Anda di halaman 1dari 4

Kejora Pagi

Saturday, July 27, 2019


SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA 08
SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA 08
(Tien Kumalasari)
Teguh terkejut setengah mati. Dengan sigap ia menangkap tubuh Putri yang hampir
terjatuh. Serta merta ia membawa Putri yang diam tak bergerak kedalam ruang dandan
wanita. Beberapa temnnya melepas pakaian tari yang dikenakan Putri, setelah Teguh
keluar dengan hati penuh khawatir.
Tiba2 pak Broto, ayah Putri nyelonong masuk. Ia dibantu Sarno yang sudah
dipanggilnya segera mengangkat Putri ke mobil, lalu melarikannya kerumah sakit.
Pentas itu berantakan, tak seorangpun mengira akan datangnya petaka. Teguh melepas
pakaian tarinya dan membasuh mukanya. Ia menghampiri ibunya yang masih duduk
terpaku dideretan penonton paling depan, lalu mengajaknya menyusul kerumah sakit.
"Apa kamu tau dibawa kemana temanmu itu?"
"Ada rumah sakit terdekat dari sini, pasti kesana agar segera mendapatkan
pertolongan," jawab Teguh yang kemudian menarik tangan ibunya agar segera bisa
menyusul kemana putri dibawa.
Dugaan Teguh tidak meleset. Dirumah sakit Cipta Husada itu Putri dibawa, yang
segera mendapatkan perawatan diruang UGD.

Teguh memasuki rumah sakit dengan menggandeng ibunya, lalu dari jauh dilihatnya pak
Broto sedang mondar mandir diluar ruang UGD. Ia tampak gelisah, sedangkan seorang
perempuan setengah tua yang cantik duduk disebuah kursi tunggu dengan wajah kusut
penuh air mata.
Berdebar hati Teguh ketika mendekati pak Broto. Sebenarnya takut didamprat, tapi
rasa khawatirnya tentang Putri membuatnya berani.
"Bagaimana keadaan Putri pak?" tanya Teguh begitu mendekat.
Pak Teguh mengawasi anak muda gagah yang mendekatinya, kemudian teringat bahwa
dialah Teguh yang dibencinya.
"Mau apa kamu?" hardiknya dengan wajah kemerahan.
"Saya ingin melihat keadaan Putri," ujar Teguh sambil mengulurkan tangannya dengan
maksud memberi salam. Tapi pak Broto menghindar dan menuding kearah wajah Teguh
dengan tanpa belas.
"Pergi kamu, dia anakku dan tak ada urusannya dengan siapapun juga."
"Tapi pak.."
"Pergi dan jangan sok perhatian sama anakku. Pergiii!!"
Melihat kemarahan berapi api dari laki2 yang agaknya ayahnya Putri, bu Marsih
segera menarik tangan anaknya, dan diajaknya pergi dari sana.
"Bu.. nanti dulu bu,"Teguh memprotes.
"Tidak le, dia benar, itu bukan urusan kamu. Ayo pergi sebelum terjadi keributan
yang lebih parah."
"Bu..."
"Kita pulang dan jangan pikirkan dia lagi. Bisa mati berdiri kalau ibu memiliki
besan seperti dia."
***
Malam itu Putri harus menginap dirumah sakit. Ketika sadar ia segera dibawa keruang
inap yang sudah dipersiapkan. Putri kebingungan karena belum sempat bertanya
apapun. Kepalanya masih pusing. Dilihatnya ayah ibunya ada disampingnya,
memandanginya dengan wajah khawatir.
"Dimana aku?" katanya lirih..
"Kamu dirumah sakit nduk," ujar bu Broto sambil mengelus kepala Putri.
"Dirumah sakit...? Tapi tadi..."
"Kamu sedang menari tiba2 pingsan. Syukurlah sehingga laki2 itu tidak sempat
menjamahmu," kata pak Broto dengan wajah muram.Ia lupa bahwa Teguh bukan menjamah
Putri ketika menari tapi malah menggendongnya kedalam.
"Oh... kenapa aku.."
"Bagaimana perasaanmu? Pusing sekali? Memang dari pagi kan kamu tampak tidak sehat,
pakai muntah2 segala.."
Putri diam, diingatnya satu persatu sa'at2 yang dilaluinya sebelum tergolek dirumah
sakit itu. Ia didandanin, lalu melihat Teguh mengintip dibalik celah pintu, saling
senyum penuh arti.. lalu pentas itu dimulai .. lalu tiba giliran Lara Ireng bertemu
Permadi.. lalu ia ingin mengatakan sesuatu tentang dirinya yang muntah2..dan
kekhawatirannya..ketika adegan itu memberinya kesempatan.. tapi sebelum itu terjadi
tiba2 semuanya menjadi gelap dan begitu sadar ia telah berada dirumah sakit ini.
"Kamu itu kecapaian.. tidak mendengar kata orang tua.. " omel pak Broto.
Putri diam, ia lebih berbicara dengan batinnya sendiri tentang keadaannya.
Bagaimana kalau ia ternyata benar2 hamil, lalu betapa marahnya ayahnya, mungkin dia
akan dihajarnya, atau bahkan diusirnya dari rumah.. atau...
"nDuk, jangan berfikir apa2 dulu, tidurlah, ini sudah malam," bisik ibunya.
"Aku mau pulang saja, sudah nggak pusing," kata Putri.

"Ya belum boleh sama dokter, tadi baru saja darahmu diambil untuk diperiksa,
mungkin besok baru tau hasilnya.

"Sudah jangan ngeyel. Kamu itu bawaannya ngeyel. Lagi sakit pengin pulang. Pokoknya
kamu akan dirawat sampai benar2 sehat.Dan jangan banyak protes !"
***
Malam itu Teguh nggak bisa tidur. Ingatannya akan Putri sama sekali tak bisa hilang
dari benaknya. Bu Marsih menasehati panjang lebar tapi tak satupun bisa melenyapkan
bayangan Putri.
"Sudah to le, dia itu kan punya orang tua, ya pasti Putri sudah dirawat dengan
sebaik baiknya. Kamu nggak usah terlalu memikirkannya."
"Teguh khawatir bu, sakit apa dia itu, wong tadinya baik2 saja."
"Lha wong lagi diperiksa dokter, lagi dirawat, dan itu bukan urusanmu ta le, sudah,
jangan dipikirkan lagi. Besok kalau sekiranya orang tuanya nggak disana, kamu coba
menjenguk kesana. Kalau ada orang tuanya, apalagi bapaknya.. haduuh.. ibu bisa
pingsan kalau tidak cepat2 pergi. Orangnya tinggi besar,suaranya lantang, jadi
seperti Burisrowo yang semalam gandrung2 sama mbok Mbodro..

"Iya bu, coba besok sepulang kuliah Teguh mencoba kesana. Yang penting Teguh sudah
tau keadaannya bu."
"Ya sudah, sekarang jangan dipikirkan lagi, tidur yang nyenyak, mudah2an besok bisa
ketemu Putri mu." hibur bu Marsih.
"Baiklah bu."
Rupanya saran ibunya untuk menemuinya esok hari bisa meredakan kegelisahannya.
Dalam hati dia berdo'a, semoga besok bisa ketemu Putri, paling tidak bisa tau
keadannya.
***
Pagi itu pak Broto masih berada dirumah sakit bersama isterinya. Putri adalah anak
satu2nya yang mereka cintai, biarpun kesal tapi pak Broto juga menghawatirkan
keadaan Putri.
Jam sepuluh lebih, dokter yang merawat datang. Seorang perawat mengiringinya sambil
membawa berkas2, yang mungkin hasil lab pemeriksaan Putri semalam.

Dokter itu tersenyum ramah, memeriksa Putri dengan cermat.


"Bagaimana dokter, anak saya?" tanya pak Broto tak sabar.
"Ini berita baik, mana suaminya mbak Putri?"
Pak Broto terkejut, mengapa dokter menanyakan suaminya? Bu Broto juga menatap
dokter itu dengan wajah bingung. Tapi Putri menjadi pucat pasi. Sepatah kata dokter
itu bagai palu godam yang memukul kepalanya, yang mendadak seperti berputar bagai
baling2.
Karena semuanya terdiam, dokter itu melanjutkan kata2nya dengan senyum ramah.
"mBak Putri mengandung bu, baru beberapa minggu, tapi sehat kok.Segera beritau
suaminya agar mendengar berita gembira ini ya."
Dokter itu melangkah pergi meninggalkan pak Broto dan bu Broto yang terperangah
dan tak mampu ber kata2.
Putri memegangi kepalanya yang berdenyut, kemudian ia memberi isyarat karena ingin
muntah.
Bu Broto mengambil kantong plasti yang terdekat, dan menadahinya dengan tangan
gemetar.
"Benar2 kurangajar dia! Dan kamu... benar2 anak yang tidak tau malu!! " tiba2 kata2
kasar mengahbmur dari mulut pak Broto. Bu Broto kemudian menggosok perut Putri
dengan minyak kayu putih yang selalu dibawanya. Wajahnya kusut. Sedanagkan Putri
segera menangis tersedu sedu.
"Ma'afkan Putri... ma'afkan.. bapak.. ibu.."
"Ma'af.. ma'af.. apa itu cukup? Kamu telah mencoreng nama keluarga dengan tingkah
laku yang memalukan. Sebagai seorang wanita kamu telah menjatuhkan matabat kamu
sendiri, martabat keluarga dan juga leluhur kamu!!"
"Pak, sudah pak.. jangan berteriak teriak begitu, ini dirumah sakit.. malu kalau
tiba2 ada yang masuk dan mendengarnya."
"Sekarang juga bawa Putri pulang. "
***
Karena itulah maka ketika Teguh ber endap2 dirumah sakit itu, ketika mencari tau
apakah ayah ibunya Putri masih disitu, ia bukan hanya tak melihat kedua orang tua
Putri, tapi ia juga tak menemukan Putri lagi.
"Dia sudah pulang pagi tadi mas."
"Oh, sakit apa sebenarnya dia?"
"Ma'af mas, kami tidak bisa menjawab pertanyaan mas, mungkin karena sudah sembuh,"
jawab perawat jaga.
Teguh pulang dengan kesewa, tapi kenyataan bahwa Putri sudah boleh pulang,
membuatnyaa sedikit lega. Pasti Putri tidak menderita sakit yang berbahaya, dan
sudah sembuh sehingga sudah boleh pulang.
Apa boleh buat. Dan pulanglah Teguh walau tak berhasil menemui pujaan hatinya.
***
Siang itu bu Broto belum berhasil menenangkan kemarahan hati suaminya. Ketika Putri
meringkuk dikamar ditemani simbok, pak Broto berbincang dengan isterinya.
"Sudahlah bapak, ini memang aib bagi kita, tapi kita harus melakukan sesuatu
sebelum aib itu tersebar kemana mana."
"Menurut ibu, apa yang harus kita lakukan?"
"Ya carilah Teguh dan suruh bertanggung jawab. Hanya itu jalan satu2nya."
"Tidak !! Aku tidak sudi menerima Teguh sebagai menantu.!
Bu Broto terkejut.
"Lalu apa? Menggugurkan kandungan Putri? Jangan pak, bayi itu tak berdosa. Kita tak
berhak melenyapkannya."
"Bukan menggugurkannya, sudahlah, kamu nggak usah ikut2. Aku sudah menemukan jalan
keluarnya.
***
besok lagi ya

at July 27, 2019


Share
No comments:
Post a Comment


Home
View web version

About Me
My photo
Kejora Pagi
View my complete profile
Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai