Arya Adhi Yoga WJ (018.06.0031) - ILEUS - DR - Santyo
Arya Adhi Yoga WJ (018.06.0031) - ILEUS - DR - Santyo
ILEUS
Disusun Oleh :
NIM : 018.06.0031
Kelas :A
Modul : Urorepro II
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
2020
Latar Belakang
Isi
a. Ileus paralitik
Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di mana usus gagal / tidak
mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Gerakan
peristaltik merupakan suatu aktivitas otot polos usus yang terkoordinasi dengan baik
diatur oleh neuron inhibitory dan neuron exitatory dari sistim enteric motor neuron.
Kontraksi otot polos usus ini dipengaruhi dan dimodulasi oleh berbagai faktor seperti
sistim saraf simpatik – parasimpatik, neurotransmiter (adrenergik, kolinergik,
serotonergik,dopaminergik, hormon intestinal, keseimbangan elektrolit dan
sebagainya. Penyebab Ileus Paralitik yaitu :
b. Ileus Obstruksi
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi
lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan kedistal atau anus karena adanya
sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding
usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen
usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.
Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosis ileus. Di
Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita ileus setiap tahunnya. Di
Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang
dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan.
Menurut beberapa hipotesis, ileus pascabedah dimediasi melalui
penghambatan aktivasi reflex spinal. Secara anatomis,reflek yang terlibat pada ilus
adalah pada pleksus ganglia prevertebral. Respons dari stres bedah mengarah pada
generasi sistemik dari endrokrin dan mediator inflamasi yang juga mempromosikan
perkembangan ileus. model tikus telah menunjukkan bahwa laparotomi, penetrasi dan
kompresi usus menyebabkan peningkatan jumlah makrofag, monosit, sel dendritik, sel
T, sel-sel pembunuh alami, dan sel mast, seperti yang ditunjukkan oleh
imunohistokimia. Kalsitonin-peptida ,nitrit oksid, peptida vaksoaktif. Intestina, dan
substansi P berfungsi sebagai inhibitor neutron-transmiter pada system saraf usus.
Gejala yang timbul pada ileus obstruktif antara lain yaitu : Distensi abdomen,
muntah, nyeri konstan distensi, bising usus tenang atau tenang atau tidak ada
secara klasik dapat ditemukan tetapi temuan yang tidak konsisten, pemeriksaan
laborat sering kali normal. foto polos memperlihatkan Loop usus halus yang
berdilatasi dengan batas udara-cairan, sulit dibedakan dengan ilius obstruktif tetapi
distensi tetapi distensi seluruh panjang kolon lebih sering terjadi pada ileus paralitik
Pada anamnesis obstruksi tinggi sering dapat ditemukan penyebab misalnya
berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi atau terdapat hernia. Gejala
umum berupa syok, oliguri dan gangguan elektrolit. Selanjutnya ditemukan
meteorismus dan kelebihan cairan di usus, hiperperistaltis berkala berupa kolik yang
disertai mual dan muntah.
Pemeriksaan fisik pada ileus obstruksi dapat dilakukan Inspeksi didapatkan
distensi, “darm contour” (gambaran usus). “darm steifung” (gambaran gerakan usus)
pada Auskultasi didapatkan Hiperperistalsis, berlanjut dengan borborygmus (bunyi
usus mengaum), menjadi bunyi metalik (“klinken”) dan Palpasi maupun perkusi
didapatkan hasil normal (t.a.k). Rectal Toucher (pemeriksaan rectum) didapatkan
ampulla recti kolaps. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat berupa Rontgen
foto abdomen pada Posisi supine (terlentang) tampak “herring bone appearance”
(gambaran tulang ikan) dan pada Posisi setengah duduk atau LLD tampak “stepladder
appearance” atau “cascade” (air fluid level yang ber-tingkat2). Terapi yang dapat
dilakukan yaitu terapi konservatif seperti Puasa, pasang NGT, IVFD (infus),
KATETER uretra dan Operasi Laparotomi bila tindakan konservatif gagal.
Stangulasi menjadi penyebab dari kebanyakan kasus kematian akibat obstruksi
usus. Isi lumen usus merupakan Strangulasi menjadi penyebab dari keabanyakan
kasus kematian akibat obstruksi usus. Isi lumen usus merupakan campuran bakteri
yang mematikan, hasil-hasil produksi bakteri, jaringan nekrotik dan darah. Usus yang
mengalami strangulasi mungkin mengalami perforasi dan menggeluarkan materi
tersebut ke dalam rongga peritoneum. Tetapi meskipun usus tidak mengalami
perforasi bakteri dapat melintasi usus yang permeabel tersebut dan masuk ke dalam
sirkulasi tubuh melalui cairan getah bening dan mengakibatkan shock septik.
Komplikasi lain yang dapat timbul anatara lain syok hipovolemia, abses, pneumonia
aspirasi dari psoses muntah dan dapat menyebabkan kematian.