Arya Adhi Yoga Wikrama Jaya (018.06.0031) - KM&Botulsm - DR - Mayura
Arya Adhi Yoga Wikrama Jaya (018.06.0031) - KM&Botulsm - DR - Mayura
Disusun oleh :
Nim : 018.06.0031
Kelas : A
Blok : DIGESTIVE II
Makanan merupakan hasil dai proses pengolahan suatu bahan pangan yang dapat
diperoleh dari hasil pertanian, perternakan, perikanan ataupun perkebunan. Keracunan
makanan adalah segala gejala yang timbul akibat makanan yang terkontaminasi. Makanan
terkontaminasi dapat mengandung organisme infeksius berupa bakteri, virus, maupun parasit
atau toksin yang dihasilkan oleh organisme tertentu. Keracunan makanan adalah gejala yang
disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang beracun atau terkontaminasi bakteri atau
mikroorganisme. Botulisme adalah penyakit yang menyerang saraf dan disebabkan oleh
bakteri clostridium botulinum yang bisa menyebabkan kematian. Paling sering terjadi pada
bayi. Berikut pembahasan mengenai keracunan makanan dan botulisme.
Isi
a. Keracunan makanan
b. Botulisme
Botulisme adalah kondisi keracunan serius yang disebabkan oleh racun dari
bakteri Clostridium botulinum. Racun yang dihasilkan bakteri ini dikenal sebagai
salah satu racun paling kuat. Oleh karena itu, walaupun tergolong jarang, botulisme
termasuk kondisi serius yang mengancam nyawa. Racun yang dihasilkan bakteri ini
menyerang sistem saraf otak, tulang belakang, dan saraf lainnya, serta dapat
menyebabkan paralisis atau kelumpuhan otot.
Clostridium botulinum berkembang biak melalui pembentukan spora dan
produksi toksin. Toksin tersebut dapat dihancurkan oleh suhu yang tinggi, karena itu
botulisme sangat jarang sekali dijumpai di lingkungan atau masyarakat yang
mempunyai kebiasaan memasak atau merebus sampai matang. Ada 3 jenis utama
botulisme
1. Foodborne Botulisme Disebabkan karena makanan yang mengandung
toksin botulisme.
2. Wound Botulisme Disebabkan toksin dari luka yang terinfeksi oleh
Clostridum Botulinum.
3. Infant Botulisme Disebabkan karena spora dari bakteri botulinum, yang
kemudian berkembang dalam usus dan melepaskan toksin.
Botulisme adalah kondisi keracunan serius yang disebabkan oleh racun dari
bakteri Clostridium botulinum. Racun yang dihasilkan bakteri ini dikenal sebagai
salah satu racun paling kuat. Oleh karena itu, walaupun tergolong jarang, botulisme
termasuk kondisi serius yang mengancam nyawa. Racun yang dihasilkan bakteri ini
menyerang sistem saraf otak, tulang belakang, dan saraf lainnya, serta dapat
menyebabkan paralisis atau kelumpuhan otot.
Botulisme merupakan keracunan akibat memakan makanan dimana
Clostridium botulinum tumbuh dan menghasilkan toksin. Penyebab yang paling
sering adalah makanan dalam kaleng yang bersifat basa, dikemas kedap udara,
diserap, diberi rempah-rempah yang dimakan tanpa dimasak lagi. Dalam makanan ini
spora Clostridium botulinum tumbuh dalam keadaan anaerob, bentuk vegetatif
tumbuh dan menghasilkan toksin.
Toksin bekerja dengan menghambat pelepasan asetilkolin pada sinap dan
hubungan saraf otot, mengakibatkan paralisis flaksis (flaccid paralysis).
Elektromiogram dan hasil tes kekuatan edrofonium (Tensilon) menunjukan sifat yang
khas.
Selama pertumbuhan Clostridium botulinum dan selama otolisis bakteri,
toksin dikeluarkan ke dalam lingkungan sekitarnya. Dikenal tujuh antigenik toksin
(A-G). Tipe A, B dan E (kadang-kadang F) adalah penyebab utama penyakit pada
manusia. Tipe A dan B dihubungkan dengan berbagai makanan, dan tipe E terutama
pada hasil ikan. Tipe C menyebabkan leher lemas pada unggas; tipe D, botulisme
pada mamalia. Toksin adalah protein dengan BM 150.000 yang terbagi atas protein
dengan BM 100.000 dan 50.000 dan dihubungkan oleh ikatan disulfida. Toksin
botulinum deserap oleh usus dan diikat oleh reseptor pada membran presinapsis dari
motor neuron sistem saraf tepi dan saraf kranial. Proteolisis oleh rantai ringan toksis
botulinum pada protein target di neuron akan menghambat pelepasan asetilkolin pada
sinaps, mengakibatkan kurangnya kontraksi otot dan paralisis. Toksin Clostridium
botulinum tipe A dan E memecah protein sinaptosomal (Synaptosomal Associated
Protein) (SNAP-25) dengan BM 25.000. Toksin B memecah protein membrane yang
berhubungna dengan vesikel sinaptobrevin (VAMP). Toksin Clostridium botulinum
adalah salah satu substansi yang paling toksik yang diketahui: dosis letal bagi manusia
berkisar antara 1-2 µm. Toksin bisa dihancurkan dengan dipanaskan selama 20 menit
pada suhu 100°C.
Gejala dimulai 18 – 24 jam setelah makan makanan yang terkontaminasi c.
Botulinum. Gejala – gejalanya yaitu : bibir kering, gangguan penglihatan
(inkoordinasi otot – otot mata, penglihatan ganda), ketidakmampuan menelan, sulit
berbicara; tanda – tanda paralisis bulbar berlangsung secara progresif, dan kematian
terjadi karena paralisis pernapasan atau henti jantung. Gejala – gejala gastrointestinal
biasanya tidak menonjol (mual, muntah, kram perut, dan diare) tidak ada demam.
Penderita tetap sadar sampai segera sebelum mati. Spora yang masuk ke saluran
pencernaan dan tumbuh di sana membentuk sel vegetatif yang mampu mrnghasilkan
neurotoksin. Gejala – gejala botulisme ini adalah bayi – bayi pada bulan pertama awal
kehidupannya menjadi tidak mau makan, lemah, konstipasi, kelumpuhan otot, dimulai
dari wajah dan kepala, akhirnya mengenai lengan, tungkai, dan otot-otot pernafasan.
Akibatnya, bayi bisa mengalami kesulitan bernafas, kelopak mata turun, menangis
dengan lemah, air liur mengalir keluar, tidak mampu untuk menghisap, sehingga
mengganggu makan, hilangnya ekspresi wajah bayi, penurunan tonus otot.
Dari anamnesa didapatkan gejala klasik dari botulisme berupa diplopia,
penglihatan kabur, mulut kering, kesulitan menelan. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan kelemahan otot. Jika sudah lama, keluhan bertambah dengan paralise
lengan, tungkai sampai kesulitan nafas karena kelemahan otot-otot pernafasan.
Pemeriksaan tambahan yang sangat menolong untuk menegakkan diagnosa botulisme
adalah CT-Scan, pemeriksaan serebro spinalis, nerve conduction test seperti
electromyography atau EMG, dan tensilon test untuk myastenia gravis. Diagnosa
dapat ditegakkan dengan ditemukannya toksin botulisme di serum pasien juga dalam
urin. Bakteri juga dapat diisolasi dari feses penderita dengan foodborne atau infant
botulisme.
Penatalaksanaan dapat dilakukan Dekontaminasi dengan memuntahkan isi
lambung jika korban masih sadar, dapat juga dilakukan bilas lambung, Arang aktif
dapat diberikan (jika tersedia), Jika tersedia dapat diberikan antitoksin botulinum pada
keracunan simtomatik (perlu dilakukan uji alergi sebelumnya). Pengobatan harus
diberikan segera sebelum ada hasil pemeriksaan laboratorium karena jika toksin sudah
terfiksasi dan simptom syaraf sudah terlihat, maka pemberian antitoksin sudah tidak
efektif lagi. Pencegahannya tidak mengkonsumsi makanan kaleng yang terlihat rusak
atau berbau tidak sedap, bocor, berlubang, berkarat, atau penyok. Vaksin untuk
pencegahan botulismus pada manusia dapat berupa pentavalent botulinum toxoid
(PBT) yang telah digunakan sejak tahun 1959 dan masih dipergunakan sampai saat ini
dengan berbagai modifikasi.