Anda di halaman 1dari 12

PENDIDIKAN PANCASILA

TUGAS PENGGANTI MID

OLEH :

NAMA : RIAN SAPUTRA

NIM : H1A120072

KELAS : B

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HALU OLEO

2020
1. Mengidentifikasi fenomena-fenomena/permasalahan sosial yang menurut anda
tidak sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Dari sila pertama – sila kelima !
 Jawaban :
1. Terorisme
Terorisme secara kasar merupakan suatu istilah yang digunakan untuk
penggunaan kekerasan terhadap penduduk sipil/non kombatan untuk mencapai
tujuan politik, dalam skala lebih kecil daripada perang. Dari segi bahasa, istilah
teroris berasal dari Perancis pada abad 18. Kata Terorisme yang artinya dalam
keadaan teror ( under the terror ), berasal dari bahasa latin ”terrere”yang berarti
gemetaran dan ”detererre” yang berarti takut.
Mengapa terorisme masih tetap berlanjut di Indonesia, padahal
Indonesia memiliki Pancasila sebagai ideologi? kehadiran terorisme seakan
menggerus ideologi Pancasila yang selama ini dijadikan landasan hidup bagi
masyarakat Indonesia dalam berbangsa dan bernegara.
Pertanyaan muncul dibenak kita: kenapa segelintir bangsa Indonesia
menjadi “rusak” sehingga kehilangan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang
pernah muncul dengan nama harum di dunia, antara lain sebagai pemersatu
Negara-Negara dunia ke-tiga, penggagas Konfrensi Asia-Afrika, duta
perdamaian dan banyak lagi contoh yang lain. Bahkan sekarang julukan yang
tidak enak didengar mampir ditelinga kita, sebagai Negara sarang teroris.
Bung Karno tegas-tegas berkata: “Bila bangsa Indonesia melupakan
Pancasila, tidak melaksanakan dan mengamalkannya maka bangsa ini akan
hancur berkeping-keping” juga dinyatakan bahwa barang siapa, atau kelompok
manapun yang hendak menentang atau membelokkan Pancasila, niscaya akan
binasa.
Tapi itulah yang terjadi sekarang. Pancasila hanya diucapkan dibibir
saja. Diajarkan di sekolah-sekolah hanya sebagai suatu pengetahuan. Sebagai
sebuah sejarah, bahwa dahulu Bung Karno pernah mendengung-dengungkan
Pancasila sebagai dasar Negara. Para siswa hafal dengan urutan sila-sila dari
Pancasila, tetapi tidak paham artinya, filosofinya, dan hakekat manfaatannya
bagi kehidupan berbangsa dan bertanah air satu, NKRI.
Terorisme di Indonesia tumbuh subur karena didukung oleh perilaku
sebagian masyarakat yang bertentangan dengan filosofi Pancasila. Setiap sila
telah diselewengkan: Ketuhanan Yang Maha Esa yang memberikan kebebasan
kepada setiap orang untuk memeluk agama menurut keyakinan dan
kepercayaannya, telah diracuni oleh pemikiran-pemikiran salah yang hanya
mengistimewakan agama tertentu saja. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab,
berupa penghargaan akan harkat dan martabat kemanusiaan, yang diwujudkan
dengan penghargaan terhadap hak azasi manusia diabaikan. Ideologi Pancasila
menjunjung tinggi persatuan bangsa dengan menempatkan terwujudnya
persatuan bangsa itu di atas kepentingan pribadi, kelompok, atau golongan.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, kini tercabik-cabik ditarik ke sana kemari demi kepentingan
politik praktis.Dan terakhir, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
tinggal slogan kosong karena adanya jurang pemisah yang amat dalam antara
si-kaya dan si-miskin, yang menimbulkan kecemburuan sosial.
Namun sebagai sebuah bangsa yang besar, kita wajib menyadari
bahaya ini. Jika dibiarkan, tak ayal bangsa Indonesia akan terpecah-pecah dan
akhirnya musnah. Belum terlambat benar untuk berbenah. Kembali pada
kekeramatan Pancasila.
2. Globalisasi
Pengaruh globalisasi di Indonesia yang sudah didominasi oleh gaya
kapitalis dan pemikiran liberalis secara perlahan sudah berusaha menggrogoti
nilai-nilai ideology Pancasila yang memiliki arti kemanusian yang adil dan
beradab dengan menimbulkan banyak perubahan pada nilai-nilai kemanusiaan
yang beradab kepada nilai pemikiran Liberalis dan memberikan dampak
kemerosotan moral menjadi tidak beradab yaitu dengan maraknya pornografi
dan pornoaksi yang mengatasnamakan seni dan menungkir balikan nilai-nilai
budaya bangsa Indonesia dengan adat ketimurannya yang dahulu selalu
menjaga nilai kemanusiaan yg beradab, namun kini pengaruh kapitalis yang
mengusung pemikiran liberalis dengan kebebasan tanpa batas, sesungguhnya
sudah menurunkan arti peradaban bangsa Indonesia yang dahulu selalu
dijunjung tinggi menjadi negara dengan kemerosotan moral yang cukup tajam
dan tidak sesuai dengan Ideologi Pancasila yang menganut faham ke Tuhanan
YME yang seharusnya mengikat tiap-tiap individu.
3. Disintegrasi bangsa
Integrasi bangsa adalah landasan bagi tegaknya sebuah negara modern.
Keutuhan wilayah negara amat ditentukan oleh kemampuan para pemimpin
dan masyarakat warga negara memelihara komitmen kebersamaan sebagai
suatu bangsa. Karena itu, secara teoretik dipahami bahwa ancaman paling
serius terhadap integrasi bangsa adalah disharmoni sosial, sedangkan ancaman
paling nyata terhadap eksistensi wilayah negara adalah gerakan separatisme.
Kedua ancaman itu sering kali bercampur baur. Karena, disharmoni sosial
yang sudah meluas menjadi konflik yang mengambil bentuk kekerasan akan
serta merta menarik garis-garis demarkasi teritorial.
Penampakan garis-garis itu akan cepat menjadi jelas bila pihak-pihak
yang terlibat konflik merupakan representasi dari komunitas-komunitas besar
yang mendominasi wilayah-wilayah tertentu. Bila ini terjadi, maka proses
disintegrasi wilayah yang dimulai oleh disintegrasi sosial akan secara simultan
membawa bangsa itu ke jurang disintegrasi nasional.
4. Agama (Ideologi Pancasila menuju Syariat Islam)
Ideologi Pancasila merupakan dasar negara yang mengakui dan
mengagungkan keberadaan agama dalam pemerintahan. Sehingga kita sebagai
warga negara Indonesia tidak perlu meragukan konsistensi atas Ideologi
Pancasila terhadap agama. Tidak perlu berusaha mengganti ideologi Pancasila
dengan ideologi berbasis agama dengan alasan bahwa ideologi Pancasila bukan
ideologi beragama. Ideologi Pancasila adalah ideologi beragama.
Akhir-akhir ini berkembang wacana bahwa NKRI sudah final,
Pancasila tidak bertentangan dengan syari‟at Islam bahkan bisa mengadopsi
syari‟at Islam. Hal ini timbul karena opini bahwa penegakan syari‟at Islam
akan berdampak desintegrasi NKRI atau penegakan syari‟at Islam akan
merusak keragaman budaya Indonesia. Ini opini yang menyesatkan, karena
justru konsep Islam menyatukan umat berdasarkan aqidahnya (Islam). Islam
justru membuang jauh-jauh sekat-sekat nasionalisme kebangsaan, sehingga
menjulurlah peradaban Islam keseluruh jazirah Arab, bekas daerah Persia dan
Rumawi, hingga Balkan.
Islam diyakini mengatur seluruh relung kehidupan manusia, disamping
mengatur tata cara ibadah, Islam juga mengatur kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Tidak dapat dipungkiri bahwa al-Quran dan as-sunnah berisi aturan
tentang sosial kemasyarakatan (mu‟amalah), ekonomi (iqitishadiy), politik
(siyasah), peradilan („uqubat), dll. Tidak ada kitab didunia sesempurna aturan
yang ada dalam al-Quran, kitab agama lain cenderung mengatur tata cara
ibadah, do‟a-do‟a dan akhlaq. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa Islam
tidak hanya sebuah agama (mengatur ritual ibadah semata) tetapi juga sebuah
ideologi yakni mampu membentuk sebuah peradaban. Ini terbukti dengan
peradaban Islam yang gemilang dari masa pembentukan negara Madinah yang
dipimpin langsung oleh Muhammad saw, khulafaurrsasyidin dan dilanjutkan
kekhilafahan Umayyah, Abassiyah dan Utsmaniyah.
5. Korupsi
Sudah bukan rahasia lagi kalau negara kita ini termasuk salah satu
sarang koruptor paling banyak di dunia. Tidak di mana-mana, pelaku tilep-
menilep yang bukan haknya sudah jadi darah daging. Di tingkat sekolah, ada.
Tingkat RT, banyak. Tingkat, negara? Wah, itu mah sudah jagonya. Dari sudut
pandang hukum, perbuatan korupsi mencakup unsur-unsur melanggar hukum
yang berlaku, penyalahgunaan wewenang, merugikan negara, memperkaya
pribadi atau diri sendiri.
Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk
penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima
pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya.
Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan
oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tak ada sama sekali.
Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk
sepele atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan
kegiatan kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi.
Korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja. Untuk mempelajari
masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan antara
korupsi dan kejahatan. Bergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada
perbedaan antara yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan
partai politik ada yang legal di satu tempat namun ada juga yang ilegal di
tempat lain.
Dampak korupsi sudah jelas! Korupsi bikin mekanisme pasar tidak
berjalan. Proteksi, monopoli dan oligopoli menyebabkan ekonomi biaya tinggi
dan distorsi pada distribusi barang dan jasa, dimana pengusaha yang mampu
berkolaborasi dengan elit politik mendapat akses, konsesi dan kontrak-kontrak
ekonomi dengan keuntungan besar. Persaingan usaha yang harus dimenangkan
dengan praktik suap-menyuap mengakibatkan biaya produksi membengkak.
Ongkos buruh ditekan serendah mungkin sebagai kompensasi biaya korupsi
yang sudah dikeluarkan pelaku ekonomi.
2. Jelaskan faktor-faktor apa sehingga fenomena-fenomena sosial tersebut bisa muncul
di dalam kehidupan masyarakat.
 Jawaban
1. Terorisme
Pertama, faktor domestik. Misalnya, kemiskinan yang terus
membayangi masyarakat menjadi bagian pemicu terjadinya gerakan aksi
terorisme. Begitu pula dengan pendidikan yang rendah. Alhasil, mereka yang
dapat dibujuk menjadi pelaku bom bunuh diri relatif memiliki pendidikan dan
pengetahuan agama yang minim. Tak kalah penting, perlakuan hukum yang
tidak adil dari rezim pemerintahan yang berkuasa.
Kedua, faktor internasional. jaringan terorisme tak lepas dari
keterlibatan pihak luar. Jaringan terorisme internasional memang cukup kuat
dalam memberikan dukungan logistik. Misalnya, pasokan persenjataan. Tak
hanya itu, jaringan internasional pun memberikan dana. Bahkan, ada ikatan
emosional yang kuat antara jaringan lokal dengan internasional.
Ketiga, faktor kultural. Menurut Fadli, masih banyak ditemukan orang
memiliki pemahaman yang sempit dalam menterjemahkan nilai-nilai agama
yang berkembang di tengah masyarakat. Akibatnya, pelaku dapat dipengaruhi
mengikuti pemberi pengaruh untuk melakukan teror kepada masyarakat.

2. Globalisasi
Perubahan-perubahan nilai yang dialami oleh masyarakat sebagai akibat dari
pengaruh globalisasi dan modernisasi dapat digologkan dalam 4 (empat) kategori
sebagai berikut :
a) Perubahan nilai-nilai yang tidak diperlukan dalam pembangunan nasional dalam
upayanya untuk mewujudkan cita-cita kesejahteraan bangsa dan disamping itu
juga karena bertentangan dengan nilai-nilai budaya Pancasila. Konsumerisme,
pergaulan bebas, pemakaian obat-obat terlarang merupakan contoh dari jenis nilai-
nilai asing yang demikian itu.
b) Perubahan nilai-nilai yang esensial diperlukan dalam rangka mewujudkan
kemajuan dan kesejahteraan bangsa, tetapi jelas-jelas bertentangan dengan salah
satu atau beberapa sila dari Pancasila.
c) Perubahan nilai-nilai yang tidak diperlukan untuk membawa masyarakat dan
bangsa ke arah kemakmuran dan kesejahteraan, tetapi tidak bertentangan dengan
nilai-nilai dasar Pancasila. Suatu contoh yang mungkin dapat dikemukakan
mengenai jenis ini adalah cara berpakaian yang cenderung mengikuti mode yang
berlaku di negara-negara Barat. Demikian pula kegandrungan pada seni musik dan
seni tari negara-negara maju.
d) Perubahan nilai-nilai yang secara obyektif diperlukan untuk mendinamisasikan
bangsa dan membawanya ke arah tercapainya kesejahteaan yang lebih tinggi dan
tidak secara jelas bertentangan dengan salah satu atau beberapa sila dari Pancasila.
Bertolak dari fungsi Pancasila sebagai ideologi pemersatu ini, berarti
kita hanya perlu membedakan apakah suatau perubahan nilai atau
berkembangannya suatu nilai baru diperkirakan akan menjurus kepada
disintegrasi bangsa atau tidak. Disini pemikirannya adalah bahwa setiap nilai
kemasyarakatan yang secara jelas melawan atau bertentangan dengan salah
satu sila atau lebih dari Pancasila akan menjurus kepada disintegrasi bangsa.
Dan nilai-nilai yang demikian itu sajalah yang perlu ditolak.
Perlunya strategi yang tepat untuk menghadapi globalisasi dengan gaya
kapitalis dan liberalis yaitu Indonesia harus memiliki system pemerintahan yg
kuat dengan strategi yg jelas dan memberlakukan hukum yang mengikat kuat
pada individu, masyarakat serta membuat kesepakatan dengan negara-negara
asing dalam melakukan hubungan kerjasama yang jelas tanpa adanya
ketimpangan kebijaksanaan yang justru merugikan satu negara dan
menguntungkan negara lain dalam melakukan kerja sama, dengan memberikan
banyak persyaratan-persyaratan kepada Negara Indonesia sebagai negara
penerima bantuan pinjaman dari para pengusung gaya kapitalis tersebut.
3. Disintegrasi bangsa
Terjadinya peristiwa perang di sampit, antara orang Madura dengan
orang Dayak. Seperti halnya pula yang terjad di Ambon, Maluku. Antara orang
Kristen dengan orang Islam. Dan masih banyak fenomena yang lainnya di
Indonesia

4. Agama (Ideologi Pancasila menuju Syariat Islam)


Telah diuraikan bahwa Islam tidak hanya sebuah agama tetapi juga
ideologi, begitu juga Pancasila diadopsi dari demokrasi dengan nilai
keindonesian adalah sebuah ideologi. bagaimana mungkin 2 (dua) ideologi
yang berbeda landasannya bisa digabungkan? Ideologi Islam berdasarkan
wahyu Allah swt berupa al-Quran dan as-sunnah, sedangkan Ideologi
Pancasila berdasarkan kesepakatan umum yang diterima rakyat. Ideologi Islam
dijalankan berdasarkan ketaqwaan kepada Allah swt, Ideologi Pancasila
dijalankan berdasarkan kemaslahatan rakyat. Walhasil, ini bagaikan
mencampurkan antara minyak dan air dalam satu gelas dan mustahil untuk bisa
menyatu atau bagaikan kapal dengan dua nakhoda dan tidak mungkin bisa
mencapai tujuan.
Belakangan ini banyak kalangan khawatir Pancasila akan tergantikan
oleh ideologi lain, Islam misalnya, karena banyak produk Undang-Undang atau
Perda yang Islami Boleh-boleh saja kekhawatiran semacam itu. Tapi, akan
lebih baik bila tidak ada perda Syariat Islam, tetapi secara realitas perda itu
sudah ada. Prosesnya dilakukan secara demokratis dari bawah. Sebaiknya
jangan disebut perda Syariat Islam karena akan mengulangi pertentangan
kelompok Islam dengan kelompok nasionalis. Tidak boleh ada perda yang
bertentangan dengan UU, UUD atau Pancasila. Karena itu, perlu ada
penyelesaian yang baik. Perda Syariat Islam yang ada sebaiknya diinventarisir
dan dikaji lagi apakah bertentangan dengan peraturan di atasnya. Kemudian,
kalau perda itu tidak ada sanksinya tidak ada masalah karena lebih bersifar
himbauan. Tetapi kalau ada sanksinya, maka hukum acaranya tidak boleh
bertentangan dengan hukum acara yang sudah berlaku.
5. korupsi
Faktor Internal, merupakan faktor pendorong korupsi yang berasal dari
dalam diri setiap individu. Faktor internal dapat diperinci menjadi:
a) Sifat tamak/rakus manusia
Sifat tamak merupakan sifat yang berasal dari dalam diri setiap
individu. Hal itu terjadi ketika seseorang mempunyai hasrat besar untuk
memperkaya diri dan tidak pernah merasa puas terhadap apa yang telah
dimiliki
b) Gaya hidup konsumtif
Pada era-modern ini, terutama kehidupan dikota- kota besar merupakan
hal yang sering mendorong terjadinya gaya hidup konsumtif. Oleh karena itu,
apabila Perilaku konsumtif tidak di imbangi dengan pendapatan yang
memadai,maka hal tersebut akan membuka peluang seseorang untuk
melakukan berbagai tindakan demi memenuhi hajatnya. Salah satu
kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.
c). Moral yang kurang kuat

Seseorang yang mempunyai moral lemah cenderung mudah tergoda


untuk melakukan tindakan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman
setingkat, bawahan, atau pihak lain yang memberi kesempatan untuk melakukan
korupsi.
Faktor Eksternal, merupakan faktor pemicu terjadinya tindakan korupsi yang
berasal dari luar diri pelaku. Faktor eksternal dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
a. Faktor Politik
Politik merupakan salah satu sarana untuk melakukan korupsi. Hal ini
dapat dilihat ketika terjadi intrabilitas politik atau ketika politisi mempunyai
hasrat untuk mempertahankan kekuasaannya.
b. Faktor Hukum
Hukum bisa menjadi faktor terjadinya korupsi dilihat dari dua sisi,
disatu sisi dari aspek perundang – undangan, dan disisi lain dari lemahnya
penegak hukum.
Hal lain yang menjadikan hukum sebagai sarana korupsi adalah tidak
baiknya substansi hukum, mudah ditemukan aturan – aturan yang diskrimatif
dan tidak adil, rumusan yang tidak jelas dan tegas sehingga menumbulkan
multi tafsir, serta terjadinya kontradiksi dan overlapping dengan aturan lain.
c. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya
korupsi. Hal itu dapat dilihat ketika tingkat pendapat atau gaji yang tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhannya, maka seseorang akan mudah untuk
melakukan tindakan korupsi demi terpenuhinya semua kebutuhan.
d. Faktor Organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, tidak hanya
organisasi yang ada dalam suatu lembaga, tetapi juga sistem pengorganisasian
yang ada didalam lingkungan masyarakat.
Faktor - faktor penyebab terjadinya korupsi dari sudut pandang organisasi
meliputi:
 Kurang adanya teladan dari pemimpin
 Tidak adanya kultur organisasi yang benar
 Sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai
 Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasi
 Lemahnya pengawasan.

Anda mungkin juga menyukai