BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penduduk maka penggunaan energi bahan bakar minyak juga akan semakin
meningkat. Bahan bakar minyak merupakan sumber energi tak terbarukan yang
akan habis suatu saat nanti. Oleh sebab itu, untuk memenuhi kebutuhan energi
diantaranya sebagai bahan bakar. Salah satu jenis alkohol yang umum digunakan
adalah etanol. Etanol merupakan jenis alkohol yang sudah dikenal dan digunakan
sejak zaman dahulu dan sering digunakan sebagai bahan pembentuk gasohol yaitu
Etanol dengan konsentrasi yang seperti ini kurang efektif untuk diaplikasikan
beberapa metode dalam peningkatan atau pemurnian etanol. Salah satu metode
yang umum digunakan adalah dengan destilasi. Seperti penelitian yang dilakukan
2
Agustin et al. (2011) yang menerapkan metode destilasi berulang dari sampel Ciu
kadar rata-rata alkohol kurang lebih 30% untuk kemudian ditingkatkan menjadi
dengan metode filtrasi membran dalam hal ini digunakan metode osmosis balik
(RO, Reverse Osmosis), dengan membran jenis film tipis (TFC, Thin Film
ditingkatkan melalui dua metode yaitu metode adsorpsi dan destilasi adsorpsi
antara lain : mudah melepas air akibat pemanasan, tetapi juga mudah mengikat
kembali molekul air dalam udara lembab. Oleh karena sifatnya tersebut maka
zeolit banyak digunakan sebagai bahan pengering (Winata, 2012). Selain itu,
terdapat bahan alami lain yang dapat berperan sebagai adsorben yaitu kalsium
oksida atau kapur tohor yang penggunaannya masih relatif kurang karena
kimia yang banyak digunakan. Kalsium oksida dapat juga mengikat air pada
etanol karena bersifat sebagai dehidrator. CaO digunakan selain harganya murah,
mudah didapat, dan tidak terlalu beracun. Kalsium oksida juga digunakan karena
efisiensi adsorpsi dari adsorben, maka perlu dilakukan modifikasi yang dalam hal
mengalami perubahan sifat, baik fisika atau kimia. Aktivasi dibagi menjadi dua
yaitu aktivasi fisika dan kimia. Aktivasi fisika dapat didefinisikan sebagai proses
memperluas pori dari adsorben dengan bantuan panas, uap dan gas CO2.
yang dinamakan aktivator. Bahan kimia yang dapat digunakan untuk proses
aktivasi adsorben adalah larutan asam (H2SO4, HCl dan HNO3) dan larutan basa
(NaOH dan KOH) (Husaini, 1992). Berdasarkan penelitian Rini dan Lingga
adsorpsi air pada zeolit alam. Sedangkan menurut penelitian Kurniasariet al.
adsorpsi uap air oleh zeolit, dimana faktor yang berpengaruh pada aktivasi dengan
Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan peningkatan kadar etanol
oksida yang telah diaktivasi secara kimia dengan aktivator basa dengan larutan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teori, dapat memberikan informasi mengenai sifat dan karakter dari
CaO yang telah diaktivasi sebagai salah satu adsorben untuk mengadsorpsi
Sulawesi Tenggara.
berbagai bidang.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang banyak digunakan sebagai dehidrator, pengering gas, dan pengikat karbon
dioksida pada cerobong asap. Kalsium oksida adalah kristal putih padat dengan
titik leleh 2,572 °C yang diproduksi oleh pemanasan kapur, karang, kerang laut,
atau kapur, yang terutama CaCO3, untuk menghilangkan karbon dioksida (CO2).
Kalsium karbonat pada suhu 500-600oC terurai menjadi kalsium oksida dan
Pada saat produk menjadi dingin terjadi penyerapan karbon dioksida dari
balik. Pada suhu dibawah 500oC tekanan keseimbangan CO2 hasil dekomposisi
cukup rendah. Akan tetapi antara 500 dan 600oC, tekanan dekomposisi itu cukup
CaO (massa relatif 56,08 g/mol) memilki sifat higroskopis, titik lelehnya
2600oC dan titik didihnya 2850oC, larut dalam HCl, struktur kristalnya oktahedral,
memiliki luas permukaannya 0,56 m2/g (West dalam Sembiring, 2009). CaO
6
semen, pemutih (bleaching) dan sebagai katalis (Austin dalam Sembiring, 2009).
CaO merupakan senyawa turunan dari kalsium hidroksida. Senyawa ini mampu
mengikat air pada etanol karena bersifat sebagai dehidrator sehingga cocok
digunakan sebagai adsorben pada proses pemurnian etanol (Retno et al., 2012).
Kalsium oksida juga biasa dikenal sebagai kapur yang telah dibakar dan
mengandung oksida magnesium, silikon, dan sedikit oksida alumunium dan besi
(Rhaeny, 2002).
dengan memanaskan batu kapur pada suhu antar 900 oC hingga 1200 oC. Batu
kapur tohor atau CaO merupakan bahan yang bersifat reaktif dengan air dan akan
membentuk Ca(OH)2 merupakan reaksi eksoterm yang akan melepaskan kalor dan
menghasilkan bahan yang berbentuk bubuk putih (Chang dan Tikkanen, 1988).
tohor telah semakin berkembang, khususnya untuk industri kimia. Batu kapur
tohor digunakan dalam pembuatan natrium karbonat, soda kaustik, peleburan baja,
kalsium karbida, pembuatan gelas, kertas dan pengolahan gula. Batu kapur tohor
juga dapat digunakan untuk penanganan air dan penanganan limbah untuk
B. Adsorpsi
merupakan suatu proses yang terjadi ketika fluida (cair maupun gas) terikat pada
suatu padatan dan membentuk suatu permukaan tipis pada padatan tersebut
permukaan adsorben yang disebabkan oleh gaya tarik antar molekul atau interaksi
kimia atau suatu akibat dari medan gaya pada permukaan padatan adsorben yang
dengan teknik lain. Keuntungan teknik adsorpsi yaitu biaya yang dikeluarkan
relatif sedikit, relatif tidak menimbulkan racun dan mampu menghilangkan bahan-
fisika dan adsorpsi kimia. Dalam adsorpsi kimia, molekul adsorbat dan adsorben
adsorben dapat dianggap sebagai dua sistem individu. Adsorpsi fisika dan
elektrostatis atau gaya tarik antar molekul pada permukaan zat padat. Adsorpsi zat
8
dari larutan, mirip dengan adsorpsi gas oleh zat padat. Adsorpsi bersifat selektif,
artinya yang dapat diadsorpsi hanya zat terlarut atau pelarut saja. Bila dalam
larutan ada dua zat atau lebih, zat yang satu akan diserap lebih kuat dari yang lain.
Molekul yang teradsorpsi dapat dianggap membentuk fasa dua dimensi dan
adsorben, dan gaya interaksi antara molekul dari komponen larutan dengan
pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain konsentrasi, luas permukaan, suhu,
dengan ikatan molekul yang lemah. Adsorpsi ini bersifat reversibel sehingga
menurunkan tekanan gas atau konsentrasi zat terlarut. Adsorpsi kimia melibatkan
adsorben dan adsorbat (Oscik, 1982). Dalam adsorpsi kimia terjadi pembentukan
kisaran yang sama dengan reaksi kimia. Oscik (1982), memperkirakan bahwa
harga energi adsorpsi kimia berkisar antara 80-650 kJ/mol. Ikatan antara adsorben
dengan adsorbat cukup kuat sehingga spesis aslinya tidak dapat ditemukan
kembali. Zat yang teradsorpsi membentuk lapisan tunggal dan relatif bersifat
adsorbat. Oleh karena itu, harga entalpi adsorpsi kimia lebih rendah daripada
9
adsorpsi fisika, dan perbandingan ini diperoleh dari angka absolut pada nilai
entalpi negatif. Hal ini diperkuat dengan studi spektroskopi bahwa terjadi transfer
gas atau cair yang bersinggungan dengannya secara fisika dan kimia. Pada proses
fisika gaya yang mengingkat adsorbat oleh adsorben adalah gaya van der Waals,
molekul terikat sangat lemah. Sedangkan pada proses adsorpsi secara kimia,
permukaan adsorben melalui gaya van der Waals atau ikatan hidrogen, kemudian
diikuti oleh adsorpsi kimia dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan
pori adsorben.
temperatur adsorbat.
C. Isoterm Adsorpsi
untuk menjelaskan data percobaan isotherm dikaji oleh Freundich, Langmuir serta
Brunauer, Emmet dan Tellet (BET) (Atkins dalam Apriliani, 2010). Adsorben
yang baik memiliki kapasitas adsorpsi dan persentase penyerapan yang tinggi.
1. Isoterm Freundlich
dapat mencirikan proses adsorpsi dengan lebih baik (Jason dalam Apriliani,
yang teradsorpsi per unit adsorben dan konsentrasi komponen tersebut pada
Keterangan :
adsorben akan terjadi proses adsorpsi di bawah kondisi yang diberikan. Isoterm
mampu mencegah adsorpsi pada saat kesetimbangan tercapai dan hanya ada
beberapa sisi aktif saja yang mampu mengadsorpsi molekul terlarut (Jason dalam
Apriliani, 2010).
2. Isoterm Langmuir
kimisorpsi satu lapisan. Kimisorpsi adalah adsorpsi yang terjadi melalui ikatan
kimia yang sangat kuat antara sisi aktif permukaan dengan molekul adsorbat dan
persamaan :
adsorpsi dengan asumsi bahwa sejumlah tertentu sisi sentuh adsorben ada pada
permukaannya dan semua memiliki energi yang sama, serta adsorpsi bersifat balik
D. Adsorben
dalam partikel itu. Adsorben adalah suatu zat yang melakukan penyerapan
terhadap zat lain baik cairan maupun gas pada proses adsorpsi. Jenis–jenis
adsorben yang digunakan untuk proses adsorpsi berbeda–beda, tergantung dari zat
1. Zeolit
adsorben karena mempunyai beberapa sifat antara lain: mudah melepas air akibat
pemanasan, tetapi juga mudah mengikat kembali molekul air dalam udara lembab.
Oleh sebab sifatnya tersebut maka zeolit banyak digunakan sebagai bahan
pengering.Disamping itu zeolit juga mudah melepas kation dan diganti dengan
13
kation lainnya, misal zeolit melepas natrium dan digantikan dengan mengikat
kalsium atau magnesium. Sifat ini pula menyebabkan zeolit dimanfaatkan untuk
melunakkan air. Zeolit adalah mineral yang memiliki pori-pori berukuran sangat
kecil.Sampai saat ini ada lebih dari 150 jenis zeolit sintetis. Di alam, zeolit
terbentuk dari abu lahar dan materi letusan gunung berapi. Zeolit juga bisa
terbentuk dari materi dasar laut yang terkumpul selama ribuan tahun (Novitasari,
2012).
2. Silika Gel
kelembaban dan cairan partikel dari ruang yang berudara/bersuhu. Silika gel yang
siap untuk digunakan berwarna biru. Ketika silika gel telah menyerap banyak
berubah menjadi warna pink (merah muda), ia tidak bisa lagi menyerap
lalu ia akan berubah warnanya menjadi biru dan kembali bisa digunakan.
3. Karbon Aktif
dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau dari karbon yang diperlakukan
dengan cara khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Luas
permukaan karbon aktif berkisar antara 300-500 m2/gram dan ini berhubungan
kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume
pori-pori dan luas permukaan. Daya serap karbon aktif sangat besar, yaitu 25%-
kimia yang banyak digunakan. Kalsium oksida memiliki densitas sebesar 3,35
g/cm3. Kalsium oksida dapat juga mengikat air pada etanol karena bersifat
E. Aktivasi Kimia
adsorben yang dapat dicapai jika diberi beberapa perlakuan seperti panas atau
dengan penambahan bahan kimia tertentu. Adsorben yang telah diaktifkan akan
memiliki luas permukaan yang lebih besar. Pengaktifan dengan menggunakan zat-
zat kimia yang sering disebut pengaktifan kimia dilakukan dengan cara merendam
bahan baku kedalam larutan pengaktivasi seperti NaOH dan KOH untuk aktivasi
15
basa serta HCl, H2SO4 dan (NH4)2SO4 untuk aktivasi asam. Metode aktivasi kimia
air, namun fungsi tersebut masih lebih rendah kemampuannya jika dibandingkan
dengan adsorben CaO yang telah diaktivasi. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur
pengotor yang masih terkandung pada CaO murni sehingga menutupi permukaan
bahan kimia, baik berupa asam ataupun basa. Fungsi asam atau basa adalah untuk
dapat digunakan untuk proses aktivasi zeolit alam adalah larutan asam (H2SO4,
HCl dan HNO3) dan larutan basa (NaOH dan KOH) (Humam, 1996 dan Husaini,
F. Natrium Hidroksida
jenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang
kuat ketika dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida digunakan di dalam berbagai
industri bubur kayu, kertas, tekstil, air minum, sabun, dan deterjen. Selain itu
natrium hidroksida juga merupakan basa yang paling umum digunakan dalam
dalam bentuk pelet, serpihan dan butiran. NaOH juga sangat larut dalam air dan
akan melepaskan kalor ketika dilarutkan dalam air. Larutan NaOH meninggalkan
(Na+). Ciri-ciri yang dimiliki golongan alkali seperti reduktor kuat dan mampu
mereduksi asam, mudah larut dalam air, merupakan penghantar arus listrik yang
baik dan panas. Pada umumnya NaOH digunakan sebagai pelarut, penggunaan
menetralka asam. NaOH terbentuk dari elektrolisis larutan NaCl dan merupakan
1. Sifat kimia
a. Berwarna putih
c. Sangat basa dan mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida
d. Keras
f. Mudah larut dalam air dan dalam etanol tetapi tidak larut dalam eter
2. Sifat Fisik
G. Etanol
Etanol atau etil alkohol (C2H5OH) merupakan bahan kimia organik yang
sebagai pelarut, germisida, minuman, bahan anti beku, bahan bakar, bahan
Sifat fisik dan kimia etanol tergantung pada gugus hidroksilnya. Kedua
sifat tersebut menyebabkan perbedaan sifat fisik alkohol dengan berat molekul
Spektrografi infra merah menunjukkan bahwa dalam keadaan cair ikatan hidrogen
molekul satu dengan atom hidrogen pada gugus hidroksil molekul yang kedua.
Sifat tersebut dapat dianalogikan seperti sifat air, walaupun ikatan pada air lebih
kuat sehingga membentuk gugusan yang lebih dari dua molekul. Ikatan hidrogen
pada etanol terjadi pada fase cair, sedang pada fase gas senyawa ini bersifat
pembentuk gasohol yaitu campuran antara etanol dan bensin. Secara detail, sifat-
Titik nyala, oC 14
kosmetik, kesehatanserta sebagai bahan baku industri (McKettaet al, 1983). Agar
etanol dapat digunakan dalam berbagai bidang kehidpan sehari-hari maka etanol
oleh sampel dari penyinaran sinar-X. Sinar-X yang dianalis berupa sinar-X yang
yang dianalisis dapat berupa sampel padat pejal atau serbuk. Dasar analisis alat
suatu unsur akibat pengisian kembali kekosongan elektron pada orbital yang lebih
19
luar. Kekosongan elektron ini terjadi karena eksitasi elektron. Pengisian elektron
puncak (peak) karakteristik yang merupakan landasan dari uji kualitatif untuk
unsur-unsur yang ada pada sampel. Sinar-X karakteristik diberi tanda sebagai
K,L,M,N dan seterusnya untuk menunjukkan dari kulit mana unsur itu berasal.
Penunjukkan alpha (α), beta (β) dan gamma (γ) dibuat untuk memberi tanda sinar-
X itu berasal dari transisi elektron dari kulit yang lebih tinggi.Oleh karena itu, K α
adalah sinar-X yang dihasilkan dari transisi elektron kulit L ke kulit K (Sumantry,
2002).
adalah unsur yang mempunyai nomor atom rendah seperti unsur karbon (C)
sampai dengan unsur yang mempunyai nomor atom yang tinggi seperti uranium
(U). Atom C mempunyai sinar-X transisi ke kulit K sebesar 0,28 keV sedangkan
sinar-X karakteristik dari kulit L pada atom U sebesar 13,61 keV. Oleh karena
energi setiap atom terdiri dari energi pada kulit atom K,L,M dan seterusnya maka
energi yang diambil untuk analisis adalah energi sinar-X yang dihasilkan oleh
salah kulit atom tersebut. Pada pengoperasian alat X-Ray Fluoresence (XRF)
diperoleh bahwa rentang energi sinar-X pada peralatan adalah 5-50 keV. Oleh
karena itu, untuk menganalisis atom U harus diambil pada energi kulit L (13,61
20
keV) karena energi kulit K sangat besar (97,13 keV) dan berada diluar
kemampuan alat.
pengisisan elektron dari orbital selanjutnya seperti yang ditunjukkan pada gambar
unsur suatu bahan atau sampel.Semakin besar intensitas yang muncul maka
Air dalam Etanol dapat teradsorpsi karena gaya tarik dari permukaan
membran zeolit lebih besar dari pada gaya tarik yang menahan air tersebut untuk
tetap larut dalam Etanol. Dengan memanfaatkan sifat fisik dan kimia zeolit
tersebut yaitu sifat hidrofilik dan ukuran pori< 0.44 nm sehingga air dalam
saat molekul adsorbate tertarik dan menempel pada permukaan dari adsorbent.
J. Destilasi
Dasar pemurnian dengan destilasi adalah perbedaan titik didih dua cairan
atau lebih. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih
rendah akan menguap lebih dulu, dengan mengatur suhunya kita akan
Contohnya memisahkan air dan alkohol. Titik didih air dan alkohol masing-
masing 100oC dan 78oC. Jika campuran dipanaskan (dalam labu destilasi) dan
suhu diatur sekitar 78oC, maka alkohol akan menguap sedikit demi sedikit. Uap
itu mengembun dalam pendingin dan akhirnya didapatkan cairan alkohol murni
(Syukri, 1999).
yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika campuran
dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih
kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas. Destilasi ini dilakukan pada
didih yang cukup tinggi. Pada pemisahan campuran dari dua cairan yang menguap
atau yang titik didihnya berdekatan lebih banyak persoalannya sehingga tidak
dapat dilakukan dengan destilasi biasa. Suatu cara yang sering digunakan untuk
22
memperoleh hasil yang lebih baik disebut destilasi bertingkat, yaitu proses dimana
proses ini campuran dididihkan pada kisaran suhu tertentu pada tekanan uap yang
dilepaskan dari dalam cairan tidak murni yang berasal dari satu komponen tetapi
berbeda dengan komposisi cairan yang mendidih. Bila sebagian cairan yang telah
dididihkan uapnya diembunkan, maka campuran akan terbagi menjadi dua bagian.
Bagian pertama terdiri dari uap yang terembun disebut destilat, dan mengandung
lebih banyak komponen yang nudah menguap dibanding cairan aslinya. Bagian
kedua adalah cairan yang tertinggal disebut residu, yang susunannya lebih banyak
komponen yang sukar menguap. Hal ini dapat diulangi lagi beberapa kali sampai
akhirnya diperoleh salah satu komponen murni yang mudah menguap (Andajani,
2003).
menunjukan prilaku yang lebih rumit. Campuran tersebut tidak dapat dipisahkan
azeotrop, yaitu campuran yang mendidih pada suhu konstan dangan komposisi
yang konstan.
Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang memiliki
titik didih yang konstan. Azeotrop dapat menjadi gangguan yang menyebabkan
hasil destilasi menjadi tidak maksimal. Komposisi dari azeotrop tetap konstan
dalam pemberian atau penambahan tekanan. Akan tetapi ketika tekanan total
23
berubah, kedua titik didih dan komposisi dari azeotrop berubah. Sebagai
konstan dalam interval suhu dan tekanan, tetapi lebih ke campuran yang
misalnya penambahan benzena atau toluena untuk memisahkan air. Air dan
pelarut akan ditangkap oleh penangkap Dean-Stark. Air akan tetap tinggal di dasar
penangkap dan pelarut akan kembali ke campuran dan memisahkan air lagi.
2011).
24
BAB III
METODE PENELITIAN
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ayakan 200 mesh, alat
gelas, tanur, alkohol meter, pipet volume, filler, timbangan analitik, satu set alat
Natrium Alginat 2%, akuades, NaOH 0,75 M, 1 M dan 1,25 M dan etanol 70%
dan 96%.
C. Metode Penelitian
Kemudian CaO sebelum dan sesudah aktivasi dianalisis dengan instrumen XRF.
adsorpsi dengan metode batch adsorption dan destilasi adsorpsi untuk menguji
25
menggunakan adsorben CaO yang telah diaktivasi dan yang tidak diaktivasi
D. Prosedur Penelitian
NaOH.
selama 3jam.
panjang 1 cm.
jam.
2012).
alkohol meter.
a. Adsorben CaO dimasukan dalam labu alas bulat yang berisi etanol
ini yaitu :
2
4
7
6
1
5
Keterangan gambar :
1. Elektromantel
2. Labu alas bulat (wadah sampel etanol dan adsorben CaO)
3. Termometer
4. Kondensor
5. Destilat
6. Air masuk
7. Air keluar
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
kemurnian suatu etanol. Etanol yang digunakan sebagai umpan yaitu etanol
dengan kadar 96% dan 70%. Untuk meningkatkan kadar etanol maka pada
adsorpsi untuk meningkatkan kadar etanol di mana metode yang digunakan yaitu
Sebelum diaktivasi, serbuk CaO diayak dengan ayakan 200 mesh. Proses
pengayakan bertujuan untuk memperoleh ukuran partikel serbuk CaO yang bisa
dalam Nurhayati (2010), makin kecil ukuran partikel yang digunakan maka
Pada penelitian ini digunakan aktivasi dengan larutan basa, karena jika
dilakukan aktivasi asam maka akan terbentuk natrium alginat yang hidrofobik,
sedangkan jika dilakukan aktivasi dengan senyawa basa akan membentuk natrium
alginat yang hidrofilik. Sampel yang telah diayak menggunakan ayakan dengan
Semakin besar nilai konsentrasi aktivator yang digunakan maka semakin luas
(Hanifah, 2014). Penggunaan aktivator basa juga dilakukan untuk mencegah ikut
HCl maupun HNO3 akan melarutkan CaO untuk membentuk ion Ca2+ yang
merupakan komponen utama dalam proses adsorpsi air dari etanol. Kemudian,
NaOH sebagai aktivator dapat melarutkan zat-zat pengotor dalam CaO seperti
Alumina (Al2O3) dan silika (SiO2) yang merupakan komponen pengotor dengan
jumlah terbesar dalam serbuk CaO (Faridahet al, 2012). Selain alumina dan
silikat, umumnya terdapat zat pengotor lain seperti Fe2O3 dan K2O dalam jumlah
yang sangat kecil. NaOH yang ditambahkan akan meresap ke dalam adsorben dan
pengganggu atas zat pengotor sehingga luas permukaan dan pori adsorben yang
Sampel diaktivasi dalam bentuk serbuk yang telah diayak hingga ukuran
200 mesh karena jika dalam bentuk pelet kemungkinan partikel CaO yang berada
pada bagian dalam tidak ikut teraktivasi karena tidak adanya kontak dengan
NaOH. Kemudian pengotor yang berada di bagian dalam, jika larut oleh NaOH
adsorben yang telah dipelet mengalami kehancuran. Jika diaktivasi dalam bentuk
serbuk maka proses aktivasi akan lebih merata pada tiap-tiap partikel CaO.
larutan NaOH) karena pada perbandingan tersebut seluruh permukaan serbuk CaO
telah tertutupi. Pada proses aktivasi dilakukan pemanasan pada suhu 70oC dengan
waktu aktivasi selama 2 jam. Pemanasan pada suhu 70oC dilakukan untuk
tidak mengalami perubahan struktur pori yang bisa mengurangi daya adsorpsi
dengan suhu 110oC selama 3 jam. Pemanasan dilakukan pada suhu 110oC
bertujuan untuk menghilangkan kadar air dan dilakukan selama 3 jam karena
setelah dilakukan selama 1 jam serbuk CaO masih basah dan ketika dilakukan
selama 2 jam serbuk adsorben terlihat kering akan tetapi setelah dilakukan
penimbangan berat adsorben lebih besar dari semula, hal tersebut menandakan
bahwa kadar air masih tinggi. Maka dari itu, dilakukan pemanasan selama 3
yang ada dalam serbuk CaO.Hasil analisa XRF serbuk CaO dapat dilihat pada
Tabel.4.1.
31
penurunan kadar pengotor yang lebih tinggi dibandingkan 0,75 M dan 1 M. Hal
ini dikarenakan semakin banyaknya zat pengotor yang larut pada saat diaktivasi
dengan NaOH 1,25 M utamanya alumina (Al2O3) dan silika (SiO2) yang
Alumina akan larut sebagai kompleks Al(OH)4- yang sangat larut ketika
basa NaOH ditambahkan. Semakin banyak basa NaOH yang ditambahkan, maka
akan semakin banyak alumina yang larut dalam adsorben CaO, hal yang sama
juga terjadi pada silika yang juga akan membentuk kompleks silika. Sedangkan
kadar Fe2O3 terlihat memiliki konsentrasi yang relatif tetap baik dengan aktivasi
NaOH 0,75 M, 1 M, dan 1,25 M. Hal ini disebabkan karena Fe2O3 akan tetap
mengendap dalam adsorben. Fe2O3 akan membentuk Fe(OH)3 padat ketika basa
dengan CaO, maka pada penambahan Basa NaOH akan menyebabkan MgO
pada aktivasi 1,25 M masih terdapat kadar MgO yang tinggi , namun karena MgO
memiliki sifat yang hampir sama dengan CaO yaitu bersifat higroskopis maka
akan membantu pada proses adsorpsi. Semakin tinggi konsentrasi NaOH yang
digunakan sebagai aktivator, semakin banyak pula zat pengotor yang akan larut,
tetapi konsentrasi NaOH tersebut tidak boleh terlalu tinggi sebab jika konsentrasi
NaOH melebih konsentrasi zat pengotor yang ada, maka NaOH akan turut
dengan perbandingan 10:7 (10 gram serbuk CaO dan 7 mL natrium alginat).
Natrium alginat digunakan karena alginat dapat menarik air dan juga tidak larut
dalam alkohol sehingga dapat membantu adsorben untuk menarik air. Kemudian
dicetak dengan diameter 1 cm dan tinggi 1 cm dan dipanaskan pada suhu 110oC
selama 1 jam kemudian dikalsinasi selama 2 jam dengan suhu 400oC untuk
Pada penelitian ini digunakan dua metode adsorpsi yaitu metode batch
adsorption dan destilasi adsorpsi. Metode adsorpsi yang pertama yaitu metode
perendaman dimana konsentrasi etanol yang digunakan yaitu etanol 70%. Adapun
yang digunakan pada saat perendaman yaitu 250 mL etanol dimasukan dalam
gelas kimia yang berisi 50 gram adsorben CaO. Kadar etanol yang diperoleh
Berdasarkan Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa kadar etanol yang paling
jam. Hal ini menunjukan bahwa lama perendaman berperan dalam meningkatkan
kadar etanol, namun waktu perendaman yang terlalu lama (di atas 4 jam) akan
batch adsorption tidak efektif untuk proses pemurnian etanol. Fenomena ini
disebabkan karena adsorben CaO ikut menyerap etanol dalam larutan.Hal ini
diakibatkan karena baik molekul air maupun etanol dapat dengan mudah untuk
kadar etanol yang terjadi setelah 4 jam menandakan bahwa ikatan molekul-
molekul air pada pori-pori CaO mulai tergeser oleh molekul-molekul etanol
dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Tidak adanya proses pengadukan mungkin
hasil yang lebih sedikit atau penurunan konsentrasi setelah proses adsorpsi cuma
Metode adsorpsi yang kedua yaitu dengan cara destilasi adsorpsi. Destilasi
secara bersamaan. Umpan etanol yang digunakan adalah etanol dengan kadar 96%
dan 70% untuk melihat kecenderungan peningkatan kadar alkohol pada masing-
masing alkohol tersebut. Pada penelitian ini adsorben CaO dicampurkan langsung
ke dalam labu alas bulat yang berisi etanol. Hal ini dilakukan karena air akan
terserap ke dalam adsorben dan apabila adsorben menyerap etanol maka etanol
akan tetap menguap sehingga hanya air yang akan diserap oleh adsorben CaO. Di
bawah ini merupakan hasil dari penelitian yang akan disajikan pada Tabel 4.3.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa peningkatan kadar etanol tertinggi
diperoleh dari hasil aktivasi 1,25 M dengan konsentrasi etanol meningkat dari
96% menjadi 99%. Hal ini disebabkan karena dibandingkan dengan konsentrasi
aktivator yang lain yaitu 0,75 M dan 1 M kandungan pengotor yang berada dalam
adsorben CaO mengalami penurunan yang lebih besar. Adsorben yang diaktivasi
dengan NaOH 1,25 M merupakan variabel dengan tingkat kenaikan kadar etanol
yang lebih tinggi dibandingkan adsorben yang diaktivasi dengan NaOH 0,75 M
35
yang telah kehilangan banyak zat pengotor sekaligus memiliki pori yang lebih
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
maksimal yaitu dengan proses aktivasi kimia dengan konsentrasi aktivator NaOH
B. SARAN
etanol.
rujukan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti sehingga penelitian ini
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, N., Wahyuningrum, L., dan Harjuno W.D. (2011). Rancang Bangun
Teknologi Destilasi Bioetanol untuk Bahan Bakar Terbarukan, Prosiding,
Surakarta, 2011.
Apriliani, Ade. (2010). Pemanfaatan Arang Ampas Tebu Sebagai Adsorben Ion
Logam Cd, Cr, Cu dan Pb Dalam Air Limbah.Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Chang, R, dan Wayne, T. (1998). The Top Fifty Industrial Chemicals Random
House. New York, USA.
Faridah, A.M., Widiastuti, N dan Prasetyoko. (2012). Karakterisasi Abu Dasar
Pltu Paiton: Pengaruh Perlakuan Magnet, HCl, dan Fusi Dengan NaOH.
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012.9-11
Masrukan, Anggraini, Dian, dan Rosika. (2007). Studi Komparasi Hasil Analisis
Komposisi Paduan AlMgSil dengan Menggunakan Teknik X-Ray
Fluoresence (XRF) dan Emission Spectroscopy, Urania [Online].
Tersedia: http://www.batan.go.id/Study _Komparasi_XRF_dan_Emisi-
MRK.pdf, [12 April 2015]
Rahayu, R.M. (2010). Pembuatan Karbon Aktif Dari Tempurung Kelapa Dengan
Aktivator Asam Fosfat(skripsi). Universitas Diponegoro. Semarang.
Retno, E., Agus., Rizki, B.S., dan Nurul, W. (2012). Pembuatan Ethanol Fuel
Grade Dengan Metode Adsorpsi Menggunakan Adsorbent Granulated
Natural Zeolite Dan CaO. Universitas Sebelas Maret, Simposium Nasional
RAPI XI FT UMS-2K012.45-49
Rini DK, Lingga AF. (2010). Optimasi aktivasi zeolit alam untuk dehumidifikasi
(skripsi). Semarang: Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.
40
Wibowo, B.S. (2009). Studi Isoterm Langmuir pada Adsorpsi Ion Logam Cu(II)
oleh zeolit Alam Aktif(skripsi). Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Winata, Chandra. (2012). Pengaruh Penggunaan H2SO4 Dan HCl Pada Aktivasi
Kimia-Fisik Zeolit Clinoptilolite Terhadap Prestasi Mesin Diesel-4
Langkah (skripsi). Universitas Lampung: Bandar Lampung.