Anda di halaman 1dari 6

TEORI-TEORI BERBICARA DAN TEORI-TEORI

PEMBELAJARAN BERBICARA

Tugas Individu dalam Mata Kuliah Kemahiran Berbahasa Produktif:

Teori dan Pengajaran diampu oleh Dr. Sisilya Saman, M.Pd.

pada Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

oleh

Istiana

F2161191022

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2020
A. Teori-teori Berbicara

Berbicara adalah “berkata, bercakap, berbahasa, melahirkan pendapat

(dengan perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding (dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia 2008:196). Penafsiran berbicara diperjelas oleh Suhendar

(1992:20) yang menyatakan, bahwa “Berbicara adalah proses perubahan wujud

pikiran atau perasaan menjadi wujud ujaran. Ujaran yang dimaksud adalah bunyi-

bunyi bahasa yang bermakna. Pengertian berbicara juga disampaikan oleh

Rofi’uddin (1998:13) yang mengatakan, bahwa “Berbicara merupakan

keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk

mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan

perasaan secara lisan.”

Pendapat mengenai pengertian berbicara ikut disampaikan oleh Rahman

dkk., (2019:55) mengemukakan, bahwa “Berbicara merupakan keterampilan yang

dibutuhkan setiap individu karena melalui berbicara setiap individu dapat

mengomunikasikan apa yang dikehendaki.” Teori berbicara juga disampaikan

Suhartono (2005:20) menyatakan, bahwa “Berbicara adalah kemampuan

mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,

menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.” Hal ini sejalan

dengan pendapat Tarigan (2008:16) yang menyatakan berbicara ialah

Kemampuan mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk


mengekspresikan, menyatakan, atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat dikatakan bahwa
berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar
(audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan
jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan dan gagasan-gagasan
atau ide-ide yang dikombinasikan.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa berbicara

merupakan kegiatan penyampaian ide, gagasan, dan perasaan seseorang dengan

menggunakan bahasa lisan. Berbicara merupakan satu di antara aspek

keterampilan berbahasa. Pernanan berbicara sangat penting, karena membantu

manusia dalam berkomunikasi sehari-hari. Berbicara dapat melatih keterampilan

seseorang dalam berpikir dan menganalisis informasi yang diterima.

B. Teori-teori Pembelajaran Berbicara

Mulyasa (2008:98) berpendapat bahwa “Pembelajaran pada hakikatnya

adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi

perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.” Rahman dkk., (2019:65)

menyatakan, bahwa “Pembelajaran berbicara akan berjalan sesuai dengan

harapan, jika semua pihak terutama guru memahami prinsip keterampilan

berbicara yang benar.” Prinsip-prinsip dalam dalam pembelajaran berbicara ada

enam. Pertama, dalam pembelajaran berbicara berhubungan dengan perencanaan

guru. Kedua, motivasi yang diberikan dalm proses pembelajaran. Ketiga,

berhubungan dengan pengembangan penggunaan bahasa yang otentik. Keempat,

pemberian penguatan bagi peserta didik. Kelima, memberi kesempatan kepada

peserta didik untuk praktik berbicara dan yang terakhir atau prinsip keenam yakni

pemilihan strategi pembelajaran yang dapat menstimulus peserta didik Abidin

(dalam Rahman dkk., 2019:65 – 66).

Pembelajaran berbicara merupakan proses yang berkelanjutan. Peserta didik

di sekolah dasar diajarkan proses berbicara. Peserta didik diajarkan cara


menyampaikan informasi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Sementara itu, di kelas empat sampai kelas enam, aspek berbicara peserta didik

sudah lebih tinggi. Peserta didk dapat belajar secara resmi di depan umum sebagai

bentuk komunikasi dengan masyarakat. Aktivitas berbicara resmi di antaranya

berpidato, membaca berita atau menyimulasikan teks percakapan sehari-hari

maupun drama Yuliana (dalam Rahman dkk., 2019:56). Melatih peserta didik

berbicara, berarti memberi waktu bagi mereka untuk menggunakan bahasa yang

dipelajari (Riddel, 2003:121). Dunar (2015:9) menyatakan, bahwa “Kemampuan

berbicara sangatlah penting untuk menunjang aktivitas sehari-hari.”

Secara umum, tahap-tahap pembelajaran berbicara terdiri dari tahap

perencanaan, berbicara, dan evaluasi. Tahap perencanaan dimulai dari

menentukan tujuan kemudian menentukan tema dan mengumpulkan bahan yang

sesuai, langkah berikutnya membuat kerangka dan sebagai tahap akhir perencaan

yakni berlatih secara tarsus menerus. Tahap berbicara, pada tahap ini peserta didik

berkesempatan tampil menyajikan isi pembicaraan baik secara individu maupun

berkelompok di hadapan teman satu kelas secara bergantian.

Tahap evaluasi, merupakan tahap yang bukan inti dalam rangkaian praktik

berbicara, tetapi memiliki peranan penting. Setiap peserta didik tampil sebagai

pembelajar yang sedang berlatih untuk menjadi pembicara yang handal. Guru

perlu memberikan penguatan positif berupa pujian, tepuk tangan, atau hadiah

(Rahman dkk., 2019:68 – 71).

Beberapa hal yang harus ada dalam kegiatan pembelajaran berbicara antara

lain: (1) harus ada lawan bicara, (2) penguasaan lafal, struktur, dan kosa kata, (3)
ada tema atau topik yang dibicarakan, (4) ada informasi yang ingin disampaikan

atau sebaliknya ditanyakan, dan (5) memperhatikan situasi dan konteks (Mudini

dan Purba, 2009:19). Pada dasarnya, pembelajaran berbicara harus berorientasi

pada aspek penggunaan bahasa, bukan pada aturan pemakaiannya. Berdasarkan

hal tersebut, pembelajaran berbicara di kelas semestinya diarahkan untuk

membuat dan mendorong peserta didik mampu mengemukakan pendapat,

bercerita, melakukan wawancara, berdiskusi, tanya jawab, atau berpidato

(Rahman dkk., 2019:72).

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, disimpulkan bahwa pembelajaran

berbicara harus dilakukan sebagai upaya meningkatkan keterampilan berbicara.

Berbicara merupakan sarana untuk untuk menyampaikan pesan kepada pihak

pendengar. Jadi, dengan meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik dapat

menyampaikan infomasi yang jelas dan mudah dipahami pendengar. Guru

berperan besar dalam melatih keterampilan berbicara peserta didik, selain itu guru

juga harus memahami prinsip-prinsip dalam pembelajaran berbicara.

DAFTAR PUSTAKA

Dunar, Hilbram. 2015. My Public Speaking. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). 2008. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional.
Mudini dan Salamat Purba. 2009. Pembelajaran Berbicara. Jakarta Depdiknas:
PPPTK Bahasa.
Mulyasa, E. 2008. Kurikulum Berbasis Kompetensi Sebuah Panduan Praktis.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rahman, dkk.. 2019. Menyimak & Berbicara Teori dan Praktik. Jatinangor:
Alqaprint Jatinangor.
Riddel, D. 2003. Teaching English as a Foreign Language. London: Hodder &
Stoughton Ltd.
Rofi’uddin, dkk.. 1988. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi.
Depdikbud.
Suhartono. 2005. Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.
Suhendar, M.E. 1992. Sari Mata Kuliah MKDU Bahasa Indonesia I. Bandung:
Pioner Jaya.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai