Anda di halaman 1dari 20

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 1

PERSEKUTUAN

Kelas : G
Kelompok 1
Anggota Kelompok 1:
1. Nanda Oktaviyanto 1221900065
2. Krisna Sofyan F 1221900031
3. Retno Wiji Lestari 1221900135
4. Tifany Arcillia G 1221900133
5. Bintang Alief P 1221900136
6. M. Bagus Andhika 1221900144
7. Merciana Selvi Lasdin 1221900026
8. Fina Adistianingsih 1221900096
9. Feny Nur Rohmawati 1221900097
10. Hubigelois Logo 1221900024
11. Miky Ardianus Kopong Tokan 1221900109
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Secara umum dan sederhana persekutuan dapat didefinisikan sebagai suatu


gabungan atau asosiasi dari dua individu atau lebih untuk memiliki dan
menyelenggarakan suatu usaha secara bersama dengan tujuan untuk memperoleh laba.
Berdirinya suatu persekutuan selalu didahului dengan perjanjian, yang disebut
perjanjian perekutuan. Perjanjian tersebut pada umumnya dibuat secara tertulis.Dalam
persekutuan dikelompokan menjadi 2 persekutuan yaitu: Persekutuan Firma (Fa) dan
Persekutuan Komanditer (CV). Mendirikan perusahaan baru yaitu merupakan
pembentukan persekutuan yang sama sekali baru berdasarkan kesepakatan dua orang
sekutu atau lebih. Masing-masing sekutu menyetor modal untuk mendirikan
perusahaan baru yang akan dimiliki bersama.
Akuntan sering kali diminta bantuannya dalam hal pendirian dan operasi dari
persekutuan untuk memastikan pengukuran dan penilaian yang benar atas transaksi
dalam persekutuan. Persekutuan merupakan bentuk usaha yang populer karena mudah
dalam pendiriannya dan memungkinkan beberapa individu untuk menggabungkan
bakat dan kemampuan mereka, dalam satu usaha tertentu. Selain itu, persekutuan
menyediakan sarana yang lebih fleksibel untuk memperoleh tambahan modal
dibandingkan dengan perusahaan perorangan dan memungkinkan pembagian risiko
dalam pertumbuhan usaha yang cepat.
Akuntansi untuk persekutuan mensyaratkan pengakuan atas beberapa faktor
penting. Pertama,dari sudut pandang akuntansi, persekutuan adalah entitas usaha yang
terpisah. Dari sudut pandang hukum, sebuah persekutuan seperti halnya perusahaan
perorangan, tidaklah terpisah dari pemiliknya. Oleh karena itu muncul beberapa
perbedaan antara pajak dan akuntansi untuk ke hal-hal tertentu, seperti nilai yang
dimasukkan ke dalam aset yang di kontribusi dalam pendirian persukutan. Bab ini
menjelaskan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk persekutuan.Kedua,
walaupun banyak persekutuan mencatat operasi mereka menggunakan basis
akrual,beberapa persekutuan menggunakan akuntansi yang berbasis kas atau berbasis
kas yang dimodifikasi. Pilihan tersebut diperkanankan karena pencatatan dalam
persekutuan dilakukan untuk para sekutu dan harus mencerminkan informasi yang
mereka butuhkan.
Laporan keuangan persekutuan biasanya disusun bagi para sekutu, dan hanya
terkadang bagi kreditor. Tidak seperti perusahaan publik, kebanyakan persekutuan
tidak disyaratkan diaudit atas laporan keuangan tahunannya. Walaupun banyak
persekutuan mengikuti prinsip akuntansi yang berlaku umum,penyimpangan dari
prinsip tersebut masih ditemukan dalam praktik. Kebutuhan khusus bagipersekutuan
adalah kriteria umum untuk menentukan kebijakan akuntansi yang digunakan
untukpersekutuan tertentu.
BAB II

GAMBARAN UMUM KASUS

Masalah akuntansi yang spesifik pada persekutuan adalah masalah yang


berhubungan dengan pengukuran milik atau penyertaan (hak) masing-masing anggota
di dalam perusahaan. Pendirian persekutuan tidak akan berjalan dengan baik ketika
akuntansi di dalam persekutuan tidak berjalan dengan baik. Hal-hal dari para anggota
diikhtisarkan di dalam rekening modal masing-masing yang terdiri dari penanaman
mula-mula, penanaman tambahan dan prive, serta bagian dari keuntungan atau
kerugian usaha. Para anggota boleh membuat persetujuan dalam membagi keuntungan
atau kerugian dalam berbagai macam cara yang sesuai dengan hak penyertaan mereka.
Apabila tidak ada suatu persetujuan tertentu, maka keuntungan atau kerugian harus
dibagi sama diantar para anggota. Selain itu, juga terdapat operasi persekutuan,
perubahan persekutuan, dan likuidasi persekutuan. Hal tersebut harus diperhatikan
dalam pendirian persekutuan firma (FA) ataupun persekutuan komanditer (CV).
Seperti pada contoh kasus berikut:
Persekutuan MAJU LANCAR berdiri pada tahun 2008 dengan akte pendirian
No C2-4442HT.02.01. Persekutuan ini semula merupakan perusahaan perorangan
yang dimiliki oleh Bapak Hidayat yang bergerak dibidang penjualan barang-barang
kebutuhan rumah tangga. Karena perusahaan maju pesat, Bapak Hidayat ingin
mengembangkan usaha tersebut dengan menambah modalnya. Bapak Hidayat
kemudian mengajak 2 rekannya untuk bergabung dengannya membentuk
persekutuan. Dua rekannya tersebut adalah Bapak Ibnu Batutah dan Bapak Joni
Manopo. Kesepakatan ketiganya kemudian dijabarkan ke dalam akte pendirian
Persekutuan yang berisi sebagai berikut:
1. Nama persekutuan adalah ‘Persekutuan MAJU LANCAR’ berdomisili di Jalan
Pawiyatan Luhur IV/I Benda Dhuwur Semarang dengan anggota sekutu terdiri
dari 3 rang yaitu Bapak Hidayat, Bapak Ibnu Batutah, dan Bapak Joni
Manopo.
2. Tanggal berdirinya ditetapkan 1 Mei 2008 dengan jangka waktu 3 tahun yang
akan dijalankan mulai tanggal penetapan.
3. Persekutuan MAJU LANCAR bergerak dibidang penjualan barang dan
memiliki daerah pemasaran di jawa tengah dan daerah istimewa Yogyakarta.
4. Nilai dan jenis investasi masing-masing anggota sekutu ditetapkan sebagai
berikut:
Sekutu Jenis Investasi Nilai (Rp)
Bapak Hidayat Toko yang dimiliki 220.000.000,00
Bapak Ibnu Batutah Uang tunai 100.000.000,00
Bapak Joni Manopo Persediaan 50.000.000,00
Aktiva tetap 100.000.000,00
Berdasarkan kesepakatan, nilai saldo akhir laporan harta, utang dan modal
toko yang dimiliki oleh Bapak Hidayat akan dilakukan penyesuaian-penyesuaian
yang didasarkan kepada harga yang berlaku di pasar. Ketentuan penyesuaian
disajikan dalam lampiran. Dari penyesuaian yang ada diperoleh total nilai aktiva
sebesar Rp 220.000.000,00. Pembukuan yang telah dilakukan oleh Bapak Hidayat
untuk tokonya dilanjutkan sebagai pembukuan persekutuan.

Dengan demikian untuk menyelesaikan kasus tersebut yaitu dengan


melakukan perhitungan yang kemudian dilakukan penjurnalan pembentukan
persekutuan serta melakukan pembuatan laporan keuangan untuk (posisi harta, utang
dan modal) Persekutuan Maju Lancar.
BAB III

PERMASALAHAN

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah antara lain :

1) Apa yang dimaksud dengan persekutuan dan unsur-unsurnya?


2) Bagaimana perjanjian dalam persekutuan?
3) Apa saja yang termasuk dalam penggolongan persekutuan?
4) Bagaimana karakteristik persekutuan?
5) Bagaimana cara mendirikan persekutuan baru?
6) Bagaimana proses operasi persekutuan?
7) Bagaimana proses likuidasi persekutuan?
BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori Akuntansi dan Persekutuan


a) Teori Akuntansi dan Perusahaan Menurut Para Ahli :
1. ABP Statement No. 4 dalam Smith Skousen (1995 : 3). Mendefinisikan
Akuntansi merupakan suatu aktivitas jasa yang fadalah untuk menyediakan
informasi kuantitatif, terutama yang mempunyai sifat dalam pengambilan
keputusan ekonomis dalam memberikan keputusan pilihan-pilihan yang logis
diantara berbagai tindakan alternative.
2. American Insitute of Certified Public Accounting (AICPA). Menyatakan
bahwa akuntansi sebagai seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran
dengan beberapa cara tertentu dalam ukuran moneter, transaksi, dan kejadian-
kejadian yang umumnya bersifat keuangan termasuk menafsirkan hasil-
hasilnya. dan meringkas dengan cara tertentu dalam ukuran fiskal, pertukaran
dan kesempatan yang pada umumnya yang bersifat moneter dan dalam
menguraikan hasil.
3. UU No.8 Tahun 1997, Pasal 1 (1). Perusahaan adalah setiap bentuk usaha
yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus-menerus dengan memperoleh
keuntungan dan atau laba bersih, baik yang diselenggarakan oleh orang
perorangan maupun badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan
badan hukum, yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah negara RI
4. Murti Sumarni (1997). Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi
yang mengolah sumber daya ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa
bagi masyarakat dengan tujuan memperoleh keuntungan dan memuaskan
kebutuhan masyarakat.

B. Kerangka Teori Persekutuan Akuntansi


a) Bentuk Organisasi Persekutuan
1. Karakteristik Persekutuan. Karakteristik dasar dari bentuk persekutuan
yaitu:
• Kumpulan individu
• Keagenan Bersama
• Umur yang terbatas
• Kewajiban yang tidak terbatas
• Kepemilikan Bersama atas Aset Persekutuan
2. Bentuk – bentuk Organisasi dengan Karakteristik Persekutuan
• Persekutuan Terbatas
• Persekutuan dengan Tanggung Jawab Terbatas
• Perusahaan dengan Tanggung Jawab Terbatas
• PT “S”
• Kelebihan dan Kekurangan Persekutuan
b) Dasar Akuntansi Persekutuan
Pendirian Sebuah Persekutuan
Investasi awal sekutu dalam persekutuan dicatat dalam buku
persekutuan.Investasi ini harus dicatat pada nilai pasar wajar dari asset pada saat
asset tersebut dimasukkan ke dalam persekutuan.Nilai yang diberikan harus
disepakati oleh seluruh sekutu.
• Pembagian Laba Bersih atau Rugi Bersih
• Laporan Keuangan Persekutuan
c) Likuidasi Persekutuan
Likuidasi persekutuan adalah suatu proses yang meliputi merubah aktiva
nonkas menjadi kas :
1. Tidak kekurangan Modal
2. Kekurangan Modal, Kekurangan (defisit) modal bisa disebabkan oleh
terjadinya kerugian bersih, prive yang terlalu besar, atau kerugian dari
proses realisasi selama likuidasi.

C. Kerangka Perseroan Terbatas


Bentuk Organisai Perseroan Tebatas
1. PT Terbuka
2. PT tertutup
3. PT perseorangan
BAB V

PEMBAHASAN

1. PERSEKUTUAN DAN UNSUR-UNSURNYA

Secara umum dan sederhana persekutuan dapat didefinisikan sebagai suatu gabungan atau
asosiasi dari dua individu atau lebih untuk memiliki dan menyelenggarakan suatu usaha
secara bersama dengan tujuan untuk memperoleh laba. Masing-masing individu tersebut
lazim disebut dengan istilah anggota sekutu atau sekutu partner. Individu tersebut dapat
berupa orang, perusahaan perseorangan, perekutuan koperasi, perseroan terbatas atau bentuk-
bentuk gabungan yang lain.

Persekutuan yang dibahas dalam makalah ini adalah persekutuan dalam arti sempit. Yang
dimaksud dengan persekutuan dalam arti sempit adalah gabungan atau asosiasi dari dua orang
atau lebih dengan tujuan untuk memperoleh laba. Baik persekutuan dalam arti luas maupun
persekutuan dalam arti sempit mempunyai unsur yang sama, yaitu:

a. Gabungan atau asosiasi para sekutu.


Sebagai suatu asosiasi dari beberapa sekutu (individu) maka persekutuan tidak dapat
dipisahkan dengan kesepakatan atau perjanjian yaitu perjanjian untuk mendirikan,
memiliki dan mengelola persekutuan. Perjanjian ini hendaknya juga mampu
menyelesaikan segala permasalahan yang timbul di antara para sekutu.
b. Pemilikan dan pengelolaan bersama
Di dalam persekutuan harus selalu ditunut adanya kebersamaan,yaitu:
a) Persekutuan dimiliki bersama
b) Persekutuan dikelola bersama
c) Kalau ada resiko ditanggung bersama
d) Kalau memperoleh laba dibagi bersama
c. Tujuan untuk memperoleh laba
Tujuan utama persekutuan adalah memperoleh laba. Dalam hal ini seluruh anggota
berhak memiliki laba tersebut. Oleh karena itu, laba atau rugi harus dibagi bersama
sesuai dengan perjanjian yang sudah disepakati bersama oleh seluruh anggota sekutu.
2. PERJANJIAN PERSEKUTUAN

Berdirinya suatu persekutuan selalu didahului dengan perjanjian, yang disebut perjanjian
perekutuan. Perjanjian tersebut pada umumnya dibuat secara tertulis. Perjanjian persekutuan
akan berisi ketentuan-ketentuan yang disepakati bersama oleh para sekutu. Dalam hal ini
seluruh kesepkatan berisi tentang hubungan serta kehidupan persekutuan sampai pada
pembubaran. Isi persekutuan antara lain:

a. Ketentuan mengenai persekutuan, antara lain meliputi:


a) Nama persekutuan dan/atau perusahaan
b) Lokasi atau kedudukan persekutuab dan/atau perusahaan
c) Tanggal pembentukan persekutuan
d) Tanggal mulai berlakunya perjanjian persekutuan
e) Sifat atau kegiatan perusahaan persekutuan
f) Jangka waktu persekutuan

b. Ketentuan mengenai sekutu, antara lain meliputi:


a) Nama dan alamat para sekutu
b) Hak para sekutu
c) Kewajiban para sekutu

c. Ketentuan yang berhubungan dengan persekutuan, antara lain meliputi:


a) Jumlah dan bentuk setoran modal awal mula-mula para sekutu
b) Waktu penyetoran modal mula-mula
c) Jumlah dan waktu penyetoran tambahan modal
d) Jumlah dan waktu penarikan kembali atas modal yang telah disetor
e) Batasan dan perbedaan antara penarikan kembali atas modal dan pengembalian prive

d. Ketentuan mengenai pembagian laba, yang meliputi antara lain:


1) Metode dan pembagian laba
2) Diperhitungkan bunga maka selaanjutnya harus ditentukan:
a) Dasar perhitungan bunga:
▪ Modal mula-mula
▪ Modal awal periode
▪ Modal akhir periode
▪ Modal rata-rata.
▪ Kelebihan modal diatas jumlah tertantu.
▪ Kelebihan modal diatas modal rata-rata terendah.
b) Saat pembayaran bunga.
▪ Setiap bulan.
▪ Pada akhir periode
c) Perlakuan terhadap bunga.
▪ Hanya sebagai alat pembagian laba.
▪ Sebagai biaya.
3) Diperhitungkan gaji atau tidak.
a) Besarnya gaji perbulan dari masing-masing sekutu.
b) Saat pembayaran gaji.
▪ Setiap bulan
▪ Pada akhir periode.
c) Perlakuan terhadap gaji.
▪ Hanya sebagai alat pembagian laba.
▪ Sebagai biaya.
4) Diperhitungkan bonus atau tidak.
a) Sekutu yang mendapat bonus
b) Besarnya bonus (berapa %)
c) Dasar perhitungan bonus

e. Ketentuan yang berhubungan dengan pembubaran persekutuan, antara lainya


adalah:
a) Prosedur pembubaran.
b) Prosedur penjualan/pemindahan hak para sekutu.
c) Prosedur pengunduran sekutu.
d) Prosedur masuknya sekutu baru.
e) Prosedur pembagan kas.

f. Ketentuan mengenai pertanggugan (asuransi) terhadap masing-masing sekutu,


antara lainnya adalah:
a) Apakah para sekutu diasuransikan (asuransi jiwa)?
b) Siapa yang menjadi benefesiary? Dalam hal ini sekutu yang bersangkutanataukah
persekutuan?

Isi perjanjian persekutuan akan dipakai sebagai :

a) Dasar pencatatan setoran modal.


b) Dasar perhitungan modal.
c) Dasar pembagian laba.
d) Dasar pencatatan transaksi-transaksi persekutuan yang menyangkut modal.
e) Dasar pembagian aktiva dalam likuidasi.

Untuk hal-hal tertentu apabila belum diatur di dalam perjanjian persekutuan akan berlaku
ketentuan umum, yaitu:

a) Metode pembagian laba


Apabila perjanjian persekutuan tidak mengatur metode pembagian laba maka sesuai
dengan kitab Undang-UndangHukum Dagang laba atau rugi akan dibagi sama.
b) Hak partisipasi
Apabila perjanjian persekutuan belum mengatur hak partisipasimaka semua sekutu
mempunyai hak dan kewajiban untuk ikut berpartisipasi di dalam mengelola
persekutuan.
c) Tanggungjawab para sekutu
Apabila perjanjian persekutuan belum mengatur tanggungjawabmasing-masing sekutu
maka sekutu akan bertanggung jawab penuh.
d) Hak pemindahan pemilikan.
Apabila perjanjian persekutuan belum mengatur hak pemindahan berarti semua
sekutu memiliki hak untuk memindahkan hak atasmodal dan atas laba.
e) Gaji dan bonus.
Apabila perjanjian persekutuan belum mengatur gaji dan bonus maka para sekutu
tidak memperoleh gaji dan bonus.
f) Bunga modal.
Apabila perjanjian persekutuan belum mengatur bunga modal berarti tidak
diperhitungkan bunga modal.
3. PENGGOLONGAN PERSEKUTUAN
Persekutuan dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
1) Persekutuan Firma (Fa), adalah Persekutuan firma atau sering disingkat Fa
adalah persekutuan yang didirikan atau diadakan untuk menjalankan perusahaan
dengan menggunakan nama bersama dimana semua sekutu bertanggung jawab
penuh dan biasanya ikut aktif mengelola perusahaan. Secara hukum
tanggungjawab para firma tidak terbatas pada modal yang disetor saja, akan tetapi
meliputi pula seluruh harta pribadinya (bertanggungjawab penuh). Persekutuan
firma ini diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang pasal 16.2)
2) Persekutuan Komanditer (CV), adalah Persekutuan komanditer atau
comanditair vennotscap (CV) adalah suatu bentuk perjanjian kerja sama untuk
berusaha bersama di mana salah satu atau lebih dari anggotanya
bertanggungjawab terbatas. Dengan demikian para sekutu di dalam persekutuan
komanditer terdiri dari 2 kelompok, yaitu:
a) Sekutu Aktif
Sekutu aktif atau sekutu kerja atau sekutu komplementer adalah
sekutuyang ikut aktif mengelola perusahaan dan bertanggung jawab penuh
dengan seluruh harta pribadinya.
b) Sekutu Pasif (Silent Partner)
Sekutu pasif atau sekutu komanditer atau sekutu diam atau sekutu rahasia
adalah sekutu yang hanya menyetor modal saja tanpa ikut mengelola
perusahaan. Tanggungjawab sekutu pasif ini hanya terbatas pada modal
yang disetor saja. Apabila pada suatu ketika sekutu pasif itu ikut dalam
mengelola persekutuan, maka kedudukannya berubah dari sekutu pasif
menjadi sekutu aktif. Dengan demikian, tanggungjawabnya juga akan
berubah dari terbatas menjadi tidak terbatas. Persekutuan komanditer ini
diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang pasal 19.
3) Joint Stock Company
Joint Stock Company adalah persekutuan yang struktur modalnya terbagi atas
saham-saham yang dapat dipindah-tangankan. Pemilikan saham ini biasanya
dibuktikan dengan surat sertifikat saham, yang memberikan hak dan kewajiban
kepada pemilikanya. Hak dan kewajiban yang dimiliki oleh masing-masing
pemilik sertifikat saham tersebut antara lain:
1) Hak untuk ikut mengelola perusahaan
2) Hak untuk berpartisipasi di dalam pembagian laba atau rugi
3) Hak untuk memindahkan (menjual) hak pemilikannya.
4) Kewajiban untuk menanggung rugi, baik rugi operasional meupunrugi
yang terjadi dalam hubungannya dengan likuidasi. Besarnya saham
masing-masing sekutu didalam Joint Stock Company tidak menunjukkan
besarnya tanggung jawab sekutu yang bersangkutan melainkan hanya
menunjukkan besarnya pemilikan.

4. KARAKTERISTIK PERSEKUTUAN

Karakteristik utama adalah merupakan sifat utama atau ciri khas persekutuan yang
meliputi:

1) Mutual Agency
Masing-masing sekutu merupakan agen (wakil, perantara, perpanjangan tangan)
dari persekutuan. Tindakan seorang sekutu di dalam pengelolaan persekutuan
sacara otomatis akan mengikat semua sekutu yang lain.
2) Limited Life
Umur persekutuan adalah terbatas. Hal-hal yang mebatasi umur persekutuan
antara lain perjanjian persekutuan, ketentuan hukum serta putusan pengadilan.
Sewaktu-waiktu persekutuan dapat bubar karena masuknya sekutu baru,
pengunduran sekutu dan sebagainya.
3) Unlimited Liability
Tanggung jawab masing-masing sekutu ( kecuali sekutu pasif ) tidak terbatas pada
modal yang telah disetor saja.
4) Ownership of an Interset in a Partnership
Kekayaan yang telah disetor ke dalam persekutuan sudah bukan lagi milik sekutu
penyetor, melainkan milik semua sekutu.
5) Participation on Partnership Profit
Masing-masing sekutu mempunyai hak di dalam pembagian laba atau rugi
persekutuan.
6) Right to Dispose of a Partnership Interest
Masing-masing sekutu mempunyai hak untuk menjual atau memindahkan haknya
atas modal dan hak atas laba kepada orang lain, baik kepada anggota sekutu
maupun bukan.
7) Mutual Liabiliy
Semua sekutu bertanggung jawab terhadap utang persekutuan. Jadi utang
persekutuan adalah juga utang seluruh sekutu

5. MENDIRIKAN PERSEKUTUAN BARU


Heri, Lely, dan Badri berminat untuk mendirikan persekutuan dengan nama TRIO.
Adapun data tentang aktiva dari ketiga orang tersebut yang hendak diinvestasikan pada
persekutuan TRIO adalah sebagai berikut :
Jenis Asset Heri Lely Badri
Kas Rp 35.000.000 Rp 10.000.000
Tanah Rp 325.000.000
NB : Rp
100.000.000
Bangunan Kantor Rp 50.000.000 Rp 25.000.000
NB : Rp 75.000.000
Truk Rp 410.000.000 Rp 10.000.000 Rp 25.000.000
NB : Rp 40.000.000

Jurnal Umum untuk transaksi diatas :


Kas 45.000.000
Tanah 325.000.000
Bangunan Kantor 50.000.000
Truk 25.000.000
Modal Heri 410.000.000
Modal Lely 10.000.000
Modal Badri 25.000.000

(untuk membukukan transaksi pendirian persekutuan TRIO dengan investasi berupa uang
kas, tanah, bangunan kantor, dan truk sesuai nilai wajarnya)

Metode Penentuan besarnya nilai investasi:

1. Metode Bonus
Para sekutu dari persekutuan TRIO sepakat bahwa investasi truk dari Badri yang
mempunyai nilai wajar Rp. 25.000.000,- diakui sebagai modal Badri dalam
pembukuan persekutuan TRIO sebesar Rp. 30.000.000,-. Dengan demikian Badri
akan mendapatkan bonus sebesar Rp. 5.000.000,-. Sedangkan Heri dan Lely sepakat
untuk mengurangi saldo modal mereka masing-masing sebesar Rp. 2.500.000,-
sebagai kompensasi bonus yang mereka berikan kepada Badri. Jurnal umum yang
dibuat:
Modal Heri Rp. 2.500.000,-
Modal Lely Rp. 2.500.000,-
Modal Badri Rp. 5.000.000,-
(untuk membukukan adanya bonus bagi Badri atas investasinya pada persekutuan
TRIO, dengan kompensasi masing-masing 50% atas saldo modal Heri dan Lely)
2. Metode Goodwill
Misalnya nilai lebih dari truk sebesar Rp. 5.000.000,- diakui sebagai goodwill maka
jurnal yang dibuat :
Goodwill Rp. 5.000.000,-
Modal Badri Rp. 5.000.000,-
(untuk membukukan adanya goodwill atas Badri)
Misal truk dinilai lebih rendah dari nilai wajar sebesar Rp. 5.000.000,-, maka
jurnalnya:
Modal Badri Rp. 5.000.000,-
Modal Heri Rp. 2.500.000,-
Modal Lely Rp. 2.500.000,-
6. OPERASI PERSEKUTUAN
Operasi persekutuan pada umumnya sama dengan operasi dari organisasi bisnis
lainnya. Untuk biaya yang sifatnya pribadi dari seorang sekutu, harus dipisahkan dengan
biaya yang dikeluarkan untuk biaya operasi persekutuan. Bila ada sekutu yang melakukan
pembayaran biaya yang sifatnya untuk kepentingan pribadi dengan menggunakan aset
persekutuan maka pembayaran ini akan dibebankan kepada akun modal dari sekutu yang
bersangkutan.
Sebagai contoh, pada tahun 2010 Clara dan Pipit setuju untuk membentuk
persekutuan, dan sepakat menjalankannya dengan rasio pembagian laba sebesar 70:30.
Data yang berkaitan dengan persekutuan sebagai berikut.
1. Laba persekutuan tahun 2010 Rp 100 juta
2. Modal Clara, 1 Januari 2010 150 juta
3. Tambahan investasi Clara tahun 2010 10 juta
4. Prive Clara 20 juta
5. Modal Pipit 1 Januari 2010 100 juta
6. Pengambilan Pipit 20 juta
7. Penarikan Modal (withdrawals) Pipit 2010 5 juta

Berdasarkan informasi yang berkaitan dengan persekutuan di atas, dibuatlah


laporan modal persekutuan dengan format sebagai berikut.
Tabel 1.1
Laporan Modal Persekutuan Clara dan Pipit
Untuk Tahun yang berakhir pada 31 Desember 2010 (dalam ribuan)

Clara (70%) Pipit (30%) Total

Saldo modal pada 1 Januari Rp 150.000 Rp 100.000 Rp 250.000


2010
(+) Investasi Tambahan 10.000 - 10.000
(-) Prive - 5.000 5.000
(-) Pengambilan modal 20.000 20.000 40.000
Jumlah bersih konstribusi 140.000 75.000 215.000
modal
(+) Laba bersih 70.000 30.000 100.000
Saldo Modal 31 Desember Rp 210.000 Rp 105.000 315.000
2010

Dari laporan modal persekutuan di atas, dapat dilihat perubahan jumlah modal
masing-masing sekutu serta pembagian laba bersih persekutuan berdasarkan rasio
kesepakatan awal. Harus diingat bahwa akun pengambilan sekutu harus
dilakukan penutupan tiap akhir tahun. Jurnalnya sebagai berikut.

Des 31 Ikhtisar laba rugi 100.000.000


Modal Clara 70.000.000
Modal Pipit 30.000.000
(Untuk mencatat pembagian laba
bersih ke Clara dan Pipit)
Des 31 Modal Clara 20.000.000
Modal Pipit 20.000.000
Pengambilan Clara 20.000.000
Pengambilan Pipit 20.000.000
(Untuk menutup akun pengambilan
sekutu ke modalnya masing-masing)

7. PROSES LIKUIDASI PERSEKUTUAN


Likuidasi adalah proses dimana semua sekutu mengundurkan diri, sehingga
persekutuan secara organisasional maupun secara operasional bubar. Dalam proses
likuidasiini terjadi juga proses realisasi. Proses realisasi adalah proses
perubahan/penjualan aktiva non kas menjadi kas.

Prosedur Likuidasi:
1. Menghitung dan membagi L/R persekutuan Menghitung saldo modal bersih
Saldo rekening modal xxx
Utang, sekutu ... xxx
Saldo D rekening prive (xxx)
Piutang, sekutu ... (xxx)
Modal bersih xxx
2. Menguangkan (menjual) semua aktiva non kas (realisasi ANK)
3. Melunasi hutang kepada pihak ketiga dan kepada sekutu
4. Membagi sisa kas kepada para sekutu

7.1 Simple Liquidation (Likuidasi Sederhana/Sekaligus)


Untuk kasus likuidasi sederhana ada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi,
yaitu:
▪ Semua sekutu bersaldo modal positif Jika setelah proses pembayaran
hutang kepada pihak ketiga dan ternyata posisi modal masing-masing sekutu
positif, maka semua sekutu akan menerima pengembalian modal.
▪ Ada sekutu yang bersaldo modal negatif tetapi persekutuan memiliki
saldo hutang kepada sekutu. Jika setelah proses pembayaran hutang
kepada pihak ketiga dan ternyata ada sekutu yang memiliki saldo modal
negatif tetapi masih dapat ditutup dengan hutang kepada sekutu yang
bersangkutan maka semua sekutu akan tetap mendapatkan pengembalian
modal.
▪ Ada sekutu yang bersaldo modal negatif, tetap persekutuan memiliki saldo
hutang sekutu yang bersangkutan tidak mampu untuk menutup saldo negatif
atau persekutuan tidak memiliki saldo hutang kepada sekutu maka yang harus
dilakukan adalah:
a. Jika sekutu yang bersangkutan dalam keadaan solven (mampu) maka
sekutu yang bersangkutan harus menyetorkan tambahan modal.
b. Jika dallam keadaan insolven (tidak mampu) maka saldo modal negatif
harsu ditanggung oleh sekutu yang lain (bersifat sementara).
▪ Kas yang ada tidak cukup untuk melunasi hutang kepada pihak ketiga maka
yang harus dilakukan lihat kondisi sekutu (apakah kondisi sekutu solven dan
mampu setor atau insolven sampai ditanggung sekutu lain).

7.2 Installment Liquidation (Likuidasi Bertahap)


Prosedur likuidasi bertahap sebenarnya sama dengan likuidasi sederhana
hanya saja dalam proses realisasi membutuhkan waktu yang lama. Kas yang
ada digunakan terlebih dahulu untuk membayar hutang kepada pihak ketiga
bary kemudian digunakan untuk pengambilan modal kepada sekutu.
Kemungkinan kondisi yang dihadapi dalam likuidasi bertahap ini pun sama
dengan kondisi pada likuidasi sederhana. Ada dua cara pembagian kas yang
dapat dilakukan dalam likuidasi bertahap ini, yaitu pembagian kas dan
program pembagian kas.
BAB VI

Kesimpulan

Berdasarkan uraian tentang persekutuan diatas maka dapat ditarik kesimpulan yaitu
persekutuan dikelompokan menjadi 2 yaitu Persekutuan Firma (Fa) dan Persekutuan
Komanditer (CV). Persekutuan merupakan bentuk usaha yang populer karena mudah dalam
pendiriannya dan memungkinkan beberapa individu untuk menggabungkan bakat dan
kemampuan mereka, dalam satu usaha tertentu. Dalam suatu persekutuan terdapat
perjanjianan berisi ketentuan-ketentuan yang disepakati bersama oleh para sekutu yang berisi
tentang hubungan serta kehidupan persekutuan sampai pada pembubaran.
Isi perjanjian persekutuan akan dipakai sebagai dasar pencatatan setoran modal, dasar
perhitungan modal, dasar pembagian laba, dasar transaksi persekutuan yang menyangkut
modal, dan dasar pembagian aktiva dalam likuidas. Persekutuan dibagi menjadi 3 kelompok
yaitu persekutuan firma (Fa), persekutuan komanditer (CV), dan Joint Stock Company.
Persekutuan memiliki karakteristik atau ciri khas yaitu Mutual Agency, Limited Life,
Unlimited Liability, Ownership of an Interset in a Partnership, Participation on Partnership
Profit, Right to Dispose of a Partnership Interest, dan Mutual Liability. Pada prinsipnya
akuntansi untuk persekutuan tidak berbeda dengan akuntansi untuk perusahaan perseorangan
maupun akuntansi untuk Perseroan Terbatas (PT). perbedaannya adalah hanya pada modal
dan pembagian labanya.
Pada persekutuan laba rugi selalu di bagi antara sekutu dengan metode pembagian
laba yang telah di sepakat. Yang di maksud dengan pembagian laba di dalam akuntansi
adalah pemindahan saldo laba (rugi) persekutuan ke rekening modal masing – masing sekutu.
Jadi pembagian laba tidak selalu di ikuti dengan pembagian kas atau aktiva yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Warastuti, T. D. (2009). Akuntansi Keuangan Lanjutan 1. Yogyakarta: Amara Book.

https://id.scribd.com/document/416054531/Makalah-Akuntansi-Keuangan-Lanjutan-1-1
https://id.scribd.com/document/389964430/Kelompok-1-Pembentukan-Persekutuan-docx
https://www.scribd.com/document/246924589/Makalah-Persekutuan-Bab-8

Anda mungkin juga menyukai