Narasumber : Setri Yasra, SE.,M.Ikom (Pimpinan Redaksi Tempo.co) Hasil : Pada kelas 2 sd, ayah yang menjadi tulang punggung keluarga meninggal. Kelas 4 sd pindah ke Jakarta, menumpang dengan keluarga. Sekolah tidak selalu berprestasi. Termasuk anak yang nakal. Tawuran dan ditangkap polisi adalah rutinitas pak Setri pada saat itu. Tapi pada saat akan lulus SMA pak Setri dihadap pada pilihan kuliah di universitas negeri dan dibiayai tetapi diluar jawa atau kuliah di universitas swasta di jawa tapi sambil bekerja oleh kakaknya. Dengan kerja keras akhirnya pak Setri diterima di universitas riau. Saat kuliah lah menjadi titik perubahan pak Setri, ia berkonsentrasi pada kuliahnya hingga lulus ia hanya terfokus untuk dapat bekerja pada bidangnya yaitu ekonomi. Kembali ke Jakarta, sempat menganggur 1 tahun, sempat ingin jadi sopir taksi tapi batal, hingga ada lowongan pekerjaan di majalah tempo. Dengan keyakinan tanpa ada latar belakang di bidang jurnalistik pak Setri mendaftar dan akhirnya bekerja di tempo.co. Dengan ketiadaannya latar belakang jurnalistik pak Setri terus belajar dibidang itu. Awalnya pak Setri menjadi satu-satunya reporter yang alumni dari luar jawa. Tetapi dengan prinsip “sejarah hanya dimiliki pekerja keras”, pak Setri meniti karirnya hingga menjadi redaktur ekonomi. Karir mulai berubah. Ketika ada niat, pasti bisa. Sekarang pak Setri menjadi Pimpinan Redaksi Tempo.co. Itu adalah sebuah pencapaian. Sempat bermimpi namun ragu. Rangkai mimpi dan cita-cita. Harus bersyukur karena sudah menjadi mahasiswa UNRI, namun jangan terlalu lama. Karna ini ibarat perjalanan baru. Rumusnya: cepat dan sangat cepat / gas dan gas pol. Perang sesunguhnya adalah setelah lulus sarjana untuk merebut pekerjaan. Lihatlah kondisi lapangan dan temukan pola yang sesuai. Teknologi sekarang membantu sekaligus merusak pemikiran kita. Tantangan yang harus dihadapi adalah bagaimana kita meningkatkan skill dan kualitas diri. Fokus kuliah tepat waktu dan meningkatkan kualitas. Membuktikan bahwa kita lulusan terbaik.