Anda di halaman 1dari 2

Nama : I Komang Deni Putra Aryawan

NIM : 2104020192
Prodi : Perencanaan Wilayah dan Kota
Matkul : Pembiayaan Pembangunan

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan penerimaan yang didapatkan dari hasil wilayah
nya yang dipungut berdasarkan Undang – Undang. Berikut merupakan sumber-sumber
Pendapatan Asli Daerah sebagai salah satu pembiayaan pembangunan :
a. Pendapatan Pajak Daerah
- Pajak Provinsi
- Pajak Kabupaten dan Kota
b. Pendapatan Retribusi Daerah
- Retribusi Jasa Umum
- Retribusi Jasa Usaha
- Retribusi Perizinan
c. Lain-lain PAD yang sah
- Penerimaan Jasa Giro
d. Pendapatan dari Pengembalian

2. Retribusi dan Pajak tentu saja memiliki tujuan yang berbeda. Perbedaan dari prinsip retribusi
dengan pajak adalah kalau retribusi suatu pungutan sebagai pembayaran atas jasa atau
pemenberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah
untuk kepentingan pribadi atau badan, seperti contoh pelayanan parkir dan sebagainya.
Sedangkan Pajak merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau Badan
kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah bertujuan untuk meningkatkan
perekonomian negara serta menaikkan kesejahteraan masyarakat.

3. Adapun sumber-sumber pendapatan pemerintah dari SDA hutan sebagai berikut :


a. Iuran izin usaha pemanfaatan hutan
- Pungutan yang dikenakan kepada pemegang izin usaha pemanfaatan hutan atas suatu
kawasan hutan tertentu, yang dilakukan sekali pada saat izin diterbitkan.
b. Provinsi sumber daya hutan (PSDH)
- Pungutan yang dikenakan sebagai pengganti nilai intrinsik dari hasil hutan yang
dipungut dari hutan negara. Hutan Negara adalah hutan yang berada pada tanah yang
tidak dibebani hak atas tanah.
c. Dana Reboisasi (DR)
- Dana yang dipungut dari pemegang izin usaha pemanfaatan hasil hutan dari hutan
alam yang berupa kayu dalam rangka reboisasi dan rehabilitasi hutan. Dana tersebut
hanya dapat digunakan untuk kegiatan reboisasi dan rehabilitasi saja dalam pasal 35
ayat (1) UU Kehutanan

4. DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dibagihasilkan kepada Daerah
berdasarkan angka persentase tertentu. Pengaturan DBH dalam Undang-Undang ini
merupakan penyelarasan dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2000. Dalam Undang- Undang ini dimuat pengaturan mengenai Bagi Hasil
penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
dan PPh Pasal 21 serta sektor pertambangan panas bumi sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi. Selain itu, dana reboisasi yang
semula termasuk bagian dari DAK, dialihkan menjadi DBH.
DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar-Daerah yang dimaksudkan
untuk mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antar-Daerah melalui penerapan
formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan potensi Daerah. DAU suatu Daerah
ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap) suatu Daerah, yang merupakan selisih
antara kebutuhan Daerah (fiscal need) dan potensi Daerah (fiscal capacity). Dalam Undang-
Undang ini ditegaskan kembali mengenai formula celah fiskal dan penambahan variabel
DAU. Alokasi DAU bagi Daerah yang potensi fiskalnya besar tetapi kebutuhan fiskal kecil
akan memperoleh alokasi DAU relatif kecil. Sebaliknya, Daerah yang potensi fiskalnya kecil,
namun kebutuhan fiskal besar akan memperoleh alokasi DAU relatif besar.
5. Pendapatan Asli Daerah terbesar Provinsi Bali yakni pedapatan dari pariwisata, dampak
positif dengan adanya pariwisata di Bali pendapatan asli daerah menjadi meningkat dari segi
ekonomi ataupun pembangunan daerah Hal ini dibuktikan juga menurut Statistik Daerah
Provinsi Bali 2016 bahwa tingkat pengangguran terbuka di Bali masih di level 1.99 persen,
sangat jauh dari persentase pekerja Bali sebesar 98.01 persen. Lapangan usaha penyedia
akomodasi dan Makanan Minuman merupakan kontributor terbesar ekonomi Bali yang
menyumbang sekitar 22.82 persen lpangan usaha. Adapun dampak negatif dari pariwisata
yaitu seperti saat ini terjadi pandemi Covid-19 pariwisata di Bali lumpuh total butuh waktu
yang lama untuk menumbuhkan pendapatan asli daerah dari pariwisata. Pada 2020, realisasi
pendapatan APBD Bali hanya senilai Rp5,45 triliun atau mencapai 89,38 persen dari pagu
anggaran. Nilai tersebut lebih rendah dari realisasi tahun sebelumnya sebesar Rp6,64 triliun
atau mencapai 102,25 persen dari pagu anggaran pendapatan tahun 2019. Dari sisi
nominal, penurunan terutama terjadi pada komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
tercatat terkontraksi 23,74 persen atau menurun hingga Rp954,97 miliar dibanding
tahun sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai