Anda di halaman 1dari 2

A.

LATAR BELAKANG
Gerontologi merupakan studi ilmiah tentang efek penuaan dan penyakit
yang berhubungan dengan penuaan pada manusia, meliputi aspek biologis,
fisiologis, psikososial, dan aspek rohani dari penuaan. Penuaan merupakan proses
yang normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat terjadi pada
semua orang pada saat mereka mencapai tahap perkembangan kronologis tertentu.
(Stanley, 2007). Seiring bertambahnya usia fungsi fisiologis lansia akan menurun.
Perubahan fisiologis pada lansia meliputi penurunan kemampuan saraf, dimana
pada indra pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman mengalami penurunan.
Penurunan ini akan mengakibatkan penurunan pula pada sistem pencernaan, saraf,
pernapasan, endokrin, kardiovaskular, hingga kemampuan muskuluskeletal.
Penyakit kardiovaskular merupakan suatu penyakit yang sering dialami oleh
negara maju. Seperti penyakit hipertensi, jantung koroner, jantung pulmonik,
kardiomiopati, dan sebagainya (Fatimah, 2010).
Pasien usia lanjut memiliki karakteristik yang berbeda dari pasien dewasa
muda. Karakteristik pasien geriatri yang pertama adalah multipatologi, yaitu pada
satu pasien terdapat lebih dari satu penyakit yang umumnya bersifat kronik
degeneratif. Kedua adalah menurunnya daya cadangan faali, yang menyebabkan
pasien geriatri mudah jatuh dalam kondisi gagal pulih (failure to thrive). Ketiga
adalah perubahan tanda dan gejala penyakit dari yang klasik. Keempat adalah
terganggunya status fungsional pasien geriatri. Status fungsional merupakan
kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (Aru W.,
dkk, 2006). Sehingga sangatlah wajar sebagian besar pasien usia lanjut yang
dirawat di rumah sakit mudah sekali jatuh ke dalam keadaan sakit yang kritis.
Pasien usia lanjut yang kritis biasanya dipindahkan ke unit rawat intensif oleh
dokter yang merawat. Hal ini akan meningkatkan permintaan penggunaan unit
rawat intensif (ICU). Tentu saja ada pembatasan, hanya pasien yang memiliki
potensi hasil rawat (outcome) yang menguntungkan yang dapat dirawat. Oleh
karena itu, dibutuhkan penilaian terhadap prediktor outcome secara spesifik untuk
mengetahui pasien mana yang akan memiliki outcome yang baik (Orgeas, 2005).
Dengan mengetahui karakteristik tersebut, diharapkan prediktor mortalitas
pasien usia lanjut yang dirawat di unit rawat intensif pun dapat dideteksi, sehingga
akhirnya data ini dapat digunakan oleh para klinisi sebagai bahan pertimbangan
dalam memutuskan pasien mana yang akan mempunyai prognosis lebih baik bila
dipindahkan ke unit rawat intensif. Pertimbangan ini penting artinya juga untuk
menghemat biaya kesehatan warga usia lanjut yang ditanggung oleh asuransi
(negara). Oleh karena itu, perlu diteliti karakteristik pasien yang masuk dan
mempunyai prognosis yang baik. Dengan diketahuinya karakter pasien yang baik
dan yang tidak baik, dokter bisa memberikan pertimbangan pasien mana yang
tepat masuk ICU.

Daftar Puastaka :

Aru W, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid Iii. Jakarta: Pusat
penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Fatimah. 2010. Merawat Manusia Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan Gerontik. Jakarta : Tim
Orgeas MG, Carlet J. 2005. Predicting whether the ICU can help older patients:
score needed. Critical Care.
Stanley, M., & Beare, P.G. (2007). Buku ajar keperawatan gerontik
(Gerontological nursing: A health promotion/protection approach). (Edisi
2). Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai