Anda di halaman 1dari 4

Kejora Pagi

Thursday, August 1, 2019


SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA 11
SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA 11
(Tien Kumalasari)

Siang itu pak Broto dan bu Broto duduk2 diteras. Dirumah itu hanya tinggal mereka
berdua karena simbok mengikuti Putri yang diboyong ke Jakarta untuk mengikuti
suaminya. Putri yang minta agar simbok menemaninya. Seminggu lalu Putri menikah di
Jakarta. Pernikahan mewah itu dihadiri oleh kerabat dan rekan2 bisnis pak Broto.
Namun tak satupun keluarga Solo diundang dalam perhelatan itu. Pak Broto tak ingin
pernikahan itu sampai terdengar oleh Teguh, karenanya ia menikahkan Putri jauh dari
kota Solo.

"Sepi ya pak nggak ada Putri, nggak ada simbok," keluh bu Broto.

"Ya bu, aku juga merasa kesepian. Bagaimanapun aku ini kan juga ayahnya yang sangat
mencintainya. Jadi rasa sepi ini juga terasa.. "

"Seandainya tidak ada peristiwa memalukan itu, pasti sekarang Putri masih bersama
kita."

"Gara2 bocah kurangajar itu..," kata pak Broto penuh geram.

"Ya sudah nggak usah diingat ingat lagi ya pak, barangkali memang demikian ini
garis hidup kita."

"Hm.. iya bu. Sedih sebetulnya.. tapi mau bagaimana lagi. Yah.. sekarang ini
untunglah ada jalan keluar untuk menutupi aib itu."

"Tapi kok bapak nggak mau berterus terang sama Galang bahwa Putri sedang
mengandung, nanti kalau jadi masalah bagaimana?"

"Nggak... mana mungkin akan jadi masalah.. Galang pasti bisa menerima karena aku
sudah memberi dia banyak harta, kedudukan.. mana bisa dia mendapatkan semua itu
tanpa aku?"
Bu Broto terdiam, tapi dalam hati dia tak setuju atas pendapat suaminya.

"Tapi habis makan.. perut kenyang kok terus ngantuk aku. Kelamaan nggak kekantor
malah bawaannya ngantuk melulu."

"Ya sudah bapak sare saja, ibu mau kedapur."

Tiba2 didengarnya sepeda motor berhenti didepan gerbang. Pak Broto menghentikan
langkahnya dan memandang kearah jalan.

"Itu seperti Teguh," desis bu Broto pelan.


Seorang pemuda tegap berjalan kearah teras. Pak Broto dan bu Broto berdiri
menunggu. Kata2 kasar sudah siap dimuntahkan ketika Teguh membungkuk dengan santun.

"Selamat siang pak, bu..," sapanya penuh hormat.

"Siang nak," sambut bu Broto sedikit ramah. Bagaimanapun anak muda itu datang
dengan kesopanan yang tinggi. Namun pak Broto menuding wajah Teguh dengan kemarahan
berapi api. Bahwa anak muda itulah penyebab segala petaka, kesedihan dan kehilangan
dirumah itu, pak Broto tak bisa melupakannya begitu saja.
"Mau apa kamu datang kemari?" hardiknya.
Teguh yang sudah bersiap menerima caci maki manunduk menyembunyikan luka hatinya.
Memang aku pantas dicaci maki, pikirnya.

"Saya mohon ma'af, tapi kedatangan saya kemari hanya untuk mengetahui keadaan
Putri."

"Oh.. Putri bb..."

"Putri baik2 saja, untuk apa kamu menanyakannya?" potong pak Broto sebelum
isterinya selesai bicara.

"Ma'af bapak, terakhir kalinya saya tau bahwa dia sakit, setelah pentas itu. Lalu
saya tidak mendengar kabarnya lagi."

"Sekarang aku jawab bahwa Putri baik2 saja dan jangan harap kamu bisa bertemu
karena dia sudah aku pindahkan kekota lain."

Teguh tercengang. Ada yang hilang dari hatinya. Ia terdiam dan tak mampu berkata
kata.

"Ya sudah.. tunggu apa lagi?"

Kata2 itu berarti mengusir. Teguh menguatkan hatinya dan mengangguk.

"Baiklah bapak, ibu, saya mohon pamit, serta mohon dima'afkan kalau kedatangan saya
mengganggu."

"Ya jelas mengganggu to," kata pak Broto yang segera dicubit lengannya oleh bu
Broto.

"Hati2 ya nak..,"

Teguh melangkah keluar dari halaman lalu melarikan motornya menuju pulang.

"Ibu tuh kenapa.. pake nyubit2 aku segala.. terus berpesan supaya hati2..," pak
Broto mengomel sambil masuk kedalam rumah diikuti isterinya.

"Ya jangan kasar begitu to pak, kan dia datang dengan baik dan sopan."

Pak Broto tidak menjawab, langsung masuk kekamarnya dengan wajah cemberut.

***
Teguh memasukkan sepeda motornya kesamping rumah. Wajahnya kusut, matanya
kemerahan, ada bekas air mata masih mengambang disana.

"Heiiii... kekasihku sudah pulang.."

Teriakan itu tak digubris Teguh. Sudah biasa Naning mengoceh seperti itu. Teguh
langsung masuk kekamarnya. Tapi Naning mengikutinya.

"Mas.. teh anget.. apa kopi panas.. apa wedang jahe dikasih susu ?"

"Nggak semuanya dan keluarlah !" kata Teguh sedikit kasar.

"Ya ampuun.. dilayani baik2 kok malah ngusir," kata Naning cemberut.

"Kamu itu nggak sopan, ini kamar laki2, nggak pantas kamu masuk kemari. Sudah aku
ingatkan berkali kali kan?"

"Lha aku kan cuma mau nawarin kamu minum."

"Aku nggak pengin minum, jadi cepatlah keluar. Aku mau ganti baju nih."

"Waah..asik donk.. aku boleh bantuin nyiapin baju kamu?"

"Heee.. apa kamu bilang.. aku mau telanjang nih.."

Tapi dasar Naning yang lugu dan sedikit bodoh, ia malah menutup wajahnya dengan
tangan tapi jari2nya terbuka lebar sambil terkekeh senang. Teguh menyeret Naning
keluar lalu mengunci kamarnya.

"Halah mas.. besok2 pasti aku juga bisa melihatmu telanjang kan?" suara Naning dari
luar kamar tapi semakin menjauh dari sana. Teguh menggeleng gelengkan kepalanya.

"Orang gila," keluhnya, lalu direbahkannya tubuhnya ke pembaringan. Pikirannya


sedang kacau. Ia benar2 sudah kehilangan Putri. Ayahnya tak mau mengatakan dimana
Putri disembunyikan. Kalau saja Teguh tau bahwa Putri sedang mengandung anaknya..
Ya, tak tau karena tak seorangpun memberinya tau. Hubungan terputus setelah pentas
itu.

***
Sudah seminggu lebih Putri hidup di Jakarta bersama Galang yang sudah menjadi
suaminya. Putri begitu pasrah karena tak ada yang bisa dilakukannya. Kata2 ibunya
bahwa ia harus merelakan Teguh agar dia bisa menyelesaikan kuliahnya dan meraih
cita2nya, terpateri dalam ingatannya. Cintanya suci dan ia harus berkorban agar
Teguh menjadi "orang".

Galang selama ber hari2 sibuk mengurus perusahaan yang dipercayakan oleh ayahnya.
Selama ini Galang memperlakukan Putri dengan sangat baik. Ia tau Putri belum siap
meladeni keinginan Galang untuk bermesraan seperti pengantin baru pada umumnya, dan
Galang tak ingin memaksanya.

Tapi malam itu, sa'at memasuki kamar, dilihatnya Putri sedang berganti pakaian.
Malam itu sangat gerah dan
Putri yang tak menyangka suaminya sudah pulang, sedang melepas pakaiannya untuk
menggantikannya dengan yang lebih tipis.

Galang terpana. Didekatinya Putri yang belum sempat mengenakan baju yang sudah
disiapkannya. Putri sangat terkejut. Ia mundur beberapa langkah sambil menutupi
tubuhnya dengan baju yang belum sempat dikenakannya. Namun dibelakangnya adalah
tempat tidur dan Putri jatuh tertelentang diatasnya.

Galang mendekat. Ada sesuatu yang ingin dilakukannya dan selalu ditahannya selama
ber hari2.

"Putri..," nafas Galang tersengal. Putri ketakutan.

"Jangan mas.." katanya sambil beringsut mundur.

"Putri, kamu isteriku, dosa kamu menolaknya," bisik Galang lembut.

Tiba2 Putri berhasil merosot turun dari samping tempat tidur yang lain. Ia
berjongkok dan dengan cepat mengenakan bajunya.

"Putri...," keluh Galang.


"Galang.. ada yang kamu belum tau, aku sedang mengandung."

***
besok lagi ya
at August 01, 2019
Share
No comments:
Post a Comment


Home
View web version

About Me
My photo
Kejora Pagi
View my complete profile
Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai