Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

TAX PLANNING UNTUK PENYUSUTAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah

Perencanaan Pajak (G)

Dosen Pengampu :

Dr.Ontot Murwato.,MM,,Ak.,CS.,CMA.,CPA

Nama Kelompok :

1. Sinta Nuria (1221900068)


2. Richa Nor Syafitri (1221900058)
3. Sumantri (1221900084)
4. Indra Ole (1221800057)

PROGAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “TAX PLANNING
UNTUK PENYUSUTAN.” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Pajak oleh Dosen Pengajar yaitu
Bapak Dr. Ontot Murwato.,MM,,Ak.,CA.,CMA.,CPA. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang materi Tax Planning Penyusutan bagi para penulis
khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ontot Murwato.,MM,, Ak.,CA.,
CMA.,CPA. selaku dosen mata kuliah Perencanaan Pajak yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis sesuai dengan bidang studi
yang penulis saat ini tekuni.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kelemahan
dan kekurangan baik dari segi penyajian maupun materinya. Hal ini disebabkan oleh
terbatasnya kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat membangun untuk
memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah yang kami susun ini bisa
menjadi bahan referensi dan memberikan informasi bagi pembaca.

Surabaya, 23 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3
2.1 Pengertian Penyusutan..................................................................................................3
2.2 Penyusutan Berdasarkan Peraturan Perpajakan............................................................9
2.3 Penyusutan Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan..............................................14
2.4 Perencanaan Pajak Untuk Penyusutan........................................................................25
BAB III PENUTUP................................................................................................................28
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................28

3.2. Saran............................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................30

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.I Latar Belakang

            Suatu perusahaan tertentu pada dasarnya selalu berusaha untuk mencapai tujuan
didirikannya perusahaan tersebut. Untuk menunjang agar  tercapainya tujuan itu, setiap
perusahaan mempunyai aktiva (harta/asset) tertentu guna memperlancar kegiatan yang
dilaksanakan perusahaan.

            Aktiva tetap merupakan komponen yang sangat penting bagi perusahaan untuk
kegiatan operasionalnya. Aktiva tetap tersebut merupakan salah satu komponen dalam
neraca,  sehingga ketelitian dalam pengolahan aktiva tetap sangat berpengaruh terhadap
kewajaran penilaiannya dalam laporan keuangan.

            Kewajaran penilaian aktiva tetap suatu perusahaan dapat disesuaikan dengan


Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 (2009). Dalam PSAK ini
dinyatakan bahwa aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam
produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau tujuan
administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

            Aset tetap biasanya memiliki masa pemakaian lebih dari satu tahun, sehingga
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan dalam jangka waktu yang relatif
lama. Namun, manfaat yang diberikan aktiva tetap umumnya semakin lama semakin
menurun manfaatnya secara terus menerus, dan menyebabkan terjadi penyusutan
(depreciation).

            Seiring dengan berlalunya waktu, aktiva tetap akan mengalami penyusutan (kecuali
tanah). Faktor yang mempengaruhi menurun kemampuan suatu aktiva tetap untuk
memberikan jasa/manfaaat yaitu : Secara fisik, disebabkan oleh pemakaian dan keausan
karena penggunaan yang berlebihan dan secara fungsional,  disebabkan oleh ketidakcukupan
kapasitas yang tersedia dengan yang diminta (misal kemajuan teknologi). Sehingga
penurunan kemampuan aktiva tetap tersebut dapat dialokasikan sebagai biaya.
1
            Masalah pengalokasian biaya penyusutan merupakan masalah penting, karena
mempengaruhi laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Apabila menggunakan metode
penyusutan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku atau kondisi perusahaan
tersebut,  maka akan mempengaruhi pendapatan yang dilaporkan setiap periode akuntansi.
Selain itu juga mempengaruhi nilai dari aktiva tetap tersebut.

1.2  Rumusan Masalah 

1. Apa yang dimaksud dengan Penyusutan


2. Bagaimana penyusutan berdasarkan peraturan perpajakan?
3. Bagaimana penyusutan berdasarkan standar akuntansi keuangan? 
4. Bagaimana perencanaan pajak untuk penyusutan?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari penyusutan.


2. Untuk mengetahui penyusutan berdasarkan peraturan perpajakan.
3. Untuk mengetahui penyusutan berdasarkan standar akuntansi keuangan.
4. Untuk mengetahui perencanaan pajak untuk penyusutan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENYUSUTAN

A. Pengertian Penyusutan
Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa
manfaat yang diestimasi. Penyusutan perlu dilakukan karena manfaat yang diberikan dari aset
tersebut semakin berkurang. Pengurangan nilai aset dibebankan secara bertahap.

Regulasi yang mengatur tentang penyusutan:

a.       Undang-Undang

Pasal 9 ayat 2 dan pasal 11 UU No 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat UU No 7


Tahun 1983 Tentang PPh Isinya yakni sebagai berikut:

         Pasal 9 ayat 2 : Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan


yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan
sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 atau Pasal 11A.

         Pasal 11 ayat 1 : Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan,


perbaikan, atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna
bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai, yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)
tahun dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah
ditentukan bagi harta tersebut.

         Pasal 11 ayat 2 : Penyusutan atas pengeluaran harta berwujud sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) selain bangunan, dapat juga dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun
selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa
buku, dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus, dengan syarat
dilakukan secara taat asas.

3
         Pasal 11 ayat 3 : Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali
untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan
selesainya pengerjaan harta tersebut.

         Pasal 11 ayat 4 : Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak


diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta yang
bersangkutan mulai menghasilkan.

         Pasal 11 ayat 6 : Ketentuan menghitung penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan
harta berwujud.

b.      Peraturan Pemerintah

Pasal 3 Peraturan Pemerintah No.42 Tahun1985 Isinya yakni:

         Ayat 1 : Penyusutan dan amortisasi dimulai pada tahuan pengeluaran, kecuali untuk harta
yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutan, dan amortisasi dimulai pada tahun
selesainya pengerjaan harta tersebut, dan untuk harta dalam usaha leasing penyusutan dimulai
pada tahun harta yang bersangkutan dileasingkan.

         Ayat 2 : Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak diperbolehkan


melakukan penyusutan mulai pada tahun harta tersebut dipergunakan dalam perusahan atau
dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan,atau pada saat harta
yang bersangkutan mulai menghasilkan.

         Ayat 3 : Tarif penyusutan dan penggolongan harta berwujud dalam usaha


leasing,dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat (9) dan
ayat (14) Undang-undang Pajak Penghasilan.

         Ayat 4 : Apabila terjadi penarikan harta berwujud dari pemakaian karena dihibahkan,
disumbangkan, atau diwariskan kepada pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (1) huruf c Undang-undang Pajak Penghasilan 1984, maka untuk memperoleh
dasar  penyusutan:

4
  jumlah sebesar harga sisa buku dari harta yang dihibahkan, disumbangkan atau diwariskan
tersebut, dikurangkan dari jumlah awal masing-masing golongan harta yang bersangkutan ,
sedangkan jumlah sebesar sebesar harga sisa buku tersebut tidak boleh dikurangkan sebagai
biaya.

  jumlah sebesar harga perolehan dari harta Golongan Bangunan yang dihibahkan,
disumbangkan atau diwariskan tersebut dikurangkan dari jumlah awal Golongan Bangunan,
sedangkan jumlah sebesar harga sisa bukunya tidak boleh dikurangkan sebagai biaya.

         Pasal 5 : Apabila terjadi penarikan harta Golongan Bangunan dari pemakaian, baik
karena sebab biasa maupun karena sebab luar biasa, maka untuk memperoleh dasar
penyusutan, harga perolehan dikurangkan dari jumlah awal Golongan Bangunan, sedangkan
jumlah sebesar harga sisa bukunya dibebankan sebagai biaya pada tahun terjadinya penarikan
harta tersebut, dan jumlah sebesar nilai atau harga jual atau penggantian asuransinya
merupakan penghasilan.

         WP yang berhak melakukan penyusutan :

  Pihak yang menggunakan asset tersebut dalam kegiatan usaha

   Pemiilik, dapat dibagi menjadi legal owner dan beneficial owner

Kebijakan pajak untuk penyusutan harus mempertimbangkan tiga hal yaitu :

a.         Keadilan pajak

Untuk keadilan pajak perlu diperhatikan jenis kegiatan dari wajib pajak, apakah termasuk
perusahaan manufaktur atau perusahaan jasa. Dan juga harus memperhatikan struktur
modalnya, apakah termasuk padat modal (capital intensive) atau padat karya (labour
intensive). Dengan adanya penyusutan, maka perusahaan manufaktur dan jenis usaha yang
padat modal (capital intensive) akan lebih diuntungkan dibandingkan perusahaan jasa
ataupun jenis usaha padat karya (labor intensive).

b.        Kebijakan ekonomi

5
Dengan adanya penyusutan membawa akibat pada peningkatan investasi (capital growth).
Jika penyusutan besar maka laba setelah pajak juga besar, pengembalian atas investasi (return
on investment-ROI) besar, sehingga pada akhirnya menyebabkam arus kas menjadi tinggi.
Menurut ketentuan perpajakan, perhitungan penyusutan dimulia pada tahun perolehan. Secara
ekonomis dapat diatur dengan peraturan tertentu secara selektif, untuk mendorong atau
menghambat suatu peningkatan modal. Penyusutan secara selektif dapat dibedakan menjadi:

         Penyusutan untuk barang baru atau barang bekas

         Penyusutan berdasarkan jenis industry tertentu

         Penyusutan berdasarkan jenis asset

         Penyusutan berdasarkan lokasi (terpencil)

c.         Administrasi

Secara administrasi penyusutan dapat dibedakan menjadi dua yaitu sederhana dan kompleks.
Pemilihan jenis penyusutan, baik yang sederhana ataupun yang komplek, tergantung pada
beberapa hal, seperti besarnya biaya administrasi, sumberdaya manusia, dan kepatuhan dari
Wajib Pajak.

B.   Karakteristik Dari Aset Yang Dapat Disusutkan

a.       Digunakan dalam kegiatan usaha

Aset yang boleh disusutkan adalah aset yang dipakai dalam usaha atau menjalankan usaha.
Asset ini dapat dibedakan menjadi asset bisnis, asset campuran, dan asset pribadi. Untuk asset
bisnis dapat disustkan semuanya, sedangkan untuk aset campuran boleh disusutkan sebagian
sesuai dengan yang digunakan dalam kegiatan  usaha.

b.      Nilainya menurun secara bertahap

Nilai asset yang dapat disusutkan harus diturunkan secara bertahap, baik karena semakin
buruk fisiknya atau karena faktor kualitas. Kalau nilainya tidak menurun secara bertahap

6
maka tidak dapat disusutkan tetapi langsung dibiayakan. Adapun asset yang tidak dapat
disusutkan adalah tanah, asset pendanaan, barang dagangan, dan persediaan.

c.       Aset berwujud dan tidak berwujud

Asset berwujud maupun asset tidak berwujud yang mempunyai manfaat lebih dari satu
periode dapat disusutkan. Untuk asset tidak berwujud penyusutannya disebut dengan
amortisasi.

d.      Pihak yang berhak melakukan penyusutan

Pihak yang berhak melakukan penyusutan adalah :

         Pihak yang menggunakan aset tersebut dalam kegiatan usaha

          Pemilik, dapat dibagi menjadi legal owner dan beneficial owner

e.       Saat dilakukan penyusutan

Secara umum saat dilakukan penyusutan adalah saat digunakan, tetapi adakalanya pada tahun
perolehan.

f.       Dasar melakukan penyusutan

Pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga sebagai berikut:

         Harga perolehan (historical cost)

Termasuk didalamnya adalah harga, ongkos, dan pajak. Pajak yang dapat dikreditkan, seperti
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dapat dikreditkan dengan pajak keluaran tidak termasuk
dalam harga perolehan.

         Harga penggantian (replacement cost)

Pada prinsipnya harga penggantian tidak diperkenankan, karena untuk kepentingan


pencatatan menggunakan harga perolehan.

         Revaluasi

7
Suatu asset yang telah direvaluasikan biasanya disusutkan berdasarkan nilai revaluasinya.

C.   Penyusutan Yang Dipercepat

            Penyusutan dapat dipercepat untuk meningkatkan arus kas, karena jika penyusutannya
besar, maka pajak yang dibayar lebih kecil dan pengembalian atas investasi menjadi tinggi.

            Metode yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

a.       Dipercepat (accelerated)

Terdapat dua cara utama dalam penyusutan tercepat, yaitu:

1)      Metode saldo menurun ganda (double declining balance method)

Metode saldo menurun ganda sering disebut metode penyusutan yang dipercepat
(accelerated depreciation method). Metode ini sering kali digunakan dengan pertimbangan
bahwa biaya pemeliharaan dan perbaikan asset tetap akan cenderung meningkat dengan
bertambahnya usia aset tetap. Oleh karena itu, berkurangnya jumlah penyusutan pada tahun-
tahun berikutnya dalam metode ini akan diimbangi dengan peningkatan beban pemeliharaan
dan perbaikan. Metode saldo menurun ganda menggunakan nilai buku untuk menghitung
penyusutan, penyusutan yang diterapkan pada nilai buku adalah 40% pertahun atau dua kali
lipat (dobel) dari garis lurus yaitu 20% per tahun.

2)      Metode jumlah angka tahunan (sum of the year digits method).

Metode penyusutan ini menghasilkan tarif penyusutan yang menurun dengan dasarpenurunan
pecahan dari nilai yang dapat disusutkan yakni harga perolehan dikurang dengannilai sisa dan
setiap pecahan menggunakan jumlah tahun sebagai bilangan penyebut. Misalnya jika kita
memiliki umur pakai selama 4 tahun, sehingga kita menambahkan 1 + 2 + 3 + 4 = 10.
kemudian penyusuta akan menjadi 4/10 tahun pertama, 3/10 tahun kedua, 2/10 tahun ketiga
dan 1/10 tahun keempat. Sehingga jika harga beli 5000 dikurangi nilai sisa 1000, hasil yang
diperoleh 4000. maka untuk tahun pertama 4/10 dari 4000 adalah 1600; tahun kedua 3/10 dari
4000 adalah 1200; tahun ketiga 2/10 dari 4000 adalah 800; tahun ke empat 1/10 dari 4000
adalah 400. (Merlina Hamadi)

8
b.      Memperpendek umur (shorted life)

Dengan umur yang menjadi pendek maka unsur pembagi yang digunakan
untuk menentukan  nilai aktiva menjadi lebih kecil, sehingga penyusutan menjadi lebihbesar.

c.       Bebas (Arbitrary deduction)

2.2 PENYUSUTAN BERDASARKAN PERATURAN PERPAJAKAN

Sebagaimana telah diatur dalam pasal 9 ayat (2) UU PPh bahwa pengeluaran untuk
mendapatkan manfaat, menagih, dan memelihara penghasilanyang mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun tidak boleh dibebankan sekaligus, melainkan melalui penyusutan. Hal
ini sesuai dengan kelaziman dunia usaha dan selaras dengan prinsip penandingan antara
pengeluaran dan penerimaan ( matching cost againsts revenue ).

Dalam ketentuan ini pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan mempertahankan


penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, tidak dapat diperkurangkan
sebagai biaya sekaligus pada tahun pengeluarannya. Namun demikian, dalam perhitungan
dan penerapan tariff penyusutan untuk keperluan pajak, perlu diperhatikan dasar hukum
penyusutan fiscal, karena dapat berbeda dengan penyusutan untuk akuntansi.

Mulai tahun 1995 ketentuan fiskal mengharuskan penyusutan harta tetap dilakukan
secara individual per aset, tidak lagi secara gabungan ( berdasarkan golongan ) seperti yang
berlaku sebelumnya kecuali untuk alat-alat kecil yang sama atau sejenis masih boleh
menggunakan penyusutan secara golongan.

A.    Saat Mulainya Penyusutan Fiskal

           Undang-undang pajak penghasilan secara khusus dan eksplisit menetapkan saat


dimulainya penyusutan fiskal adalah pada bulan perolehan. Penyusutan fiskal harus
dilakukan sebulan penuh. Pengecualian dari ketentuan ini hanya dapat terjadi karena hal-hal
brikut ini.

a.       Harta/asset yang masih dalam proses pengerjaan

9
Untuk harta/aset tetap dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada tahun
selesainya pekerjaan tersebut.

b.      Harta/asset dalam usaha sewa guna usaha (leasing)

Penyusutan terhadap harta dalam usaha sewa guna usaha khususnya sewa guna usaha tanpa
hak opsi dimulai pada bulan harta tersebut disewagunausahakan.

c.       Wajib pajak yang mengajukan permohonan kepada Dirjen Pajak.

Persetujuan Dirjen Pajak

Wajib pajak dapat mengajukan permohonan kepada Dirjen Pajak, apabila tidak mengikuti
prinsip umum penyusutan. Misalnya penyusutan baru dilakukan pada tahun harta/aset
tersebut menghasilkan.

B.     Pengelompokan Harta Berwujud

           Dalam sistem penyusutan menurut UU PPh, semua aset tetap berwujud yang
memenuhi syarat penyusutan fiskal harus dikelompokkan terlebih dahulu menjadi dua
golongan :

a.       Harta berwujud kelompok bukan bangunan

Harta berwujut bukan bangunan dikelompokan menurut masa manfaatnya sebagai berikut :

Kelompok bukan bangunan Masa manfaat

Kelompok 1 4 tahun

Kelompok 2 8 tahun

Kelompok 3 16 tahun

Kelompok 4 20 tahun

b.      Harta berwujud kelompok bangunan

10
Harta berwujut bangunan dikelompokan menurut masa manfaatnya sebagai berikut :

Kelompok barang bangunan Masa manfaat

Bangunan permanen 20 tahun

Bangunan tidak permanen 10 tahun

C.     Metode dan Tarif Penyusutan Fiskal

           Mulai tahun 1995 Wajib Pajak diperkenankan untuk memilih metode penyusutan
fiskal untuk aset tetap berwujud bukan bangunan, yaitu metode saldo menurun ganda atau
metode garis lurus. Metode mana yang akan dipakai bergantung pada Wajib Pajak, sepanjang
dilaksanakan dengan taat asas. Satu yang perlu dicatat adalah bahwa metode yang dipilih
harus diterapkan terhadap seluruh kelompo harta. Maksudnya, Wajib Pajak tidak dapat
menggunakan metode saldo menurun terhadap kelompok yang satu dan menerapkan metode
garis lurus terhadap kelompok lainnya. Dalam hal Wajib Pajak memilih metode saldo
menurun maka, pada tahun terakhir masa manfaat nilai sisa buku harta yang bersangkutan
disusutka seluruhnya. Aset tetap bangunan hanya menggunakan satu metode yaitu metode
garis lurus. Sebagai akibat dari adanya dua metode penyusutan ini, timbul perbedaan
presentase penyusutan fiskal.

            Tarif Penyusutan untuk Aset Tetap Bukan Bangunan

Kelompok bukan Tarif penyusutan


bangunan
Metode garis lurus Metode saldo menurun

Kelompok 25,00% 50,00%

Kelompok 12,50% 25,00%

Kelompok 6,25% 12,50%

11
Kelompok 5,00% 10,00%

Tarif Penyusutan untuk Aset Tetap Berupa Bangunan

Kelompok banguna Tarif penyusutan (Metode garis lurus )

Bangunan permanen 5%

Bangunan tidak permanen 10%

Contoh Perhitungan Penyusutan :

PT Agri Jaya pada bulan Juli 2001 membeli sebuah alat pertanian yang mempunyai masa
manfaat 4 tahun seharga Rp. 1.000.000.000,00. Penghitungan penyusutan atas harta tersebut
adalah sebagai berikut:

  Metode Garis Lurus

Penyusutan tahun 2001:

6/12 x 25% x Rp. 1.000.000.000,00 = Rp. 125.000,00

Penyusutan tahun 2002:

25% x Rp. 1.000.000.000,00 = Rp. 250.000,00

Penyusutan tahun 2003:

25% x Rp. 1.000.000.000,00 = Rp. 250.000,00

Penyusutan tahun 2004:

25% x Rp. 1.000.000.000,00 = Rp. 250.000,00

  Metode Saldo Menurun

12
Penyusutan tahun 2001:

     6/12 x 50% x Rp. 1.000.000.000,00 = Rp. 250.000,00

Penyusutan tahun 2002:

     50% x (Rp. 1.000.000.000,00 – Rp. 250.000,00) =

     50% x Rp. 750.000,00 = Rp. 375.000,00

Penyusutan tahun 2003:

     50% x (Rp. 750.000,00 – Rp. 375.000,00) =

     50% x Rp. 375.000,00 = Rp. 187.500,00

Penyusutan tahun 2004:

Karena untuk tahun 2004 merupakan akhir masa manfaat, maka pada tahun 2004 seluruh sisa
nilai buku disusutkan sekaligus sehingga penyusutan tahun 2004 adalah:

(Rp. 375.000,00 – Rp. 187.500,00) = Rp. 187.500,00

2. 3 PENYUSUTAN BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

Aset tetap dan akuntansi penyusutan diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) didalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 16 tentang Aset
Tetap dan Aset Lain-lain , PSAK Nomor 17 tentang Akuntansi Penyusutan.

Aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakaiatau dibangun
lebih dulu, yang digunakakn dalam proses perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam
rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

Tanah biasanya memiliki masa manfaat yang tidak terbatas dan biasanya tidak
dianggap suatu asetyang dapat disusutkan. Namun, tanah yang memiliki masa manfaat
terbatas bagi perusahaan diperlakukan sebagai aset tetap yang dapat disusutkan.

Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa
manfaat yang diestimasi. Jumlah yang dapat disusutkan adalah jumlah perolehan suatu aset

13
atau jumlah lain yang disubtitusikan untuk biaya perolehan dalam laporan keuangan
dikurangi nilai sisanya.

Jumlah yang dapat disusutkan ( depreciable amount ) adalah jumlah perolehan suatu
aset atau jumlah lain yang distribusikan untuk biaya perolehan dalam laporan keuangan
dikurangi nilai sisanya.

Nilai sisa atau nilai residu adalah jumlah neto yang diharapkan dapat diperoleh pada
akhir masa manfaat suatu aset setelah dikurangu taksiran biaya pelepasan.

Nilai wajar adalah suatu jumlah, untuk itu mungkin aset dapat ditukar atau suatu
kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkinginan untuk melakukan
transaksi yang wajar (arm’s lengh transaction).

Jumlah tercatat adalah nilai buku, yaitu biaya perolehan suatu aset setelah dikurangi
dengan akumulasi penyusutan.

A.    Biaya Perolehan

           Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar
imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi
sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan.

           Biaya perolehan aset tetap terdiri atas harga belinya, termasuk biaya impor dan PPN
masukan tidak boleh direstitusikan dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung
dalam dalam membawa aset tersebut ke kondisi aset yang membuat aset tersebut dapat
bekerja untuk pengunaan yang dimaksudkan, setiappotongan dagang dan rabat dikurangkan
dari pembelian . biaya dapat didistribusiaka secara langsung Misalnya :

a.       Biaya persiapan tenpat

b.      Biaya pengiriman awal, biaya simpan dan biaya bongkar muat.

c.       Biaya pemasangan

d.      Biaya professional seperti arsitek dan insinyur

14
           Apa bila suatu aset diperoleh secara gabungan maka harga perolehan ditentukan
dengan mengolakasikan harga gabungan tersebut berdasarkann perbandingan nilai wajar
masing-masing aset yang bersangkutan.

           Aset tetap yang diperoleh dengan pertukaran atau pertukaran sebagian untuk aset tetap
yang tidak serupa atau aset lainnya, biaya peolehannya diukur berdasarkan nilai wajar aset
yang dilepaskan atau yang diperoleh, yang mana yang lebih andal sesuai ekuivalen dengan
nilai wajar aset yang dilepaskan setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas
yang ditransfer.

           Pada umumnya, SAK menganut penilaian berdasarkan harga perolehan atau harga
pertukaran, jadi tidak mengijinkan penilaian kembali aset tetap.

B.     Kriteria Aset yang Dapat Disusutkan

Kriteria Aset yang Dapat Disusutkan adalah sebagai berikut:

a.       Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi.

b.      Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas. Masa manfaat dapat berupa periode suatu asset
diharapkan digunakan oleh perusahaan atau jumlah produksi atau unit berupa yang
diharapkan diperoleh dari asset oleh perusahaan. Masa manfaat asset harus ditelaah ulang
secara periodic dan bila harapan berbeda secara signifikan dengan estimasi sebelumnya,
maka beban penyusutan untuk periode sekarang dan masa yang akan datang harus
disesuaikan.

c.       Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang dan
jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi.

C.     Masa Manfaat

Pengertian masa manfaat sebagai berikut :

a.       Periode suatu aset diharapkan digunakan oleh perusahaan.

b.      Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aset oleh perusahaan.

15
D.    Metode Penyusutan

Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokkan menurut
kriteria berikut ini:

a.       Berdasarkan waktu

1)      Metode Garis lurus (straight line method)

Dalam metode garis lurus lebih melihat aspek waktu daripada aspek kegunaan. Metode ini
paling banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan karena paling mudah diaplikasikan
dalam akuntansi. Dalam metode penyusutan garis lurus, beban penyusutan untuk tiap tahun
nilainya sama besar dan tidak dipengaruhi dengan hasil/output yang diproduksi.

Rumus :
Penyusutan = HP-NS
n

Keterangan:

HP   = Harga perolehan

NS   = Nilai aset

n = Taksiran umur kegunaan

2)      Metode jumlah angka tahun (sum of year digit method)

Metode penyusutan ini menghasilkan tarif penyusutan yang menurun dengan dasar
penurunan pecahan dari nilai yang dapat disusutkan yakni harga perolehan dikurang dengan
nilai sisa). Setiap pecahan menggunakan jumlah tahun sebagai bilangan penyebut (5 + 4 + 3
+ 2 + 1 = 15) dan jumlah tahun akhir dari estimasi umur kegunaan sebagai penghitung.

16
Rumus :
Penyusutan = Sisa usia aktiva tetap pada tahun penggunaan x (HP – NS)
Jumlah angka tahun usia aktiva tetap

Keterangan:

HP = Harga Perolehan Aktiva Tetap

NS = Nilai Residu atau Nilai Sisa

3)      Metode saldo menurun dan saldo menurun ganda (declining/double declining balance
method)

Metode ini juga merupakan metode penurunan beban penyusutan yang menggunakan tingkat
penyusutan (diekspresikan dalam persentase) yang merupakan perkalian dari metode garis
lurus. Prosentase penyusutan metode ini selalu tetap dan diaplikasikan untuk mengurangi
nilai buku pada setiap akhir tahun. Tidak seperti metode lain, dalam metode saldo menurun
nilai sisa tidak dikurangkan dari harga perolehan dalam mengitung nilai yang dapat
disusutkan sehingga saat dikonversi ke akuntansi finansial tidak memerlukan perubahan
dalam perhitungannya (sama-sama tidak mengakui nilai sisa) .

Rumus :

Penyusutan = [2 x (100% : umur ekonomis)] x harga buku aktiva tetap

b.      Berdasarkan penggunaan

1)      Metode jam jasa (service hour method)

Metode ini digunakan untuk mengalokasikan beban penyusutan berdasarkan pada proporsi
penggunaan aktiva yang sebenarnya. Metode penyusutan ini menggunakan jumlah jam kerja
sebagai dasar pengalokasian beban penyusutan untuk tiap periode. Dalam metode ini beban
penyusutan diperlakukan sebagai beban variabel daripada beban tetap seperti dalam metode
penyusutan Garis Lurus (Straight Line Method) sesuai dengan jam kerja yang dibutuhkan

17
untuk memproduksi barang atau jasa tiap periode akuntansi. Kelemahan dari metode ini
adalah ketika kapasitas produktif dari perusahaan menjadi berkurang karena adanya pesaing
baru yang mungkin lebih efisien dan efektif, sehingga cepat atau lambat perusahaan dipaksa
untuk mengakui kelemahan dari kapasitas produksinya. Selain itu metode jasa jasa mengakui
beban penyusutan berdasarkan unit produksi, sehingga beban penyusutan yang diakui
menjadi kecil pada saat produksi yang dihasilkan sedikit, yang selanjutnya akan
menyebabkan overstatement terhadap laba yang dilaporkan oleh perusahaan.

2)      Metode jumlah unit produksi (productive output method)

Metode ini digunakan untuk mengalokasikan beban penyusutan berdasarkan pada proporsi
penggunaan aktiva yang sebenarnya. Metode penyusutan ini menggunakan hasil produksi
sebagai dasar pengalokasian beban penyusutan untuk tiap periode. Dalam metode ini beban
penyusutan diperlakukan sebagai beban variabel sesuai dengan unit produksi yang dihasilkan
tiap periode akuntansi, bukan beban tetap seperti dalam metode penyusutan garis lurus
(Straight Line Method). Kelemahan dari metode ini adalah sama seperti kelemahan yang
terdapat pada metode jam jasa.

c.       Berdasarkan kriteria lainnya

1)      Metode berdasarkan jenis dan kelompok (group and composite method)

Metode penyusutan biasanya digunakan untuk satu aktiva tetap. Dalam keadaan tertentu
bagaimanapun juga ada berbagai macam aktiva yang disusutkan dengan menggunakan satu
tarif penyusutan. Ada 2 metode penyusutan untuk aktiva yang beragam ini
yaitu group dan composite method. Group mengindikasikan kumpulan dari aktiva yang
memiliki jenis yang sama dan composite mengarah kepada kumpulan aktiva yang memiliki
jenis yang berbeda. Metode group biasanya digunakan untuk kelompok aktiva yang hampir
sama jenisnya dan memiliki umur kegunaan yang sama. Sedangkan composite method
digunakan untuk aktiva yang bermacam – macam dan memiliki umur kegunaan yang
berbeda. Tarif penyusutan untuk composite method ditentukan dengan membagi penyusutan
tiap tahun dengan nilai total dari aktiva yang disusutkan. Dalam metode ini tarif penyusutan

18
didasarkan pada umur kegunaan kelompok aktiva. Laba atau rugi dalam keadaan normal
akibat aktiva tersebut dipensiunkan/tidak lagi digunakan, tidak diakui. Perbedaan antara nilai
buku aktiva dan nilai sisa dibebankan atau dikurangkan pada akumulasi penyusutan.

2)      Metode anuitas (anuity method)

Dalam metode anuitas ini beban penyusutan yang dihasilkan pada tahun / periode awal
adalah rendah dan akan meningkat jumlahnya tiap periode berikutnya. Metode ini paling
banyak digunakan dalam industri real estate dan beberapa penyedia jasa , tetapimmetode ini
bukanlah metode penyusutan yang secara umum dapat diterima. Prinsip Akuntansi diterima
Umum ( U.S. GAAP ) sendiri tidak mengijinkan bentuk metode penyusutan ini.

3)      Metode persediaan (inventory sistem)

Metode penyusutan ini biasanya digunakan untuk menilai aktiva berwujud yang nilainya
kecil. Persediaan peralatan, sebagai contoh, mungkin ada pada awal dan akhir periode.
Kemudian jumlah beban penyusutan dapat dihitung dengan menggunakan nilai awal dari
persediaan ditambah dengan beban yang dikeluarkan untuk memperoleh peralatan tersebut
dikurangi dengan nilai akhir persediaan. Keberatan utama terhadap metode ini dikarenakan
metode ini tidak sistematik dan rasional, karena tidak ada seperangkat formula yang
digunakan.

           Pemilihan metode alokasi dan estimasi masa manfaat aktiva tetap yang dapat
disusutkan adalah merupakan masalah pertimbangan. Pengungkapan metode penyusutan
yang digunakan dan estimasi masa manfaat akan berguna bagi para pemakai laporan
keuangan, dalam menelaah kebijakan yang dipilih manajemen dan dapat membuat
perbandingan dengan perusahaan lain. Untuk alasan serupa, perlu untuk mengungkapkan
jumlah yang dapat disusutkan yang dialokasikan dalam suatu periode dan akumulasi
penyusutan pada akhir periode tersebut.

           Metode penyusutan yang digunakan ditelaah ulang secara periodik dan jika terdapat


perubahan yang signifikan dalam pola pemanfaatan ekonomi atas aktiva tersebut, metode
penyusutan harus diubah untuk mencerminkan hal itu. Perubahan metode penyusutan harus

19
dilaporkansesuai dengan PSAK yang berlaku tentang laba rugi bersih pada tahun berjalan,
kesalahan mendasar, perubahan kebijakan dan beban penyusutan untuk periode sekarang dan
masa datang harus disesuaikan

E.     Penyusutan Kelompok dan Gabunagan

           Untuk memudahkan kegiatan administrasi, ada kalanya perusahaan memilih cara


penyusutan dengan mengolompokkan asset ke dalam beberapa kelompok. Dalam ketentuan
fiskal disebut dengan golongan harta.

F.      Saat Dimulainya Penyusutan

Pada umumnya penyusutan dimulai pada tahun pengeluaran. Untuk asset tetap yang masih
dalam proses pengerjaan, penyusutan dimulai pada tahun selesainya pengerjaan tersebut.
Berbeda dengan penyusutan fiskal yang harus setahun penuh, penyusutan komersial boleh
dilakukan untuk jangka yang lebih pendek.

G.    Dasar Penyusutan

Dasar penyusutan yang digunakan adalah biaya perolehan awal, baik melalui pembelian
maupun pendirian, penambahan, dan perbaikan. Apabila perusahaan melakukan penilaian
kembali (revaluasi) maka dasar penyusutannya adalah nilai setelah revaluasi.

H.    Pengungkapan

Pemilihan suatu metode alokasi dan estimasi masa manfaat suatu asset merupakan masalah
pertimbangan. Pengungkapan metode yang digunakan dan estimasi masa manfaat atau
tingkat penyusutan yang digunakan menyediakan bagi para pengguna laporan informasi yang
membuat mereka menelaah kebijaan yang dipilih manajemen dan dapat membuat
perbandingan dengan perusahaan lain.

I.       Persamaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal

20
Persamaan yang terdapat dalam akuntansi komersial dan akuntansi fiskal adalah sebagai
berikut:

a.       Aktiva/harta tetap yang memberikan manfaat lebih dari satu periode tidak boleh langsung
dibebankan pada tahun pengeluarannya tetapi harus dikapitalisir dan disusutkan sesuai
dengan masa manfaatnya.

b.      Aktiva/harta yang dapat disusutkan adalah aktiva tetap baik bangunan maupun bukan
bangunan.

c.       Tanah pada prinsipnya tidak disusutkan, kecuali tanah tersebut memiliki masa manfaat
terbatas.

Perbedaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal

Akuntansi Komersial Akuntansi Fiskal

Masa Manfaat : Masa Manfaat :

         Maasa manfaat ditentukan asset


         Ditetapkan berdasarkan
berdasarkan taksiran umur ekonomis keputusan Menteri Keuangan
maupun umur teknis
         Nilai residu tidak diperhitungkan
         Ditelaah ulang secara periodik

         Nilai residu bisa diperhitungkan

Harga Perolehan : Harga Perolehan :

         Untuk pembelian menggunakan


         Untuk transaksi yang tidak
harga sesungguhnya . mempunyai hubungan istimewa
berdasarkan harga yang
         Untuk pertukaran asset tidak
sesuangguhnya
sejenis memggunakan harga wajar.
         Untuk transaksi yang
         Untuk pertukaran sejenis
mempunyai hubungan istimewa
berdasarkan nilai buku asset yang

21
dilepas. berdasarkan harga pasar

         Aset sumbangan          Untuk transaksi tukar menukar


berdasarkan
harga pasar. adalah berdasarkan harga pasar

         Dalam rangka lukidasi,


peleburan, pemekaran, pemecahan
atau penggabungan adalah harga
pasar kecuali ditentukan lain oleh
Menteri Keuangan.

         Jika direvaluasi adalah sebesar


nilai setelah revaluasi

Metode Penyusutan : Metode Penyusutan :

         Garis lurus          Untuk aktiva tetap bangunan


adalah garis lurus.
         Jumlah angka tahun
         Untuk aktiva tetap bukan
         Saldo menurun/menurun ganda
bangunan wajib pajak dapat memilih
         Metode jam jasa
garis lurus atau saldo menurun ganda
         Unit produksi asal diterapkan secara taat asas.

         Anuitas

         Sistem persediaan

perusahaan dapat memilih salah satu


metode yang dianggap sesuai asal
diterapkan secara konsisten dan
metode penyusutan harus ditelaah
secara periodic.

Sistem Penyusutan : Sistem Penyusutan :

22
         Penyusutan individual          Penyusutan secara individual
kecuali untuk peralatan kecil,boleh
         Penyusutan gabungan/kelompok
secara golongan.

Saat dimulainya penyusutan : Saat dimulainya penyusutan :

         Saat perolehan          Saat perolehan

         Saat penyelesaian          Dengan izin Mentri Keuangan


dapat dilakukan pada tahun mulai
penghasilan.

2.4 PRENCANAAN PAJAK UNTUK PENYUSUTAN

Penentuan metode penyusutan secara tepat penting untuk dilakukan dalam perencanaan
pajak, terutama untuk perusahaan-perusahaan yang padat modal. Berdasarkan pasal 11
Undang-Undang Pajak Penghasilan metode penyusutan dapat digunakan untuk melakukan
penyusutan terhadap aset tetap bukan bangunan adalah metode garis lurus atau saldo
menurun. Untuk lebih jelas, hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Contoh Soal Perencanaan Pajak Atas Penyusutan

PT. Abadi membeli aset tetap berupa mesin, dengan harga perolehan Rp1.000.000.000,00.
Mesin tersebut dalam aset tetap kelompok 1. Besarnya beban penyusutan dapat dilihat pada
tabel berikut :

Tabel 1 :

Besar beban penyusutan per tahun dihitung dengan metode garis lurus dan saldo menurun.
Jenis aset              :  Mesin          
Harga perolehan   :  Rp. 1.000.000.000.00
Umur                    :  4 tahun

Tahun Metode Penyusutan

23
Garis Lurus Saldo Menurun

1         250.000.000         500.000.000

2         250.000.000         250.000.000

3         250.000.000         125.000.000

4         250.000.000         125.000.000

Akum. Penyusutan      1.000.000.000      1.000.000.000

                 Dari tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa besarnya beban penyusutan per tahun
berbeda-beda tetapi pada akhir masa manfaat (tahun ke-4) jumlah akumulasi penyusutan
adalah sama. Sehingga dalam perpajakan perbedaan besarnya beban penyusutan ini dikenal
dengan istilah beda waktu/beda sementara (timing difference/temporary difference).
Walaupun berdasarkan nilai nominal pada akhir masa manfaat besarnya akumulasi beban
penyusutan sama, namun jika ditinjau dari nilai tunai (present value) jumlahnya akan menjadi
berbeda. Dalam contoh ini, untuk mengetahui nilai tunai (present value) tingkat diskon yang
digunakan adalah 20%. (Lihat tabel 2) berikut.

Metode Penyusutan

Tahun Garis Lurus Saldo Menurun Tingkat Diskon

Nominal PV PV Nominal PV PV (20%)

1 250.000.000 208.333.333,30 500.000.000,00 416.666.666,70 0,833333

2 250.000.000 173.611.111,10 250.000.000,00 173.611.111,10 0,694444

3 250.000.000 144.675.925,90 120.500.000,00 72.337.963,00 0,578703

4 250.000.000 120.563.271,60 120.500.000,00 60.281.636,80 0,482253

1.000.000.000 647.183.642,90 1.000.000.000,00 722.897.377,60

24
                 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mesin yang pada saat perolehannya sebesar
Rp 1.000.000.000,00 dan pada akhir masa manfaat (tahun ke-4) dengan discount factor 20%
jumlah nilai tunai (present value) dari akumulasi beban penyusutan mesin dengan
menggunakan metode garis lurus sebesar Rp 647.183.642,00 dan menggunakan metode saldo
menurun sebesar Rp 722.897.76,50.

                 Tabel 3 (Perbandingan besar penghematan pajak antara metode garis lurus dan
metode saldo menurun dengan tingkat diskonto 20%).

Garis Lurus Saldo Menurun


Keterangan
Nominal PV PV Nominal PV PV

Harga Perolehan 1.000.000.000,00 1.000.000.000,00 500.000.000   416.666.666,70

Biaya Penyusutan 1.000.000.000,00 647.183.641,98 1.000.000.000   722.897.376,54

PPh 30% 300.000.000,00 194.115.092,59 300.000.000   216.869.212,96

Penghematan Pajak = 216.869.212,96 – 194.155.092,59 = 22.714.120,37

                 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh besarnya penghematan pajak yang dapat


dilakukan jika perusahaan memilih metode saldo menurun dalam menghitung besarnya beban
peyusutan. Tarif pajak yang digunakan adalah tarif pajak tertinggi yaitu 30% karena
diasumsikan bahwa perusahaan telah mencapai laba di atas Rp 100.000.000. Dengan tingkat
diskon 20% besar penghematan pajak adalah  Rp 216.869.212,96 – Rp 194.115.092,59 = Rp
22.714.120,37.

25
BABA III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

                 Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang
masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan perlu dilakukan karena manfaat yang diberikan
dari aset tersebut semakin berkurang. Pengurangan nilai aset dibebankan secara bertahap.

                 Semua bentuk aset tetap dikenai penyusutan atau depresiasi Kecuali tanah atau


lahan, aset tetap merupakan subyek dari depresiasi atau penyusutan artinya nilai aktiva tetap
selain tanah, misalnya mobil, berkurang seiring dengan realisasi masa umur pemanfaatannya,
sampai ketika masa guna itu habis, nilai aktiva mobil yang bersangkutan adalah
nol. Depresiasi juga dapat didifinisikan yaitu sebagian dari Harga perolehan suatu aktiva
berwujud yang dialokasikan atau diakui sebagai biaya baik setiap tahun atau setiap bulan
setiap periode akuntansi.

                 Secara umum perusahaan dalam menentukan depresiasi biasanya


menggunakan beberapa metode penetapan nilai penyusutan yaitu; Metode Garis
Lurus, Metode jam jasa, Metode Saldo Menurun, Metode Jumlah Angka‐Angka Tahun dan
Metode Nilai Produksi. Tetapi secara umum biasanya perusahaan menggunakan salah 1 dari
banyak metode yang ada, biasanya yang digunakan adalah metode garis lurus dan metode
saldo menurun karena dalam perpajakan, pajak penghasilan pasal 11, metode yang boleh

26
dalam pelaporan pajak adalah metode garis lurus dan saldo menurun. (untik lebih jelasnya
lihat peraturan atau UU pajak penghasilan pasal 11 dan penggolongan jenis – jenis harta
dalam Kep. Men. Keu. No. 138/KMK.03/2002). Dalam menentukan suatu keputusan untuk
menyusutkan aktiva tetapnya tentu didasari dengan alasan kenapa aktiva tetap
disusutkan dan faktor – factor yang mempengaruhi biaya depresiasi.

3.2 SARAN  

                 Masalah pengalokasian biaya penyusutan merupakan masalah penting, karena


mempengaruhi laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Apabila menggunakan metode
penyusutan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku atau kondisi perusahaan
tersebut, maka akan mempengaruhi pendapatan yang dilaporkan setiap periode akuntansi. 
Yang perlu diingat bahwa manajemen dapat memilih satu atau lebih metode yang dianggap
paling sesuai. Dan bila sudah menetapkan satu metode, harus ditetapkan secara konsisten,
sepanjang masa penggunaan aktiva yang bersangkutan, sehingga laporan keuangan dari
periode ke periode dapat diperbandingkan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Erly Suandy. 2011. Perencanaan Pajak. Edisi ke-5.Yogyakarta: Penerbit Salemba Empat.

Husaeni, Martani.1989.Perencaan Strategis Dalam Organisasi. Jakarta:Pusat Antar


Universita Bidang Sosial, UI

Ikatan Akuntan Indonesia.2007.Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:Salemba Empat

Mardiasmo.2009.Perpajakan.Yogyakarta:CV Andi Offset.

http://amelsahubawa.blogspot.co.id/2014/10/perencanaan-pajak-melalui-penyusutan_1.htmls.

http://akuntansi-unsika.blogspot.co.id/2012/06/aktiva-tetap-menurut-standar-akuntansi.html.

http://www.scribd.com/doc/225089105/MAKALAH-PENYUSUTAN#scribd.

http://akuntansipendidik.blogspot.com/2013/02/metode-penyusutan-aktiva-tetap-dalam-
akuntansi.html

http://keuanganlsm.com/penyusutan-depresiasi-menurut-perpajakan/

http://nichonotes.blogspot.co.id/2014/11/penyusutan-aset-tetap.html

http://agussalim170891.blogspot.co.id/2013/06/makalah-penysutan.html

http://art-buleleng.blogspot.co.id/2013/12/makalah-depresiasipenyusutan.html

http://softbizniz.blogspot.co.id/2013/06/makalah-depresiasi-aktiva-tetap.html

28
29

Anda mungkin juga menyukai