih bijaksana bila dengan jujur melihat diri
sendiri dan dengan rendah hati mohon kepada Tuhan agar mengubah
25

hati kita menjadi lebih sederhana, tidak berbelit-belit, tidak sembunyi-


sembunyi. Tuhan jadikanlah hatiku seperti hati-Mu. Berkah Dalem.

(Rm. Ch. Sutrasno Purwanto pr)

Anda mungkin juga menyukai