PERSEKUTUAN
Kelas : G
Kelompok 1
Anggota Kelompok 1:
1. Nanda Oktaviyanto 1221900065
2. Krisna Sofyan F 1221900031
3. Retno Wiji Lestari 1221900135
4. Tifany Arcillia G 1221900133
5. Bintang Alief P 1221900136
6. M. Bagus Andhika 1221900144
7. Merciana Selvi Lasdin 1221900026
8. Fina Adistianingsih 1221900096
9. Feny Nur Rohmawati 1221900097
10. Hubigelois Logo 1221900024
11. Miky Ardianus Kopong Tokan 1221900109
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah antara lain :
TINJAUAN PUSTAKA
PEMBAHASAN
Secara umum dan sederhana persekutuan dapat didefinisikan sebagai suatu gabungan atau
asosiasi dari dua individu atau lebih untuk memiliki dan menyelenggarakan suatu usaha
secara bersama dengan tujuan untuk memperoleh laba. Masing-masing individu tersebut
lazim disebut dengan istilah anggota sekutu atau sekutu partner. Individu tersebut dapat
berupa orang, perusahaan perseorangan, perekutuan koperasi, perseroan terbatas atau bentuk-
bentuk gabungan yang lain.
Persekutuan yang dibahas dalam makalah ini adalah persekutuan dalam arti sempit. Yang
dimaksud dengan persekutuan dalam arti sempit adalah gabungan atau asosiasi dari dua orang
atau lebih dengan tujuan untuk memperoleh laba. Baik persekutuan dalam arti luas maupun
persekutuan dalam arti sempit mempunyai unsur yang sama, yaitu:
Berdirinya suatu persekutuan selalu didahului dengan perjanjian, yang disebut perjanjian
perekutuan. Perjanjian tersebut pada umumnya dibuat secara tertulis. Perjanjian persekutuan
akan berisi ketentuan-ketentuan yang disepakati bersama oleh para sekutu. Dalam hal ini
seluruh kesepkatan berisi tentang hubungan serta kehidupan persekutuan sampai pada
pembubaran. Isi persekutuan antara lain:
Untuk hal-hal tertentu apabila belum diatur di dalam perjanjian persekutuan akan berlaku
ketentuan umum, yaitu:
4. KARAKTERISTIK PERSEKUTUAN
Karakteristik utama adalah merupakan sifat utama atau ciri khas persekutuan yang
meliputi:
1) Mutual Agency
Masing-masing sekutu merupakan agen (wakil, perantara, perpanjangan tangan)
dari persekutuan. Tindakan seorang sekutu di dalam pengelolaan persekutuan
sacara otomatis akan mengikat semua sekutu yang lain.
2) Limited Life
Umur persekutuan adalah terbatas. Hal-hal yang mebatasi umur persekutuan
antara lain perjanjian persekutuan, ketentuan hukum serta putusan pengadilan.
Sewaktu-waiktu persekutuan dapat bubar karena masuknya sekutu baru,
pengunduran sekutu dan sebagainya.
3) Unlimited Liability
Tanggung jawab masing-masing sekutu ( kecuali sekutu pasif ) tidak terbatas pada
modal yang telah disetor saja.
4) Ownership of an Interset in a Partnership
Kekayaan yang telah disetor ke dalam persekutuan sudah bukan lagi milik sekutu
penyetor, melainkan milik semua sekutu.
5) Participation on Partnership Profit
Masing-masing sekutu mempunyai hak di dalam pembagian laba atau rugi
persekutuan.
6) Right to Dispose of a Partnership Interest
Masing-masing sekutu mempunyai hak untuk menjual atau memindahkan haknya
atas modal dan hak atas laba kepada orang lain, baik kepada anggota sekutu
maupun bukan.
7) Mutual Liabiliy
Semua sekutu bertanggung jawab terhadap utang persekutuan. Jadi utang
persekutuan adalah juga utang seluruh sekutu
(untuk membukukan transaksi pendirian persekutuan TRIO dengan investasi berupa uang
kas, tanah, bangunan kantor, dan truk sesuai nilai wajarnya)
1. Metode Bonus
Para sekutu dari persekutuan TRIO sepakat bahwa investasi truk dari Badri yang
mempunyai nilai wajar Rp. 25.000.000,- diakui sebagai modal Badri dalam
pembukuan persekutuan TRIO sebesar Rp. 30.000.000,-. Dengan demikian Badri
akan mendapatkan bonus sebesar Rp. 5.000.000,-. Sedangkan Heri dan Lely sepakat
untuk mengurangi saldo modal mereka masing-masing sebesar Rp. 2.500.000,-
sebagai kompensasi bonus yang mereka berikan kepada Badri. Jurnal umum yang
dibuat:
Modal Heri Rp. 2.500.000,-
Modal Lely Rp. 2.500.000,-
Modal Badri Rp. 5.000.000,-
(untuk membukukan adanya bonus bagi Badri atas investasinya pada persekutuan
TRIO, dengan kompensasi masing-masing 50% atas saldo modal Heri dan Lely)
2. Metode Goodwill
Misalnya nilai lebih dari truk sebesar Rp. 5.000.000,- diakui sebagai goodwill maka
jurnal yang dibuat :
Goodwill Rp. 5.000.000,-
Modal Badri Rp. 5.000.000,-
(untuk membukukan adanya goodwill atas Badri)
Misal truk dinilai lebih rendah dari nilai wajar sebesar Rp. 5.000.000,-, maka
jurnalnya:
Modal Badri Rp. 5.000.000,-
Modal Heri Rp. 2.500.000,-
Modal Lely Rp. 2.500.000,-
6. OPERASI PERSEKUTUAN
Operasi persekutuan pada umumnya sama dengan operasi dari organisasi bisnis
lainnya. Untuk biaya yang sifatnya pribadi dari seorang sekutu, harus dipisahkan dengan
biaya yang dikeluarkan untuk biaya operasi persekutuan. Bila ada sekutu yang melakukan
pembayaran biaya yang sifatnya untuk kepentingan pribadi dengan menggunakan aset
persekutuan maka pembayaran ini akan dibebankan kepada akun modal dari sekutu yang
bersangkutan.
Sebagai contoh, pada tahun 2010 Clara dan Pipit setuju untuk membentuk
persekutuan, dan sepakat menjalankannya dengan rasio pembagian laba sebesar 70:30.
Data yang berkaitan dengan persekutuan sebagai berikut.
1. Laba persekutuan tahun 2010 Rp 100 juta
2. Modal Clara, 1 Januari 2010 150 juta
3. Tambahan investasi Clara tahun 2010 10 juta
4. Prive Clara 20 juta
5. Modal Pipit 1 Januari 2010 100 juta
6. Pengambilan Pipit 20 juta
7. Penarikan Modal (withdrawals) Pipit 2010 5 juta
Dari laporan modal persekutuan di atas, dapat dilihat perubahan jumlah modal
masing-masing sekutu serta pembagian laba bersih persekutuan berdasarkan rasio
kesepakatan awal. Harus diingat bahwa akun pengambilan sekutu harus
dilakukan penutupan tiap akhir tahun. Jurnalnya sebagai berikut.
Prosedur Likuidasi:
1. Menghitung dan membagi L/R persekutuan Menghitung saldo modal bersih
Saldo rekening modal xxx
Utang, sekutu ... xxx
Saldo D rekening prive (xxx)
Piutang, sekutu ... (xxx)
Modal bersih xxx
2. Menguangkan (menjual) semua aktiva non kas (realisasi ANK)
3. Melunasi hutang kepada pihak ketiga dan kepada sekutu
4. Membagi sisa kas kepada para sekutu
Kesimpulan
Berdasarkan uraian tentang persekutuan diatas maka dapat ditarik kesimpulan yaitu
persekutuan dikelompokan menjadi 2 yaitu Persekutuan Firma (Fa) dan Persekutuan
Komanditer (CV). Persekutuan merupakan bentuk usaha yang populer karena mudah dalam
pendiriannya dan memungkinkan beberapa individu untuk menggabungkan bakat dan
kemampuan mereka, dalam satu usaha tertentu. Dalam suatu persekutuan terdapat
perjanjianan berisi ketentuan-ketentuan yang disepakati bersama oleh para sekutu yang berisi
tentang hubungan serta kehidupan persekutuan sampai pada pembubaran.
Isi perjanjian persekutuan akan dipakai sebagai dasar pencatatan setoran modal, dasar
perhitungan modal, dasar pembagian laba, dasar transaksi persekutuan yang menyangkut
modal, dan dasar pembagian aktiva dalam likuidas. Persekutuan dibagi menjadi 3 kelompok
yaitu persekutuan firma (Fa), persekutuan komanditer (CV), dan Joint Stock Company.
Persekutuan memiliki karakteristik atau ciri khas yaitu Mutual Agency, Limited Life,
Unlimited Liability, Ownership of an Interset in a Partnership, Participation on Partnership
Profit, Right to Dispose of a Partnership Interest, dan Mutual Liability. Pada prinsipnya
akuntansi untuk persekutuan tidak berbeda dengan akuntansi untuk perusahaan perseorangan
maupun akuntansi untuk Perseroan Terbatas (PT). perbedaannya adalah hanya pada modal
dan pembagian labanya.
Pada persekutuan laba rugi selalu di bagi antara sekutu dengan metode pembagian
laba yang telah di sepakat. Yang di maksud dengan pembagian laba di dalam akuntansi
adalah pemindahan saldo laba (rugi) persekutuan ke rekening modal masing – masing sekutu.
Jadi pembagian laba tidak selalu di ikuti dengan pembagian kas atau aktiva yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Warastuti, T. D. (2009). Akuntansi Keuangan Lanjutan 1. Yogyakarta: Amara Book.
https://id.scribd.com/document/416054531/Makalah-Akuntansi-Keuangan-Lanjutan-1-1
https://id.scribd.com/document/389964430/Kelompok-1-Pembentukan-Persekutuan-docx
https://www.scribd.com/document/246924589/Makalah-Persekutuan-Bab-8