Praktik Kerja Profesi Apoteker ini dilaksanakan di Apotek Kimia Farma DI Panjaitan,
yang bertempat di Jalan DI Panjaitan No. 46 Kota Kendari Sulawesi Tenggara. Kegiatan
tersebut dimulai pada tanggal 6 Juli hingga tanggal 1 Agustus 2020.
Pengelolaan apotek meliputi pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.
Sediaan farmasi meliputi obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika, sedangkan
perbekalan kesehatan meliputi semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
Pengelolaan Apotek dapat dibagi menjadi menjadi dua, yaitu pengelolaan teknis
kefarmasian dan pengelolaan non teknis kefarmasian. Di Apotek Kima Farma DI Panjaitan,
untuk proses pengelolaan teknis kefarmasiannya meliputi perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pengendalian, pemusnahan, pencatatan dan pelaporan baik
terhadap obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat tradisional, kosmetika, narkotika,
psikotropika dan prekursor farmasi. Serta dilakukan peracikan, pengubahan bentuk, dan
penyerahan obat dengan pemberian informasi mengenai khasiat, cara penggunaan obat, lama
pemakaian obat dan efek samping obat. Selain itu, selain menyediakan sediaan farmasi,
Apotek Kimia Farma DI Panjaitan, juga menyediakan berbagai produk makanan, minuman
serta suplemen kesehatan yang juga memerlukan pengelolaan. Pengelolaan apotek dilakukan
oleh Apoteker Pengelola Apotek Kimia Farma Imam Bonjol yaitu Ishmatul Aulaa S.Farm.,
Apt dengan dibantu oleh beberapa staff lainnya. Sedangkan untuk pengelolaan non teknis
kefarmasian meliputi kegiatan administrasi, personalia, perpajakan dan evaluasi apotek.
f. Pengendalian
Sistem pengendalian di apotek KF Imam Bonjol yaitu melakukan uji petik, yaitu
merupakan sutu metode pemantaun barang dengan melakukan penyesuaian jumlah stok fisik
dengan jumlah stok yang ada di komputer, biasanya dilakukan setiap hari. Serta melakukan
stok opname yang dilakukan setiap 1 bulan sekali. Stok opname merupakan kegiatan
pemeriksaan terhadap persediaan barang sebagai salah satu bentuk pengawasan apotek yang
dilakukan untuk mengetahui kesesuain jumlah barang yang tersedia secara fisik dengan
jumalah yang ada di sistem komputer.
Tujuannya dari stok opname untuk mengetahui jumlah fisik barang yang ada di rak
obat dan kesesuaiannya dengan data komputer, sehingga jika terjadi kehilangan dapat
dideteksi lebih awal serta mengatahui adanya kelebihan, kekurangan, kekosongan barang.
Mengetahui dan mendata barang-barang yang sudah kadaluarsa atau telah mendekati waktu
kadaluarsanya, barang-barang yang telah kadaluarsa dipisahkan dan dibuat laporannya secara
tersendiri. Mengetahui barang-barang yang slow moving dan fast moving sebagai acuan untuk
perencanaan pengadaan yang lebih baik.
g. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan bertujuan untuk mempermudah pengawasan terhadap persediaan obat dan
kebutuhan masing-masing obat, serta mengawasi arus barang agar penyalurannya mengikuti
aturan FIFO (first in first out) dan FEFO (first Expired first out) sehingga mengurangi resiko
obat-obat kadaluwarsa. Berikut beberapa kegiatan pencatatan dan pelaporan yang dilakukan
di apotek Kimia Farma Imam Bonjol :
1. Pencatatan Defekta
Pencatatan di buku defekta berisi nama barang yang habis atau hampir habis selama
pelayanan atau barang-barang yang stoknya jumlahnya kurang karena barang tersebut
diperkirakan akan cepat terjual, sehingga harus segera dipesan agar dapat tersedia secepatnya
sebelum stok barang tersebut habis.
2. Pencatatan Stok Barang Menggunakan KIS (Kimia Farma Information System)
Pada umumnya pencatatan stok barang dilakukan dengan mengisi kartu stok yang
tersedia pada setiap rak obat, pada saat terjadi penambahan atau pengurangan jumlah obat
serta jumlah sisa obat yang tersedia. Tetapi di Apotek Kimia Farma sekarang menggunakan
sistem komputer yang disebut KIS (Kimia Farma Information System). Dimana setiap
terjadinya transaksi penjualan dan penerimaan barang diinput kedalam komputer, maka
secara otomatis setiap item obat stoknya berkurang atau bertambah
3. Pencatatan Penerimaan Barang
Pencatatan penerimaan barang dilakukan jika barang datang dari BM dengan
membawa berkas droping selanjutnya dilakukan pendataan barang dengan cara memasukkan
data barang ke sistem komputer atau KIS meliputi nama, jumlah dan harga barang yang
diterima. Sedangkan Untuk barang yang dipesan langsung oleh pihak apotek ke PBF seperti
obat-obat narkotika dan psikotropika, faktur diterima langsung oleh Apoteker Pengelola
Apotek, setelah dilakukan pendataan, kemudian dicetak bukti penerimaan barang tersebut
sebanyak 2 rangkap, 1 rangkap dilampirkan bersama faktur sebagai arsip apotek dan 1
rangkap lainnya dilampirkan bersama faktur dan diserahkan ke BM untuk keperluan
pembayaran barang tersebut ke PBF yang menyalurkan.
Sedangkan untuk pelaporan narkotika dan psikotropika apotek berkewajiban
mengirimkan laporan narkotika dan psikotropika setiap bulan kepada Kementrian Kesehatan
melalui sistem online yang disebut SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika) .
Dalam laporan tersebut diuraikan mengenai pembelian/pemasukan dan
penjualan/pengeluaran narkotika dan psikotropika, yang wajib melaporkannya adalah
Apoteker Pengelola Apotek.
4.3. Administratif
Kegiatan nonteknis kefarmasian yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma Imam
Bonjol adalah berupa pengelolaan administrasi yang meliputi administrasi pelayanan,
administrasi umum, administrasi barang dan administrasi personalia (SDM). Administrasi
Pelayanan, administrasi ini berupa pengarsipan resep yaitu berupa pencatatan data pasien
dan obat yang digunkan pasien terutama untuk pelayanan obat narkotika, psikotropika dan
prekursor, pembuatan kwitans dan salinan resep. Pada administrasi keuangan terdapat
kegiatan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang
a) Penerimaan Uang dari Penjualan Tunai
Penerimaan uang ini berasal dari penjualan tunai seperti obat dengan resep dokter dan
tanpa resep dokter, penjualan alat kesehatan serta barang swalayan farmasi. Hasil penjualan
tersebut akan disetorkan ke bagian administrasi keuangan BM Pusat yang ada di Jakarta
dengan mentransfer ke bank yang ditunjuk, disertai dengan buku setoran kasir apotek.
Penyetoran uang dilakukan setiap hari dan diperiksa kesesuaiannya dengan barang yang
terjual melalui Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH), kemudian ditandatangani oleh
Apoteker Pengelola Apotek (APA). Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH) adalah
laporan yang dibuat pada akhrir transaksi yang dilakukan setiap hari. Laporan tersebut berisi
rincian penerimaan uang di apotek yang berasal dari penjualan obat dengan resep dokter atau
tanpa resep dokter dan perbekalan kesehatan lainnya yang selanjutnya dilaporkan ke unit
Bisnis Manager Samarinda.
b) Penyimpanan Uang
Penyimpanan uang di Apotek KF Imam Bonjol dari hasil penjualan obat dengan resep
dokter atau tanpa resep dokter, alat kesehatan dan barang swalayan lainnya, akan disimpan
terlebih dahulu dibrangkas yang selanjutnya ketika pergantian hari uang tersebut akan
transfer ke BM pusat yaitu melalui bank yang ditunjuk oleh BM, dalam hal ini yaitu Bank
Mandiri.
c) Pengeluaran Uang
Pengeluaran uang di Apotek Kimia Farma imam bonjol meliputi biaya-biaya
operasional, seperti pembayaran rekening listrik, air, telepon, TV kabel dan biaya untuk
pembelian alat tulis kantor. Pembayaran biaya-biaya operasional dilakukan dengan
menggunakan uang kas apotek, kemudian setelah dilakukan pelaporan kepada Bisnis
Manager, maka uang tersebut akan diganti kembali sehingga jumlahnya tetap. Sedangkan
pengeluaran untuk pembayaran hutang dagang dan gaji karyawan dilakukan oleh Bisnis
Manager (BM).
1) Administrasi Barang
Kegiatan meliputi pembuatan dan pengarsipan dokumen pembelian (faktur atau
droping), Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA), Surat Pesana (terutama narkotika dan
psikotropika) dan laporan stok opname
2) Administrasi Sumber Daya Manusia
Administrasi Sumber Daya Manusia meliputi kegiatan tata tertib pegawai, pengaturan
jadwal kerja, absensi, lembur pegawai, kenaikan gaji dan pangkat para karyawan dan lain-
lain. Kegiatan administrasi umum dan personalia ini terdapat di Bisnis Manager (BM).
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker yang dilaksanakan di
Apotek Kimia Farma Imam Bonjol, maka penulis dapat membuat kesimpulan beberapa hal,
yaitu:
a. Apoteker Pengelola Apotek (APA) memiliki peran yang penting dalam pengelolaan
apotek, baik dalam fungsi manajerial maupun sebagai tenaga kesehatan yang
menjalankan fungsi profesi. Dalam bidang manajerial, APA berperan dalam menentukan
kebijakan pengelolaan apotek serta melaksanakan fungssi pengawasan dan pengendalian
terhadap semua komponen yang ada di apotek. Di samping itu, APA juga melaksanakan
fungsi sebagai seorang apoteker dengan menjamin penggunaan obat yang efektif, aman
dan rasional melalui pelayanan informasi obat.
b. Pengelolaan perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma Imam Bonjol sudah sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 Tahun 2016 yang meliputi serangkaian
kegiatan yang berkesinambungan yaitu perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pemusnahan, pencatatan dan pelaporan. Perencanaan dilakukan
menggunakan analisis Pareto yang berisi daftar barang yang terjual yang memberikan
kontribusi terhadap omset, disusun berurutan berdasarkan nilai jual dari yang tertinggi
sampai yang terendah, dan disertai jumlah dan kuantitas barang yang terjual; pengadaan
barang dilakukan berdasarkan perencanaan berupa data pola konsumsi maupun analisis
pareto; pemesanan dilakukan melalui Bisnis Manajer (BM) Unit Samarinda yang terletak
di jalan abul hasan samarinda tetapi untuk pemesanan narkotika dan psikotropika, surat
pesanan harus dibuat langsung oleh apotek yang bersangkutan (tidak melalui BM);
penerimaan dilakukan dengan mengecek kesesuaian barang yang datang dengan faktur
dan SP, selanjutnya dilakukan pencatatan secara manual dengan menambahkan
persediaan ke dalam kartu stok dan di-entry ke komputer; penyimpanan obat diurutkan
berdasarkan alfabetis, kestabilan, generik dan non generik, antibiotik, obat fast moving
dan bentuk sediaannya sedangkan untuk penyimpanan narkotika dan psikotropika
ditempatkan di dalam lemari khusus dan tertutup; pemusnahan untuk obat kadaluarsa
atau rusak dilakukan tiap akhir tahun; pencatatan dilakukan pada setiap proses
pengelolaan sediaan farmasi meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan
(kartu stock), penyerahan (nota atau struk penjualan), dan pencatatan lainnya disesuaikan
dengan kebutuhan; sedangkan untuk pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan
eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan
manajemen apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Sedangkan
pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi pelaporan narkotika,
psikotropika dan pelaporan lainnya.
c. Pelayanan kefarmasian yang dilakukan seorang apoteker di apotek harus sesuai dengan
standar pelayanan kefarmasian di apotek yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 35 Tahun 2014. Pelayanan kefarmasianyang dilakukan di Apotek
Kimia Farma Imam Bonjol yaitu pelayanan obat dengan resep dokter, pelayanan obat
non resep (UPDS), dan pelayanan swalayan farmasi.
5.2. Saran
Berdasarkan pengamatan selama Prakiek Kerja Profesi Apoteker yang dilaksanaan di
Apotek Kimia Farma Imam Bonjol, saran yang diberikan adalah:
a. Sebaiknya di Apotek Kimia Farma Imam Bonjol diadakan konseling untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian dan diberikan ruangan khusus konseling
untuk Apoteker dan pasien yang dilengkapai dengan meja dan kursi serta lemari untuk
menyimpan catatan medikasi pasien, sehingga dengan leluasa dapat memberikan
informasi dan edukasi kepada pasien.
b. Perlu adanya tambahan Apoteker Pendamping terutama pada shift malam hari, agar
seluruh pasien yang menebus obat dan memerlukan informasi mengenai terapi yang
dijalaninnya dapat terlayani.
c. Sebaiknya petugas peracikan obat dihimbau untuk mengenakan alat pelindung diri
(masker) dan mencuci tangan terlebih dahulu ketika akan melaksanakan tugasnya yang
bertujuan untuk menjaga higenitas sediaan obat dan untuk meningkatkan keselamatan
kerja pagawai apotek.
d. Diperlukannya ruang peracikan yang cukup luas agar pelaksannan peracikan lebih
mudah dan lebih cepat, kerena jika pada waktu yang bersamaan terdapat dua atau tiga
resep racikan, dikhawatirkan terjadinya penundaan peracikan.
e. Untuk mempermudah pelayanan bagi pembeli atau pasien dan mengefisiankan waktu
pelayanan, maka perlu dilakukan penulisan atau penandaan harga di gondola pada
produk farmasi maupun non farmasi, sehingga pasien sudah tahu harga produk yang
akan dibeli. Berdasarkan pengamatan, sebagain besar pasien selalu menanyakan harga
produk tersebut sebelum membeli sedangkan daftar harga produk tersebut hanya ada di
computer yang hanya boleh dilihat oleh pegawai apotek.
f. Sebaiknya diruang tunggu disediakan papan pelayanan informasi yang berguna bagi
konsumen untuk mengetahui informasi mengenai sediaan obat, cara penggunaan obat
dan berita terbaru mengenai obat-obatan sekaligus menjadi daya tarik tersendiri bagi
apotek.