Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rini Susilawati

Nim : 40400121042

Kelas : 1 AP2

Tugas

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tauhid sebagai fundamen dasar.

Jawab : Pemikiran bahwa Tauhîd sebagai konsep yang berisikan nilai-nilai fundamental yang harus
dijadikan paradigma sains Islam merupakan kebutuhan teologis filosofis. Sebab tauhid sebagai
pandangan dunia Islam menjadi dasar atau fundamen bangunan Islam. Oleh karena itu, sains dan
teknologi harus dibangun di atas landasan yang benar dari pandangan dunia tauhid. sebagai basis
praksis-operasional.Hubungan tauhid dengan sains dan teknologi secara garis besar dapat dilihat
berdasarkan tinjauan ideology tauhid yang mendasari hubungan keduanya, ada tiga paradigma.
Paradigma sekuler. paradigma sosialis, Paradigma Islam, yaitu paradigma yang memandang bahwa
agama adalah dasar dan pengatur kehidupan.

2. Jelaskan yang dimaksud kesatuan akidah.

Jawab : Inilah yang merupakan pengertian pokok dalam keimanan, yakni aqidah dan untuk
menjelaskannya lagi Allah Taala menurunkan kitab-kitab suciNya, mengutuskan semua Rasulnya dan
dijadikan sebagai wasiatNya baik untuk golongan awwalin (orang-orang dahulu) dan golongan akhirin
(orang-orang kemudian).

Aqidah merupakan kesatuan yang tidak akan berubah-ubah kerana pergantian zaman atau tempat tidak
pula berganti-ganti kerana perbezaan golongan atau masyarakat.

3. Jelaskan konsep kesatuan akidah sejak Nabi Adam AS sampai Nabi Muhammad saw.

Jawab : Manusia, sejak masa azali, telah dimintai kesaksiannya tentang siapa Tuhan mereka. Ketika nabi
adam a.s diturunkan kedunia, beliau membawa serta akidah ketauhidan itu. Akidah tauhid ini beliau
ajarkan kepada anak cucunya sampai turun temurun. Ketika nabi adam wafat, diantara cucu-cucu beliau
terdapat beberapa orang yang menyimpang dari akidah ini karena godaan syaitan. Dari penyimpanan
akidah inilah kelak lahir kepercayaan-kepercayaan yang sesat dan menyimpang dari agama yang benar.
Jumlah mereka yang tersesat itu dari hari kehari semakin bertambah, sedangkang akidahnya pun
semakin jauh dari sumbernya yang asli. Untuk mengembalikan akidah yang sesat itu, Allah mengutus
seorang rasul yang dipilihnya dari kalangan anak cucu adam dengan membawa akidah tauhid pula. Rasul
baru ini lalu menyampaikan ajaran untuk masuk kembali kedalam agama(islam) yang dulu dibawa oleh
nabi Adam. Umat manusia pun, yang waktu itu jumlahnya belum begitu banyak, sebagian kembali
kepada akidah tauhidnya. Namun adapula yang tetap berpegang pada akidahnya yang telah sesat itu.
Ibarat domba-domba, saat mereka diawasi dan diasuh oleh pengalamnnya, mereka tenang dan tertib.
Namun, begitu penggembalanya pergi,serta merta, domba-domba itu pun berpencaran, dan tidak
jarang menjadi tersesat dan hilang. Begitulah, pada saat rasul sesudah nabi adam itu dipanggil
menghadap Allah untuk selamanya, sebagian dari ummatnya ada yang menyimpang dari akidah yang
diajarkannya. Sementara itu, jumlah manusia pun terus bertambah dari waktu kewaktu. Pada saat
kesesatan itu sudah demikian nyata, Allah mengutus lagi seorang rasul untuk mengembalikan anak cucu
adam itu pada akidahnya yang benar. Bila sudah demikian, Allah pun mengutus pula seorang rasul
dengan membawa ajaran yang sama, akidah ketauhidan. Begitulah seterusnya, nabi dan rasul silih
berganti datang dan pergi, nabi Adam wafat, tampil nabi Idris, nabi Idris wafat, datang nabi Nuh, nabi
Nuh wafat, diutus pula nabi Shalih dan seterusnya bersambung panjang membentuk garis vertikal dari
nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad SAW. Adapun anak cucu adam yang menyimpang
dari akidah yang benar, membentuk cabang dan ranting-ranting yang terus berkembang menjadi beribu-
ribu agama dan kepercayaan yang sesat

Tidak semua rasul yang diutus Allah itu mendapat sambutan yang baik dari ummatnya. Hampir
seluruhnya mendapat tantang dari ummatnya, dan bahkan adapula yang diusir dari negerinya, disiksa,
dan dibunuh. Sekalipun demikian, selalu ada pengikutnya yang melanjutkan ajaran para rasul itu.

Dengan demikian, hakikatnya akidah tauhid merupakan akidah yang satu yang merentang panjang dari
Adam hingga nabi Muhammad, itulah yang dimaksud dengan kesatuan akidah dalam sejarah ummat
manusia ini. Adapun ajaran-ajaran agama yang tidak mencerminkan ketauhidan, hanyalah merupakan
penyimpangan dari akidah ketauhidan yang satu itu. Adanya kepercayaan terhadap zat yang maha tinggi
dikalangan berbagai bangsa primitif seperti yang selama ini dibuktikan oleh para ahli,selain menjadi
bukti bahwa beragama itu merupakan naluri manusia sekaligus bisa dinyatakan sebagai sisa-sisa akidah
tauhid yang dibawa oleh para nabi terdahulu serta membantah kebenaran teori evolusi dalam
kepercayaan ummat manusia. Kalaupun ada yang bisa disebut evolusi hal itu terdapat pada peningkatan
dan penyempurnaan syariat yang ditetepakan Allah utnuk mengatur kehidupan mansuia. Syariat itu
dimaksudkan untuk mengatur kehidupan manusia, sedangkan kehidupan it uterus berkembang dari
waktu kewaktu maka syariat yang ditetapkan oleh Allah terlihat mengalami peningkatan dan
penyempurnaan, pada masa nabi Adam, ketika jumlah manusia masih bisa dihitung dengan jari, syariat
Allah membenarkan pernikahan antara saudara kandung sendiri. Akan tetapi, pada saat manusia sudah
berkembang menjadi ummat yang besar syariat Allah yang berkaitan hal ini kemudia disempurnakan.
Demikian pula syariat yang berkenaan dengan aspek kehidupan lain yang mencapai puncak
kesempurnaannya pada saat kerasulan nabi Muhammad SAW. Itulah makna firman Allah SWT dalam
surah Al-Baqarah Ayat 213 yang artinya “ manusia itu adalah ummat yang satu (setelah timbul
perselisihan) maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan,
dan Allah menurunkan bersama meerka kitab dengan benar untuk member keputusan diantara manusia
tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang kitab itu, melainkan orang yang
telah didatangkan kepada mereka kitab,yaitu setelahg datang kepada mereka keterangan-keterangan
yang nyata, karena dengki anatra mereka sendiri. Maka Allah member petunjuk orang-orang yang
beriman kepada kebenaran tentang hal-hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendaknya. Alllah
selalu memberi petunjuk orang yang dikehendakinya kepada jalan yang lurus”

Telah disebutkan di muka bahwa para rasul diutus oleh Allah untuk memurnikan akidah umat manusia.
Ajaran akidah yang mereka bawa bisa dibilang ringan dan mudah. Di samping itu, ajaran-ajaran yang
mereka bawa itu mudah dimengerti, dipahami, dan diterima dengan akal sehat, Para rasul tersebut
menyuruh umatnya mengarahkan pandangannya untuk memikirkan tanda-tanda kekuasaan Tuhan.

Seperti rasul-rasul terdahulu, Nabi Muhammad SAW. Pun menanamkan akidah itu dalam hati dan
jiwa umatnya. Beliau menyuruh umatnya agar pandangan dan pemikiran mereka diarahkan dan
ditujukan kejurusan ini. Akal mereka digerakkan dan fitrah mereka dibangunkan sambil mengusahakan
penanaman akidah itu dengan memberikan didikan, lalu disuburkan dan dikokohkan, sehingga dapat
mencapai puncak kebahagiaan yang dicita-citakan.

Rasulullah SAW. Dapat mengubah umatnya yang semula menyembah berhala dan patung,
melakukan syirik dan kufur, menjadi umat yang berakidah tauhid, mengesakan Tuhan seru sekalian
alam. Hati mereka dipompa dengan keimanan dan keyakinan. Beliau dapat pula membentuk sahabat-
sahabatnya menjadi pemimpin yang harus diikuti dalam hal perbaikan akhlak dan budi bahkan menjadi
pembimbing kebaikan dan keutamaan. Lebih dari itu lagi, beliau telah membentuk generasi dari
umatnya sebagai suatu bangsa yang menjadi mulia dengan sebab adanya keimanan dalam dada
mereka , berpegang teguh pada hak dan kebenaran. Pada saat itu umat yang berada dibawah
pimpinannya, bagaikan matahari dunia, dan mengajak kesejahteraan dan keselamatan pada seluruh
umat manusia

Anda mungkin juga menyukai