Anda di halaman 1dari 6

TUGAS ESSAY

ILEUS

Disusun Oleh :

Nama : Arya Adhi Yoga Wikrama Jaya

NIM : 018.06.0031

Kelas :A

Modul : Urorepro II

Dosen : dr. H. Santyo Wibowo, Sp. B

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
2020
Latar Belakang

Ileus adalah kondisi berhentinya gerakan usus yang menyebabkan komponen


makanan tersumbat di dalam usus. Pada kondisi normal, otot-otot usus akan
berkontraksi untuk mendorong makanan. Namun ketika ileus terjadi, komponen
makanan tidak dapat keluar dari saluran pencernaan dan menimbulkan
ketidaknyamanan pada perut. Ileus dapat dibagi menjadi 2 yaitu ileus paralitik dan
ileus obstruksi. Biasanya oprasi penyebab paling umum dari terjadinya ileus. Adapun
penjelasan ileus akan dibahas pada pembahasan.

Isi

Ileus secara umum didefinisikan sebagai penurunan aktivitas motorik


dari saluran GI sebagai penyebab non-mekanik, suatu keadaan akut abdomen berupa
kembung (distensi abdomen) karena usus tidak berkontraksi akibat adanya
gangguan motilitas. Peristaltic usus dihambat akibat pengaruh toksin atau trauma
yang mempengaruhi pengendalian otonom motilitas usus. Klasifikasi ileus ada
bermacam-macam. Berdasarkan sumbatannya ileus dibagi menjadi total dan
parsial; menurut klinisnya akut, subakut dan kronis; menurut sebabnya ileus
obstruksi dan ileus fungsional (paralitik) dan ileus karena gangguan vaskularisasi.
Pada kali ini kita membahasa ileus obstruksi dn ileus paralitik saja.

a. Ileus paralitik

Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di mana usus gagal / tidak
mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Gerakan
peristaltik merupakan suatu aktivitas otot polos usus yang terkoordinasi dengan baik
diatur oleh neuron inhibitory dan neuron exitatory dari sistim enteric motor neuron.
Kontraksi otot polos usus ini dipengaruhi dan dimodulasi oleh berbagai faktor seperti
sistim saraf simpatik – parasimpatik, neurotransmiter (adrenergik, kolinergik,
serotonergik,dopaminergik, hormon intestinal, keseimbangan elektrolit dan
sebagainya. Penyebab Ileus Paralitik yaitu :

1. Neurologik : Pasca operasi, Kerusakan medula spinalis, Keracunan timbal


kolik ureter, Iritasi persarafan splanknikus – Pankreatitis
2. Metabolik : Gangguan keseimbangan elektrolit (terutama hipokalemia),
Uremia - Komplikasi DM, Penyakit sistemik seperti SLE, sklerosis
multipel
3. Obat-obatan : Narkotik, Antikolinergik, Katekolamin, Fenotiasin,
Antihistamin
4. Infeksi : Pneumonia, Empiema, Urosepsis, Peritonitis, Infeksi sistemik
berat lainnya
5. Iskemia usus

Berdasarkan data salah satu rumah sakit umum di Australia pada


tahun 2001-2002, sekitar 6,5 per 10.000 penduduk di Australia diopname di rumah
sakit karena ileus paralitik dan ileus obstruktif. Insiden rate penderita
penyakit ileus obstruktif yang dirawat inap sebesar 60% di Rumah Sakit
Hippokratian, Athena di Yunani dengan rata-rata pasien berumur antara sekitar
16 - 98 tahun dengan rasio perbandingan laki-laki lebih sedikit daripada perempuan
(2:3). Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan 7.024 kasus obstruktif
tanpa hernia yang dirawat inap pada tahun 2004.

Patofisiologi dari ileus paralitik merupakan manifestasi dari


terangsangnya sistem saraf simpatis dimana dapat menghambat aktivitas
dalam traktus gastrointestinal, menimbulkan banyak efek yang berlawanan
dengan yang ditimbulkan oleh sistem parasimpatis. Sistem simpatis menghasilkan
pengaruhnya melalui dua cara: (1) pada tahap yang kecil melalui pengaruh langsung
norepineprin pada otot polos (kecuali muskularis mukosa, dimana ia merangsangnya),
dan (2) pada tahap yang besar melalui pengaruh inhibitorik dari noreepineprin pada
neuron - neuron sistem saraf enterik. Jadi, perangsangan yang kuat pada sistem
simpatis dapat menghambat pergerakan makanan melalui traktus gastrointestinal.

Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung (abdominal


distention), anoreksia, mual dan obstipasi. Muntah mungkin ada mungkin pula tidak
ada. Keluhan perut kembung pada ileus paralitik ini perlu dibedakan dengan keluhan
perut kembung pada ileus obstruksi. Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan perut
kembung, tidak disertai nyeri kolik abdomen yang paroksismal. Pada pemeriksaan
fisik keadaan umum pasien bervariasi dari ringan sampai berat bergantung pada
penyakit yang mendasarinya, didapatkan adanya distensi abdomen, perkusi timpani
dengan bising usus yang lemah dan jarang bahkan dapat tidak terdengar sama sekali.
Pada palpasi, pasien hanya menyatakan perasaan tidak enak pada perutnya.

Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan laboratorium


mungkin dapat membantu mencari kausa penyakit. Pemeriksaan yang penting untuk
dimintakan yaitu leukosit darah, kadar elektrolit, ureum, glucosa darah, dan amilase.
Foto polos abdomen sangat membantu menegakkan diagnosis. Pada ileus paralitik
akan ditemukan distensi lambung usus halus dan usus besar memberikan gambaran
herring bone, selain itu bila ditemukan air fluid level biasanya berupa suatu gambaran
line up (segaris). Hal ini berbeda dengan air fluid level pada ileus obstruktif yang
memberikan gambaran stepladder (seperti anak tangga).

Pengelolaan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif. Tindakannya


berupa dekompresi, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mengobati kausa
dan penyakit primer dan pemberiaan nutrisi yang adekuat. Prognosis biasanya baik,
keberhasilan dekompresi kolondari ileus telah dicapai oleh kolonoskopi berulang.
Beberapa obat-obatan jenis penyekatsimpatik (simpatolitik) atau
parasimpatomimetik pernah dicoba, ternyata hasilnya tidak konsisten. Untuk
dekompresi dilakukan pemasangan pipa nasogastrik (bila perlu dipasang juga rectal
tube). Pemberian cairan, koreksi gangguan elektrolit dan nutrisi parenteral
hendaknyadiberikan sesuai dengan kebutuhan dan prinsip-prinsip pemberian nutrisi
parenteral. Beberapaobat yang dapat dicoba yaitu metoklopramid bermanfaat untuk
gastroparesis, sisaprid bermanfaatuntuk ileus paralitik pascaoperasi, dan klonidin
dilaporkan bermanfaat untuk mengatasi ileusparalitik karena obat-obatan.
Neostigmin juga efektif dalam kasus ileus kolon yang tidak berespon
setelah pengobatan konservatif.

b. Ileus Obstruksi
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi
lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan kedistal atau anus karena adanya
sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding
usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen
usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.
Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosis ileus. Di
Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita ileus setiap tahunnya. Di
Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang
dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan.
Menurut beberapa hipotesis, ileus pascabedah dimediasi melalui
penghambatan aktivasi reflex spinal. Secara anatomis,reflek yang terlibat pada ilus
adalah pada pleksus ganglia prevertebral. Respons dari stres bedah mengarah pada
generasi sistemik dari endrokrin dan mediator inflamasi yang juga mempromosikan
perkembangan ileus. model tikus telah menunjukkan bahwa laparotomi, penetrasi dan
kompresi usus menyebabkan peningkatan jumlah makrofag, monosit, sel dendritik, sel
T, sel-sel pembunuh alami, dan sel mast, seperti yang ditunjukkan oleh
imunohistokimia. Kalsitonin-peptida ,nitrit oksid, peptida vaksoaktif. Intestina, dan
substansi P berfungsi sebagai inhibitor neutron-transmiter pada system saraf usus.
Gejala yang timbul pada ileus obstruktif antara lain yaitu : Distensi abdomen,
muntah, nyeri konstan distensi, bising usus tenang atau tenang atau tidak ada
secara klasik dapat ditemukan tetapi temuan yang tidak konsisten, pemeriksaan
laborat sering kali normal. foto polos memperlihatkan Loop usus halus yang
berdilatasi dengan batas udara-cairan, sulit dibedakan dengan ilius obstruktif tetapi
distensi tetapi distensi seluruh panjang kolon lebih sering terjadi pada ileus paralitik
Pada anamnesis obstruksi tinggi sering dapat ditemukan penyebab misalnya
berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi atau terdapat hernia. Gejala
umum berupa syok, oliguri dan gangguan elektrolit. Selanjutnya ditemukan
meteorismus dan kelebihan cairan di usus, hiperperistaltis berkala berupa kolik yang
disertai mual dan muntah.
Pemeriksaan fisik pada ileus obstruksi dapat dilakukan Inspeksi didapatkan
distensi, “darm contour” (gambaran usus). “darm steifung” (gambaran gerakan usus)
pada Auskultasi didapatkan Hiperperistalsis, berlanjut dengan borborygmus (bunyi
usus mengaum), menjadi bunyi metalik (“klinken”) dan Palpasi maupun perkusi
didapatkan hasil normal (t.a.k). Rectal Toucher (pemeriksaan rectum) didapatkan
ampulla recti kolaps. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat berupa Rontgen
foto abdomen pada Posisi supine (terlentang) tampak “herring bone appearance”
(gambaran tulang ikan) dan pada Posisi setengah duduk atau LLD tampak “stepladder
appearance” atau “cascade” (air fluid level yang ber-tingkat2). Terapi yang dapat
dilakukan yaitu terapi konservatif seperti Puasa, pasang NGT, IVFD (infus),
KATETER uretra dan Operasi Laparotomi bila tindakan konservatif gagal.
Stangulasi menjadi penyebab dari kebanyakan kasus kematian akibat obstruksi
usus. Isi lumen usus merupakan Strangulasi menjadi penyebab dari keabanyakan
kasus kematian akibat obstruksi usus. Isi lumen usus merupakan campuran bakteri
yang mematikan, hasil-hasil produksi bakteri, jaringan nekrotik dan darah. Usus yang
mengalami strangulasi mungkin mengalami perforasi dan menggeluarkan materi
tersebut ke dalam rongga peritoneum. Tetapi meskipun usus tidak mengalami
perforasi bakteri dapat melintasi usus yang permeabel tersebut dan masuk ke dalam
sirkulasi tubuh melalui cairan getah bening dan mengakibatkan shock septik.
Komplikasi lain yang dapat timbul anatara lain syok hipovolemia, abses, pneumonia
aspirasi dari psoses muntah dan dapat menyebabkan kematian.

Anda mungkin juga menyukai